• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Pengendalian Mutu (Quality Control)

6. Pengepakan dan Pengemasan

vi

cm, hanya saja dalam mengemas tehnya menggunakan plastik sebelum karung plastik yang berfungsi untuk menjaga agar udara tidak dapat masuk sehingga kelembaban terjaga dan kadar air juga terjaga. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu teh agar tidak mudah ditumbuhi oleh jamur. Biasanya pengemasan dan pengepakan dengan menggunakan karung plastik dipergunakan untuk pengiriman lokal (dalam negeri).

Gambar 4.16 Pengemasan Menggunakan Karung Plastik 2. Pengepakan dan pengemasan menggunakan kertas karton.

Pada Gambar 4.17 pengemasan menggunakan kertas karton biasanya dilakukan untuk memenuhi pesanan lokal. Pengemasan dengan menggunakan kertas karton berupa kemasan kecil yang terdiri dari 3 lapis yaitu teh dibungkus dengan plastik, kemudian dengan karton dan bagian luar karton dilapisi dengan plastik kaca. Ukuran dari kemasan disesuaikan dengan grade dan berat isi. Produk-produk teh yang dikemas antara lain:

 Kemasan Gunung untuk jenis BPS  Kemasan Petruk untuk jenis PS  Kemasan Podang untuk jenis BT  Kemasan Cakil untuk jenis BOP

vii

Gambar 4.17 Pengemasan Menggunakan Kertas Karton Pada kemasan Petruk 200 gram dan Cakil 250 gram plastik kaca yang dilapiskan pada permukaan kertas karton dilakukan dengan menggunakan Shrink Tunnel, sedangkan untuk kemasan yang lain cukup menggunakan setrika listrik.

Peralatan untuk penyimpanan teh biasanya berbentuk peti miring yang terbuat dari stenless steel yang bagian bawahnya di beri lubang. Alat ini biasanya di sebut Tea Bin dapat di lihat pada Gambar 4.18

Gambar 4.18 Tea Bin

Penyimpanan dalam tea bin berfungsi untuk menyimpan teh sementara jika kapasitas gudang penuh, akan tetapi hal ini jarang dilakukan. Masing-masing tea bin memiliki kapasitas 2500 kg akan tetapi untuk jenis Dust kapasitas tea bin adalah 3000 kg, 1800-2000 kg untuk jenis BT. Dinding tea bin sendiri terbuat dari aluminium, hal ini dikarenakan dengan aluminium mutu teh dapat terjaga dari kerusakan.

viii

Di UP Tambi sebelum dilakukan pengepakan, bubuk teh hasil sortasi terlebih dahulu diblending (dicampur). Hal ini dilakukan bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel bubuk, menyeragamkan grade dan menyamakan barang dengan pesanan. Blending (dicampur) ada 2 cara, yaitu :

a. Manual

Blending secara manual (Gambar 4.19) yaitu dengan mencampurkan teh dengan grade yang sama dari hasil produksi yang berbeda (produksi hari sebelumnya dengan produksi sekarang) pada lantai kemudian dilakukan pengadukan. Pencampuran yang dilakukan minimal 40 karung. Pada proses pencampuran, teh ditumpuk menjadi sebuah gundukan membentuk kerucut, kemudian diaduk dengan cara disekop dan diletakkan pada tempat yang berbeda atau disebelah gundukan pertama sehingga terbentuk gundukan baru. Setelah pencampuran selesai, hasil blending diambil dalam beberapa tempat yang berbeda untuk diukur densitynya dan untuk mencocokkan dengan sampel yang telah dipesan oleh konsumen.

Gambar 4.19 Pencampuran Secara Manual

ix

Blending dengan menggunakan alat yaitu Tea mixer (Gambar 4.20) akan tetapi jarang dilakukan, karena hasil blending dengan menggunakan tea mixer hasilnya kurang bagus dan kenampakannya kusam karena gesekan antara plat tea mixer dengan partikel teh selain itu juga tidak sesuai dengan sampel yang dipesan dan mutunya menjadi turun.

Gambar 4.20 Alat untuk Mencampur Teh (Tea mixer) Bubuk teh yang telah di blending di kemas dalam karung plastik dan di simpan dalam gudang penyimpanan sebelum di pasarkan dapat di lihat pada Gambar 4.21

Gambar 4.21 Gudang Penyimpanan

x

Sebagai produsen, PT Perkebunan Tambi melakukan kegiatan pemasaran teh hitam sebagai komoditinya. Teh hitam produksi PT Perkebunan Tambi sebagian besar dipasarkan untuk expot. Untuk expor sebanyak 70-80% sedangkan untuk pasar lokal sebanyak 20-30%. Adapun pangsa pasar yang dituju oleh PT Perkebunan Tambi adalah pangsa ekspor dan lokal.

1) Pasar Expor (Perdagangan Luar Negri)

a. Direct Export (Export langsung), dimana semua proses exportnya langsung berhubungan dengan pembeli atau agen pembeli di negara tujuan pembeli, demikian pula untuk seluruh pengurusan dokumen-dokumen pendukungnya. Pembeli yang termasuk ini antara lain :

- Hung An Trading Co.LTD, Hong Kong - Iteaco, Kanada

- J. Fr. Scheibler GmbH & CO, Hamburg, Jerman

b. Indirect Export (Export tidak langsung), yang meliputi Exporter dan Blender Exporter. Pihak ini lah yang langsung berhubungan dengan pembeli atau agen pembeli di negara tujuan pembeli, termasuk pengurusan dokumen-dokumen pendukungnya. Pembeli yang termasuk ini antara lain :

- PT Unilever Indonesia TBK, Jakarta - PT Trijasa Primasejati, Jakarta 2) Pasar Lokal (Perdagangan Dalam Negri)

a. Antar Daerah, hubungan dengan pembeli dilakukan secara langsung, dalam hal ini pembeli biasanya juga merangkap sebagai

Packer ( mengemas kembali dengan merk-merk mereka sesuai

standar yang mereka tetapkan sendiri) Pembeli yang termasuk ini antara lain :

- PT Gunung Subur, Karanganyar. - CV Sejahtera Jaya, Jakarta. - PT Sariwangi, Bogor.

xi - PT Trijasa.

b. Selain pemasaran antar daerah, UP Tambi juga menjual teh eceran (kiloan) dan kemasan, dimana pemasarannya dilakukan melalui unit penjualan yang ada di PT Perkebunan Tambi. Unit penjualan ini melayani langsung kepada pembeli maupun penjualan melalui agen-agen yang telah terdaftar. Agen-agen yang ikut memasarkan produk teh Tambi antara lain :

- Koperasi Prasojo, di Kantor Direksi. - Koperasi Gotong Royang, di UP Bedakah. - Koperasi Setia Kawan, di UP Tambi. - Koperasi Sederhana, di UP Tanjungsari. - PT Rita Ritelindo,Wonosobo, Purwokerto. - Toko Teh Tambi, Wonosobo.

- Tolo Aneka, Wonosobo. - Toko Anugrah, Semarang. - Agrowisata Tambi, Wonosobo. - Toko Varia.

E. Pengendalian Mutu (Quality Control)

Mutu teh merupakan gabungan dari sekumpulan sifat-sifat yang dikehendaki pada teh, meliputi kenampakan (appearance) teh kering, warna, rasa dan bau air seduhan (liquor), serta kanampakan ampas seduhan (infusion).

Pengendalian mutu teh telah dilakukan sejak teh ditanam, dipetik, diangkut ke pabrik, selama proses pengolahan dan sesudah proses pengolahan. Dengan pengendalian ini sehingga diperoleh teh yang memiliki mutu yang memenuhi syarat perdagangan serta memiliki cita rasa yang sesuai dengan konsumen dan tidak berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan konsumen.

Penerapan pengendalian mutu di lakukan sejak dari bahan baku, pengolahan dipabrik sampai siap dikonsumsi. Dengan penanganan pucuk yang baik yaitu menjaga pucuk dari kerusakan maka kualitas pucuk dapat di pertahankan, serta proses pengolahan yang dilakukan dengan baik, khususnya

xii

pada saat oksidasi enzimatis (fermentasi) maka akan dihasilkan unsur-unsur pembentuk mutu dari teh hitam yang baik seperti warna, aroma dan rasa yang di inginkan (rasa khas teh). Dalam pemantauan mutu pada proses pengolahan teh hitam di UP Tambi dilaksanakan sesuai SOP (Standard Operational

Procedure) antara lain sebagai berikut :

1. Pengendalian Mutu Bahan Baku

Bahan baku merupakan faktor utama dari proses pengolahan teh. Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan UP Tambi adalah pengendalian terhadap pucuk daun selama daun itu belum diproses. Pucuk daun teh dan kondisi pemetikan yang baik merupakan persyaratan yang utama untuk menghasilkan teh yang berkualitas tinggi. Pengendalian mutu bahan baku yang dilakukan antara lain :

a. Pemetikan

Pemetikan dilakukan dengan menggunakan gunting yang bersih. Pemetikan dilakukan pada pucuk yang memenuhi syarat pucuk (P+2, P+3m, B+1m, B+2m, B+3m) dan dilarang memetik pucuk yang terlalu tua atau terlalu muda. Penumpukan pada keranjang tidak boleh terlalu padat. Setelah dari keranjang dimasukkan dalam waring dan pengisian pada waring maksimal 25 kg. Pengisian yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan pucuk menjadi memar dan terjadinya kenaikan suhu. b. Analisa Petik

Analisa petik merupakan salah satu pengendalian mutu pada tahap bahan baku yang bertujuan untuk mengetahui benar tidaknya pemetikan yang dilakukan serta untuk mendeteksi kondisi kesehatan tanaman. Analisis dilakukan dengan berdasarkan rumus petik yang sudah ditentukan oleh perusahaan.

c. Pengangkutan

Pucuk teh yang diangkut dengan waring dengan kapasitas maksimal 25 kg. Setelah dikumpulkan dan ditimbang maka pucuk teh segera diangkut ke pabrik. Truk untuk mengangkut harus dalam keadaan bersih dan maksimal terdapat 5 tumpukan waring. Hal ini untuk

xiii

menjaga agar kualitas pucuk tetap terjaga. Bak truk diberi penutup agar mencegah pengaruh sinar matahari dan hujan.

d. Penerimaan pucuk

Beberapa hal penting dalam tahap penerimaan pucuk adalah penimbangan serta pembongkaran pucuk. Pucuk yang telah sampai segera ditimbang, kemudian diangkut dengan troli. Pembongkaran pucuk teh dilakukan secara hati-hati dan dihindari tercecernya pucuk dalam ruang pelayuan.

e. Analisis Pucuk

Untuk mengetahui mutu pemetikan setelah pucuk sampai di pabrik dilakukan analisis pucuk. Analisis pucuk berfungsi untuk mencari Mutu Standar (MS) yang berkisar antara 45-65%. Selain itu analisis pucuk berfungsi untuk mengetahui persentase kerusakan pucuk dan juga berfungsi untuk mengetahui besarnya bonus yang diterima pemetik sesuai dengan mutu petikan.

2. Pelayuan

Pelayuan merupakan tahap paling penting dalam proses pengolahan. Kegagalan pada proses pelayuan berarti kegagalan atau penurunan mutu proses pengolahan teh. Proses pelayuan bertujuan untuk melayukan pucuk teh hingga diperoleh persentase layu yang diinginkan dengan cara menguapkan sebagian air yang terkandung di dalam bahan.

Pengendalian proses untuk mencapai standar tersebut yaitu:

1) Pengukuran suhu dan kelembaban udara di Whitering Trough secara berkala.

2) Pengamatan perbedaan higrometrik pada termometer dry and wet . 3) Pengaturan pemberian udara panas.

4) Pengamatan secara langsung, sehingga dapat mencegah terjadinya kurang pucuk dan layu kering.

Pembeberan pucuk sangat berpengaruh terhadap hasil pelayuan. Dengan adanya pembeberan maka dapat memecah gumpalan pucuk teh sehingga dapat mencegah kerusakan pucuk akibat terperam. Pengaliran

xiv

udara panas disesuaikan dengan kondisi pucuk, cuaca dan waktu turun layu ke penggilingan. Pembalikan berfungsi untuk mengatur agar tingkat layu pucuk merata. Pembalikan dilakukan 3 kali (sesuai kondisi pucuk). 3. Penggilingan dan Oksidasi Enzimatis

Proses oksidasi enzimatis pada pengolahan teh menggunakan aktivitas enzim polifenol oksidadase, maka pengaturan suhu dan kelembaban ruangan menjadi hal yang harus diperhatikan. Suhu ruangan penggilingan tidak boleh lebih dari 250C dengan kelembaban ruangan diusahakan lebih dari 90%. Pengaturan suhu dan kelembaban dengan meggunakan alat humidifier. Alat ini befungsi untuk mengabutkan air sehingga dapat menambah kelembaban udara

Pengendalian proses penggilingan adalah:

a. Pengukuran suhu bubuk, ruang penggilingan dan oksidasi enzimatis. Bubuk teh yang mengalami proses penggilingan akan terjadi kenaikan suhu. Suhu bubuk sebaiknya tidak lebih dari 300C dan suhu optimum 26,70C. Pengawas penggilingan selalu mengawasi suhu bubuk yang dihasilkan dengan menempatkan thermometer pada bubuk yang selesai digiling.

b. Pengukuran kelembaban ruang giling dan oksidasi enzimatis.

Kelembaban pada ruang giling dan oksidasi enzimatis selalu dijaga dengan alat humidifier. Dengan adanya kabut air didalam ruangan. Selain untuk menambah kelembaban juga menyebabkan terjadinya penurunan suhu.

c. Pengukuran hamparan bubuk pada baki fermentasi

Standar ketebalan hamparan untuk bubuk  6 cm. Pengendalian ketebalan hamparan dilakukan dengan menempatkan penggaris. Pengawas penggilingan selalu melakukan pengawasan terhadap ketebalan hamparan. Selain hal tersebut juga menentukan bubuk mana yang waktu fermentasinya sudah cukup sehingga dapat dilakukan proses pengeringan supaya tidak terjadi over fermentasi yang dapat menurunkan mutu teh.

xv d. Pengaturan waktu oksidasi enzimatis

Oksidasi enzimatis merupakan tahapan yang paling kritis dalam pengolahan teh hitam. Maka pengawasan waktu oksidasi enzimatis berakhir sangat menentukan kualitas bubuk teh. Oksidasi enzimatis dimulai dari turun pucuk kedalam OTR berakhir pada proses pengeringan. Proses tersebut bejalan kurang lebih 120 menit. Apabila waktu proses oksidasi enzimatis tidak dikendalikan dan apabila kurang lama dapat mengakibatkan under fermentasi dan apabila terlalu lama dapat mengakibatkan over fermentasi. Pengamatan dilakukan secara fisik dan dilihat warna dan aroma bubuk.

4. Pengeringan

Tujuan utama pengeringan adalah menghentikan oksidasi enzimatis senyawa polifenol dalam teh pada saat komposisi zat-zat pendukung kualitas mencapai keadaan optimal. Dengan adanya pengeringan maka kadar air dalam teh akan menurun sehingga teh akan tahan lama dalam penyimpanan.

Karena sumber heat dengan bahan bakar kayu, maka sangat memerlukan pengawasan terhadap panas yang dihasilkan. Sebelum dilakukan pengeringan, heat harus dipanasi dahulu kurang lebih satu jam sebelum digunakan dan hingga batas suhu tertentu 110-1300C baru dialirkan kedalam mesin pengering dengan bantuan kipas. Pengendalian suhu menjadi faktor penting pada proses pengeringan karena berdampak langsung pada kualitas bubuk teh kering. Suhu inlet yang diterapkan pada mesin pengering berkisar 90-950C dan suhu outlet 45-500C. Pengukuran suhu dapat dilihat pada thermometer yang di pasang pada mesin pengeringan. Pengendalian dalam proses pengeringan yaitu :

a. Lamanya pengeringan

Di UP Tambi terdapat tiga unit mesin pengeringan. Dengan prinsip menggunakan trays bertingkat yang membawa bubuk melewati ruangan mesin pengeringan. Kecepatan perputaran trays perlu dilakukan pengaturan, sebab jika terlalu lambat akan mengakibatkan

xvi

bubuk menjadi gosong dan apabila terlalu cepat dapat mengakibatkan bubuk menjadi kurang kering. Waktu yang diperlukan untuk pengeringan yaitu sekitar 20-25 menit. Apabila didalam pengeringan bubuk kurang kering maka, dilakukan pengeringan kembali.

b. Pengukuran kadar air bubuk kering

Pengukuran kadar air pada bubuk kering dapat dilakukan dengan cara : 1) Inderawi : bubuk teh kering digenggam dengan tangan, jika bubuk tersebut lepas antar partikelnya, berarti bubuk sudah kering optimal. Selain itu, diketahui dari aroma dan warna bubuk teh yang dihasilkan.

2) Pengukuran dengan alat Infratester yaitu alat untuk mengukur kadar air bubuk kering. Kadar air pada bubuk kering yang diinginkan yaitu 3-4%

5. Sortasi

Pengendalian mutu pada proses sortasi kering dilakukan pada tahapan proses hingga pada pengujian mutu bubuk hasil sortasi. Untuk tahapan proses pengendalian yang dilakukan yaitu pengendalian suhu dan ruangan. Apabila ruangan terlalu lembab dan suhu terlalu rendah dapat menyebabkan penyerapan air sehingga kadar air teh meningkat, karena teh bersifat higroskopis. Beberapa pengendalian mutu pada hasil sortasi adalah :

a. Pengujian Mutu Teh

Pada proses pengolahan teh dilakukan pengujian mutu teh yang bertujuan untuk mengetahui mutu teh yang dihasilkan pada setiap proses. Pengujian mutu teh dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

1) Pengujian mutu secara fisik, pengujian ini menggunakan indera perasa dan peraba, misalnya untuk mendeteksi tingkat layu atau tingkat kekeringan cukup hanya dengan genggaman.

2) Pengujian mutu secara kimia, pengujian ini untuk menilai kadar air, kadar abu total dan lain sebagainya.

xvii

3) Pengujian mutu secara organoleptik, pengujian ini digunakan untuk menilai kenampakan (appearance), rasa (taste), aroma (flavour), bau air seduhan (liquor) serta kenampakan ampas seduhan (infused

leaf).

Prosedur Pengujian Mutu Teh Secara Organoleptik dapat di lihat pada Gambar 4.22. Pengujian organoleptik bertujuan untuk mengetahui tingkat rasa, warna, air seduhan dan kenampakan ampas dari teh. Kenampakan teh kering ialah sifat teh kering yang dinilai secara visual sesuai dengan jenis mutu, meliputi bentuk dan ukuran partikel, tip (jumlah, warna dan keadaan), warna partikel teh kering, dan kebersihan (adanya tulang daun dan benda asing). Air seduhan ialah cairan hasil seduhan teh hitam setelah dipisahkan dari ampas seduhannya meliputi :

a. Warna, yang mencakup jenis warna, kepekatan, kejernihan dan kecerahan air seduhan.

b. Rasa, yang mencakup kesegaran, kekuatan, pungency, dan flavor dari air seduhan pada waktu dicicipi.

c. Bau atau aroma, yang mencakup bau khas teh hitam.

Gambar 4.22 Pengujian Mutu Teh Secara Organoleptik

Penilaian dalam Pengujian Mutu Teh : a. Kenampakan (Appearance) :

xviii

1) Black adalah teh yang berwarna kehitaman dan umumnya menunjukkan sifat-sifat teh yang baik. Pengolahan yang kurang baik akan mengurangi warna teh hitam tersebut. 2) Brownish adalah teh yang berwarna kecoklatan. Warna ini

tidak selamanya menunjukkan teh yang jelek, umumnya warna ini diakibatkan adanya kesalahan-kesalahan dalam pelayuan dan penggilingan akan tetapi teh dataran tinggi yang sifat-sifatnya baik kadang-kadang brownish.

3) Reddish adalah teh yang berwarna kemerah-merahan karena mengandung banyak tulang daun.

b. Seduhan (Liquor)

1) Light : air seduhan yang berwarna pucat, tetapi tidak

sama dengan thin. Hal ini dapat disebabkan oleh kuncup- kuncup dan daun tua, mugkin juga disebabkan karena kesalahan dalam pengolahan, misalnya kurang layu, kurang giling dan fermentasi yang terlalu pendek.

2) Thin : Air seduhan yang berwarna tipis atau kepekatan

rasanya sedikit, hal ini dapat disebabkan karena pelayuan terlalu lama dan penggilingan yang kurang.

3) Bright : Istilah ini menunjukkan warana air seduhan

yang jelas, terang dan segar sebagai akibat adanya proses pengolahan yang baik dengan bahan baku yang baik pula. 4) Coloury : Air seduhan yang baik, warna air seduhan

menjadi lebih tua. Hal ini disebabkan adanya waktu pelayuan yang panjang, penggilingan yang dan fermentasi yang panjang.

5) Cream : Adanya lapisan keputih-putihan pada

permukaan dan pada dasar cangkir seduhan bila air seduhan pekat didinginkan. Creaming down ini merupakan petunjuk bahwa teh tersebut diolah secara baik.

xix

6) Dull : Air seduhan yang sangat jelek yang umunya

disebabkan oleh over fermentasi, lawannya adalah bright. c. Kenampakan ampas seduhan (Infusion leaf)

1) Bright : Warna pada daun seduhan atau ampas teh

yang berwarna cerah. Sifat demikian sangat diinginkan dan umumnya menunjukkan teh-teh yang baik.

2) Coppery : Ampas seduhan berwarna seperti tembaga.

3) Dark/dull : Ampas seduhan berwarna tidak cerah,

hitam kecoklatan dan hijau suram, hal ini disebabkan karena pengolahan yang terlalu panas akibat over fermentasi dan adanya infeksi bakteri.

4) Greenish : Ampas seduhan yang berwarna kehijauan

yang disebabkan oleh underfermentasi dan kadang-kadang oleh waktu menggiling kurang lama.

5) Mixed/uneven : Ampas seduhan teh yang berbeda-beda

warnanya dan disebabkan tercampurnya seri gilingan dalam fermentasinya yang bercampur.

b. Uji densitas di lakukan dengan menggunakan gelas ukur.

Uji densitas ini bertujuan untuk mengetahui ukuran partikel teh kering sebelum di lakukan pengemasan. Di UP Tambi telah ditetapkan standar densitas untuk tiap jenis teh sehingga ketika terjadi penyimpangan yang jauh dari standar maka ada tahapan dalam proses sortasi kering yang harus diulang, misalnya partikel teh harus dikecilkan lagi. Uji densitas dilakukan dengan cara mengambil sampel 100 gram bubuk teh yang kemudian dimasukkan dalam gelas ukur tanpa ketukan. Hasil yang terbaca pada gelas ukur merupakan volume dari bubuk teh, sehingga dari massa bubuk teh dan volume bubuk teh tersebut dapat diketahui nilai densitas bubuk teh. Nilai densitas yaitu massa bubuk teh dibanding volume bubuk teh. Uji densitas dengan menggunakan gelas ukur dapat di lihat pada Gambar 4.23. Dan

xx

penetapan volume standar untuk tiap jenis teh per 100 gram di UP Tambi dapat di lihat pada Tabel 4.5.

Gambar 4.23 Uji Densitas dengan Gelas Ukur

Tabel 4.5 Standar Tiap Jenis Teh per 100 gram

Grade Jenis Teh Volume Standard (ml)

I OPS 390 – 395 OP 475 – 480 BOP Grof 390 – 390 FBOP 365 – 370 BOP/BOP A/BOP I 340 – 350 BOPF 330 – 335 PF 290 – 295 DUST 250 – 255 BP 245 – 250 BT 410 - 420 II PF II 260 – 290 DUST II 240 – 245 BP II 250 – 260 BT II 340 - 350

xxi 6. Pengepakan dan Pengemasan

Tujuan dari pengepakan yaitu melindungi produk dari kerusakan, memudahkan dalam pengangkutan, efisiensi dalam penyimpanan digudang dan sebagai alat promosi. Sebelum dilakukan pengepakan, bubuk teh terlebih dahulu diblending (dicampur). Hal ini dilakukan bertujuan untuk menyeragamkan ukuran partikel bubuk dan menyamakan barang dengan pesanan.

a. Pengendalian dalam proses pengepakan yaitu : 1) Penataan barang

Barang-barang yang sudah diblending kemudian dikemas dengan karung plastik dan disusun diatas palet sedemikian rupa sehingga praktis. Susunan karung disesuaikan menurut kelompok dan jenis ukuran masing-masing. Penumpukan karung dalam gudang diletakkan di atas palet maksimal 10 tumpukan dengan tujuan untuk memudahkan dalam perhitungan. Dalam penataan barang perlu diperhatikan jaraknya dengan tembok, tidak boleh terlalu dekat, diperkirakan 1 meter untuk memudahkan kontrol dan sirkulasi udara. Diantara susunan barang juga diberi jalan dan tanda nama barang.

2) Pemeliharaan barang

Barang-barang di gudang harus selalu dikontrol jangan sampai ada yang longsor dari tumpukan atau susunananya serta selalu dibersihkan dari debu atau kotoran yang melekat pada tumpukan barang, lantai maupun dinding. Perawatan atap gudang harus diperhatikan, jangan sampai ada yang bocor, karena jika ada barang yang terkena air dari bocoran atap gudang maka dapat mempengaruhi kualitas barang.

3) Pengeluaran barang

Pengeluaran barang harus dicatat dan dengan tanda bukti keluar atau surat pengantar barang yang ditanda tangani oleh petugas gudang dan pejabat yang berwenag. Dalam aturan

xxii

pengeluaran barang dari gudang sebaiknya menurut sistem FIFO (First In First Out), namun untuk barang-barang seperti teh sistem pengeluarannya disesuaikan dengan barang yang lebih dahulu terjual atau dibutuhkan. Pada akhir pengeluaran harus dikontrol supaya tidak ada kesalahan. Untuk pengangkutannya di lakukan dengan truk yang dilengkapi dengan terpal dan penutup agar terhindar dari hujan dan sinar matahari langsung.

b. Pengendalian dalam proses pengemasan :

Pengendalian dalam proses pengemasan dengan menggunakan karung plastik yang ukurannya sama dengan paper sack. Penggunaan plastik sebelum karung plastik berfungsi untuk menjaga agar udara tidak dapat masuk sehingga kelembaban terjaga dan kadar air juga terjaga. Hal ini dilakukan untuk menjaga mutu teh agar tidak mudah ditumbuhi oleh jamur. Sedangkan dalam pengemasan dengan menggunakan kertas karton berupa kemasan kecil yang terdiri dari 3 lapis yaitu isi (teh) dibungkus dengan plastik, kemudian dengan karton dan bagian luar karton dilapisi dengan plastik kaca. Tujuan penggunaan plastik kaca untuk menjaga produk dari kerusakan serta juga dapat menambah daya tarik dan nilai jual.

Dokumen terkait