• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Hakikat Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata akhlak merupakan isim jamak atau isim ghair mustagh, yang isi yang tidak mempunya akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq

yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlak atau khuluq kedua – duanya dijumpai pemakaiannya didalam Al-Qur’an maupun Hadits sebagai terlihat dalam berrikut ini:











“ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)











“ (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.” (QS.

Al-Syu’ara’: 137)

“ orang mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah orang mukmin yang paling baik budi pekertinya.” (H.R. Turmuzi)

“ bahwasananya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budipekerti.” (H.R. Ahmad)

Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas akhlak atau kelakuan manusia dangat beragam, dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argument keanekaragaman tersebut.









Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti sangat beragam.” (QS. Al-Lail:4)

ayat yang pertama tersebut diatas menggunakan khuluq dengan arti budi pekerti, ayat kedua menggunakan kata akhlak untuk arti adat kebiasaan. Selanjutnya hadits yang pertama menggunakan khuluq untuk arti budi pekerti, dan hadits yang kedua menggunakan kata akhlak untuk arti budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak dan khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat

kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala Sesutu yang sudah menjadi tabiat atau

tradisi.22

Akhlak dalam segi bahasa ini membantu kita dalam menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Namun demikian, pengertian akhlak dari segi bahasa ini sering digunakan untuk mengartikan secara umum. Akibatnya segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat, atau nilai – nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat disebut akhlak.

22

Demikian juga aturan baik buruk yang berasal dari pemikiran manusia, seperti: etika, moral dan adat kebiasaan juga dinamakan akhlak. Persepsi ini tidak sepenuhnya tepat, sebab antara akhlak, moral, etika dan adat kebiasaan terhadap perbedaan. Akhlak bersumber dari agama, sedangkan etika, moral dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia.

Perlu dijelaskan pengertian akhlak menurut istilah yang diberikan para akhlak dibidangka. Ilmu maskawih, sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dalam kitabnya tahdzibul akhlak. Dalam masalah ini dia termasuk pemikir Islam yang terkenal. Dalam setiap pembahasan akhlak dalam Islam pemikirannya selalu menjadi perhatian orang. Hal ini karena pengalaman hidupny sendiri yang pada usia muda sering dihabiskan pada perbuatan – perbuatan yang sia – sia, telah menjadi pendorong yang kuat baginya untuk menulis kiatan tentang akhlak sebagai tuntutan untuk generasi berikutnya. Ia mengatakan bahwa akhlak adalah:

“sikap yang tertanam dalmajiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukn pemikiran dan pertimbangan (lagi)."

Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpapikir dan pertimbangan keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak dan ada yang berasal dari latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur: unsure watak naluri dan unsur lewat usaha dan latihan.23

Sementara ini, Imam al-Ghazali, karena kepiawaiannya membela siswa dari berbagai paham yang menyesaykan, lebih luas lagi yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawih diatas.

Akhlak dalam konsep al-Ghazali tidak hanya terbatas apa yang dikenal dengan teori menenah dalam seperti bersifat pribadi, tapi juga menjangkau

23

sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditemukan.

Akhlak menurut al-Ghazali mempunyai tiga demensi, yaitu:

- Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah dan shalat.

- Dimensi social, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaualannya dengan sesamanya.

- Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. Al-Ghazali memberikan devisi akhlak sebgai berikut:

“ akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah gampang. Tanpa perlu kepada pikiran dan pertrmbangannya. Jika sikap yang darinyalahir perbuatan yang baik dan terpuji, bak dari segala akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.”24

24

Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat: a. Perbuatan baik dan buruk

b. Kesanggupan melakukan c. Mengetahuinya

d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat tersebut, sehingga mudah melaksanakan yang baik atau yang buruk. Sedangkan menurut al-Farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.

Jika diperhatikan dengan seksama, tanpa bahwa seluruh devinisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang Nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan mudah menjadi kebiasaan.25

Selanjutnya Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam akhlak. Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang.

Kedua perbuatan akhlak merupakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga peerbuatan akhlak merupakan perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakan tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Keempat

perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsure sandiwara. Kelima

perbuatan yang dilakukan ikhlas karena Allah, bukan karena ingin dipuji tau ingin mendapatkan sesuatu.26

25

Moh. Ardani,Akhlak Tasawuf,… hal. 29-30

26

2. Sumber dan Macam – macam Akhlak

Dokumen terkait