• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di Smk Gita Kritti 1 Jakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa Di Smk Gita Kritti 1 Jakarta"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

Jakarta.” Masalah pokok yang diteliti dalam skripsi ini sebagaimana telah

dirumuskan dalam perumusan masalah: Bagaimana pengaruh mata pelajaran pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMK Gita Kritti 1 Jakarta. Apakah mata pelajaran pendidikan agama Islam berpengaruh positif terhadap pembentukan akhlak siswa.

Tujuan penelitian ini antara lain untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kenakalan dan sopan santun siswa di kelas X dan pembentukan akhlak siswa didalam kehidupan sehari-hari selama disekolah dan dirumah. Variable bebas dalam penelitian ini adalah mata pelajaran pendidikan agama Islam, dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah pembentukan akhlak siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi deskripsi, kemudian data diolah dengan menggunakan product moment. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, dokumentasi, angket dan wawancara. Teknik penganbilan sampel ditetapkan

secara “random sampling” yaitu proses pemnganbilan sampel diaman seluruh

anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 50 siswa atau 25 % dari populasi yang berjumlah 141 siswa. Selanjutnya penulis melakukan pengolahan data dan analisi data secara statistic deskripsi kuantitatif yaitu dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi.

(6)

ii

penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SMK GITA KRITTI 1 JAKARTA

Shalawat dan salam penulis haturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw beserta anak - anak, keluarga dan sahabatnya serata para Nabi, Wali, Syuhada, orang – orang shalih.

Penulis menyadari bahwa penulis skripsi ini tidak dapat menyelesaikan tanpa adanya dukungan, bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang mendalam kepada:

1. Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Bahrissalim,M.Ag. sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Sapiudin Shidiq, M.Ag sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Zaimuddin, MA. Dr. sebagai Pembimbing Skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penulis.

6. Bapak H. Abdul Ghafur MA. Sebagai dosen Penasehat Akademik. 7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama kuliah di

Jurusan Pedidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(7)

iii

bersedia menerima dan membantu penulis alam melakukan penelitian dan penyelesaian skripsi ini.

10.Teman – teman seperjuangan di Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2006, khususnya Arif Mahmudi, Ahmad Syahroni, Dayat, Siti Bariroh, Dahria serta teman – teman mahasiswa yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah memberian semangat san bantuannya selama ini.

11.Kakak sepupu ku tersayang Muhammad Eddy Syamjaya yang membuat penulis menjadi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Akhirnya atas jasa dan bantuan semua pihak, baik berupa moril maupun materi penulis panjatkan doa semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda dan penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berkah bagi penulis dan pembaca. Amiiin.

Jakarta, 5 januari 2012

(8)

iv LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESA A. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam... 5

1.Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 5

2.Dasar – dasar Dan Tujuan Pendidikan Agama Islam . 5 3.Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 14

B. Hakekat Akhlak ... 16

1.Pengertian Akhlak ... 16

2.Sumber dan Macam – macam Akhlak ... 21

3.Tujuan Akhlak ... 24

C. Hakikat Anak Didik ... 21

(9)

v

Memperoleh Pendidikan ... 22

D. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak 27 E. Kerangka Berfikir ... 34

F. Hipotesa. ... 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

C. Variable Penelitian ... 37

D. Metode Penelitian ... 38

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisi ... 39

G. Instrument Penelitian... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Profil SMK Gita Kritti 1 Jakarta ... 44

B. Pelaksanaan pendidikan akhlak di SMK Gita Kritti 1 Jakarta ... 50

C. Usaha – usaha sekolah dalam membina akhlak di SMK Gita Kritti 1 Jakarta ... 52

D. Deskripsi data ... 53

E. Analisis data... 94

F. Interprestasi data ... 96

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105 DAFTAR PUSTAKA

(10)

vi

Tabel 3 Sarana SMK Gita Kriti 1 Jakarta ... 49 Tabel 4 Perhitungan Memperoleh Angka Indeks Korelasi Antara

Variabel X (Pendiidkan Agama Islam) dan Variabel Y

(11)

vii laku siswa)

Grafik 3 (belajar agama Islam bertujuan untuk menguatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT)

Grafik 4 (termotivasi untuk belajar agama Islam dengan baik)

Grafik 5 (materi akhlak pendidikan agam Islam diberikan kepada murid) Grafik 6 (Saya masih berada dikantin ketika waktu istirahat telah usai)

Grafik 7 (tujuan pemberian mata pelajaran agama Islam untuk pembentukan akhlakul karimah)

Grafik 8 (guru menjelaskan garis besar akhlak terpuji) Grafik 9 (guru menjelaskan garis besar akhlak tercela)

Grafik 10 (ilmu pendidikan agama Islam diterapkan dalam kehidupan sehari – hari)

Grafik 11 (hasil dari pelajaran pendidikan agam Islam murid bisa bertingkah laku dengan mulia)

Grafik 12 (senang mempelajari pendidikan agama Islam) Grafik 13 (pendidikan agama Islam tidak sulit dipelajari)

Grafik 14 (pendidikan agama Islam adalah pelajaran penting bagi kehidupan manusia)

Grafik 15 (materi pendidikan agama Islam dengan menggunakan satu metode) Grafik 16 (kepahaman sisiwa atas penyampaian materi pendidikan agama Islam di

sekolah)

Grafik 17 (mengulang kembali mata pelajaran yang telah lalu)

Grafik 18 (guru agama Islam member motivasi untuk berakhlak mulia)

Grafik 19 ( berusaha menyimak dengan baik materi pendidiakn agama Islam dari guru)

(12)

viii metode)

Grafik 24 (guru memberika pertanyaan kepada siswa secara spontan) Grafik 25 (suasana kegiatan belajar mengajar yang kondusif)

Grafik 26 (tidur selama kegiatan proses belajar mengajar sedang berlangsung) Grafik 27 (guru pendidikan agama Islam memiliki keterampilan dalam memberi

mata pelajaran)

Grafik 28 (pendidikan agama Islam cara efktif untuk berakhlak baik)

Grafik 29 (menurut pendidikan agama Islam bertutur kata yang baik adalah perbuatan terpuji)

Grafik 30 (mempelajari pendidikan agama Islam penting di pelajari bagi umat Islam)

Grafik 31 (bidang studi pendidikan agama Islam bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan pengalaman agama Islam)

Grafik 32 (siswa dibimbing dan dibina untuk berakhlak mulia)

Grafik 33(menurut pendidikan agama Islam mencuri untuk memenuhi kebutuhan hidup diperbolehkan)

Grafik 34 (agama Islam mengajarkan kita untuk bergaul secara baik dengan teman yang berbeda agama)

Grafik 35 (menurut pendidika agama islam menyontek adalah perbuatan yang curang)

Grafik 36 (dorongan berbuat buruk)

Grafik 37 (berbuat baik merupakan pengaruh dari pendidikan agama Islam) Grafik 38 (guru pendidikan agama Islam memberi nasihat kepada siswa agar

berakhlak baik)

Grafik 39 (guru pendidikan agama Islam member nasihat kepada siswa agar berakhlak baik ketika dilingkungan sekolah)

(13)

ix

n yang baik dengan berdo’a terlebih dahulu)

Grafik 44 (berbuat sopan santun kepada kedua orang tua)

Grafik 45 (mendo’akan orang tua selesai melaksanakan shalat)

Grafik 46 (Saya berkelahi atau tawuran dengan sekolah lain) Grafik 47 (berbuat baik kepada tetangga)

Grafik 48 (mempunyai janji wajib ditepati)

Grafik 49 (mengucapkan salam pasa daar keluar atau masuk rumah) Grafik 50 (masing –masing murid mengiuti majlis ta’lim ditempat tinggal) Grafik 51 (Saya mencuri uang atau benda milik orang lain)

Grafik 52 (setelah melaksanakan shalat membaca al-qur’an)

Grafik 53 (makhluk sosial memiliki sifat toleransi kepada orang lain) Grafik 54 (mengucapkan terima kasih setelah mendapatkan pertolongan) Grafik 55 (melaksanakan puasa ramahan dengan baik)

Grafik 56 (agama Islam mengajarkan kta ntuk patuh kepadaorang tua, guru, orang yang lebih tua)

Grafik 57 (menyingkirka benda berbahaya dari tempat umum) Grafik 58 (membantu menyelesaikan pekerjaan rumah) Grafik 59 (dating tepat waktu kesekolah)

Grafik 60 (menyampaikan amanah)

Grafik 61 (tepat waktu melaksanakan shalat lima waktu) Grafik 62 (hormat dan patuh kepada guru disekolah) Grafik 63 (Saya membawa rokok keadalam sekolah) Grafik 64 (menjengguk dan menghibur teman yang sakit) Grafik 65 (kepatuhan hamba kepada Sang Pencipta) Grafik 66 (Saya menghisap rokok dilingkungan sekolah)

Grafik 67 (murid rutin mengikuti acara bakti sosial disekolah atau dilingkungan rumah)

(14)

x

Grafik 73 (ketenangan setelah mengerjakan shalat lima waktu)

Grafik 74 (berkomunikasi dengan menggunakan perkataan baik dan sopan santun) Grafik 75 (Saya membawa rokok kedalam sekolah)

Grafik 76 (pegawai sekolah memberikan hukuman kepada murid memiliki alhlak yang tercela)

Grafik 77 (membolos sekolah ketika mata pelajaran pendidikan agama Islam) Grafik 78 (murid mengikuti kegiatan majlis ta’lim ditempat tinggal)

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap bangsa keinginan serta selalu berusaha meningkatkan harkat dan martabat bangsanya, demikian juga halnya bangsa Indonesia. Usaha untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia dapat dilakukan melalui pendidikan, karenakeseluruhan usaha pendiidkan pada dasarnya adalah proses pembentukan dan pembangunan manusia seutuhnya. Pendidikan menyangkut pengembangan keseluruhan potensi yang dimiliki manusia. Pendidikan bukan hanya mendidik siswa agar tahu, tetapi yang sangat penting lagi bagaimana manusia menjadi manusia yang manusiawi. Ini menyangkut pendidikan akhlak. Bahwa akhlak ini merupakan suatu hal yang cukup penting bagi bangsa Indonesia. Di dalam Undang – undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa:

Pembangunan Nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur dan beradab berdasarkan pancasila dan Undang – undang Negara Republik Indonesia tahun 1945.1

1

(16)

muda yang masih remaja, yaitu berusia antara 13 tahun sampai dengan 17 tahun yang dalam pertumbuhannya lebih mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Dari beberapa pengamatan sebagian generasi muda atau remaja yang masih sekolah mereka sering melakukan hal – hal yang tidak terpuji, seperti melawan para orang tua atau guru, berkelahi, berpakaian yang kurang sopan, sering bolos sekolah, sering keluar pada saat jam mata pelajaran sedang berlangsung, merokok, tauran antar pelajar atau antar sekolah, mengganggu ketentraman umum dan sebagainya. Kelakuan yang amoral ini kemungkinan karena mereka masih dalam dalam taraf pertumbuhan pisik dan psikologi serta perubahan lingkungan yang sangat cepat. Keadaan seseorang dalam masa remaja tersebut, sebagaimana dikatakan oleh Dr. Zakiah Drajat:

Masa remaja adalah masa yang penuh dengan kegoncangan jiwa, masa berada dalam peralihan atau diatas jembatan goyang yang menghubungkan masa kanak – kanak yang penuh dengan kebergantungan dengan masa dewasa yang matang dan berdiri sendiri.2

Disamping itu faktor lain penyebab dari tingkah laku yang tidak baik dimasa remaja banyak sekali, misalnya sebab – sebab karena faktor kemiskinan dan kemajuan teknologi saat ini yang menyebabkan siswa melakukan hubungan sex bebas dengan lawan jenis yang seumuran atau umur beda jauh demi mendapatkan barang atau sesuatu yang diinginkan, perkelahian antar siswa, terkait narkoba, suka tauran antara pelajar atau antara sekolah, merokok. Dalam keadaan tersebut banyak mendapat perhatian dan menjadi salah satu topik pembicaraan dalam masyarakat sehubungan dengan kegiatan mereka dalam mengikuti perkembangan jaman yang penuh tantangan bagi siswa tersebut terutama kegiatan yang berhubungan dengan segi akhlak. Kegiatan siswa dilihat pertumbuhannya, siswa berada dalam mencari bentuk jati dirinya. Permasalahan ini telah dirasakan oleh orang tua yang mengeluh dan efeknya dapat dirasakan oleh masyarakat. Mengingat pentingnya mereka sebagai generasi penerus cita – cita perjuangan bangsa dan salah satu subyek yang dituntut untuk melestarikan idiologi bangsa

2

(17)

dibiarkan begitu saja. Siswa harus dibina dan dibimbing denagn memberikan pengetahuan akhlak yang sesua denagn ajaran agama Islam.

Maka mata pelajaran pendidikan agama di sekolah memang sangat penting dan diperlukan bagi siswa untuk mengarah pada setiap yang positif, karena didalamnya terkandung beberapa norma, moral, akhlak dan sopan santun yang harus dipatuhi oleh setiap aparat sekolah, kepala sekolah, guru, siswa,security sekolah, penjaga sekolah. Pendidikan agama Islam juga berperan dalam dalam mempercepat proses pencapaian tujuan pendidikan nasional. Mengingan pentingnya pendidikan agama Islam, mata pelajaran ini harus diupayakan dapat dilaksanakan dengan baik agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai dengan baik dan menghasilkan siswa – siswa yang memiliki akhlak yang mulia.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah a. Pembatasan Masalah

Dari sekian masalah yang penulis kemukakan di dalam pendahuluan, maka penulis membatasi masalah pada:

1. Pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah materi pelajaran yang berkenan dengan aspek aqidah, keislaman dan akhlak.

2. Pembentukan akhlak siswa, maksudnya adalah mengarahkan siswa agar selalu mempunyai akhlak yang mulia.

b. Rumusan Masalah

(18)

Untuk memperoleh data dan informasi mengenai peranan mata pelajaran pendidikan agama Islam terhadap sikap siswa dalam tata tertib di SMK Gita Kritti 1 Jakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Untuk pengembangan ilmu, terutama bagi penulis sendiri dalam menekuni dan mendalami masalah – masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak siswa di SMK Gita Kritti 1 Jakarta.

2. Menanamkan wawasan dan melatih diri dalam bentuk penulis skripsi. 3. Hasil penelitian ini yang dalam bentuk skripsi diharapkan dapat

melengkapi koleksi perpustakaan utama maupun perpustakaan Tarbiyah dibidang mata pelajaran pendidikan agama Islam terhadap pembentukan akhlak sisiwa di SMK Gita Kritti 1 Jakarta.

(19)

BAB II

KERANGKA TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA

A. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam 1. Pengertian pendidikan agama Islam

Pengertian pendidikan dan agama akan penulis terangkan secara terpisah. Dalam bahasa Arab istilah pendidikan berarti tarbiyah dengan pengertian mengembangkan, mengasuh atau membesarkab. Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan adalah proses pengembangan dan pembentukan manusia melalui tntutan dan petunjuk yang tepat di sepanjangkehidupannya, dan mencakup dalam segala bidang.1 Ahmad S. Marimba menjelaskan bahwa Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh di pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik manuju terbentuknya kependidikan yang utama.2

1

Yedi Kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, (Jakarta: Firdaus, 1992),

cet. ke-1, hal. 2

2

Yedi kurniawan, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan…, hal. 3

(20)

Di dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia di jelaskan bahwa: Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mendatangkan perubahan sikap dan perilaku seseorang melalui pengajaran dan pelatihan.3 Sedangkan Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak – anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.4 Dan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah yang dilakukan secara sadar oleh pendidik untuk mengembangkan dan membentuk manusia (anak) dalam mencapai kedewasaan baik jasmani maupun rohaninya melalui bimbingan dan petunjuk yang tepat dilakukan disepanjang hidupnya dan mencakup dalam segala bidang. Pengertian Agama dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban – wajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu,5 dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, agama adalah aturan atau tata cara hidup manusia dalam hubungannya dengan tuhan dan sesamanya.6 Mahmud Syaltut menyatakan bahwa agama adalah ketetapan Illahi yang diwahyukan kepada Nabinya untuk menjadi pedoman manusia.7 Syekh Muhammad Abdullah Bardan menjelaskan bahwa agama menggambarkan hunungan antara dua pihak, dimana yang pertama mempunyai kedudukan lebih tinggi dari kedua.

Maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama adalah urusan dan ketetapan yang diturunkan Allah melalui perantara Nabi-Nya untuk dijadikan segala pedoman hidup manusia dalam berhubungan dengan Allah dan sesama makhluk ciptaan Allah. Setelah mengemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian pendidikan dan pengertian agama secara terpisah, selanjutnya penulis akan mengemukakan pendapat para ahli agama secara

3

Lilian D. Tedjasuhana, Ensiklopedi Nasional Indonesia, (Jakarta: PT. Cipta Adipustaka, 1991),

cet. Ke-1, hal. 365

4

Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Prakmatis, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 1993), cet. Ke-6, hal. 11

5

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar

Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988, cet. Ke-1, hal. 9

6

Bambang Harisnukomo, Ensiklopedi Nasional Indonesia…, hal. 156

7

(21)

terpisah, selanjtnya penulis akan mengemukakan pendapat para ahli mengenai pengertian pendidikan agama Islam secara bersamaan. Dra. Hj. Zuhairini mengemukakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu siswa agar mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.8 Prof. H. M. Arifin M.ED. menjelaskan pengertian pendidikan agama Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan para hamba Allah.9

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi 2003 untuk sekolah menegah umu, mata pelajaran agama Islam dijelaskan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan siswa untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani, bertaqwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dalam sumber utamanya. Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan: pengajaran untuk menghormati penganut agama lain dalam kerukunan umat agama.10

Maka dapat disimpulkan bahwa pengajaran pendidikan agama Islam adalah suatu kegiatan yang diambil dengan diawali langkah – langkah yang benar, terstruktur dan sistematis dengan membawa hasil baik dalam rangka menyiapkan peserta didik agar mereka tidak hanya menguasai ilmu pengerahuan Islam yang dijalankan dalam kehidupan sehari – hari, sehingga dapat dikatakan sebagai manusia yang berkepribadian muslim.

2. Dasar – dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dasar dari suatu bangunan adalah kegiatan dari bagunan yang menjadi sumber kekuatan dan keteguhan tetap berdirinya bangunan itu. pada suatu pohon besar itu adalah akarnya. Fungsinya sama dengan fundamen tadi, mengeratkan berdirinya pohon itu. Demikian fungsi dari bangunan itu.

8

Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional, 1997), cet.

Ke-1, hal. 27

9

M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), cet. Ke-2, hal. 10

10

(22)

Fungsinya adalah menjamin sehinga “bangunan” pendidikan itu teguh berdirinya. Agar usaha – usaha yang terlingkup didalam kegiatan pendidikan mempunyai sumber keteguhan, suatu sumber kenyakinan: Agar jalan menuju tujuan dalam tegas dan terlihat, tidak mudah disampingkan oleh pengaruh – pengaruh luar. Singkat dan tegas dasar pendidikan Islam adalah firman Tuhan dan sunah Rasulullah SAW.11 Kalau pendidikan diibaratkan bangunan maka isi Al-Qur’an dan Haditslah yang menjadi fundamen.

Dasar – dasar pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:

1. Dasar Religius

Manurut Zuhairini, yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar – dasar yang bersumber dari ajaran agama Islam yang tertera dalam Al-Qur’an maupun hadits. Menurut ajaran Islam, bahwa melaksanakan pendidikan agama Islam adalah merupakan perintah dari Tuhan dan merupakan ibadah kepada-Nya.

2. Dasar Yuridis Formal

Manurut Zuhairini dkk, yang dimaksud dengan dasar yuridis formal pelaksanaan pendidikan agama Islam yang berasal dari perundang – undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat dijadikan peganggan dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, disekolah – sekolah manapun dilembaga – lembaga pendidikan formal di Indonesia.12 3. Dasar Ideal

Yang dimaksud dengan dasar ideal yakni dasar dari filsafat Negara: Pancasila, dimana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini

11

Ahmad D. Marimba, Metodik Khusus Islam, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1981), cet. Ke- 5, hal.

41

12

Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah

(23)

mengandung pengertian, bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau tegasnya harus beragama.

4. Dasar Struktural

Yang dimaksud dengan dasar konsitusional adalah dasar UUD Tahun 2002 Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi sebagai berikut: Negara berdasarkan atas Tuhan Yang Naha Esa, Negara menjamin tiap – tiap pendudukan untuk memeluk agamanya masing – masing dan untuk beribadah menurut agama dan kepercayaannya.

Bunyi dari UUD di atas engandung pengertian bahwa bangsa Indonesia bunyi dari UUD di atas mengandung pengertian bahwa bangsa Indonesia harus beragama dalam pengertian manusia yang hidup dibumi Indonesia adalah orang – orang yang mempunyai agama. Karena itu, umat beragama khususnya umat Islam dapat menjalankan agamanya sesuai ajaran Islam, maka diperlukan adanya pendidikan agama Islam.

5. Dasar Operasional

Yang dimaksud dengan dasar operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama Islam disekolah – sekolah di Indonesia.

Menurut Tap MPR nomor IV/MPR/1973. Tap MPR nomor IV/MPR/1987 dan Tap MPR nomor II/MPR/1983 tentang GBHN, “yang pada pokoknya dinyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsung dimasukkan kedalam kurikulum sekolah sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai dengan universitas negeri.13

Atas dasar itulah, maka pendidikan agama Islam di Indonesia memiliki status dan landasan yang kuat dilindungi dan didukung oleh hokum serta peraturan perundang – undangan yang ada.

13

(24)

6. Dasar Psikologis

Yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya, manusia baik individu maupun sebagai anggota masyarakat diharapkan pada hal – hal yang membuat hatinya tidak tenang dan tidak tentram sehingga memerlukan adanya pegangan hidup.14

Semua manusia yang hidup didunia selalu membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama, mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan aanya zat Yang Maha Kuasa, tempat untuk berlindung, memohon dan tempat mereka memohon pertolongan. Mereka akan merasa tenang an tentram hatinya apabila mereka dapat mendekatkan dirinya kepada Yang Maha Kuasa. Dari uraian diatas jelaskan bahwa untuk membuat hati tenang dan tentram adalah dengan jalan mendekatkan diri kepda Tuhan.

Berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu kepada penanaman nilai – nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika social dan moralitas social. Penanaman nilai – nilai ini juga alam rangka menunai keberhasilan hidup didunia bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.

Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan, tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana siswa akan dibawa. Tujuan pendidikan juga dapat membentuk perkembangan anak untuk mencapai tingkat kedewasaan, baik biologis maupun pedagogis.

Pendidikan agama Islam disekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengamalan siswa tentang agama Islam sehinga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan,

14

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT.

(25)

ketaqwaannya, berbangsa da bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi (kurikulum PAI: 2002).15

Menurut Zakiah Dradjat, tujuan adalah suatu yang diharapkan tercapat setelah sesuatu usaha atau kegiatan selesai. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap dan atatis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan ari kepribadian seseorang, berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya, yaitu kepribadian seseorang yang membuatnya menjadi “insane kamil” dengan pola taqwa. Insane kamil artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup berkembang secara wajar dan normal karena taqwanya kepada Allag SWT.16 Sedangkan Mahmud Yunus mengatakan bahwa tujuan pendidikan agama adalah mendidik anak – anak, pemuda – pemudi maupun orang dewasa supaya menjadi seorang muslik sejati, beriman teguh, beramal saleh dan berakhlak mulis, sehingga ia menjadi salah seorang masyarakat yang sanggup hidup diatas kakinya sendiri, mengabdi kepada Allah dan berbakti kepada bangsa dan tanah airnya, bahkan sesame umat manusia.17

Sedangkan Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa tujuan pendidikan Islam yang paling utama adalah beribadah dan taqarrub kepada Allah, dan kesempurnaan insane yang bertujuannya kebahagiaan dunia akhirat.18

Adapun Muhammad Athiyah Al-Abrasy merumuska bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan budi pekerti adalah akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dengan mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tiggi, mempersiapka mereka untuk suatu kehidupan yang suci

15

Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetens,…, hal. 135

16

Zakiah Dradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi aksara, 1992), cet. Ke-2, hal. 29

17

Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Pt. Hidakarya Agung, 1983),

hal. 13

18

(26)

seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan terutama dari pendidikan Islam adalah mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa.19

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Karena itu pendidikan Islam, yaitu sasaran yan akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.

Tim penyusun buku Ilmu Pendidikan Islam mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam ada 3 maca, yaitu:

1. Tujuan Umum

Adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi aspek kemanusiaan seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, denga kerangka yang sama. Bentuk insane kamil dengan pola taqwa kepada Allah harus bergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkah – tingkah tersebut.

2. Tujuan Akhir

Pendiidkan Islam ini berlangsung selam ahidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup didunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola taqwa dapat mengalami naik turun, bertambah dan berkurang dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara da mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai.

19

Muhammad Athiyah Al-Abrasy, Dasar DasarPokok Pendidikan Islam, terjemahan Bustami

(27)

3. Tujuan Sementara

Adalah tujuan yang akan dicapai setelah siswa diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Tujuan operasional dalam bentuk tujuan instruksional yang dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional khusus (TIU dan TIK). 4. Tujuan Operasional

Adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan – bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu disebut tujuan operasional. Dalam pendidikan formal, tujuan ini disebut juga tujuan instruksional yang selanjutnya dikembangkan menjadi Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional khusus (TIU dan TIK). Tujuan instruksional ini merupakan tujuan pengajaran yang direncanakan dalam unit kegiatan pengajaran.20

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing dan membentuk manusia menjadi hamba Allah yang saleh, teguh imannya, taat beribadah dan berakhlak terpuji.

Jadi, tujuan pendidikan agama Islam adalah berkisar kepada pembinaan pribadi muslim yang terpadu pada perkembangan dari segi spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Atau lebih jelas lagi, ia berkisar pada pembinaan warga Negara muslim yang baik, yang percaya pada Tuhan dan agamanya, berpegang teguh pada ajaran agamanya, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai – nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai – nilai

20

(28)

ini juga dalam rangka menunai keberhasilan hidup didunia bagi siswa yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.

Dengan demikian tujuan pendidikan merupakan pengalaman nilai – nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi muslim melalui proses akhir yang dapat membuat siswa memiliki kepribadian Islami yang beriman, bertaqwa dan berilmu pengetahuan.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, karena didalamnya banyak pihak yang terlihat baik secara langsug maupun tidak langsung.

Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 1. Perbuatan mendidik itu sendiri

Yang dimaksud dengan perbuatan mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan sewaktu mengasuh siswa. Atau dengan istilah lain yaitu sikap, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada siswa menuju kepada tujuan pendidika Islam.

2. Siswa

Yaitu pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebakan tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa siswa kepada tujuan pendidikan Islam yang kita cita – citakan.

3. Dasar dan Tujuan Pendidikan Islam

(29)

4. Pendidik

Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan Islam. Pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik atau tindakan pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan Islam.

5. Materi Pendidikan Islam

Yaitu bahan – bahan, pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk disajikan kepada siswa.

6. Metode Pendidikan Islam

Yaitu cara yang paling tepat dilakuka oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan materi pendidikan Islam kepada siswa. Metode disini mengemukakan bagaimana mengelolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh siswa.

7. Evaluasi Pendidikan

Yaitu memuat cara – cara bagaimana mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar siswa. Tujuan pendidikan Islam umumnya tidak dapat dicapai sekaligus, melainkan melalui proses atau pentahapan tertentu. Apabila tahap ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilakukan pada tahap berikutnya dan berakhir dengan terbentuknya kepribadian muslim.

8. Alat – alat Pendidikan Islam

Yaitu alat – alat yang dapat digunakan selama elaksanakan pendidikan Islam agar tujuan pendidikan Islam tersebut berhasil.

9. Lingkungan

Yaitu keadaan – keadaan yang ikut berpengaruh dalam pelaksanaan serta hasil pendidikan Islam.21

21

(30)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam itu sangat luas, sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan Islam.

B. Hakikat Akhlak 1. Pengertian Akhlak

Secara bahasa kata akhlak merupakan isim jamak atau isim ghair mustagh, yang isi yang tidak mempunya akar kata, melainkan kata tersebut memang begitu adanya. Kata akhlak adalah jamak dari kata khulqun atau khuluq yang artinya sama dengan arti akhlak sebagaimana telah disebutkan diatas. Baik kata akhlak atau khuluq kedua – duanya dijumpai pemakaiannya didalam Al-Qur’an maupun Hadits sebagai terlihat dalam berrikut ini:







“ Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al-Qalam: 4)







“ (agama Kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu.” (QS. Al-Syu’ara’: 137)

“ orang mukmin yang paling sempurna keimanannya ialah orang mukmin yang

(31)

“ bahwasananya aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan keluhuran budipekerti.” (H.R. Ahmad)

Bertitik tolak dari pengertian bahasa di atas akhlak atau kelakuan manusia dangat beragam, dan bahwa firman Allah berikut ini dapat menjadi salah satu argument keanekaragaman tersebut.



Sesungguhnya usaha kamu (hai manusia) pasti sangat beragam.” (QS. Al-Lail:4)

ayat yang pertama tersebut diatas menggunakan khuluq dengan arti budi pekerti, ayat kedua menggunakan kata akhlak untuk arti adat kebiasaan. Selanjutnya hadits yang pertama menggunakan khuluq untuk arti budi pekerti, dan hadits yang kedua menggunakan kata akhlak untuk arti budi pekerti. Dengan demikian kata akhlak dan khuluq secara kebahasaan berarti budi pekerti, adat kebiasaan, perangai, muru’ah atau segala Sesutu yang sudah menjadi tabiat atau tradisi.22

Akhlak dalam segi bahasa ini membantu kita dalam menjelaskan pengertian akhlak dari segi istilah. Namun demikian, pengertian akhlak dari segi bahasa ini sering digunakan untuk mengartikan secara umum. Akibatnya segala sesuatu perbuatan yang sudah dibiasakan dalam masyarakat, atau nilai – nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat disebut akhlak.

22

(32)

Demikian juga aturan baik buruk yang berasal dari pemikiran manusia, seperti: etika, moral dan adat kebiasaan juga dinamakan akhlak. Persepsi ini tidak sepenuhnya tepat, sebab antara akhlak, moral, etika dan adat kebiasaan terhadap perbedaan. Akhlak bersumber dari agama, sedangkan etika, moral dan adat kebiasaan berasal dari pemikiran manusia.

Perlu dijelaskan pengertian akhlak menurut istilah yang diberikan para akhlak dibidangka. Ilmu maskawih, sebagai pakar bidang akhlak terkemuka dalam kitabnya tahdzibul akhlak. Dalam masalah ini dia termasuk pemikir Islam yang terkenal. Dalam setiap pembahasan akhlak dalam Islam pemikirannya selalu menjadi perhatian orang. Hal ini karena pengalaman hidupny sendiri yang pada usia muda sering dihabiskan pada perbuatan – perbuatan yang sia – sia, telah menjadi pendorong yang kuat baginya untuk menulis kiatan tentang akhlak sebagai tuntutan untuk generasi berikutnya. Ia mengatakan bahwa akhlak adalah:

“sikap yang tertanam dalmajiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan

tanpa memerlukn pemikiran dan pertimbangan (lagi)."

Dalam konsepnya akhlak adalah suatu sikap mental yang mendorong untuk berbuat tanpapikir dan pertimbangan keadaan atau sikap jiwa ini terbagi dua: ada yang berasal dari watak dan ada yang berasal dari latihan. Dengan kata lain tingkah laku manusia mengandung dua unsur: unsure watak naluri dan unsur lewat usaha dan latihan.23

Sementara ini, Imam al-Ghazali, karena kepiawaiannya membela siswa dari berbagai paham yang menyesaykan, lebih luas lagi yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawih diatas.

Akhlak dalam konsep al-Ghazali tidak hanya terbatas apa yang dikenal dengan teori menenah dalam seperti bersifat pribadi, tapi juga menjangkau

23

(33)

sejumlah sifat keutamaan akali dan amali, perorangan dan masyarakat. Semua sifat ini bekerja dalam suatu kerangka umum yang mengarah kepada suatu sasaran dan tujuan yang telah ditemukan.

Akhlak menurut al-Ghazali mempunyai tiga demensi, yaitu:

- Dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, seperti ibadah dan shalat.

- Dimensi social, yakni masyarakat, pemerintah dan pergaualannya dengan sesamanya.

- Dimensi metafisis, yakni akidah dan pegangan dasarnya. Al-Ghazali memberikan devisi akhlak sebgai berikut:

“ akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa manusia yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah gampang. Tanpa perlu kepada pikiran dan pertrmbangannya. Jika sikap yang darinyalahir perbuatan yang baik dan

terpuji, bak dari segala akal dan syara’ maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan yang tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak

yang buruk.”24

24

(34)

Dengan demikian, akhlak itu mempunyai empat syarat: a. Perbuatan baik dan buruk

b. Kesanggupan melakukan c. Mengetahuinya

d. Sikap mental yang membuat jiwa cenderung kepada salah satu dua sifat tersebut, sehingga mudah melaksanakan yang baik atau yang buruk. Sedangkan menurut al-Farabi, ia menjelaskan bahwa akhlak itu bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang merupakan tujuan tertinggi yang dirindui dan diusahakan oleh setiap orang.

Jika diperhatikan dengan seksama, tanpa bahwa seluruh devinisi akhlak sebagaimana tersebut diatas tidak bertentangan, melainkan saling melengkapi, yakni suatu sikap yang tertanam kuat dalam jiwa yang Nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan mudah menjadi kebiasaan.25

Selanjutnya Abuddin Nata dalam bukunya Akhlak Tasawuf mengatakan bahwa ada lima ciri yang terdapat dalam akhlak. Pertama perbuatan akhlak tersebut sudah menjadi kepribadian yang tertanam kuat dalam jiwa seseorang. Kedua perbuatan akhlak merupakan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran. Ketiga peerbuatan akhlak merupakan perbuatan yang timbul dalam diri orang yang mengerjakan tanpa paksaan atau tekanan dari luar. Keempat perbuatan dilakukan dengan sebenarnya tanpa ada unsure sandiwara. Kelima perbuatan yang dilakukan ikhlas karena Allah, bukan karena ingin dipuji tau ingin mendapatkan sesuatu.26

25

Moh. Ardani,Akhlak Tasawuf,… hal. 29-30

26

(35)

2. Sumber dan Macam – macam Akhlak 1. Sumber Akhlak

Pengertian akhlak didalam Islam banyakdibicarakan dan dimuat dalam Hadits sumber tersebut merupakan batas – batas dalam tindakan sehari – hari bagi manusia ada yang menjelaskan arti baik dan buruk. Member informasi kepada umat, apa yang mestinya harus diperbuata dan bagaimana harus bertindak. Sehingga dengan mudah dapat diketahui, apakah perbuatan itu terpuji atau tercela, benar atau salah.

Kita telah mengetahui bahwa akhlak Islam adalah merupakan system moral yang berdasarkan Islam, yakni bertitik tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah kepada Nabi atau Rasul-Nya yang kenudian agar disampaikan kepada umatnya.

Akhlak Islam, karena merupakan system akhlak yang berdasarkan kepada kepercayaa kepada Tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar dari pada agama itu sendiri. Dengan demikian, dasar atau sumber pokok daripada akhlak adalah Al-Qur’an dan Hadits yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri.27

Pribadi Nabi Muhammad adalah contoh yang paling tepat untuk dijadikan teladan dalammembentuk kepribadian. Begitu juga sahabat – sahabat Beliau yang selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadits dlam kesehariannya.

Beliau bersabda:

27

(36)

” dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi SAW bersabda, “telah ku

tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang kepada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”28

Dengan demikian tidak diragukan lagi bahwa segala perbuatan atau tindakan manusia apapun bentuknya pada hakekatnya adalah bermaksud mencapai kebahagiaan, sedangkan untuk mencapai kebahagiaan menurut siistem moral atau akhlak yang Islam dapat dicapai dengan jalan menuruti perintah Allah yakni dengan menjauhi segala larangan-Nya dan mengerjakan segala perintah-Nya, sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Hadist.

2. Macam – macam akhlak a) Akhlak Al-Karimah

Akhlak Al-Karimah atau akhlak mulia sangat amat jumlahnya, namun dilihat dari segi hubungan manusia dengan Tuhan dan manusia dengan manusia, akhlak yang mulia itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Akhlak Terhadap Allah

Adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat – sifat terpuji demikian agung sifat itu, yang jangankan manusia, malaikatpun tidak akan menjangkau hakekatnya.

2. Akhlak Terhadap Diri Sendiri

Akhlak ini dapat diartikan menghargai, menghormati, menyayangi dan menjaga diri sendiri dengan sebaik – baiknya, karena sadar bahwa dirinya itu sebagai ciptaan dan amanah Allah yang harus

28

(37)

dipertanggungwajabkan denagn sebaik-baiknya. Contohnya: menghindari minuman yang beralkohol, menjaga kesucian jiwa, hidup sederhana serta jujur dan hindarkan perbautan yang tercela.

3. Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Manusia adalah makhluk social yang kelanjutan eksistensinya secara fungsional dan optimal banyak bergantung pada orang lain, untuk itu, ia perlu bekerjasama dan saling tolong menolong dengan orang lain. Islam menganjurkan berakhlak yang baik kepada saudara, karena ia berjasa salam ikut serta mendewasakan kita, dan merupakan orang yang paling dekat dengan kita. Caranya dapat dilakukan dengan memuliakannya, memberikan bantuan, pertolongan dan menghargainya.29

Jadi, manusia menyaksikan danmenyadari bahwa Allah telah mengaruniakan kepadanya keutamaan yang tidak dapat terbilang dan karunia kenikmatan yang tidak bias dihitung banyaknya, semua itu perlu disyukurinya dengan berupa berzikir dengan harinya. Sebagiknya dalam keghidupannya senantiasa berlaku hidup sopan dan sntun menjaga jiwanya agar selalu bersih, dapat terhindar dari perbuatan dosa, maksiat, sebab jiwa adalah yang terpenting dan pertama yang harus dijaga dipelihara dari hal – hal yang dpat mengotori dan merusaknya karena manusia adalah makhluk social maka ia perlu menciptakan suasana yang baik, satu dengan yang lainnya saling berakhlak yang baik.

b) Akhlak Al- Mazmumah

Adalah sebagai lawan dari akhlak yang baik sebagaimana tersebut di atas. Dalam ajaran Islam tetap membcarakan secara terperinci dengan tujuan agar dapat dipahami dengan benar, dan dapat diketahui cara – cara menjauhinya.

Berdasarkan petunjuk ajaran Islam dijumpai berbagai macam akhlak yang tercela, diantaranya:

29

(38)

1.Berbohong

Adalah memberikan informasi yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

2.Takabur (sombong)

Adalah mengaku dirinya besar, tinggi,mulia, melebihi orang lain. Pendek kata merasa dirinya lebih hebat.

3.Dengki

Adalah rasa tidak senang atas eknikmatan yang diperoleh ornaglain. 4.Kikir

Ialah sukar baginya mengurangi sebagian dari apa yang dimiliki itu untuk ornag lain.30

Berdasarkan diuraikan diatas maka akhlak dalam wujud pengalamannya dibedakan menjadi dua: akhlak terpuji dan akhlak tercela.jika sesuai dengan perintah Allah dan rasul-Nya yang kemudian melahirkan perbuatan yang baik, maka itulah yang dinamakan akhlak terpuji, sedangkan jika ia sesuai dengan apa yang dilarang oleh Allah dan rasul_nya dan melahirkan perbuatan – perbautan yang buruk, maka itulah yang dinamakan akhlak yang tercela.

3. Tujuan Akhlak

Tujuan adalah suatu usaha yang diharapkan terapai setelah sesuatu usaha atua kegiatan selesai dikerjakan. Maka tujuan utam pendidikan akhalk dalamIslam agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan

30

(39)

yang lurus, jalan yang telah dgariskan oleh Allah.31 Inilah yang akan mengantarkan manusia menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Akhlak mulia merupakan tujuan pokok dalam pendidikan akhlak Islam ini. Akhlak seseorang akan dianggap mulia jika perbuatannya mencerminkan nilai – nilai yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian bahwa pendidikan akhlak adalah merupakan asas bagi tiap pendidikan manusia.

Menurut Al-Ghazali, tujuan pendidikan akhlak dalam prosesnya haruslah mengarah kepada pedekatan diri kepada Allah da kesempatan insane, dapat membentuk kepribadian muslim yang memiliki sifat terpuji, sehingga setiap perbuatan baik yang dilakukan terasa nikmat, dan pada akhirnya dapat mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan hidupnya yaitu kebahagiaa didunia dna akhirat. Sehingga tujuan pendidikan akhlak dirumuskan sebagai pendekatan diri kepada Allah, yaitu untuk membentuk manusia yang shaleh, yang mampu melaksanakan kewajiba – kewajibannya kepada Allah dan kewajibannya kepada manusia sebagai hamba-Nya. Al-Ghazali menjelaskan tujuan akhlak:

“tujuan dari akhlak ialah membuat amal yang dikerjakan menjadi nikmat.

Seorang yang dermawan akanmerasakan nikmat ketika memberikan hartanya dan ini berbeda denag orang yang memberikan hartnya karena terpaksa. Seorang yang rendah hati ia merasakan lezatnya tawadhu’.”32

Rumusan cukup sederhana namun sangat mengenai telah ditawarkan oleh Zakiah Drajat. Zakiah Drajat berpendapat bahwa tujuan pendidikan akhlak

31

Aki Badul Halim Mahmud, AKhlak Mulia, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), cet. Ke1, hal.

159

32

(40)

adalah untuk membentuk karakter muslim yang memiliki sifat – sifat terpuji. Menurut Zakiah Drajat, dalam ajaran Agama Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman. Iman merupakan pengakuan hati. Dan akhlak merupakan pantulan iman tersebut pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi dan akhlak adalah bukti.33 Dalam hal ini, zakiah menekankan bahwa akhlak adalah implementasi iman. Dari pandangan Zakiah Drajat ini dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membuat peserta didik mampu mengimplementasikan keimanan dengan baik.

Dalam pendidikan formal, tujuan pendidikan akhlak tergambar dengan jelas dan rinci pada kurikulum. Tujuan pendidikan akhlak adalah di lembaga – lembaga formal biasanya terbagi kepada dua bagian, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

a. Tujuan umum

Adalah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan kependidikan, baik dengan cara pengajaran atau cara lain yang meliputyi aspek sikap, tingkah laku, kebiasaan dan pandangan hidup. Untuk menunju tujuan umum tersebut perlu adanya pengkhususan tujuan yang disesuaikan denagn kondisi dan situasi tertentu. Misalnya tugas dari suatu lembaga pendidikan, bakat siswa dan tingkat pendidikan.34 Tujuan umum pendidikan adalah membimbing siswa agar menjadi muslim sejati, beriman teguh serta mampu mengabdikan diri kepada Allah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah:





“dan Aku tidak menciptakan jin dan manusai melainkan supaya mereka

mengabdikan kepada-Ku.” (QS. Al-Zaraiyat: 56)

33

Zakia Drajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, (Jakarta: CV. Ruhama, 1993),

hal. 67-70

34

(41)

b. Tujuan khusus

Adalah tujuan pada setiap jenjang pendidikan akhlak yang dilalui. Sebagai contoh berikut adalah pendidikan akhlak pada sekolah pada sekolah menengah kejurun yang disusun oleh Dirjen Bimus Islam Direktorat pendidikan Agama, Depag RI: “memupuk jiwa agama dengan berusaha menanmkan rasa cinta kepada Allah dalam hati murid, menanmkan I’tikad dan kepercayana yang benar dalam jiwanya. Mendidik siswa agar menjadi orang yang bertaqwa, membiasakan dan membimbing anak untuk berakhlak mulia serta memiliki adat kebiasaan yang baik.35

C. Hakikat Anak Didik 1. Pengertian

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekolompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit anak didik adalah anak yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik.36

Dalam bahasa Indonesia, amak siswa, murid, pelajar dan peserta didik marupakan sinomin (persamaan), semuanya bermakna anak yang sedang berguru ( belajar dan bersekolah), anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari suatu lembaga pendidikan. Jadi dapat dikatakan bahwa anak didik merupakan semua orang yag sedang belajar, baik pada lembaga pendidikan formal maupun lembaga pendidikan non formal.37

35

Depag RI, Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan, (Jakarta: Dirjen Bimas Islam, 1975), hal.

27

36

Sutari Imam Barnadib, Pengaruh Ilmu Pendiidkan Sistematis, (Yogjakarta:FIP IKIP, 1986,

hal. 120; Ahmad D Marimban, hal. 58 – 59, Suwarno, Pengatar Ilmiu Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru,

1985), hal. 67 - 68

37

(42)

Anak didik adalah subjek utama dalam pendidikan. Dialah yang belajar setiap saat. Belajar anak didik tidak mesti harus selalu berinteraksi dengan guru dalam proses interaksi edukatif.

Tokoh – tokoh aliran behaviorisme beranggapan bahwa anak didik yang melakukan aktivitas belajar seperti membaca buku, mendengarkan penjelasan guru, mengarahkan pandangan kepada seorang guru yang menjelaskan didepan kelas, termasuk dalam kategori belajar. Mereka tidak melihat ke dalam fenomena psikologi anak didik. Aliran ini berpegang pada realitas dengan mata telanjang dnegan mengabaikan proses mental denagn segala perubahannya, sebagai akibat dari aktivitas belajar tersebut. Tetapi aliran kognitivisme mengatakan lain bahwa keberhasilan belajar itu ditentukan oleh perubahan mental dengan masuknya sejumlah kesan yang baru dan pada akhirnya mengetahui perilaku. Berbeda dengan aliran behaviorisme yang hanya melihat fenomena perilaku saja, aliran kognivtivisme jauh melihat kedalam fenomena psikologi.38

2. Dasar – dasar Kebutuhan Anak Untuk Memperoleh Pendidikan

Secara kodrati, anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan – kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup didunia ini.

Rasulullah saw bersabda:

38

(43)

Artinya: “Tidaklah seseorang yang dilahirkan melainkan menurut fitrahnya, maka akibat kedua orang tuanyalah yang Yahudikannya atau me-Nasranikannya atau me-Majusikannya. Sebagaimana halnya binatang yang dilahirkan denagn sempurna, apakah kamu lihat binatang itu tidak berhidung dan

bertelinga? Kemudian Abu Hurairah berkata,”Apabila kau mau bacalah lazimilah

fitrah Allah yang telah Allah ciptakan kepada manusia diatas fitrah-Nya. Tiada penggantian terhadap engkau ciptaan Allah. Itulah agama yang lurus (Islam.)” (HR.Muslim)

Prof. DR. H. Ramayulis mengartikan fitrah dalam arti etimologi berarti alkhilqah, al-ibda’, al-ja’l (penciptaan). Arti ini disamping dipergunakan untuk maksud penciptaan alam semesta juga pada penciptaan manusia. Dengan makna etimologi ini, maka hakekat manusia adalah sesuatu yang diciptakan, bukan menciptakan.39

Sedangkan, Allah SWT berfirman surat An-Nahl ayat 78:











Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.”40

Dari hadits dan ayat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa manusia itu untuk dapat menentukan status manusia sebagaimana mestinya adalah harus mendapatkan pendidikan. Dalam hal ini keharusanmendapatkan pendidikan itu jika

39

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: kalam Mulia, 2004), cet. Ke-4, hal. 278

40

Al-Qur’an dan Terjemah, Departemen Agama Republik Indonesia, (Jakarta: CV. Toha Putra

(44)

diamati lebih jauh sebenarnya mengandung aspek – aspek kepentingan yang antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Aspek Paedagogis.

Dalam aspek ini, para ahli didik memandang manusia sebagai animal educandum: makhluk yang memerlukan pendidikan. Adapun manusia dengan potensi yang dimilikinya, mereka dapat dididik dan dikembangkan kearah yang diciptakan, setaraf denagn kemampuan yang dimilikinya. Islam mengajarkan bahwa anak itu membawa berbagai potensi yang selanjutnya apabila tersebut dididik dan dikembangkan ia akan menjadi manusia secara fisik dan mental akan memadai.

b. Aspek Sosiologi dan Kultural.

Menurut ahli sosiologi pada prinsipnya, mansuai adalah homosocius, yaitu mahkluk yang berwatak berkemampuan dasar atau memiliki garizah (instink) untuk hidup bermasyarakat. Sebagai makhluk sosial manusia memilik rasa tanggung jawab yang diperlukan dalam mengembangkan hubungan timbale balik dan saling pengaruh mempengaruhi antara anggota masyarakat dalam kesatuan hidup mereka.

Dengan demikian manusia dikatakan dalam kesatuan hidup mereka. Berarti pula manusia ini adalah makhluk yang berbudayaan, baik moral maupun material. Diantara intink manusia adalah adanya kecenderungan mempertahankan segala apa yang dimilikinya termasuk kebudayaannya. Oleh karena itu maka manusia pula melakukan pemindahan dan penyaluran serta pengoperan kebudayannya kepada generasi yang akan menggantikannya dikemudian hari.

c. Aspek Tauhid.

(45)

manusia menjadi makhluk yang berketuhanan dan beragama adalah karena didalam jiwa manusia terdapat instink religios atau garizah Diniyah (instink percaya pada agama). Itulah sebabnya, tanpa menlalui proses pendidikan instink religios atau garizah Diniyah tersebut tidak akan mungkin dapat berkembang secara wajar. Dengan demikian pendidikan keagamaan mutlak diperlukan untuk mengembangkan kedua instink tersebut.41

Karena itulah, anak didik memiliki beberapa karakteristik, diantaranya: 1. Belum memiliki pribadi dewasa susila, sehingga masih menjadi tanggung

jawab pendidik.

2. Masih menyempurnakan aspek tertentu dari kewenanggannya, sehingga masih menjadi tanggung jawab pendidik.

3. Sebagai manusia memiliki sifat – sifat dasar yang sedang ia kembangkan secara terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, social, intelengensi, emosi, kemampuan bicara, perbedaan individual dan sebagainya.42

Dengan demikian anak didik sebagai manusia yang belum dewasa merasa tergantung kepada pendidiknya, anak didik merasa ia memiliki kekurangan tertentu, ia menyadari bahwa kemampuannya sangat terbatas dibandingkan denagn kemampuan pendidikannya. Kekurangan ini membawanya untuk mengadakan interaksi denagn pendidiknya dalam situasi pendidikan. Dalam situasi pendidikan itu jadi interaksi kedewasaan dan kebelum dewasaan.

Suatu hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pendidik dalam membimbing anak didik adalah kebutuhan mereka. Ramayulis sebagaimana mengutip pendapat al-Qussy membagi kebutuhan manusia dalam dua kebutuhan pokok, yaitu:

41

Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 1998), cet. Ke-2, hal. 86 -

89

42Hasbullah,…, hal. 23

(46)

a. Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jasmani seperti makan, minum dan sebagainya.

b. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan rohanih.43 Selanjutnya ia membagi kebutuhan rohaniah kepada enam macam, yaitu:

1) Kebutuhan kasih sayang. 2) Kebutuhan akan rasa aman. 3) Kebutuhan akan rasa harga diri. 4) Kebutuhan akan rasa bebas. 5) Kebutuhan akan sukses.

6) Kebutuhan akan sesuatu kekuatan.

Selanjutnya Law head membagi kebutuhan manusia sebagai berikut: 1) Kebutuhan jasmani, seperti makan, minum, bernafas. Perlindungan, seksual,

kesehatan, dan lain – lain.

2) Kebutuhan rohani, seperti kasih sayang, rasa aman, penghargaan, belajar, menghibur diri dengan dunia yang lebih luas, mengaktualitaskan dirinya sendiri dan lain – lain.

3) Kebutuhan yang menyangkut jasmani dan rohani, seperti istirahat, rekreasi, butuh supaya setiap potensi fisik dapat dikembangkan semaksimal mungkin, butuh agar setiap usaha dapat sukses.

4) Kebutuhan social, seperti supaya dapat diterima oleh teman – temannya secara wajar, supaya dapat diterima oleh orang lain tinggi dari dia seperti orang tuanya, guru – gurunya dan pemimpinnya, seperti kebutuhan untuk memperoleh prestasi dan posisi.

5) Kebutuhan yang lebih tinggi sifatnya merupakan tuntutan rohani yang mendalam yaitu kebutuhan untuk meningkatkan diri yaitu kebutuhan terhadap agama.44

43

Prof. DR. H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,…, hal. 104

44

(47)

Dari kedua kutipan diatas dapat disimpulakn bahwa kebutuhan yang paling esensi adalah kebutuhan agama. Agama dibutuhkan manusia karena emmerlukan orientasi dan objek pengabdian dalam hidupnya. Oleh karena itu, tidak seorang pun yang tidak membutuhkan agama.

Faktor anak didik menurut Undang – Undang Sistem Pendidikan nasional (UUSPN) Nomor 20 tahun 2003, BAB V pasal 12 bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai denagn agama yang dianutnya dan diajarkan oelh pendidik yang seagama.45 Mencakup pengertian peserta didik, yaitu anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Anak adalah makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk berkembang baik jasmani dan rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, kekuatan maupun perimbangan bagian – bagiannya. Dalam segi rohaniah anak emmpunya bakat – bakat yang harus dikembangkan seperti kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan keagamaan, kebutuhan akan pengertian nilai – nilai kemasyarakatan, kesusilaan, kasih sayang dan lain – lain, maka pendidikan islam lah yang harus mebimbing, menuntun, serta memenuhi kebutuhan – kebutuhan siswa dalam berbagai bidang tersebut.

4. Pengaruh Pendidikan Agama Islam Terhadap Akhlak

Dalam Pendidikan Agama Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan intelektualitas dalam arti bukan hanya meningkatkan kecerdasan saja, melainkan juga mengembangkan seluruh aspek kepribadian manusia, yang mencakup aspek keimanan, moral atau mental, perilaku dan sebagainya.

45

(48)

Pembinaan kepribadian atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan. Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitannya denagn tingkat keimanan. Dalam pembentukan akhlak siswa, hendaknya setiap guru menyadari bahwa dalam pembentukan akhlak sangat diperlukan pembinaan dan latiahn – latihan pada siswa bukan hanya diajarkan secara teoritis, tetapi harus diajarkan kearah kehidupan praktis.

Agama sebagai unsur esensi dalam kepribadian manusia dapat member peranan positif dalam perjalanan kehidupan manusia, selain kebenarannya masih dapat dinyakini secara mutlak.

Dalam hal pembentukan akhlak remaja, pendidikan agama mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupannya. Pendidikan agama berperan sebagai pendali tingkah laku atau perbuatan yang terlahir dari sebuah keinginan yang berdarah emosi. Jika ajaran agama, sudah terbiasa dijadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari – hari dan sudah ditanamkannya sejak kecil, maka tingkah lakunya akan lebih terkendali dalam menghadapi segala keinginan yang timbul.

D. Kerangka Berfikir

(49)

Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an terhadap anak – anak terbentuk kepribadian muslim yang sempurna, sedangkan lembaga adalah tempat berlangsungnya proses bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan Al-Qur’an yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia berkepribadain muslim.

Pendidikan dasar bertujuan untuk member bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota msyarakat, warganegara dan umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.

SMK Gita Kritti 1 Jakarta sebagai salah insitusi yang menyelenggarakan pendidikan dasar diharapkan dapat memberikan motivasi bagi siswanya untuk menjadi bagisan dari Sumber Daya Manusia yang unggul di segala bidang, khususnya adalah pembentukan kepribadian muslim yang sempurna.

E. Hipotesa

Berdasarkan tinjauan teoritis yang dikemukakan di atas, maka peneliti mengajukan pertanyaan sebgai berikut: Apakah siswa yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama mempunyai akhlak yang lebih baik dari siswa yang memperoleh nilai rendah.

Berdasarkan pertanyaan diatas maka dapat diajukan hipotesa sebagai berikut:

Ho: Tidak ada perbedaan akhlak siswa antara yang memperoleh nilai tinggi dalam pelajaran agama dengan siswa yang memperoleh nilai rendah.

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Gita Kritti 1 Jakarta kelas XI yang berlokasi di Jalan BRI radio Dalam, Gondangria Utara, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kode Pos: 12140. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Mei 2011sampai 31 Mei 2011, pada semester genap tahun ajaran 2010 – 2011.

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek dalam penelitian.1 Sedangkan menurut S. Margono, populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian penulis dalam sebuah ruang lingkup dan waktu yang ditentukan.2 Adapun

1

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2002), hal.108

2

S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), cet. Ke-4,

hal. 118

(51)

Jakarta kelas XI (satu) semester I (satu) tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 141 orang siswa dan guru pendidikan agama Islam berjumlah 2 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti.3 Untuk menyederhanakan proses pengumpulan dan pengolahan data, maka penulis mengambil teknik sampling dengan mengacu kepada pendapat Suharismi Arikunto, yaitu apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik di ambil semua hingga penelitian merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.4

Dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 35 % saja dari jumlah populasi yang ada, yaitu 50 orang siswa, penentuannya dilakukan secara acak (random sampling). Teknik random sampling adalah proses penagmbilan sampling dimana seluruh aggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih.5 Metode pengambilan sampelnya dilakukan denagn cara sukareal atau tidak ada paksaan untuk mengisi angket yang sudah penulis berikan kepada murid – murid kelas XI (satu) di SMK Gita Kritti 1 Jakarta, kemudian setelah mengisi kertas angket tersebut siswa mengembalikan kertas angket tersebut kepada penulis untuk dihitung hasil secara keseluruhan.

C. Variabel Penelitian

Gambar

Table 1 Skor Item Alternatif Jawaban Responden
Tabel Interprestasi Table 3 Nilai “r”
Tabel 3 Sarana SMK Gita Kritti 1 Jakarta
tabel berisi sati item pernyataan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi pendapatan usahatani cabai merah pada lahan pasir di kawasan

STS = Jika merasa sangat tidak sesuai dengan pernyataan yang

 Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.  Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan

Setelah mengikuti Sharing ini, peserta diwajibkan dapat :. Mengexport file ke

Pegumuman ini mendahului persetujuan APBN DIPA Tahun Anggaran 201 Pegumuman ini mendahului persetujuan APBN DIPA Tahun Anggaran 201 Pegumuman ini mendahului

Ketut Suminta, Drs, 2000, Modul Pelatihan Geometri roda,

Analisis penguatan front wheel alignment mengacu pada pengaturan pada tiap faktor front wheel alignment mencakup perubahan camber, spesifikasi awal menggunakan

Seperti apa yang disampaikan oleh bapak Kabid Dikmen, bapak Drs Ketut Arjana, M.Pd bahwa masih banyak sekolah-sekolah jenjang SMA dan SMK ( 28 SMA dan 22 SMK)