• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN

3. Pengertian Akhlak

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Di dalam Da’iratul ma’arif dikatakan :

17

HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, h. 21-22

18

akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik,”19

Sedangkan dalam kamus Shahih kata khuluq berarti tabiat atau perangai. Qurtubi dalam tafsirnya menjelaskan. “khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap atau bertindak”.20

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu di sebut akhlak. Dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada pada dirinya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuaatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak tercela. Semua itu tergantung dari bagaimana cara pembinaannya.

a. Perbedaan akhlak, moral dan etika

1. Moral

Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.

Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.21

Dalam Wikipedia di jelaskan bahwa Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki

19

Asmaran. A.S, M.A, pengantar studi akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994), Cet Ke-2, H.1

20

Muhhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet

Ke-1, H.178 21

nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.22

Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut :

1) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang

22

diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :

( قلخ ّمم ـس ۡ رظ يلف

( ۬ قفا ۬ ء ّم م قلخ )

بٕٮآرّتل بلّصل يب م ر ي )

Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang

dada.”

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan sebagainya.Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu berdoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.

Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perilaku

terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

ع تي ۬ ق ص ّم ٌ۬ريخ ٌ رفغم ٌ۬ف رعّم ٌ۬ل ق

۬

ۗ

ٌ۬ميلَ َ ّّ

Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang

diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi

Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)

Disisi lain Al-Qur‟an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara

wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik.

ليءٓ رسإ ٓ ب قـ يم ا خ إ

ـتيل برقل ا۬ اسَإ ي ل ل ب ّّ َّإ عت َ

لق َّإ متيّل ت ّمث ڪّ ل ْا تاء لّصل ْا يق ا۬ سَ اّ لل ْا ل ق يڪـس ل

مت مڪ ّم ۬ اي

ضرعّم

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):

janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu

berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)

Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,

اہّي ٓـي

ا ۬ ي س ۬ َ ق ْا ل ق ّّ ْا قّت ْا ماء ي ّل

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

Katakanlah Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70)

Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepetingan sendiri.23

23

3) Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia

sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.

Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.

Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk

menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur‟an yang melarang melakukan

penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman :

يقسـفل يل ّّ إ ف ا ل ص ٓ لع ٕٮ ق ا تڪرت يّل ّم متعطق ام

Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang

fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)

Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus dapat bersahabat.

Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.

Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negatif bagi makhluk lainnya.

2. Etika

Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian.

Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak membahas keadaan manusia, melainkan membahas bagaimana seharusnya manusia itu berlaku benar. Etika juga merupakan filsafat praxis manusia. etika adalah cabang

dariaksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.

Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.24

3. Perbedaan akhlak moral dan etika

1.Berdasarkan dari segi bahasa

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama‟ dari “khulqu” dari bahasa

Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.

Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, susila.

Etika yang berasal dari bahasa Yunani „ethos‟ yang brati adat kebiasaan. Danagn kata

lain usaha dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata.

2. Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di gunakannya.

Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah Rasul, sedangkan

moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :

Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad)

24

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah

akumulasi dari aqidah dan syari‟at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.

Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari‟at akan lahir akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari‟at Islam telah

dilaksanakan berdasarkan aqidah.

a. Macam-Macam Akhlak

1) Akhlak Mulia a) Shiddiq

Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim di tuntut selalu dalam keadaan benar lahir dan batin, benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati, apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dari segala penyakit hati. Benar perkataan, apabila semua yang dikatakannya adalah kebenaran bukan kebohongan. Dan benar perbuatan, apabila semua yang dilakukan sesuai dengan yang disyariaatkan oleh agama.25

Orang yang berpegang kepada kejujuran dan mempertahankan prinsip kejujuran pada setiap problem yang dihadapinya dan melaksanakan menurut dasar hukum yang benar, yang demikian merupakan salah satu tiang agama yang kokoh.26

b) Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya, dengan pengertian yang lebih luas mencakup banyak hal : menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan orang lain, menjaga diri sendiri, serta menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.27

c) Istiqomah

Secara etimologi, istiqamah berasal dari kata istaqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.28

Secara terminologi akhlak, istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan

25

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam (LPPI), 1999), Cet

Ke-1, H.80 26

Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1, H.74

27

Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89 28

godaan. Seorang yang istiqomah adalah laksana batu karang ditengah lautan yang tidak bergeser sedikitpun walau diterjang oleh ombak yang besar sekalipun.29

d) Iffah

Menurutbahasa berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Sedangkan menurut istilah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang merendahkan, merusak, dan menjatuhkan.

Nilai dan wibawa seseorang tidaklah ditentukan oleh bentuk rupanya, kekayaannya, dan jabatannya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya. Oleh sebab itu, untuk menjaga kehormatan diri tersebut setiap orang haruslah menjauhkan diri dari segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah SWT. Dia harus mampu mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang bertentangan dengan kehormatan dirinya.30

e) Tawadhu

Artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabbur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya sendiri secar berlebihan. Bentuk dari sikap tawadhu adalah bergaul dengan oarang lain dengan ramah, serta tidak memandang dirinya lebih baik dari orang lain.

f) Malu

Adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang lebih rendah atau tidak baik. Mali merupakan ciri khas perangai manusia yang menyingkap nilai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak seseorang.

Orang yang mempunyai rasa malu, senantiasadapat menahan diri dari perbuatan yang mengganggu manusia dan tidak mau menuturkan kata-kata yang keji, hina dan buruk.31

g) Sabar

29

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.97

30

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.103

31

Secara bahasa sabar berarti menahan dan mengekang. Sedangkan menurut istilah sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho Allah.

Menurut Al Ghazali, sabar merupakan ciri khas manusia, binatang dan malaikat tidak memiliki sifat sabar karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya kepada hawa nafsu, bahkan hawa nafsu itulah satu-satunya yang mendorong binatang untuk bergerak atau diam. Binatang juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa nafsunya. Sedangkan malaikat, tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak ada hawa nafsu yang harus dihadapinya. Malikat selalu cenderung kepada kesucian. Sehingga tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan mempertahankan kesuciannya itu.32

h) Pemaaf

Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah. Menurut M. Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan untuk meminta maaf , tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.33 Atau dengan kata lain kita lebih dianjurkan memberi maaf kepada orang lain sebelum orang itu meminta maaf kepada kita.

i) Hikmah ( Kebijaksanaan )

Hikmah adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiyarnya.34

j) Adil

Adil adalah kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.35

2) Akhlak Tercela a) Berbohong

32

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.134

33

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.141

34

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2, H.62

35

Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya.

b) Takabur

Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia melebihi orang lain. Pendek kata takabur ialah merasa dirinya paling hebat diantara orang lain.36

c) Dengki

Dengki adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.37

d) Bakhil

Bakhil artinya kikir, orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa yang menjadi miliknya, tetapi hematnya dengan sangat dan berlebihansehingga sukar baginya mengurangi sebagian apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.38

Dokumen terkait