• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Agama Dalam Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa disekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pendidikan Agama Dalam Keluarga dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa disekolah"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUHNYA TERHADAP AKHLAK SISWA DI SEKOLAH

Disusun Oleh:

SYAIFUL ULUM (107011003587)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Nama : Syaiful Ulum

NIM : 107011003587

Fak/Jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam

Judul : Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak Siswa Di SMAN 2 Mauk-Tangerang

Skripsi ini mengkaji tentang pengaruh pendidikan agama dalam keluarga. Pembahasan dalam skripsi ini di maksudkan untuk mengetahui adakah pengaruhnya antara pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa disekolah.

Belakangan ini kita sering melihat orang tua yang karena terlalu sibuk bekerja sehingga melupakan pendidikan anak dan menyerahkan pendidikan anak sepenuhnya kepada sekolah. Padahal sejatinya Keluarga adalah pendidik utama bagi anak. karena dilingkungan keluarga, anak banyak mendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya.

Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan angket, data yang berhasil diperoleh oleh penulis kemudian diolah melalui tahapan editing, scoring, dan tabulating. Kemudian untuk mengetahui koefisien korelasi antara dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini penulis memasukkan hasil penjumlahan skor angket kedalam rumus “r” product moment. Setelah angka korelasinya diketahui penulis kemudian mencocokkannya dengan tabel nilai “r” product moment sehingga dapat diketahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel pendidikan agama dalam keluarga dan variabel akhlak siswa disekolah, atau tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.. Adapun jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kuantitatif.

(6)

Bismillahirrahmaanirrohiim

Tiada kata yang paling indah diucapkan selain memanjatkan puji dan syukur kehadirat Illahi rabbi penguasa alam semesta, berkat keagungan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyah ini guna mencapai gelar sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan

Agama Islam, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tiada kuasa dan seizinnya lah penulis bisa menyelesaikan semua ini. Shalawat beriring salam

tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai revolusioner dunia dan pembawa risalah keagungan, serta kepada keluarga, para sahabat-sahabatnya, mudah-mudahan kita semua mendapatkan syafaa‟atul „udzma di yaumil akhir nanti amin yaa rabbal „alamin.

Skripsi ini memang hanya setetes lautan ilmu yang Allah berikan kepada penulis, walaupun demikian tidak mudah penulis mendapatkannya. Skripsi ini terwujud dan terselesaikan bukan semata-mata atas tangan pribadi penulis, namun juga berkat uluran tangan dan dorongan pihak lain yang telah banyak membantu sampai terselesaikannya skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya jazaakumullah khoiron katsiro kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Ibu Hj. Sofiah, MA yang disela-sela kesibukannya bersedia meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis

4. Bapak/ibu Dosen dan Karyawan/Karyawati Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(7)

membantu penulis dalam melakukan penelitian

7. Ayahanda Mohan Mahmuddin dan ibunda Dwi kurniati yang penulis cintai, yang tidak pernah bosan dan berhenti memberikan perhatian doa dan dukungan baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terlaksanakan dan terselesaikan. “terima kasih papah dan mamah”.

8. Kakak ku Hurul „Ain beserta suaminya M.Kosim, serta keponakan ku

tercinta Sahnaz Aluna. Terima kasih atas dukungan dan partisipasinya.

9. Adik-adik ku tercinta Zahrotunnufus dan Khairul Abdi, yang secara tidak langsung memberikan motivasi agar penulis cepat menyelesaikan skripsi ini.

10. Tak lupa juga kepada Ummi Kurniawati yang tidak bosan-bosannya memberikan dukungan dan motivasinya agar skripsi ini dapat terselesaikan secepatnya.

11. Sahabat-sahabatku Hadi Assyihabi, Miftahuddin, Rachmad Triyadi, terima kasih atas bantuannya, sampai skripsi ini terselesaikan.

12. Teman-teman seperjuangan (PAI-b 2007) yang selalu kompak, selalu memberikan dukungan, do‟a dan bantuan di saat penulis menyelesaikan skripsi.

13. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis tidak bisa membalas semua kebaikan mereka dan mudah-mudahan kita selalu berada dalam keridhaan-Nya.

(8)

saja yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin yaa Allah yaa rabbal ‘alamin.

Jakarta,16 September 2013

(9)

Abstrak ... i

Lembar Pengesahan Pembimbing ... ii

Kata Pengantar ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Indetifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ... 6

BAB II TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga ... 8

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 8

2. Pengertian Keluarga ... 13

3. Pengertian Akhlak ... 15

4. Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga ... 26

5. Model pendidikan agama dalam keluarga... 30

B. Kerangka Berfikir ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sumber Penelitian ... 35

B. Tempat dan Waktu penelitian ... 35

C. Variabel Penelitian ... 36

D. Sumber Data Penelitian ... 34

E. Populasi dan Sampel ... 37

F. Teknik Pengumpulan Data ... 37

(10)

A. Analisis Data ... 42 B. Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya

Terhadap Akhlak Siswa Di Sekolah ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 56

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA

PROFIL SEKOLAH

UJI REFERNSI

SURAT IJIN PENELITIAN

(11)

1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia dan dalam kehidupan masyarakat manapun. Pendidikan merupakan proses untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Setiap bangsa memandang bahwa pendidikan merupakan usaha yang berperan penting dalam kelangsungan hidup bangsa tersebut. Pendidikan dapat mengembangkan kepribadian, pengetahuan, ketrampilan dan wawasan berpikir yang luas.

Sebagai mana kita ketahui bahwa pendidikan memiliki peran penting dalam suatu negara. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila tingkat pendidikannya telah memadai dengan kondisi

yang dialaminya, juga bisa dikatakan mundur apabila negara tersebut tidak bisa menjawab tantangan-tantangan yang dihadapinya pada waktu itu.

Pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan di dunia ini. Pada hakekatnya pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Untuk itu maka seseorang harus mempunyai suatu pengetahuan, yang mana pengetahuan tersebut merupakan perlengkapan dasar manusia didalam menempuh kehidupan ini. Ternyata hal yang terpenting pada kehidupan manusia itu sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas suatu pengetahuan yang diperolehnya. Dengan begitu kepribadian setiap manusia akan berbeda, dan itupun sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diperolehnya.

Dengan demikian pemerintah menginginkan bahwa kualitas dan kuantitas suatu bangsa (dalam hal ini pendidikan) haruslah ditingkatkan. Dengan begitu maka pendidikan pada suatu bangsa memiliki makna pendidikan yang sangat tinggi, terutama untuk mengembangkan dan membangun generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan, sehingga mengangkat harkat dan martabat bangsa.

(12)

sehat ilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang baik, demokratis serta bertanggung jawab.1

Melalui pendidikan agam tersebut, diharapkan individu dapat mengembangkan potensi takwa kepada Allah SWT. Apabila potensi ini berkembang dengan baik, maka individu akan dapat mengendalikan diri agar terhindar dari bentuk-bentuk prilaku yang bertentangan dengan nilai-nilai agama yang tertanam dalam dirinya. Namun perkembangan itu tidak terjadi manakala tidak ada faktor luar yang memberikan rangsangan atau stimulus yang memungkinkan potensi itu berkembang dengan sebaik-baiknya. Faktor tersebut adalah lingkungan dimana individu tersebut hidup. Dan salah satunya adalah keluarga.

Pendidikan keluarga adalah fase awal dan basis bagi pendidikan seseorang. Ia juga

merupakan pusat pendidikan alamiah yang berlangsung dengan penuh kewajaran. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang pertama dan utama bagi seorang anak. Sebelum ia berkenalan dengan lingkungan sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan bagi seorang anak, baik perilaku, budi pekerti, maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah tempat anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat.

Lingkungan keluarga merupakan media pertama dan utama yang secara langsung berpengaruh terhadap perilaku dan perkembangan anak didik.Bilamana keluarga itu beragama Islam maka pendidikan agama yang diberikan kepada anak adalah Pendidikan Islam. Dalam hal ini Pendidikan Islam ditujukan pada pendidikan yang diajarkan Allah melalui Al-Qur'an dan sunnah-sunnah Nabi.

Hasil-hasil yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan anak itu selanjutnya, baik di sekolah maupun dalam masyarakat. Orang tua atau keluarga menerima tanggung jawab mendidik anak-anak dari Tuhan atau karena kodrat. Keluarga, bertanggung jawab penuh atas pemeliharaan anak-anaknya sejak mereka dilahirkan, dan bertanggung jawab penuh atas pendidikan watak anak-anaknya.

Sedangkan pendidikan sekolah merupakan kelanjutan dari pendidikan keluarga yang lebih merasa bertanggung jawab terhadap pendidikan intelek (menambah pengetahuan anak) serta

1 Abdul rachman shaleh,

(13)

pendidikan ketrampilan (skills) yang berhubungan dengan kebutuhan anak itu untuk hidup di dalam masyarakat nanti. Sekolah bertanggung jawab atas pelajaran-pelajaran yang lebih diberikan kepada anak-anak yang umumnya keluarga tidak mampu memberikannya. Sedangkan pendidikan etika yang diberikan sekolah merupakan bantuan terhadap pendidikan yang telah dilaksanakan oleh keluarga.

Pendidikan masyarakat merupakan pendidikan anak yang ketiga setelah sekolah. Peran yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah bagaimana masyarakat bisa memberikan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi anak, remaja dan pemuda untuk tumbuh secara baik. Dalam konteks tersebut tentunya perlu kesadaran bersama untuk menciptakan lingkungan yang baik agar anak, remaja, dan pemuda tumbuh secara sehat baik fisik, intelektual maupun mental

ruhaniahnya.

Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam usaha membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa pada Allah SWT, menghargai dan mengamalkan ajaran agama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maka dari itu Pendidikan Agama harus diajarkan pada anak sejak dini.

Pendidikan agama dapat menanmkan dan membentuk sikap-sikap yang dijiwai nilai-nilai agama islam tersebut, juga mengembangkan kemampuan berilmu pengetahuan sejalan dengan nilai-nilai islam yang melandasinya merupakan proses ikhtiarah yang secara pedagosis mampu mengembangkan hidup anak kearah kedewasaaan atau kematangan yang menguntungkan dirinya.2

Penanaman nilai-nilai agama semenjak dini oleh keluarga mengalami puncaknya pada masa remaja. Hal ini disebabkan sejalan dengan cepatnya pertumbuhan jasmani dan rohani remaja, sebagaimana yang kita ketahui bersama dalam proses perkembangan dan pertumbuhan tidak jarang anak mengalami kesulitan atau masalah. Misalanya petumbuhan yang berkaitan dengan rasa ingin tahunya, perasaan terhadap orang tua, saudara dan teman dan lain-lain. Dalam hal demikian, bimbingan dan pembinaan remaja dalam kehidupannya sangat diperlukan untuk membantu mereka menemukan jati dirinya, mengingat remaja sebagai unsur utama didalam masyarakat menjadi tanggung jawab bersama para orang tua dalam sebuah keluarga.

Oleh karena itu orang tua dalam lingkungan rumah tangga harus dapat memberikan pendidikan yang baik terhadap anak-anak mereka. Karena lingkungan keluarga merupakan

2 Nur uhbiati,

(14)

lembaga pertama dan utama yang dikenal anak. Hal ini disebabkan karena karena kedua orang tuanyalah yang pertama dikenal dan diterima pendidikannya. Bimbingan, perhatian, dan kasih sayag yang terjalin antara kedua orang tua dan anak-anaknya merupakan basis yang ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta nilai-nilai sosial dan religius pada diri anak.3

Tujuan pendidikan dalam rumah tangga ialah agar anak dapat berkembang secara maksimal, mengikuti seluruh aspek perkembangan anaknya, yaitu jasmani, akal, dan ruhani.

Yang bertindak sebagai pendidik dalam hal ini adalah ayah dan ibu si anak serta semua anggota keluarga yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak itu seperti kakek, nenek, paman, bibi, dan kakak. Akan tetapi yang paling bertanggung jawab adalah ayah dan ibu.4

Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidikan Aqidah Akhlak adalah pendidikan yang

sangat penting diberikan kepada anak sebagai fondasi awal dalam menghadapi realita perkembangan jaman yang dari tahun ke tahun semakin berkembang.

Perkembangan jaman yang semakin cepat itulah yang menuntut agar anak memiliki fondasi yang kuat agar tidak terbawa arus perkembangan jaman. Dengan adanya pendidikan Aqidah Akhlak dalam keluarga dan di sekolah, anak tidak akan cepat terpengaruh dan bisa mempertimbangkan mana perilaku yang baik dan yang buruk.

Dewasa ini peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah kurang. Kita bisa melihat dalam kehidupan sehari- hari, banyak orang tua cenderung melepas anaknya pada dunia pendidikan di sekolah saja tanpa memperhatikan pendidikan dari lingkungan keluarganya sendiri. Mereka beranggapan bahwa hanya sekolahlah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, sehingga orang tua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada guru di sekolah. Padahal keberhasilan pendidikan agama Islam bukan terletak pada pendidikan di sekolah saja, namun juga terletak pada pendidikan dalam rumah tangga. Anak lebih banyak waktu berinteraksi dengan orang tua dibanding dengan guru di sekolah, artinya orang tualah yang sebenarnya memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan prestasi belajar pendidikan anak.

Inilah hal yang kurang disadari oleh para orang tua. Mereka sepenuhnya memberikan pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah. Karena tanpa mereka sadari, mereka juga

3

Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Dalam Islam, (Jakarta; Gaya Media Pratama, 2001),

Cet.Ke-1.H.125

4

(15)

mempunyai kewajiban dalam hal mendidik anak-anak. Pendidikan tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada sekolah,. Karena bagaimanapun anak tetap butuh pendidikan, perhatian dan kasih sayang dari orang tua.

Kita sering melihat orang tua yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan pada akhirnya mereka sangat jarang mempunyai waktu untuk berkumpul bersama keluarga dan memperhatikan perkembangan anak-anaknya, sehingga anak tidak mempunyai kesempatan untuk curhat atau berbagi cerita kepada orang tua mereka. ketika orang tua mereka sering terlibat pertengkaran bahkan yang lebih parah yaitu perceraian.

Di sinilah ketika kedua orang tua sering terlibat pertengkaran atau masalah-masalah yang lainnya, anaklah yang menjadi korban dari masalah mereka. Ketika anak merasa hubungan

dalam keluarganya sudah tidak harmonis lagi, anak akan cenderung mencari tempat pelarian yang menurutnya bisa memberikan rasa aman dan nyaman dari semua masalah yang dihadapinya. Hal ini juga mempengaruhi tingkah laku atau perilaku anak bukan hanya di masyarakat akan tetapi di sekolah.

Kita sering jumpai siswa yang malas belajar, tidak masuk kelas, dan sering membuat masalah atau yang kita sebut sebagai trouble maker di sekolah. Semua itu bisa jadi adalah wujud kekecewaan anak terhadap hubungan keluarganya yang tidak harmonis sehingga mereka membuat masalah-masalah untuk mendapatkan perhatian dari teman-teman atau guru-gurunya.

Semua itu mereka lakukan karena mereka ingin melampiaskan semua maslah yang ada di lingkungan keluarga. Mereka tidak punya tempat untuk berbagi cerita karena orang tua mereka sibuk berkerja dan tidak punya waktu untuk mendengarkan keluh kesah dan masalah yang sedang dialami oleh sang anak.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian apakah orang tua dalam memberikan pendidikan agama kepada anak sudah maksimal. Penulis mencoba meneliti sebab-sebab dari akhlak siswa yang seperti itu.lalu penulis juga mencoba meneliti apakah ada pengaruh antara pendidikan agama dalam keluarga dengan akhlak anak di sekolah. Dengan demikian berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis terpanggil untuk meneliti tentang “Pendidikan Agama Dalam Keluarga Dan Pengaruhnya Terhadap Akhlak

(16)

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, identifikasi masalahnya adalah:

1. Banyaknya orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka sehingga mengabaikan pendidikan anak mereka.

2. Banyak terjadinya kenakalan-kenakalan yang dilakukan siswa/siswi di lingkungan sekolah.

3. Kurangnya rasa hormat siswa/siswi terhadap guru-guru mereka di sekolah.

C.Pembatasan Masalah

1. Pendidikan agama yang dimaksud adalah pendidikan agama yang meliputi pendidikan

akhlak, adab etika yang menentukan seseorang dalam bersikap dan bertindak sebagaimana yang diajarkan oleh orang tua kepada anaknya.

2. Siswa yang dimaksud di sini adalah siswa kelas X SMAN 2 Mauk-Tangerang.

3. Akhlak yang dimaksud disini adalah perilaku atau tingkah laku siswa selama berada di lingkungan sekolah yang meliputi pergaulan sesama teman, kepada guru dan pergaulan dalam belajar.

D.Perumusan Masalah

Dengan pembatasan masalah tersebut maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut : “bagaimanakah pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak siswa di sekolah?”

E.Tujuan Dan Kegunaan Hasil Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan agama dalam keluarga terhadap akhlak anak di sekolah.

2. Agar orang tua mengerti pentingnya pendidikan agama dalam keluarga.

3. Agar orang tua sadar bahwa pendidikan sekolah hanya sebagai penunjang dan pendidikan

orang tua lah yang utama.

(17)

1. Secara ilmiah, penulisan skripsi ini untuk mempertajam kematangan, keilmuan, serta kemampuan untuk melahirkan sebuah karya ilmiah.

(18)

8

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Pengertian pendidikan agama islam dalam keluarga

1. Pengertian Pendidkan Agama Islam

Pendidikan berasal dari kata “didik” lalu kata ini mendapat awalan “ me” sehingga menjadi “mendidik”, artinya: memberi, memelihara, dan memberikan latihan (ajaran, tujuan, penanaman) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Seperti contoh: semua orang tua wajib mendidik anaknya secara baik, itu artinya setiap orang tua yang memiliki

anak wajib mendidik anaknya, memelihara, melatih akhlak, dan melatih kecerdasan pikiran anak.1

Pengertian “pendidikan” menurut kamus besar bahasa Indonesia ialah proses mengubah sikap dan tata laku sikap seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2

Secara harfiah, pendidikan berasal dari kata educare, yang artinya mengeluarkan suatu kemampuan. Jadi educare adalah membimbing untuk mengeluarkan kemampuan yang tersimpan dalam diri anak untuk tercapainya kedewasaan.3

Pengertian secara terminologi Ngalim Purwanto menjelaskan bahwa, pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulanya dengan anak-anak dalam memimpin perkembangan jasmaniyah dan ruhaniyah kearah kedewasaan.4

Menurut dictionary of education, yang dikutip oleh Drs.H.M. Alisuf Sabri dalam bukunya ilmu pendidikan islam, bahwa pendidikan diartikan:

1. Serangkaian proses atau anak mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna bagi masyarakat.

2. Proses sosial dimana orang-orang atau anak-anak dipengaruhi dengan dengan lingkungan yang (sengaja) dipilih dan dikendalikan (misalnya oleh guru di

1

Muhibbin Syah,M.Ed, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

1997), Cet Ke-3, H.10 2

Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10

3

Muhibbin, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru…, H.10

4

(19)

sekolah) sehingga mereka memperoleh kemampuan-kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal.5

Dalam UU RI No. 20 Th 2003 pasal 1, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.6

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya

dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa. Menurut Zakiah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai denganajaran Islam.7

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci qur.an dan al-hadits, melalui kegiatan bimbingan pengajaran latihan serta penggunaan pengalaman.8 Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.9

5 Alisuf shabri,

ilmu pendidikan, jakarta: CV.pedoman ilmu jaya, cet1 1999 h.4 6

DEPDIKNAS, UURI No 20 th 2003tentang SISDIKNAS (Bandung: FOKUSMEDIA 2003) H. 2 7

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,(Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2004), Cet. 1, h. 130 8

Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005), Cet.IV, h. 21.

9

(20)

Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam diatas. Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.

a. Kedudukan Pendidikan Agama

Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang dikenal dengan pengamalan ajaran agama. Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai

komponen kognitif, perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan sikap keagamaan. Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan terhadap agama.

Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan, ibadah, akhlak dan muamalah.

Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama.

Ada tiga komponen sikap keagamaan:

1. Komponen Kognisi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala fikiran seperti ide, kepercayaan dan konsep.

2. Komponen Afeksi, adalah segala hal yang berhubungan dengan gejala perasaan (emosional: seperti senang, tidak senang, setuju)

3. Komponen Konasi, adalah merupakan kecenderungan untuk berbuat, sepertimemberi pertolongan, menjauhkan diri, mengabdi dan sebagainya.10

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama, karena

pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan

10

(21)

mengangkat mereka kederajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus, jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya,berdasarkan cinta-mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati.11Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai keperguruan tinggi.

Dengan demikian pendidikan agama sangat berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa mereka. Agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya. Dengan pendidikan agama,maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu: (1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik terhadap ajaran agama Islam; (3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik dalam menjalankan ajaran agama Islam; dan (4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan, mengamalkan, dan menaati ajaran agama

dan nilai-nilainya dalam kehidupan pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa

11

Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung,1983), Cet. XI, h.

(22)

kepada Allah Swt serta mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.12

Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah sebagai berikut:

a. Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

b. Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada kanak-kanak.

c. Mendidik kanak-kanak dari kecil, supaya mengikut suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap

masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan ingin akan pahalanya.

d. Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia dan adat kebiasaan yang baik.

e. Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.

f. Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

g. Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan nasehat-nasehat.

h. Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama.13

Menurut penulis tujuan-tujuan pendidikan agama islam sudah bagus, tinggal bagaimana penerapannya saja. Karena tujuan-tujuan tersebut sudah memenuhi semua aspek yang ada dalam syariat islam.

12

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), Cet.III, h. 78

13

(23)

2. Pengertian keluarga

Keluarga itu terdiri dari ayah, ibu beserta anak-anaknya ( keluarga inti ), ayah dan ibulah yang disebut orang tua.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah orang tua adalah : 1. Orang yang sudah tua

2. Ayah Ibu

3. Orang tua, orang yang dianggap tua (pandai, pintar)

Dalam penulisan skripsi ini yang dimaksud orang tua adalah ayah dan ibu dari anak-anak hasil pernikahan (orang tua kandung).

Keluarga merupakan institusi sosial yang terpenting dan merupakan inti sosial yang

utama, melalui individu-individu dalam masyarakat dipersiapkan nilai-nilai kebudayaan, kebiasaan, dan tradisinya dipelihara kelanjutannya, dan melalui kebudayaan juga dia dipindahkan dari generasi ke generasi berikutnya.14

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merkalah anak mula-mula mengenal pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidik adalah terdapat pada kehidupan keluarga.15

Orang tua atau ayah dan ibu memegang peranan penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya.

Pada umunya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan secara kodrati suasana dan strukturnya memungkinkan memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan atau hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antar orang tua dan anak.

Didalam pembinaan terhadap anak diperlukan suatu perhatian penuh dari pembinanya (pendidik) sebab seseorang yang sedang dididik baik buruknya tergantung dari sejauh mana baik buruknya si pendidik.

Sebagai pusat pendidik dalam keluarga, orang tua adalah orang yang pertama kali menanamkan nilai-nilai pendidikan dalam diri si anak. Orang tualah yang menciptakan

14

Ramayulis Dkk, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), Cet Ke-4, H.6

15

(24)

kondisi lingkungan baik atau buruknya, baik melalui sikap, tingkah laku, akhlak, perbuatan, ucapan, maupun cara berpikir.

Secara sosiologis keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga sebagai lembaga sosial terkecil. Dalam buku Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, dijelaskan bahwa .Berdasarkan pendekatan budaya, keluarga sekurangnya mempunyai tujuh fungsi, yaitu, fungsi biologis, edukatif, religius, proyektif, sosialisasi, rekreatif dan ekonomi.16

Keluarga sebagai kesatuan hidup bersama mempunyai 7 fungsi yang ada hubungannya dengan kehidupan si anak, yaitu:

a. Fungsi biologik; yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak; secara biologis anak berasal dari orang tuanya. Mula-mula dari dua manusia, seorang pria dan wanita yang hidup bersama dalam ikatan nikah, kemudian berkembang dengan lahirnya anak-anaknya sebagai generasi penerus atau dengan kata lain kelanjutan dari identitas keluarga.

b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi (penuh kasih sayang dan rasa aman).

c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian anak. Melalui interaksi sosial dalam keluarga anak mempelajari pola-pola tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita dan nilai-nilai dalam masyarakat dalam rangka perkembangan kepribadiannya.

d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk mempersiapkan anak agar dapat hidup secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Sekarangpun keluarga dikenal sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar kepribadian anak. Selain itu keluarga/orang tua menurut hasil penelitian psikologi berfungsi sebagai faktor pemberi pengaruh utama bagi motivasi belajar anak yang pengaruhnya begitu mendalam pada setiap langkah

perkembangan anak yang dapat bertahan hingga ke perguruan tinggi.

16

Jalaluddin Rahmat, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Moderen, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya,

(25)

e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi anggotanya untuk memperoleh afeksi, ketenangan dan kegembiraan.

f. Fungsi keagamaan; yaitu keuarga merupakan pusat pendidikan, upacara dan ibadah agama bagi para anggotanya, disamping peran yang dilakukan institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama pada si anak; sayangnya sekarang ini fungsi keagamaan ini mengalami kemunduran akibat pengaruh sekularisasi.

g. Fungsi perlindungan; yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya. Fungsi ini oleh keluarga sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh badan-badan sosial seperti

tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental, anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.17Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan seperti gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah, gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat-obatan dan gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata, pagar/tembok dan lain-lain.

Menurut Abu Ahmadi, ia menambahkan satu fungsi keluarga selain ketujuh fungsi diatas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.18

3. Pengertian Akhlak

Dilihat dari sudut bahasa (etimologi), perkataan akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak dari kata khuluq. Khuluq di dalam kamus al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, atau tingkah laku. Di dalam Da’iratul ma’arif dikatakan :

17

HM. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.1, h. 21-22

18

(26)

akhlak ialah sifat-sifat manusia yang terdidik,”19

Sedangkan dalam kamus Shahih kata khuluq berarti tabiat atau perangai. Qurtubi dalam tafsirnya menjelaskan. “khuluq dalam bahasa arab artinya adalah adab atau etika yang mengendalikan seseorang dalam bersikap atau bertindak”.20

Prof. Dr. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan kehendak. Ini berarti bahwa kehendak itu bila di biasakan akan sesuatu maka kebiasaan itu di sebut akhlak. Dalam Ensiklopedi Pendidikan dikatakan bahwa akhlak ialah budi pekerti, watak, kesusilaan yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa

manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada pada dirinya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuaatan baik, yang disebut akhlak mulia, atau perbuatan buruk yang disebut dengan akhlak tercela. Semua itu tergantung dari bagaimana cara pembinaannya.

a. Perbedaan akhlak, moral dan etika

1. Moral

Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang beradab. Moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak). Moralisasi, berarti uraian (pandangan, ajaran) tentang perbuatan dan kelakuan yang baik. Demoralisasi, berarti kerusakan moral.

Menurut asal katanya “moral” dari kata mores dari bahasa Latin, kemudian diterjemahkan menjadi “aturan kesusilaan”. Dalam bahasa sehari-hari, yang dimaksud dengan kesusilaan bukan mores, tetapi petunjuk-petunjuk untuk kehidupan sopan santun dan tidak. Jadi, moral adalah aturan kesusilaan, yang meliputi semua norma kelakuan, perbuatan tingkah laku yang baik. Kata susila berasal dari bahasa Sansekerta, su artinya “lebih baik”, sila berarti “dasar-dasar”, prinsip-prinsip atau peraturan-peraturan hidup. Jadi susila berarti peraturan-peraturan hidup yang lebih baik.21

Dalam Wikipedia di jelaskan bahwa Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki

19

Asmaran. A.S, M.A, pengantar studi akhlak, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,1994), Cet Ke-2, H.1

20

Muhhammad Nur Abdul Hafidz, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet

Ke-1, H.178 21

(27)

nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman sekarang memiliki nilai implisit karena banyak orang yang memiliki moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang diajarkan di sekolah-sekolah dan manusia harus memiliki moral jika ia ingin dihormati oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber

interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai memiliki moral yang baik, begitu juga sebaliknya.Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku dan telah terbangun sejak lama.22

Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran islam itu

sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak diniah (agama/ islami)

mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah, hingga kepada sesama

makhluk (manusia, binatang, tumbuhan, dan benda-benda yang tak bernyawa). Berbagai

bentuk dan ruang lingkup akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai

berikut :

1) Akhlak Terhadap Allah

Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang seharusnya

dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai Khalik. Sikap atau

perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlaki sebagaimana telah disebutkan

diatas. Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada

Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan

manusia dari tanah yang diproses menjadi benih. Dengan demikian sebagai yang

22

(28)

diciptakan sudah sepantasnya berterima kasih kepada yang menciptakannya.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :

( قلخ ّمم ـس ۡ رظ يلف

( ۬ قفا ۬ ء ّم م قلخ )

بٕٮآرّتل بلّصل يب م ر ي )

Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang

dada.”

Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan pancaindera, berupa

pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota tubuh yang

kokoh dan sempurna kepada manusia.Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan

berbagai bahan dan sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti

bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan

sebagainya.Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya

kemampuan menguasai daratan dan lautan.

Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di antaranya

dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya, mencintai-Nya, ridho dan

ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, selalu

berdoa kepada-Nya, beribadah, dan selalu mencari keridhoan-Nya.

Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah adalah

pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji

demikian agung sifat itu, jangankan manusia, malaikat pun tidak akan menjangkaunya.

Berkenaan dengan akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya.

Selajutnya sikap tersebut dilanjutkan dengan senantiasa bertawakal kepada-Nya, yaitu

dengan menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.

2) Akhlak Terhadap Sesama Manusia

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur‟an berkaitan dengan perilaku

terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan

melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau mengambil harta

tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan

menceritakan aib seseorang dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah,

walaupun sambil memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.

ع تي ۬ ق ص ّم ٌ۬ريخ ٌ رفغم ٌ۬ف رعّم ٌ۬ل ق

۬

(29)

Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang

diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi

Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)

Disisi lain Al-Qur‟an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara

wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan

salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang baik.

ليءٓ رسإ ٓ ب قـ يم ا خ إ

ـتيل برقل

ا۬ اسَإ ي ل ل ب ّّ َّإ

عت َ

لق َّإ متيّل ت ّمث ڪّ ل ْا تاء لّصل ْا يق ا۬ سَ اّ لل ْا ل ق يڪـس ل

مت مڪ ّم ۬ اي

ضرعّم

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu):

janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa,

kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata

yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu

tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu

berpaling.” (QS.Al-Baqarah : 83)

Setiap ucapan yang diucapkan adalah ucapan yang benar,

اہّي ٓـي

ا ۬ ي س ۬ َ ق ْا ل ق ّّ ْا قّت ْا ماء ي ّل

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

Katakanlah Perkataan yang benar” (QS. Al-ahzab :70)

Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka

buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau

memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang melakukan kesalahan hendaknya

dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan

berpotensi pula melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang

pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain daripada

kepetingan sendiri.23

23

(30)

3) Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di sekitar manusia,

baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa. Pada dasarnya

akhlak yang diajarkan Al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia

sebagai khalifah. Kekhalifahan menurut adanya interaksi antara manusia dengan

sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan mengandung arti pengayoman,

pemeliharaan, serta bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.

Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum

matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti tidak member

kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan penciptaannya.

Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses yang sedang

berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang demikian mengantarkan

manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak melakukan perusakan, bahkan dengan kata

lain setiap perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri

manusia sendiri. Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya

diciptaka oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya memiliki

ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang muslim untuk

menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur‟an yang melarang melakukan

penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan mencabut dan

menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah,

dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemashlatan terbesar.

Allah berfirman :

يقسـفل

يل ّّ إ ف ا ل ص ٓ لع ٕٮ ق ا تڪرت يّل ّم متعطق ام

Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang kafir)

atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka (semua itu) adalah

dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang

fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)

(31)

Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia, sehinga dengan

mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian, manusia tidak mencari

kemenangan, tetap keselarasan dengan alam. Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga

mereka harus dapat bersahabat.

Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan binatang.

nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah kepada Allah dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah dengan baik “.

Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat komprehensif,

menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang diciptakan Tuhan. Hal yang

demikan dilakukan karena secara fungsional seluruh makhluk tersebut satu sama lain

saling membutuhkan. Punah dan rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan

berdampak negatif bagi makhluk lainnya.

2. Etika

Kata etika, seringkali disebut pula dengan kata etik, atau ethics (bahasa Inggris), mengandung banyak pengertian.

Dari segi etimologi (asal kata), istilah etika berasal dari kata Latin “Ethicos” yang berarti kebiasaan. Dengan demikian menurut pengertian yang asli, yang dikatakan baik itu apabila sesuai dengan kebiasaan masyarakat. Kemudian lambat laun pengertian ini berubah, bahwa etika adalah suatu ilmu yang mebicarakan masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan mana yang dapat dinilai tidak baik. Etika juga disebut ilmu normative, maka dengan sendirinya berisi ketentuan-ketentuan (norma-norma) dan nilai-nilai yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Etika merupakan cabang filsafat yang mempelajari pandangan-pandangan dan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan masalah kesusilaan, dan kadang-kadang orang memakai filsafat etika, filsafat moral atau filsafat susila. Dengan demikian dapat dikatakan, etika ialah penyelidikan filosofis mengenai kewajiban-kewajiban manusia dan hal-hal yang baik dan buruk. Etika adalah penyelidikan filsafat bidang moral. Etika tidak

(32)

dariaksiologi, yaitu ilmu tentang nilai, yang menitikberatkan pada pencarian salah dan benar dalam pengertian lain tentang moral.

Pengertian etika juga dikemukakan oleh Sumaryono (1995), menurut beliau etika berasal dati istilah Yunani ethos yang mempunyai arti adat-istiadat atau kebiasaan yang baik. Bertolak dari pengertian tersebut, etika berkembang menjadi studi tentang kebiasaan manusia berdasarkan kesepakatan menurut ruang dan waktu yang berbeda, yang menggambarkan perangai manusia dalam kehidupan manusia pada umumnya. Selain itu, etika juga berkembang menjadi studi tentang kebenaran dan ketidakbenaran berdasarkan kodrat manusia yang diwujudkan melalui kehendak manusia.24

3. Perbedaan akhlak moral dan etika

1.Berdasarkan dari segi bahasa

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama‟ dari “khulqu” dari bahasa

Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab.

Moral secara etimologis berasal dari bahasa latin mores, kata jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan, susila.

Etika yang berasal dari bahasa Yunani „ethos‟ yang brati adat kebiasaan. Danagn kata

lain usaha dengan akal yang diwujudkan dalam kehidupan nyata.

2. Berdasarkan penetuan atau standar ukuran baik dan buruk yang di gunakannya.

Standar baik dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur‟an dan Sunnah Rasul, sedangkan

moral dan etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu masyarakat. Jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari. Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :

Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.”(Hadits riwayat Ahmad)

24

(33)

Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah

akumulasi dari aqidah dan syari‟at yang bersatu secara utuh dalam diri seseorang.

Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari‟at akan lahir akhlak yang baik, atau

dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak apabila syari‟at Islam telah

dilaksanakan berdasarkan aqidah.

a. Macam-Macam Akhlak

1) Akhlak Mulia a) Shiddiq

Shidiq artinya benar atau jujur, lawan dari dusta atau bohong. Seorang muslim di tuntut selalu dalam keadaan benar lahir dan batin, benar hati, benar perkataan dan benar perbuatan. Benar hati, apabila hati dihiasi dengan iman kepada Allah SWT dan bersih dari segala penyakit hati. Benar perkataan, apabila semua yang dikatakannya adalah kebenaran bukan kebohongan. Dan benar perbuatan, apabila semua yang dilakukan sesuai dengan yang disyariaatkan oleh agama.25

Orang yang berpegang kepada kejujuran dan mempertahankan prinsip kejujuran pada setiap problem yang dihadapinya dan melaksanakan menurut dasar hukum yang benar, yang demikian merupakan salah satu tiang agama yang kokoh.26

b) Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya, dengan pengertian yang lebih luas mencakup

banyak hal : menyimpan rahasia orang lain, menjaga kehormatan orang lain, menjaga diri sendiri, serta menunaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya.27

c) Istiqomah

Secara etimologi, istiqamah berasal dari kata istaqoma-yastaqimu yang berarti tegak lurus. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, istiqomah diartikan sebagai sikap teguh pendirian dan selalu konsekuen.28

Secara terminologi akhlak, istiqomah adalah sikap teguh dalam mempertahankan keimanan dan keislaman sekalipun menghadapi berbagai macam tantangan dan

25

Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: Lembaga Pengkajian Dan Pengamalan Islam (LPPI), 1999), Cet

Ke-1, H.80 26

Al Ghazali, Akhlak Seorang Muslim, (Semarang, 1985), Cet Ke-1, H.74

27

Ilyas, Kuliah Akhlak..,H.89 28

(34)

godaan. Seorang yang istiqomah adalah laksana batu karang ditengah lautan yang tidak bergeser sedikitpun walau diterjang oleh ombak yang besar sekalipun.29

d) Iffah

Menurutbahasa berarti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Sedangkan menurut istilah adalah memelihara kehormatan diri dari segala hal yang merendahkan, merusak, dan menjatuhkan.

Nilai dan wibawa seseorang tidaklah ditentukan oleh bentuk rupanya, kekayaannya, dan jabatannya, tetapi ditentukan oleh kehormatan dirinya. Oleh sebab itu, untuk menjaga kehormatan diri tersebut setiap orang haruslah menjauhkan diri dari segala perbuatan dan perkataan yang dilarang Allah SWT. Dia harus mampu

mengendalikan hawa nafsunya, tidak saja dari hal-hal yang haram, bahkan harus juga menjaga dirinya dari hal-hal yang bertentangan dengan kehormatan dirinya.30

e) Tawadhu

Artinya rendah hati, lawan dari sombong atau takabbur. Orang yang rendah hati tidak memandang dirinya lebih dari orang lain, sementara orang yang sombong menghargai dirinya sendiri secar berlebihan. Bentuk dari sikap tawadhu adalah bergaul dengan oarang lain dengan ramah, serta tidak memandang dirinya lebih baik dari orang lain.

f) Malu

Adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang lebih rendah atau tidak baik. Mali merupakan ciri khas perangai manusia yang menyingkap nilai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak seseorang.

Orang yang mempunyai rasa malu, senantiasadapat menahan diri dari perbuatan yang mengganggu manusia dan tidak mau menuturkan kata-kata yang keji, hina dan buruk.31

g) Sabar

29

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.97

30

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.103

31

(35)

Secara bahasa sabar berarti menahan dan mengekang. Sedangkan menurut istilah sabar berarti menahan diri dari segala sesuatu yang tidak disukai karena mengharap ridho Allah.

Menurut Al Ghazali, sabar merupakan ciri khas manusia, binatang dan malaikat tidak memiliki sifat sabar karena binatang diciptakan tunduk sepenuhnya kepada hawa nafsu, bahkan hawa nafsu itulah satu-satunya yang mendorong binatang untuk bergerak atau diam. Binatang juga tidak memiliki kekuatan untuk menolak hawa nafsunya. Sedangkan malaikat, tidak memerlukan sifat sabar karena memang tidak ada hawa nafsu yang harus dihadapinya. Malikat selalu cenderung kepada kesucian. Sehingga tidak diperlukan sifat sabar untuk memelihara dan mempertahankan

kesuciannya itu.32 h) Pemaaf

Pemaaf adalah sikap suka memberi maaf terhadap kesalahan orang lain tanpa sedikitpun rasa benci dan keinginan untuk membalas. Islam mengajarkan kepada kita untuk dapat memaafkan kesalahan orang lain tanpa harus menunggu permohonan maaf dari yang bersalah. Menurut M. Quraish Shihab, tidak ditemukan satu ayat pun yang menganjurkan untuk meminta maaf , tetapi yang ada adalah perintah untuk memberi maaf.33 Atau dengan kata lain kita lebih dianjurkan memberi maaf kepada orang lain sebelum orang itu meminta maaf kepada kita.

i) Hikmah ( Kebijaksanaan )

Hikmah adalah keadaan jiwa yang bisa menentukan hal-hal yang benar diantara yang salah dalam urusan ikhtiyarnya.34

j) Adil

Adil adalah kekuatan jiwa yang dapat menuntun amarah dan syahwat sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh hikmah.35

2) Akhlak Tercela a) Berbohong

32

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.134

33

Ilyas, Kuliah Akhlak…,H.141

34

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet Ke-2, H.62

35

(36)

Berbohong ialah memberikan atau menyampaikan informasi yang tidak sesuai, tidak cocok dengan yang sebenarnya.

b) Takabur

Takabur ialah merasa atau mengaku dirinya besar, tinggi, mulia melebihi orang lain. Pendek kata takabur ialah merasa dirinya paling hebat diantara orang lain.36

c) Dengki

Dengki adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, dan berusaha menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut.37

d) Bakhil

Bakhil artinya kikir, orang yang kikir ialah orang yang sangat hemat dengan apa

yang menjadi miliknya, tetapi hematnya dengan sangat dan berlebihansehingga sukar baginya mengurangi sebagian apa yang dimilikinya itu untuk diberikan kepada orang lain.38

4. Pentingnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Anak merupakan karunia sekaligus ujian bagi manusia. Anak merupakan amanah yang menjadi tanggung jawab orang tuanya. Ketika pertama kali dilahirkan ke dunia, seorang anak dalam keadaan fitrah dan berhati suci lagi bersih. Lalu kedua orang tuanyalah yang memegang peranan penting pada perkembangan berikutnya, apakah keduanya akan mempertahankan fitrah dan kesucian hatinya, ataukah malah merusak dan

mengotorinya. Rasulullah Shallallaahu „alaihi wa sallam bersabda:

اسّج ي ارّص ي ا ّ ي ا ب ف رْطفْلا لع ل ي َّإ لْ م ْ م ام

Tidak ada seorang bayi pun yang terlahir kecuali dalam keadaan fitrah (Islam). Namun kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani atau Majusi.” (HR. al-Bukhari)

36

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59

37

Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf…,H.59

38

(37)

Seorang anak ibarat kertas putih bersih yang siap untuk dituliskan apapun di atasnya. Jika kedua orang tuanya membiasakannya pada kebaikan, maka dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Sebaliknya, jika keduanya membiasakannya pada keburukan, maka dia pun akan tumbuh menjadi buruk pula.

Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Dalam mendidik dan membimbing anak orang tua sangat berperan dalam mempersiapkan generasi penerus, maka dengan memberikan pendidikan keteladanan, pembiasaan, perhatian, nasehat dan hukuman anak akan menemukan tauhid yang murni dan budi perkerti yang luhur dan etika agama yang lurus.

Dalam dunia pendidikan orang tua didorong dan dipacu untuk mengenal beberapa

macam pendidikan bagi anak-anaknya mulai sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan maka selain memberikan kebutuhan makan, minum, dan pakain, orang tua wajib mencintai anak-anaknya jika pendidikan tanpa ada rasa cinta tampaklah akan kurang berhasil.

Pendidikan terhadap anak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan berumah tangga. Sebab salah satu tujuan utama pernikahan adalah lahirnya keturunan yang nantinya akan menjadi generasi penerus. Generasi penerus yang tumbuh tanpa didampingi pendidikan agama yang memadai justru akan menjadi mangsa dan korban penjajahan peradaban lain.

Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh, yang memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang anak tak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam keluarga. Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik agama kepada anak-anak mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari orang tualah anak pertama kali menerima pendidikan,baik itu pendidikan umum maupun agama.39

Agar pendidikan anak dapat berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam mendidik antara lain:

a. Mendidik dengan ketauladanan (contoh)

39

M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama di lingkungan sekolah dan keluarga, (Jakarta:

(38)

Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral, spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya.

Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orangtua selaku memberikan contoh yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan sholat, bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lain-lainnya. Dan semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak.

b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan

Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian) bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan akhlak mulia.

Hendaknya setiap orangtua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.

Abdullah Nashih Ulwan mengemukakan bahwa, .Pendidikan dengan pembiasaan dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan moralnya. Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada anak sebagai upaya membina akhlaknya. Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa berat melakukannya. 40

40

Abdullah Nashih Ulwan, Kaidah-kaidah Dasar (Pendidikan anak menurut Islam),(Bandung: Remaja

(39)

Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.

c. Mendidik dengan nasehat

Diantara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak, mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam.41 Nasehat yang tulus berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang bijak dan

berpikir. Nasehat tersebut akan mendapat tanggapan secepatnya dan meniggalkan bekas yang dalam. Al Qur.an telah menegaskan pengetian ini dalam banyak ayatnya, dan berulang kali menyebutkan manfaat dari peringatan dengan kata-kata yang mengandung petunjuk dan nasehat yang tulus,42 diantaranya:



Artinya: .Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.. (Q.S Qaaf: 50:37)

Nasihat sangat berperan dalam menjelaskan kepada anak tentang segala hakekat serta menghiasinya dengan akhlak mulia. Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain, karena orang tualah yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh perilaku yang baik kepada anaknya. Di samping memberikan bimbingan serta dukungan ketika anak mendapat kesulitan atau masalah, begitupun sebaliknya ketika

anak mendapatkan prestasi.

d. Mendidik dengan pengawasan

Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan

41

Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan anak dalam Islam… h. 66

42

(40)

sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun sekolah. Dilingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu di marahi apabila ia berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan dilingkungan sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar apabila ia ingin pergi kesekolah. Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah dengan sendiri. Begitu pula setelah anak tiba dirumah ketika pulang dari sekolah hendaknya ditanyakan kembali pelajaran yang ia dapat dari gurunya.43

5. Model Pendidikan Agama Dalam Keluarga

Pelaksanaan pendidikan Agama Islam bagi anak di dalam lingkungan keluarga sangat penting untuk diperhatikan oleh orang tua, kewajiban itu terpikul dipundak kedua orang tua. Sangat tidak benar seandainya orang tua menyerahkan pendidikan Agama bagi anak-anaknya kepada sekolah atau guru ngaji saja. Karena proses pembinaan keberagamaan anak akan lebih banyak berada di dalam keluarga, dan itu membutuhkan pengawasan langsung dari orang tua. Orang tua perlu menambah ilmu pengetatahuan agamanya sehingga memiliki modal untuk dapat memberikan pendidikan keagamaan kepada anak-anaknya. Materi pokok pendidikan Agama Islam yang harus ditanamkan(dididikkan) kepada anak-anak di dalam lingkungan keluarga seperti yang terdapat pada surah Luqman ayat 13-19.

























































Gambar

Tabel. 1 Variabel Penelitian
Angka Indeks Korelasi Tabel. 2 Product Moment
tabel (rt) maka Hipotesis alternatif (Ha) tidak dapat dierima atau tidak terbukti
Tabel 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang telah diperoleh pada analisa data, konsep design layout interior dan mengumpulkan berbagai macam referensi yang akan dibuat dalam perancangan

Koagulan asam ditambahkan setelah bubur kedelai dipanaskan dan disaring, tujuannya adalah untuk menggumpalkan protein yang terdapat dalam bubur kedelai saring sehingga

Menurut Michalakis (2009) sangat dipengaruhi oleh waktu dibandingkan dengan suasana lingkungan saat dilakukan pengukuran setting ekspansi. Hal ini dikarenakan adanya

Dari hal tersebut muncul pemikiran penulis untuk mebuat suatu Design untuk Simulasi Lowpass yang mampu meloloskan yang masuk kedalam spektrum frekuensi L-Band

Meskipun menggambarkan relasi, representasi dengan graf juga dapat menggambarkan tingkat urgensi kebutuhan manusia dengan teknik pewarnaan simpul. Penulis tidak menggunakan

Sekolah Dasar Swasta Harapan 3 yang berlokasi di Jalan Karya Wisata Ujung no 31, adalah sekolah umum dalam naungan dinas pendidikan namun tetap mengutamakan

Beberapa pengembangan melihat PAC sebagai suatu pendekatan yang membantu dalam e-commerce baru, lingkungan berbasis web dimana status langkah pertama dari suatu bisnis sanga

Jb : Saya memiliki sebuah inisiatif, dimana saya menggunakan inisiatif itu dalam melakukan maupun membuat suatu keputusan bagaimana hal terbaik yang harus