• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menurut Munawir (2010 : 139 ), aktiva tetap memiliki pengertian yaitu aktiva berwujud yang mempunyai umur relatif permanen ( memberikan manfaat kepada perusahaan selama bertahun-tahun yang dimiliki dan digunakan untuk

operasi sehari-hari dalam rangka kegiatan normal dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali atau bukan barang dagangan ) serta nilainya relatif material.

Menurut Riyanto ( 2011 : 115 ), aktiva tetap ialah aktiva yang tahan lama yang tidak atau secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses produksi. Dan ditinjau dari lama perputaran aktiva tetap ialah aktiva yang mengalami proses perputaran dalam jangka waktu panjang.

Menurut Sukmalana (2007 : 41 ), menyatakan bahwa aktiva tetap berwujud mempunyai ciri-ciri yaitu :

a. Dapat dilihat maupun diraba.

b. Nilainya relatif tinggi, umurnya relatif panjang (lebih dari satu tahun). c. Dipergunakan untuk menjalankan operasi ( kegiatan ) perusahaan. d. Tidak ada maksud untuk dijual lagi.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) dalam buku Standart Akuntansi Keuangan ( 2012 : 16.1 ), aktiva tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk disediakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan yang administratif, dan diperkirakan untuk digunakan lebih dari satu periode.

Menurut Firdaus dalam buku Ikhtisar Lengkap Pengantar Akuntansi (2010 : 177), aktiva tetap adalah asset yang diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan untuk jangka waktu yang lebih dari satu tahun, tidak dimaksudkan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan, dan merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material.

Menurut Giri dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 1 (2012 : 217), aktiva tetap adalah asset yang memiliki karakteristik sebagai berikut :

a. Memiliki wujud fisik

b. Diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual.

c. Memberikan manfaat ekonomi untuk periode jangka panjang, dan merupakan subjek depresiasi.

Menurut Heri dan Widyawati dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah 2 ( 2011 : 2 ), aktiva tetap adalah aktiva yang secara fisik dapat dilihat keberadaannya dan sifatnya relatif permanen serta memiliki masa kegunaan yang panjang.

Menurut Kasmir ( 2012 : 39 ), aktiva tetap adalah harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun.

Menurut Rudianto dalam buku Pengantar Akuntansi ( 2008 : 4 ). Aktiva tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relatif permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, tidak untuk diperjualbelikan.

Menurut Sugiri dalam buku Akuntansi Pengantar 2 ( 2009 : 137 ), aktiva tetap adalah asset berwujud yang tujuan pemilikannya adalah untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang dan jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

a. Perputaran Aktiva Tetap

Fahmi (2012:134) menyatakan bahwa, Ratio perputaran asset tetap (fixed asset turnover) adalah rasio untuk melihat sejauh mana asset tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan memiliki tingkat perputarannya secara efektif, dan memberikan dampak pada keuangan perusahaan.

Menurut Kasmir (2011:184), ratio perputaran asset tetap (fixed asset turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam asset tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain, untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan asset tetap sepenuhnya atau belum.

b. Karakteristik Aktiva Tetap

Aset tetap merupakan elemen penting dalam sebuah perusahaan untuk menunjang semua kegiatan yang bersifat teknis. Tidak semua aset yang dimiliki oleh perusahaan dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap. Sebuah aset harus memiliki karakteristik sehingga dapat dikategorikan sebagai aktiva tetap.

Karakteristik aktiva tetap menurut Sugiri ( 2009 : 147 ), karakteristik aset tetap adalah:

1) Memiliki wujud fisik.

2) Diperoleh untuk digunakan dalam kegiatan usaha perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual.

3) Memberikan manfaat ekonomi untuk jangka panjang, dan merupakan subjek depresiasi.

Menurut Achmad Tjahjono, dkk ( 2009 : 112 ) mengungkapkan beberapa karakteristik aktiva tetap, yaitu :

1) Digunakan untuk operasional perusahaan dan tidak untuk dijual.

2) Memiliki manfaat satu periode akuntansi atau satu siklus operasi normal.

3) Memiliki fisik, karakter untuk membedakan dengan aktiva tak berwujud.

4) Mempunyai nilai material.

Menurut Firdaus A. Dunia ( 2005 : 151 ) menyatakan bahwa karakteristik aktiva tetap, yaitu :

1) Maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan, bukan diperjualbelikan dalam kegiatan normal perusahaan.

2) Jangka waktu pemakaian yang lebih dari satu tahun.

3) Bahwa pengeluaran untuk aktiva tersebut harus merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material bagi perusahaan tersebut.

c. Jenis-Jenis Aktiva Tetap

Suatu aktiva mungkin saja mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi, mempunyai nilai relative besar, dan tidak untuk diperjualbelikan kembali. Tetapi bila aktiva tersebut tidak digunakan dalam aktivitas usaha perusahaan sehari-hari, maka aktiva tersebutt tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, mungkin lebih tepat diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang atau aktiva lain-lain. Setelah dilihat dari karakteristik aktiva

tetap, selanjutnya penulis akan memaparkan tentang beberapa pengelompokan atau jenis-jenis aktiva tetap.

Menurut Sugiono, dkk ( 2009 :27 ), aktiva tetap dibagi menjadi 3 yaitu : 1) Investasi Jangka Panjang

Investasi jangka panjang adalah penanaman modal jangka panjang untuk mengontrol perusahaan lain dan memperoleh penghasilan melalui dividen.

2) Aktiva Tetap Berwujud

Aktiva tetap berwujud adalah aktiva yang diperoleh dalam bentuk dibayar terlebih dahulu, digunakan untuk operasi perusahaan dan tidak dijual serta memiliki manfaat lebih dari satu tahun. Contoh : bangunan, mesin, kendaraan dan sebagainya.

3) Aktiva Tidak Berwujud

Aktiva tidak berwujud adalah hak-hak yang dimiliki perusahaan yang diberikan kepada penciptanya. Hak-hak ini dilindungi oleh undang-undang. Contoh : hak paten, merk dagang, franchise, dan sebagainya. Menurut Ahmad Syafi’i Syukur ( 2009 : 224 ) memaparkan bahwa aktiva tetap dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :

1) Aset Tetap Berwujud

Merupakan aset tetap yang mempunyai bentuk fisik dan dapat dikenali melalui panca indera.

a) Aset tetap berwujud yang mempunyai umur tidak terbatas, misalnya : tanah untuk dibangun, jenis aset ini tidak perlu dilakukan depresiasi.

b) Aset tetap berwujud yang mempunyai umur terbatas, dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu :

 Aset tetap berwujud yang dapat diperbaharui, misalnya : gedung, kendaraan, mesin, peralatan, dan sebagainya.

 Aset tetap berwujud yang tidak dapat diperbaharui, misalnya : konsesi tanah tambang.

Aset tetap berwujud ditinjau dari mobilitasnya, dibagi menjadi 2, yaitu:

a) Aset tetap berwujud bergerak. b) Aset tetap berwujud tidak bergerak.

Aset tetap berwujud ditinjau dari undang-undang perpajakan dikelompokkan menjadi 4 golongan, yaitu :

a) Golongan 1, aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis sampai 4 tahun.

b) Golongan 2, aset tetap berwujud selain bangunan yang mempunyai umur ekonomis diatas 4 tahun sampai dengan 8 tahun. c) Golongan 3, aset tetap berwujud selain bangunan yang

mempunyai umur ekonomis lebih dari 8 tahun.

d) Golongan 4, aset tetap berwujud yang berupa tanah dan bangunan. 2) Aset Tetap Tidak Berwujud

Aset tetap tidak berwujud merupakan aset jangka panjang yang tidak terlihat secara fisik. Misalnya : goodwill, franchise, trade mark, dan copy right.

Menurut Dwi Martani, dkk ( 2012 : 279 ), model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap seluruh aktiva tetap dalam kelompok yang sama.

Beberapa kelompok aktiva tetap adalah : 1) Tanah

2) Tanah dan bangunan 3) Mesin 4) Kapal 5) Pesawat udara 6) Kendaraan bermotor 7) Perabotan 8) Peralatan kantor.

d. Metode Perolehan Aktiva Tetap

Perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap berwujud dilakukan berdasarkan konsep harga perolehan ( cost concept ), artinya setiap aktiva harus dicatat dan dilaporkan dalam neraca berdasarkan harga perolehannya.

Untuk memperoleh aktiva tetap, perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang tidak hanya dipakai untuk membayar barang ini sendiri sesuai dengan nilai yang tercantum di dalam faktur, tetapi juga untuk pengiriman, pemasangan, perantara, balik nama. Dari keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap tersebut disebut dengan harga perolehan.

Aktiva tetap diperolah dengan berbagai cara, antara lain : diperoleh dengan harga lumpsump ( gabungan ), diperoleh dengan pembayaran berkala, pembelian dengan cara leasing, perolehan dengan trand-in, perolehan dengan menerbitkan surat berharga, perolehan dari donasi dan dibangun sendiri.

Nilai perolehan aset tetap diakui sebagai harga perolehannya, oleh karena itu berikut ini beberapa pengertian tentang harga perolehan aktiva tetap :

Menurut Rudianto ( 2009 : 274 ), harga perolehan adalah harga peroleha keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu aktiva tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.

Menurut Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan ( PSAK ) Nomor 16 ( 2011 : 4 ) adalah biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika :

1) Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut, dan

2) Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal. 3. Pengertian Piutang

Pengertian piutang menurut Martono dan Harjito (2007 : 95), piutang dagang (account receivable) merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli produk perusahaan.

Pengertian piutang menurut M.Munandar (2006:77) yang dimaksud dengan piutang adalah sebagai berikut, piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo.

Definisi piutang menurut Soemarso (2009 : 338), piutang adalah piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan, perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak siapa yang berutang.

Menurut Baridwan, Zaki (2007 : 124), piutang adalah piutang yang berasal dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan, dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya akan dilunasi dlam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan ke dalam aktiva lancar.

Menurut Herry (2009:266), piutang meliputi hak atau klaim perusahaan pada organisasi lain untuk menerima sejumlah barang, kas, atau jasa di masa yang akan datang sebagai akibat kejadian pada masa yang lalu.

Menurut Mulya (2009:198), piutang adalah berupa hak klaim atau tagihan berupa uang atau bentuk lainnya kepada seseorang atau perusahaan lainnya.

Menurut Sugiri (2009:43), piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak produk atau jasa. Istilah piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya.

a. Perputaran Piutang

Penjualan yang dilakukan secara kredit oleh suatu perusahaan secara otomatis akan mempengaruhi tingkat perputaran piutangnya. Naik turunnya tingkat perputaran piutang dalam suatu perusahaan banyak dipengaruhi oleh barbagai macam faktor, baik faktor intern maupun ekstern.

Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas (Riyanto, 2008:90).

Perputaran piutang menunjukkan berapa kali suatu perusahaan menagih piutangnya dalam satu periode atau kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam suatu periode tertentu (Kasmir, 2008: 189).

Tingkat perputaran piutang diukur dengan membandingkan antara penjualan kredit dengan rata-rata piutangnya. Jadi, tingkat perputaran piutang yang tinggi berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika jika tingkat perputaran rendah berarti piutang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar (Kasmir, 2008: 176).

b. Jenis - Jenis Piutang

Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas. Namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit

maka perusahaan akan menerima piutang. Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 : 451) mengemukakan bahwa menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua (2) kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain. Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum:

1) Piutang Dagang (Trade Receivable)

Piutang dagang merupakan jumlah tagihan perusahaan kepada pelanggan yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dagangmerupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Piutang Usaha (account receivable)

Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bunga, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.

b) Wesel Tagih (notes receivable)

Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di masa depan. Wesel tagih dapat berasal dari

penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkanmenjadi dua jenis, yaitu :

 Wesel tagih berbunga (interest bearing notes)

Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yangterhutang pada tingkat khusus.

 Wesel tagih tanpa bunga (non-interest bearing notes)

Pada wesel tagih tanpa bungatidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.

2) Piutang Lain-lain (Non Dagang)

Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Piutang lain-lain meliputi piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain.

Sedikit berbeda dengan pendapat Niswonger (2005 : 392), jenis piutang dibedakan atas tiga (3) jenis, yaitu:

1) Piutang usaha, merupakan jenis piutang yang diperkirakan dapat ditagih antara 30 - 60 hari.

2) Piutang wesel/wesel tagih, merupakan jenis piutang yang periode kreditnya lebih dari 60 hari.

3) Piutang lain-lain, merupakan jenis piutang yang jika dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva lancar, namun jika piutang tersebut tidak dapat ditagih dalam waktu 1 tahun diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.

Penggolongan piutang menurut Standart Akuntansi Keuangan (SAK), yaitu menurut sumber terjadinya ialah piutang usaha dan piutang lain-lain. Sedangkan pengklasifikasian dengan beberapa cara yaitu :

1) Piutang terdiri dari piutang usaha (trade receivable) dan piutang non usaha (non-trade receivable).

2) Piutang terdiri dari piutang yang bersifat lancar atau jangka pendek, dan piutang tidak lancar atau jangka panjang.

Menurut Warren, Reeve, dan Fess (2008), piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Piutang usaha (account receivable).

Transaksi yang paling banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah penjualan barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan ditagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang dikelompokkan sebagai aktiva lancar.

2) Wesel tagih (notes receivable).

Wesel tagih adalah tagihan yang didukung dengan janji tertulis debitur untuk membayar pada tanggal tertentu. Wesel tagih diperkirakan akan ditagih dalam jangka waktu setahun. Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan.

3) Piutang lain-lain (other receivables).

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Apabila tertagihnya dalam waktu 1 tahun maka diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar di bawah investasi. Piutang ini meliputi bunga, piutang pajak, piutang pejabat, atau piutang karyawan.

c. Metode Penilaian Piutang

Menurut Baridwan (2010), berpendapat bahwa penyajian neraca digunakan dasar pengukuran Nilai Realisasi /Penyelesaian (realizable/Settlement Value). Artinya piutang di neraca dilaporkan sebesar jumlah yang akan di realisir yaitu jumlah yang diharapkan akan ditagih dihitung dengan mengurangkan jumlah yang diperkirakan akan tidak tertagih kepada jumlah piutang. Karena neraca disusun setiap akhir periode maka setiap akhir tahun perlu dihitung jumlah kerugian dari piutang yang bersangkutan. Kerugian piutang ini dibebankan pada periode yang bersangkutan sehingga dapat dihubungkan antara kerugian piutang dengan penjualan-penjualan yang menimbulkan piutang tersebut.

Menurut Reeve,dkk (2009), berpendapat tidak ada aturan umum untuk menentukan kapan sebuah piutang dianggap tidak tertagih. Saat piutang sudah jatuh tempo, pertama-tama perusahaan harus menghubungi si pelanggan dan mencoba menagihnya. Jika setelah dihubungi beberapa kali si pelanggan tidak membayar, maka perusahaan dapat menyewa jasa agensi penagihan (debt colllector). Setelah agensi penagihan melakukan upaya penagihan, seluruh saldo piutang yang tersisa dianggap tidak tertagih.

Pencatatan kerugian piutang yang dikreditkan ke rekening cadangan kerugian piutang sehingga tidak diperlukan perubahan-perubahan dalam buku pembantu piutang. Apabila jelas bahwa piutang tidak dapat ditagih maka rekening cadangan kerugian piutang didebet dan piutang dihapuskan. Pada saat ini buku pembantu baru dikredit. Penghapusan piutang dilakukan jika terdapat bukti-bukti yang jelas, misalnya :

1) Debiturnya meninggal dunia. 2) Debiturnya bangkrut.

3) Ada kesepakatan antara perusahaan dan debitu bahwa sebagian piutang tidak dapat dibayar.

4) Debiturnya melarikan diri. B. Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti ( Tahun )

Judul Penelitian Variabel Kesimpulan

1 Ari Bramasto ( 2011 ) Analisis perputaran aktiva tetap dan perputaran piutang kaitannya terhadap return on asset pada PT. Pos Indonesia ( Persero ) Bandung X1 : Perputaran aktiva tetap X2 : Perputaran piutang Y : Return on asset

Perputaran aktiva tetap dan perputaran piutang secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas PT. Pos Indonesia. Perputaran aktiva tetap dan perputaran piutang memberikan kontribusi sebesar 39,0% dalam meningkatkan

profitabilitas

sedangkan sisanya 61,0% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti kas, piutang, persediaan, penjualan, biaya usaha ( biaya umum dan administrasi ) serta biaya bunga. 2 Muhriani ali ( 2013 ) Pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas ( studi kasus pada perusahaan dagang yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ) X1 : Perputaran piutang Y : Profitabilitas (1) Berdasarkan hasil analisis diatas maka

disimpulkan tingkat

perputaran piutang

pada perusahaan

dagang bisa dikatakan positif dan baik. Hal ini

terlihat dari 10

perusahaan sektor

perdagangan yang

diamati dari tahun

2008-2010, semuanya mempunyai nilai rasio

perputaran piutang

yang relative berbeda antara satu perusahaan

dengan perusahaan

lain. Perusahaan yang

memiliki rasio perputaran piutang terbesar adalah PT. Toko Gunung Agung, Tbk dengan nilai rasio perputaran piutang sebesar 1786,90. Adapun perusahaan yang memiliki rasio perputaran piutang terkecil adalah PT. Kokoh Inti Arebama,

Tbk dengan nilai sebesar 4,69. (2) Berdasarkan hasil analisis diatas maka disimpulkan tingkat profitabilitas

perusahaan dagang diatas terlihat dari 10 perusahaan sektor perdagangan yang diamati pada umumnya mempunyai nilai rata-rata NPM yang positif dan cukup baik.

3 Julita ( 2013 ) pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas pada perusahaan garmen dan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). X1: Perputaran piutang. X2: Perputaran persediaan. Y: Profitabilitas. 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 10 perusahaan garmen dan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011, maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. 2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 10 perusahaan garmen dan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011, maka dapat disimpulkan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas. 3. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 10

perusahaan garmen dan tekstil yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011, maka dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan pengaruh secara simultan terhadap profitabilitas. 4 Yulia Purnama Sari ( 2014 ) Pengaruh perputaran persediaan, perputaran aset tetap dan perputaran modal kerja terhadap profitabilitas (ROE) pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). X1: Perputaran persediaan. X2: Perputaran aset tetap. X3: Perputaran modal kerja. Y: Profitabilitas (ROE). 1. Berdasarkan hasil pengujian H1 menunjukan bahwa Perputaran Persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI 2010 - 2013 2. Berdasarkan hasil

pengujian H2

menunjukan bahwa Perputaran Asset Tetap tidak berpengaruh terhadap profitabilitas

(ROE) pada

perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI 2010 - 2013 3. Berdasarkan hasil pengujian H3 menunjukan bahwa Perputaran Modal Kerja tidak berpengaruh terhadap profitabilitas (ROE) pada perusahaan aneka industri yang terdaftar di BEI 2010 - 2013 4. Berdasarkan hasil

menunjukan bahwa Perputaran Persediaan, Perputaran Asset Tetap dan Perputaran Modal Kerja secara 5 Krisna Susani ( 2005 ) Pengaruh tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap Rentabilitas pada koperasi pegawai republik Indonesia (KPRI) di kabupaten Jepara. X1: Tingkat perputaran kas. X2: Tingkat perputaran piutang. X3: Tingkat perputaran persediaan. Y: Rentabilitas. 1. Tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan

berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomi. 2. Besarnya pengaruh tingkat perputaran kas,

piutang dan persediaan terhadap rentabilitas di Kabupaten Jepara sebesar 76,9%, sedangkan sisanya 23,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam penelitian ini.

Dokumen terkait