• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISA PERANCANGAN

A. ANALISA JUDUL

1. Pengertian

Fashion : - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M

Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 234 )

- Pakaian: barang apa yang dipakai (baju,

celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 529 )

- Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian

(tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa, seni, arsitektur) yang populer dalam suatu budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )

commit to user

2. Sejarah Fashion

Awal abad ke-19, fashion dikenal dengan istilah woman as a

flower. Orang percaya bahwa fashion yang dipakai harus menunjukkan suatu kemewahan. Baju-baju yang dianggap tren adalah gaun yang sangat panjang (ball gown) dan korset. Gaya ini dipakai oleh Maria Antoinnette, istri Raja Louis XVI dari Prancis.

Pada tahun 1939 sudah banyak wanita yang berbelanja di department store. Makanya mulai banyak baju siap pakai (ready to wear) yang diproduksi di pabrik-pabrik garmen seperti mantel, rompi, t-shirt dan celana pendek (pants). Setelah masa ini dari tahun 1940-1970an mulai

bermunculan beberapa icon alias pencipta tren, seperti zooties, western

style, bikers, teddy boys, folkie, surfers, mods, hippies, skinheads,

Rastafarian, skaters, punks, new romantics dan gothic.

Di tahun ‘80an, muncul gaya casual. Gaya casual adalah

penyempurnaan gaya sportif yang menjadikannya lebih rapi dan trendi.

Vest dan jaket track suit sangat digemari dan jadi khas gaya. Selain itu

juga muncul gaya grunge, yaitu suatu gaya yang menampilkan kebebasan lewat pilihan baju. Ciri khasnya adalah checked skirts dan sepatu boots.

Pada tahun’90an muncul gaya supermarket of style. Istilah ini

dibuat untuk mendeskripsikan identitas orang yang tidak loyal pada satu jenis fashion saja. Penganutnya memakai semua gaya fashion dengan cara mix ‘n match. Di awal tahun 2000 muncul gaya new millennium. Di era ini

commit to user

untuk bilang bahwa suatu rancangan baju sudah sesuai dengan fashion

atau tidak.

3. Fashion dan Perlengkapannya a. Busana

Busana adalah sesuatu yang melekat di tubuh manusia dan mengikuti bentuk dan struktur tubuh, yang dibuat dari berbagai bahan tekstil. Busana dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain :

1). Klasifikasi busana menurut cara pemakaian a). Busana Daerah

b). Busana Adat c). Busana Nasional d). Busana Modern

2). Klasifikasi busana menurut kategori a). Pakaian pagi (daytime dressed)

b). Pakaian malam (coctail and evening wear) c). Pakaian pengantin (wedding dressed) d). Pakaian tidur (sleep wear)

e). Pakaian santai (leisure wear) f). Pakaian olahraga (sport wear) g). Pakaian dalam (lingerie)

h). Pakaian kerja dan seragam (work clothes and uniform) i). Pakaian mantel dan mantel pak (theatrical and srits)

commit to user

3). Klasifikasi busana menurut kualitas a). Adi Busana

Adalah busana berselera dan bermutu tinggi dengan bahan-bahan yang dipilih secara cermat, garis-garis rancangannya dipelajari seara mendalam dan pola-polanya dipersiapkan secara mendetail dan diproduksi tidak lebih dari satu atau berdasarkan pesanan seseorang. Selain dibuat berdasarkan pesanan serta ukuran tubuh seseorang, jenis

busana houte couture diperagakan dengan tujuan

memperkenalkan garis-garis rancangan baru dengan bahan dan warna baru.

b). Busana Adat (semi houte couture)

Merupakan jenis busana yang diproduksi dalam jumlah tertentu dan dalam proses pekerjaan tangan yang sedikit diambil alih oleh mesin. Jenis busana ini komersial sifatnya, agar harga pakaian-pakaian yang bermutu dapat ditekan dan para produsen mengalami peningkatan bisnis. Sifat dari jenis busana ini adalah eksklusif.

commit to user

c). Pakaian jadi/konveksi (ready to wear)

Merupakan jenis busana yang diproduksi secara besar-besaran dengan harga yang relatif murah sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh sejumlah besar konsumen. Pada umumnya busana jenis ini diproduksi oleh industri konveksi dengan tren warna, gaya, dan siluet cukup mutakhir karena meniru kreasi houte couture. Proses produksinya berlangsung cepat dan efisien karena menerapkan rasionalisasi dan mekanisasi tinggi.

4). Klasifikasi busana menurut jenis kelamin a). Busana Pria

b). Busana Wanita

5). Klasifikasi busana menurut usia a). Busana untuk orang tua b). Busana untuk usia dewasa c). Busana untuk usia remaja d). Busana untuk anak-anak e). Busana untuk bayi

6). Klasifikasi busana menurut tujuan penggunaan a). Busana untuk ke sekolah

commit to user

c). Busana untuk rapat d). Busana untuk resepsi

Bahan baku merupakan faktor penentu kualitas pakaian. Tingkat

keindahan fashion terlihat dari bahan baku yang dipakai. Bahan baku pakaian

ada 2 jenis, yaitu :

1). Bahan baku (tekstil) tradisional

Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan tangan dan biasanya merupakan iri khas suatu daerah, seperti batik, songket, ulos, sasirangan, kain tapis, tenun ikat, tenun sabu dan lain-lain.

2). Bahan baku (tekstil) modern

Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan mesin, seperti wol, tetoron, rayon, gabardine, driil, katun, beludru, brokat, tile, sifon, linen, silk dan lain-lain.

b. Mode Tata Rias

Tata rias merupakan pelengkap busana yang menciptakan keindahan penampiln seseorang. Tata rias dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1). Tata rias wajah

Terdiri dari : - kecantikan wajah - perawatan wajah 2). Tata rias rambut

Terdiri dari : - kecantikan rambut - perawatan rambut

commit to user

3). Perawatan tubuh

a). Menurut bahan yang dipakainya - perawatan tubuh tradisional - perawatan tubuh modern

b). Menurut cara kerjanya - mandi susu

- mandi lulur - aromaterapi - body contour

c. Accessories

Adalah semua semua benda yang gunanya menambah keindahan

bagi si pemakai, yang berupa perhiasan. Jenis accessories antara lain

cincin, bros, gelang, kalung, hiasan rambut, hiasan busana dan sebagainya.

d. Millineries

Adalah semua semua benda yang melengkapi dan berguna bagi si

pemakai untuk memberi kesan khusus. Jenis millineries antara lain topi,

selendang, sarung tangan, kaos kaki, kerudung, sepatu, sandal, tas, ikat

pinggang, kacamata, dompet dan sebagainya. Bahan baku millineries

commit to user

4. Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre

a. Aktivitas Komersial

Aktivitas komersial adalah aktivitas yang bersifat dan berhubungan dengan jual beli dan kontak sosial atau pertukaran. Aktivitas

komersial dalam dunia fashion adalah seluruh aktivitas yang berorientasi

pada perolehan keuntungan. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang

memberikan informasi sekaligus promosi fashion bagi masyarakat secara

umum.

Bentuk-bentuk aktivitas komersial dalam fashion centre meliputi: 1). Aktivitas promosi

Bertujuan memperkenalkan produk fashion kepada masyarakat

selaku pembeli. Aktivitas ini membentuk citra produk untuk mempengaruhi pengunjung agar tertarik dan berminat memiliki koleksi yang ditawarkan. Bentuk aktivitas promosi diantaranya iklan dan peragaan.

2). Aktivitas pemasaran dan penjualan

Aktivitas ini dapat dijumpai dalam berbagai toko dan pusat perbelanjaan.

b. Kebutuhan Fasilitas 1). Fasilitas Komersial

a). Aktivitas promosi membutuhkan fasilitas gedung/ruang peragaan dan ruang konsultasi.

commit to user

b). Aktivitas pemasaran dan penjualan membutuhkan fasilitas Pertokoan atau Butik-butik komersial.

5. Hubungan Fashion dan Desain Interior

Kaitan fashion dengan interior dapat berarti macam-macam

tergantung presepsi tiap orang. Dalam hal ini fashion berkembang sejalan

dengan interior dimana pada periode tertentu gaya berpakaian dipengaruhi oleh gaya interior yang ada tapi perbedaannya fashion cepat sekali berubah (lebih cepat dari gaya interior).

Abad ke XX ditandai dengan banyaknya perubahan yang radikal

dalam fashion dan interior gaya-gaya lama yang berdaur ulang kembali.

Arsitektur modern menekankan pada kesederanaan, fungsional dan structural.

Hal ini juga menginspirsi fashion pada awal abad XX dimana kesederhanaan

menjadi patokan merancang.

Ternyata fashion berkaitan erat dengan penciptaan karya-karya

interior yang mempunyai sifat yang sama, yaitu :

a. Fungsional, bagaimana bagian-bagian atau keseluruhan fashion/interior itu

bekerja seuai fungsi di dalamnya (form follow function).

b. Konstruktif, bilamana fashion/interior itu dibentuk agar dapat memenuhi

kegunaannya dan menunjang fungsi.

c. Dekoratif, bagaimana memberi daya tarik namun tidak menggangu aspek

fungsional dan konstruksinya.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

commit to user

C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE

1. Pengertian Beauty

Beauty : - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M

Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 58 )

- Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah

(tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )

- Kecantikan: keelokan; kemolekan.

(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 ) Kecantikan/beauty

à adalah perpaduan dari bermacam-macam mutu/kualitas, yang dapat

memberikan rasa nikmat pada perasaan/akhlak/moral atau juga pada intelektual seseorang.

à merupakan suatu perwujudan keindahan luar dan dalam, dimana

luar adalah kecantikan fisik, sedang dalam adalah kecantikan batin, dan barulah kecantikan itu lengkap apabila kecantikan lahir terpadu dengan keindahan batin.

commit to user

2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre

a. Fungsi

Secara garis besar, fungsi Beauty Centre adalah sebagai pusat

dari berbagai pelayanan kecantikan dalam suatu wadah yang terkoordinasi, baik dalam bentuk aktivitas formal maupun aktivitas non formal yang berlangsung di dalamnya.

b. Tugas

Beauty Centre merupakan suatu bangunan komersil yang bertugas memberikan fasilitas pelayanan perawatan kecantikan dalam beberapa rangkaian kegiatan.

c. Tujuan

1). Sebagai wadah untuk menyediakan fasilitas dan memberikan pelayanan-pelayanan kecantikan dalam usaha membuat seseorang tampil cantik dengan perawatan kecantikan secara non medis. 2). Menampung kegiatan promosi, pemasaran produk kecantikan serta

pelayanan jasa di bidang kecantikan.

3). Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat baik tenaga profesional di bidangnya maupun masyarakat umum.

commit to user

3. Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di Beauty Centre ini adalah

sebagai berikut :

a. Perawatan Kecantikan

1). Perawatan Kulit (Skin Care), yang meliputi kegiatan :

v Facial Treatment (perawatan kulit wajah), berupa :

à cuci muka

à perawatan jerawat

à penyembuhan flek-flek

à perawatan muka dengan ramuan,dll.

v Body Treatment (perawatan kulit tubuh), berupa :

à mandi (rempah, aroma, susu, lulur, bunga)

à menghilangkan bulu-bulu

à menicure dan pedicure

à massage

à refleksi

2). Perawatan Rambut (Hair Treatment), yang meliputi kegiatan :

v sanggul (modern & daerah)

v hair cut (potong) dan blow

v coloring (pengecatan) dan toning

v creambath, hair spa dan masker rambut

commit to user

3). Tata Rias Wajah (Make Up), yang meliputi kegiatan :

v make up sehari-hari

v make up fashion/artis/panggung

v tata rias pengantin

v

b. Kegiatan Pemasaran Produk Kecantikan berupa Penjualan

Produk (Cosmetic Center)

Fasilitas yang terdapat pada Beauty Centre digolongkan menjadi

dua, yaitu :

1). Fasilitas Utama, meliputi kegiatan : a). Fasilitas Perawatan Kecantikan b). Fasilitas Promosi dan Penjualan

2). Fasilitas Penunjang, meliputi kegiatan : a). Fasilitas Tunggu/Lobby

b). Fasilitas Pengelola (office manager) c). Fasilitas Cafe

d). Fasilitas Toilet e). Fasilitas Musholla f). Fasilitas Karyawan g). Fasilitas Dapur

commit to user

Pelaku Kegiatan, Macam Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang

v Costumer v Pengelola à Pemilik/Manager à Stylish à Karyawan à Penjaga -mendapatkan informasi, mendaftarkan diri -menunggu/istirahat -menjalani perawatan -makan - minum -ibadah -buang air -membayar

-meninggalkan beauty centre

-mengecek kesiapan kerja

-mengerjakan administrasi -ibadah -buang air -ganti pakaian -menyiapkan perlengkapan -melayani treatment -ibadah -buang air -membersihkan ruang

-mengatur limbah kerja

-membersihkan/mencuci alat

-menyediakan makanan dan

minuman

-ibadah

-buang air

-menjaga keamanan

-memberikan informasi awal

-ibadah -buang air -R. receptionist (Lobby) -R. tunggu (Lobby) -R. treatment -Cafe -mushola -Toilet -Kasir (Lobby) -Parking area -office manager -office manager -mushola -toilet -R. ganti -R. Cuci -R. treatment -mushola -toilet -R. gudang -R. gudang -R. cuci -R. dapur/pantry -mushola -toilet -R. keamanan (Lobby) -Lobby -mushola -toilet Tabel II. 1. Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

commit to user

4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre

a. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola

Skema II. 1. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola

b. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung

Skema II.2 . Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Kegiatan Perawatan

Kecantikan

Pengunjung Kegiatan Pengelola

Kegiatan Service Pengelola Datang Lobby Fas. Pengunjung Fas. Pengelola Fas. Perawatan Kecantikan Fasilitas Pendukung Pulang Parkir

commit to user

c. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola

Skema II. 3. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola

d. Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan diidentifikasikan berdasarkan macam

kegiatannya dan dikelompokkan sebagai berikut : 1). Masyarakat umum (pengunjung/costumer) 2). Pengelola

D. TINJAUAN AREA PENJUALAN 1. Layout

Rancangan dasar dalam tata ruang sebuah fasilitas penjualan terbagi menjadi : Lobby Fas. Penjualan Fas. Pengelola Fas. Perawatan Kecantikan Fasilitas Pendukung Pulang Parkir Datang Fas. Service

commit to user

a. Rancangan garis lurus, merupakan rancangan ekonomis untuk

disesuaikan dengan beberapa jenis toko kado sampai dengan outlet pakaian, dan grosir hingga department store.

Gambar II.1

Layout Ruang penjualan Model Straight Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)

b. Rancangan jalan kecil, sesuai untuk toko pakaian karena

kemampuannya meminimalisasiperasaan kacau dan tidak peduli untuk mengalihkan arah kea rah rak belakang.

Gambar II.2

Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)

c. Rancangan diagonal, direkomendasikan bagi toko swalayan dengan

commit to user

Gambar II.3

Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)

d. Rancangan kurva, untuk butik, salon, atau toko berkualitas tinggi,

rancangan ini menciptakan sebuah lingkungan khusus yang menarik

Gambar II.4

Layout Ruang penjualan Model Curved Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)

e. Rancangan yang Bervariasi, untuk produk yang memerlukan barang

dagangan pendukung yang sangat berdekatan, rancangan ini sangat fungsional.

commit to user

Gambar II.5

Layout Ruang penjualan Model Varied Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)

f. Rancangan Geometris, rancangan ini sesuai untuk ruang ganti tanpa menyia-nyiakan ukuran panjang persegi, keuntungan ini membuatnya sesuai untuk toko pakaian.

Gambar II.6

Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)

2. Sistem Pelayanan

System pelayanan dalam suatu area penjualan terbagi menjadi tiga jenis, yaitu :

commit to user

a. Self service, sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan kemudian membawanya ke kasir untuk pembayaran.

b. Self selection, sistem pelayanan dimana pengunjung dapat memilih dan mengambil produk yang mereka inginkan kemudian dengan dibantu pramuniaga produk dibawa ke kasir untuk pembayaran.

c. Personal, sistem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian dilayani oleh pramuniaga. Baik dalam memilih, mengambil produk sampai pembayaran dilayani oleh pramuniaga.

3. Penyajian Materi Koleksi a. Pengelompokan barang

1). Demand merchandise, melibatkan penawaran dalam membawa

beberapa orang untuk membelinya. Pembeli melihat barang-barang ini secara khusus.

2).Conveniece merchandise, terdiri dari barang-barang yang standard,

populer dan sangat berguna.

3). Impuls merchandise, terdiri dari barang yang mewah atau barang

yang tergantung pada peragaan (display) dalam penjualannya. Barang tersebut biasanya bukan barang yang dicari tetapi dibeli orang karena melihatnya atau secara tiba-tiba tertarik dan menginginkanya. Contoh : perhiasan, kosmetik dan lain-lain.

commit to user

b. Penyusunan barang

Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut William. P. Spence, pembagian daerah pengelompokan barang terdiri dari :

1). Demand Merchandise, biasa ditempatkan jauh dari pintu masuk,

umumnya para pengunjung akan tetap berusaha hingga mendapatkanya.

2). Convenience Merchandise, sering ditempatkan pada bagian tengah diantara jalan masuk dan demand merchandise.

3). Impulse Merchandese, ditempatkan didekat dengan jalan

masuk.Disini semua pengunjung melaluinya ketika masuk dan

meninggalkan ruang. Banyaknya impulse merchandise dan

convinience.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

Surakarta, 2005 : 63)

4. Sistem Display

a. Serambi Pamer (window display)

Untuk menarik minat pembeli, area penjualan dilengkapi dengan serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang sesuai dengan musim atau gaya. Suatu serambi pamer dapat memberikan pesan yang efektif, pesan

tersebut berhubungan dengan berbagai ide dan harga, berbagai fashion

yang dipamerkan. Misalnya disesuaikan dengan hari Kemerdekaan, Idul Fitri, Natal dan lain-lain.

commit to user

b. Display interior

Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut Delbert J. Duncan dan Stanley D. Hollander mengelompokkan display interior menjadi :

1). Merchandise display

a). Display terbuka (opened display)

Bentuk display yang memberikan kemungkinan kepada pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan toko, dengan variasi : shelf display(seperti pada toko makanan dan

swalayan), counter top display (seperti pada toko obat), table-top

display dan rock display (seperti pada department store).

b). Display tertutup (closed display)

Berisi barang dagangan yang berada dalam almari dinding (wall case). Keuntungannya adalah terjaganya barang dagangan dari pencurian dan menjaga kondisi siap jual.

c). Display arsitektural (architectural display)

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna menunjukan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan bangunan. Keuntungannya dapat memberikan gambaran yang utuh dan nyata lewat peragaan display ini.

commit to user

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.

3). Store sign and decoration

Istilah store sign meliputi tanda pembayaran, kartu

hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat serupa.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

Surakarta, 2005 : 64)

c. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa etalase dan showroom. Macam-macam etalase :

1). Etalase sistem terbuka

Etalase tanpa pembatas antra ruang display dengan ruang pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata dan arah pandangan visual kurang fokus.

2). Etalase sistem tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat dan pandangan visual lebih fokus.

commit to user

3). Etalase khusus a). Etalase sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di

persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.

b). Etalase atas

Etalase yang terletak di atas lantai dasar dari bangunan yang bertingkat. Berfungsi sebagai papan reklame.

c). Etalase benam

Merupakan etalase yang memiliki lantai yang lebih rendah daripada lantai di sekitarnya.

d). Etalase bertingkat

Penggabungan antara etalase atas dan benam juga etalase terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang pengamat.

e). Etalase arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit, sehingga kurang efisien.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

commit to user

Macam-macam showroom untuk koleksi fashion : 1). Vitrine

Menggunakan pelindung tertutup untuk benda-benda

berdimensi kecil maupun sedang. Penggunaan vitrine pada area

penjualan yang koleksinya tetap membutuhkan perawatan yang serius.

2). Tempel pada panil

Panildigunakan sebagai tempat memamerkan materi koleksi dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area penjualan.

3). Sistem gantung

Khususnya pada busana remaja yang bersifat ’fancy’. Kelemahannya penataan terlihat kurang rapi.

4). Island display/pulau display dengan menggunakan mannequin

Produk-produk yang terbaru sebagai point of interest dari

ruang maupun zone tiap perancang sangat tepat ditata di sini karena posisinya yang sentris dan lebih hidup sehingga dapat mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung.

Macam-macam show case untuk koleksi materi penjualan berupa accessories dan millineries digunakan :

commit to user

Sebagai wadah display khususnya accessories seperti

giwang, cincin, kalung dan lain-lain.

2). Box fixture / kotak terbuka dengan variasi bentuk

Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan fashion seperti payung, scraf dan sebagainya. Pengunjung lebih leluasa dalam mengamati produk tapi keamanan terjamin.

3). Cases fixture / rak terbuka

Rak terbuka / transparan sebagai wadah display barang-barang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.

4). Panel fixture

Penyajian khusus millineries seperti ikat pinggang, dasi dan

accessories yang berukuran kecil. Pengunjung lebih leluasa dalam memilih dan mengamati produk tapi keamanan produk kurang terjamin.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

Surakarta, 2005 : 66-68 )

Perlengkapan display dibedakan menjadi 3, yaitu :

commit to user

Sebuah counter yang mengelilingi ruang, pelayan berada di antara pulau. Bagian dari unit penyimpanan juga dimungkinkan ada di dalamnya.

Gambar II.7 An Island Fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

2) Perlengkapan yang menempel dinding (the wall fixture)

Adalah penempatannya berlawanan dengan dinding atau partisi. Ini memperbolehkan mempunyai papan yang berada di lantai atau mempunyai papan display berada diatasnya.

Gambar II.8 The wall Fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

3) Perlengkapan yang berdiri bebas (the freestanding fixture)

Memberikan pada pengunjung untuk memasuki dari segala penjuru. Ini dapat mempunyai tampat penyimpanan di bagian bawah atau mempunyai papan display yang terbuka dari lantai. Berikut ini adalah beberapa contohnya :

commit to user

A freestanding fixture dengan unit penyimpanan di bawah

Gambar II.9

A freestanding fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

A freestanding fixture dengan tanpa perlengkapan untuk unit penyimpanan.

Gambar II.10

A freestanding fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

Sebuah rak yang terbuka untuk mendisplay pakaian

Gambar II.11

A freestanding fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

5. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga dipengaruhi faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat dilihat/dinikmati. Hal ini dipengaruhi oleh :

commit to user

a. Ukuran materi

b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer c. Warna cahaya yang melatari

d. Kontras benda dengan latar belakang e. Waktu saat melihat

6. Ketentuan Lain Area Penjualan a. Kejelasan (clarity)

Yaitu perlunya memberi penyelesaian dengan sesuatu yang sangat penting untuk bisa menarik peerhatian pengunjung dan memberikan kejelasan bagi seseorang mengenali suatu fasilitas dengan cepat dapat menemukan pintu utama (main entrance) dengan segera dan dapat merasakan aktivitas yang diwadahi.

b. Kemencolokan (boldness)

Suatu aktifitas komersial harus mempunyai sesuatu yang membuat orang segera mengenali dan senantiasa mengingat dalam memorinya.

c. Keakraban (intimicy)

Diperlukan suatu pertimbangan penyelesaian fisik yang memungkinkan terciptanya suasana yang membuat pengunjung merasa santai dan kerasan.

commit to user

d. Fleksibillitas (flexibility)

Penggunaan aspek-aspek perencanaan dan perancangan yan memberi kemungkinan untuk alih fungsi dan alih citra serta menciptakan suasana pertokoan yang tidak monoton sehingga pengunjung tidak bbbosan karena suasana yang berubah-ubah.

e. Kekomplekan (complexity)

Perencanaan dan perancangan yang komplek akan

memungkinkan perubahan dan pengembangan pada fasilitas komersial yang telah dibangun.

f. Efisiensi (efficiency)

Karena fasilitas komersial selalu mengutamakan keuntungan,

Dokumen terkait