• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR - Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS AKHIR - Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern )"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TUGAS AKHIR

DESAIN INTERIOR

FASHION AND BEAUTY CENTRE

DI SURAKARTA

( Dengan Konsep Modern )

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Unversitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun oleh :

DINDA AGUSTINA RETNOUTAMI

C0804012

JURUSAN DESAIN INTERIOR

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

PERSETUJUAN

Desain Interior

FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA

( Dengan Konsep Modern )

Disetujui untuk diajukan, guna melengkapi syarat kelulusan Tugas Akhir

Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

2010

Disetujui oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Iik Endang S W, S.Sn, M.Ds Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn

NIP. 19771027 200112 2002 NIP. 19621221 199201 1001

Mengetahui,

Koordinator Tugas Akhir

(3)

commit to user

PENGESAHAN

Telah disahkan dan dipertanggungjawabkan pada sidang Tugas Akhir

Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta

2010

Pada hari Jumat, 29 Januari 2010

Penguji :

1. Ketua Sidang

Drs. Soepriyatmono, M.Sn

NIP. 19560117 198811 1001 ( ... )

2. Sekretaris Sidang

Lu’lu’ Purwaningrum, S.Sn, M.T

NIP. 19770612 20012 2003 ( ... )

3. Pembimbing I

Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds

NIP. 19771027 200112 2002 ( ... )

4. Pembimbing II

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn

NIP. 19621221 199201 1001 ( ... )

Mengetahui,

Ketua Jurusan Desain Interior Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn Drs. Sudarno, M.A

(4)

commit to user

v

PERNYATAAN

Nama : Dinda Agustina Retnoutami

NIM : C 0804012

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul “Desain

Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern )”

adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal

yang bukan dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan

ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar Sarjana.

Surakarta, Mei 2010

Yang membuat pernyataan,

(5)

commit to user

vi MOTTO

Lakukan yang terbaik…

Berikan yang terbaik…

Dan jadilah yang terbaik…

Untuk dirimu dan keluargamu...

Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang……..

Melainkan mereka yang tetap tegar…..

Ketika mereka jatuh…

( Khahlil Gibran )

Tak selamanya semua hal yang kita inginkan bisa terwujud…

(6)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

...Dengan rasa syukur Karya ini

kupersembahkan kepada :

© Papa (alm) dan Mama tersayang, yang senantiasa tulus memberikan

doa, cinta dan kasih sayang

© My beloved AyAng SM and My Twin Angels KayNay, yang selalu

memberi dukungan, semangat dan kebahagiaan

© Mbak Ajeng yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materiil

(7)

commit to user

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Tiada kata terindah selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT yang

senantiasa melimpahkan rahmat, karunia dan berkah-Nya sehingga penulis

mendapat bimbingan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan Tugas

Akhir dengan judul Desain Interior Fashion and Beauty Centre di Surakarta (

Dengan Konsep Modern ).

Dalam meyelesaikan Tugas Akhir ini tidak sedikit hambatan yang

dihadapi oleh penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan dengan baik berkat

bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan yang

baik ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan rasa terima kasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Ketua Jurusan Desain Interior

Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

3. Iik Endang S.W, S.Sn, M.Ds, selaku Dosen Pembimbing I Mata Kuliah

Kolokium, Tugas Akhir dan Koordinator Tugas Akhir.

4. Drs. Rahmanu Widayat, M.Sn, selaku Dosen Pembimbing II Mata Kuliah

Tugas Akhir.

5. Pihak LK salon dan Larissa yang telah memberikan ijin dan bantuannya

untuk mencari data dan informasi survey lapangan yang diperlukan untuk

menyusun Tugas Akhir.

6. Orang-orang tersayangku ( mama, ayah, KayNay, mb ajeng) di rumah yang

(8)

commit to user

ix

7. Sahabat-sahabatku, Deka, Diana, Lyna yang selalu memberikan bantuan,

dukungan dan semangat yang luar biasa, dan semua Interior angkatan’04

terima kasih atas persahabatan dan bantuannya selama ini.

8. Civitas Akademika dan semua pihak yang telah membantu penulis, sehingga

terselesaikannya Tugas akhir ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tiada sesuatu apapun yang dapat penulis persembahkan selain do’a

semoga Allah SWT memberi imbalan sesuai dengan jasa dan keikhlasan

amalnya, Amin.

Penulis menyadari Tugas akhir ini masih jauh dari sempurna, maka

penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang dapat membantu sehingga

dapat menyempurnakan penyusunan skripsi ini dari pembaca.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Surakarta, Januari 2010

Penulis

Dinda Agustina Retnoutami

(9)

commit to user

x ABSTRAK

Dinda Agustina Retnoutami. C0804012. 2010. Desain Interior Fashion and

Beauty Centre di Surakarta ( Dengan Konsep Modern ). Tugas Akhir : Jurusan

Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah : (1). Bagaimana

merancang dan merencanakan suatu konsep interior Fashion and Beauty Centre

yang mendukung konsep toko pakaian dan salon? (2). Bagaimana menyusun

konsep Desain Interior Fashion and Beauty Centre yang sesuai dengan tema

Modern dengan penerapannya ke berbagai elemen-elemen interior yang ada? (3). Bagaimana merancang interior ruang lobby, ruang penjualan/display, ruang konsultasi, fitting room dan salon yang dapat memberikan kenyamanan dan dapat memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan ?

Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut : (1). Mampu mewujudkan suatu Fashion and Beauty Centre yang mendukung konsep toko pakaian dan salon. (2).

Menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di

Surakarta yang sesuai tema Modern dengan penerapannya pada berbagai

elemen-elemen interior. (3). Merancang interior Fashion and Beauty Centre sebagai

wadah untuk mengatasi permasalahan penampilan yang nyaman, wadah informasi yang komunikatif serta wadah perawatan kecantikan yang dapat memberikan kenyamanan bagi pemakainya.

Metode yang digunakan metodologi penelitian kualitatif, dimana data yang dikumpulkan memiliki arti lebih daripada hanya sekedar angka atau frekuensi. Penelitian kualitatif menekankan pada analisis induktif, teori yang dikembangkan di mulai di lapangan studi dari data yang terpisah-pisah yang saling berkaitan. Data atau informasi yang dikumpulkan dan dikaji dari beragam sumber data. Pada proses pengumpulan data selalu diikuti reduksi data dan sajian data. Data yang berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian diskripsi dan refleksinya adalah data yang telah digali dan dicatat.

(10)

commit to user

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN……….. iv

HALAMAN MOTTO………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN………. vi

KATA PENGANTAR………. vii

ABSTRAKSI……… ix

DAFTAR ISI……… x

DAFTAR GAMBAR………... xiv

DAFTAR TABEL………. xvi

DAFTAR SKEMA………... xviii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

G. Metodologi Penelitian……… 5

H. Kerangka dan Pola Pikir……… 9

I. Sistematika Pembahasan……… 10

BAB II KAJIAN TEORI ………. 11

I. DATA LITERATUR………. 11

A. PENGERTIAN JUDUL……….. 11

B. TINJAUAN UMUM FASHION CENTRE.……… 13

1. Pengertian Fashion.………. 13

2. Sejarah Fashion..………. 14

3. Fashion dan Perlengkapannya..………... 15

(11)

commit to user

xii

5. Hubungan Fashion dan Desain Interior ...……… 21

C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE ..……….. 22

1. Pengertian Beauty……… ……….. 22

2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre ..…………. 23

3. Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre .……...………. 24

4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre...………. 27

D. TINJAUAN AREA PENJUALAN………. 28

1. Layout.………. 28

2. Sistem Pelayanan……….……… 31

3. Penyajian Materi Koleksi..……….. 32

4. Sistem Display………...……….. 33

5. Prinsip Desain Sarana Penjualan.……….... 40

6. Ketentuan Lain Area Penjualan……….. 41

7. Sirkulasi……….. 42

E. TINJAUAN RUANG KONSULTASI DAN LOBBY... 45

1. Ruang Konsultasi……… 45

2. Lobby………….……….……… 46

F. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA……… 46

1. Keadaan Geografis Kota Surakarta………. 46

2. Keadaan Demografi Kota Surakarta……… 49

G. TINJAUAN UMUM INTERIOR...………. 49

1. Organisasi Ruang...………. 49

2. Sirkulasi……….……….……… 52

3. Furniture………...……….. 52

4. Warna……….………...……….. 53

5. Elemen Pembentuk Ruang……..……….... 56

(12)

commit to user

xiii

2. Non fisik………. 83

3. Kebutuhan Ruang…...………. 83

4. Aktivitas dan Kegiatan....……… 84

5. Unsur Pembentuk dan Pengisi Ruang.……… 85

6. Tata Kondisional……...……… 86

7. Tema………...……… 87

4. Aktivitas dan Kegiatan....……… 89

5. Unsur Pembentuk dan Pengisi Ruang.……… 90

6. Tata Kondisional……...……… 91

7. Tema………...……… 91

(13)
(14)

commit to user

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1. Layout Ruang penjualan Model Straight Plan... 29

Gambar II. 2. Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan……….. 29

Gambar II. 3. Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan……... 30

Gambar II. 4. Layout Ruang penjualan Model Curved Plan………... 30

Gambar II. 5. Layout Ruang penjualan Model Varied Plan…... 31

Gambar II. 6. Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan…….. 31

Gambar II. 7. An Island Fixture………...………… 39

Gambar II. 8. The wall Fixture………..…. 39

Gambar II. 9. A freestanding fixture………. 40

Gambar II. 10. A freestanding fixture………..….. 40

Gambar II. 11. A freestanding fixture………. 40

Gambar II. 12. Peta Kota Solo……… 47

Gambar II. 13. Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo.….. 48

Gambar II. 14. Organisasi Ruang Terpusat……….…... 50

Gambar II. 15. Organisasi Ruang Linear……… 50

Gambar II. 16. Organisasi Ruang Radial………... 51

Gambar II. 17. Organisasi Ruang Cluster………..……… 51

Gambar II. 18. Organisasi Ruang Grid………..……… 51

Gambar II. 19. Halogen Flexible Display Lights MR16………... 69

Gambar II. 20. Halogen Flexible Display Lights MR16...……… 69

Gambar II. 21. Lampu Sorot Terarah...………….. 70

Gambar II. 22. Lampu Sorot Dinding………..….. 71

Gambar II. 23. Lampu Sorot rel Aliran...……….. 71

Gambar II. 24. Reflexion Light...…….. 72

Gambar II. 25. Smoke detektor...……. 76

Gambar II. 26. Fire estinguisher dan Hidrant kebakaran...…… 77

Gambar II. 27. Standar Tempat Penjualan Barang yang Umum ……... 78

Gambar II. 28. Standar Tempat Penjualan Barang yang Tergantun…… 79

Gambar II. 29. Standar Toko Buku/Area Display……….. 79

(15)

commit to user

xvi

Gambar II. 31. Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter ………...…… 80

Gambar II. 32. Jarak Bersih Sirkulasi pada Konter………...…. 81

Gambar II. 33. Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Tinggi……... 81

Gambar II. 34. Jarak Bersih Konter dengan Rak Display Rendah.….… 82 Gambar II. 35. Kamar ganti Pakaian……….….. 82

Gambar III. 1. Kasir & Cosmetic Shop di Larissa....………. 87

Gambar III. 2. Receptionist di Larissa………...……… 87

Gambar III. 3. Ruang Tunggu di Larissa………... 87

Gambar III. 4. ME LK Salon, Solo Square..……….. 92

Gambar III. 5. Tampak Ceiling di LK Salon……….………. 92

Gambar III. 6. Display Produk Kecantikan………..……….. 92

Gambar III. 7. R. Perawatan Keratase...……… 92

(16)

commit to user

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel II. 1. Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang……….…… 26

Tabel II. 2. Kegiatan Rutin Milanisti Indonesia……… 115

Tabel II. 3. Kegiatan Rutin Milanisti Indonesia sezione Jogja……… 123

Tabel III. 1. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Café………... 146

Tabel III. 2. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan………... 147

Merchandise Shop Tabel III. 3. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Office Club… 148 Tabel III. 4. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Café………. 149

Tabel III. 5. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Merchandise Shop… 150 Tabel III. 6. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Office Club……….. 151

Tabel III. 7. Alternatif Organisasi Ruang……… 157

Tabel III. 8. Alternatif Organisasi Ruang ………... 158

Tabel III. 9. Alternatif Pola Sirkulasi ………. 160

Tabel III. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………. 170

Tabel III. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding………... 174

Tabel III. 12. Analisa Penggunaan Bahan Ceiling……… 177

Tabel III. 13. Analisa Penggunaan Pencahayaan……….. 181

Tabel III. 14. Analisa Penggunaan Penghawaan……….. 184

Tabel III. 15. Analisa Penggunaan Akustik……….. 186

Tabel III. 16. Analisa Penggunaan Alat Pemadam Kebakaran…………. 188

Tabel IV. 1. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Salon………. 106

Tabel IV. 2. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan Shop………. 107

Tabel IV. 3. Tabel Aktivitas dan Fasilitas pada Kegiatan R Konsultasi….……….. 108

Tabel IV. 4. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Shop……...………. 109

Tabel IV. 5. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang Salon………. 110

Tabel IV. 6. Tabel Kebutuhan dan Besaran Ruang R. Konsultasi...……. 111

Tabel IV. 7. Alternatif Organisasi Ruang ………..…. 116

Tabel IV. 8. Alternatif Organisasi Ruang ………..………. 117

(17)

commit to user

xviii

Tabel IV. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………. 129

Tabel IV. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding………... 133

Tabel IV. 12. Analisa Penggunaan Bahan Ceiling……… 135

Tabel IV. 13. Analisa Penggunaan Pencahayaan……….. 139

Tabel IV. 14. Analisa Penggunaan Penghawaan……….. 142

Tabel IV. 15. Analisa Penggunaan Akustik……….. 144

(18)

commit to user

xix

DAFTAR SKEMA

Skema II. 1. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan

Pengelola...……….. 27

Skema II. 2. Pola Aktivitas dan Fasilitas

Pengunjung...……….. 27

Skema II. 3. Pola Aktivitas dan Fasilitas

Pengelola...……….. 28

Skema IV. 1. Struktur Organisasi Salon ………. 97

Skema IV. 2. Struktur Organisasi Shop……….……… 98

Skema IV. 3. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Salon..…... 101

Skema IV. 4. Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Salon…. 101

Skema IV. 5. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan Shop… …. 102

Skema IV. 6. Skema Kegiatan Pengunjung pada Pola Kegiatan Shop.…. 103

Skema IV. 7. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R.

konsultasi……….. 104

Skema IV. 8. Skema Kegiatan Pengelola pada Pola Kegiatan R.

(19)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kehidupan modern telah membuat manusia mengalami perubahan

dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari gaya hidup ( life style ), rutinitas,

karier bahkan obsesi hidup. Manusia juga dihadapkan pada kehidupan yang

klise, dimana manusia dituntut bekerja keras hampir 24 jam sehari dengan

produktivitas dan performance prima. Fenomena ini dialami hampir semua

orang termasuk para eksekutif, baik pria maupun wanita. Bagi yang

pekerjaannya berhubungan langsung dengan costumer ( client ), tentulah

penampilan menjadi salah satu perhatian yang tidak boleh dilupakan bahkan

oleh pria sekalipun.

Di tengah padatnya aktivitas manusia modern, kebutuhan fashion

dan beauty care yang bersifat mendadak juga sering terjadi. Kebutuhan akan

berpenampilan resmi untuk menghadiri suatu acara penting, seperti rapat,

bertemu klien atau menghadiri jamuan, padahal waktu yang mereka punya

sangat sedikit. Dalam situasi seperti ini membutuhkan bantuan untuk berganti

penampilan dengan cepat, baik dalam berpakaian juga berdandan. Namun

disaat itu mereka tidak mungkin untuk berdandan dengan cepat karena

kesibukan mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan bantuan seorang stylish yang

akan membantu mereka dalam berpenampilan yang baik sesuai dengan situasi

yang akan mereka hadapi. Hal ini juga merupakan salah satu cara menjaga

(20)

commit to user

modern sekarang yang sering bertemu atau bersosialisasi dengan orang lain

baik keluarga, teman, klien atau rekan kerjanya. Situasi demikian memicu

banyaknya bermunculan butik-butik atau toko pakaian dan salon sebagai

alternatif tempat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pakaian dan segala

aksesoris pelengkapnya. Setiap butik atau toko pakaian menjual produk

dengan berbagai jenis fashion style.

Dengan melihat begitu banyaknya salon dan butik yang ada, maka

dalam proyek ini akan ditawarkan pemandangan dan suasana yang lain dari

yang sudah ada sebelumnya yaitu sebuah fasilitas dimana kebutuhan akan

berpenampilan yang baik dalam cara berpakaian dan berdandan ditawarkan

dalam wadah Fashion and Beauty Centre. Fashion and Beauty Centre ini

merupakan tempat berbagai macam treatment untuk tubuh yang ditawarkan

dan juga sebagai tempat dimana terdapat bantuan dalam berbusana dan

berdandan dalam waktu tidak terlalu lama. Pada bagian penampilan berupa

toko pakaian dan make up yang berbasis one stop beauty service, dalam arti di

tempat ini costumer akan dibantu berdandan baik pakaian maupun make up

dalam satu paket yang dipandu oleh seorang stylish yang berpengalaman. Pada

bagian beauty care berupa salon yang menawarkan hair dan body care.

Perpaduan antara tempat treatment kecantikan dan toko pakaian bertujuan

agar masyarakat bisa mendapatkan tempat berbagai fashion dan beauty care

dalam satu wadah, mengingat keterbatasan waktu mereka yang sibuk dengan

pekerjaannya. Tempat ini ditujukan kepada kaum metropolis yang ingin

(21)

commit to user

sebagai tempat pelepaskan kepenatan setelah aktivitas mereka ataupun

kejenuhan pada aktivitas rutin meskipun hanya dalam waktu yang singkat.

B. BATASAN MASALAH

Kehadiran Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini

dimaksudkan sebagai wadah toko pakaian dan treatment kecantikan ( beauty

care ) ditawarkan dalam satu tempat yang dapat menjawab kebutuhan

masyarakat yang ingin berdandan namun memiliki keterbatasan waktu.

Adapun batasan masalah pada Desain Interior Fashion and Beauty Centre di

Surakarta adalah :

1. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini

dibatasi pada ruang lobby sebagai akses masuk atau main entrance dari

Fashion and Beauty Centre di Surakarta.

2. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini

dibatasi pada perancangan ruang display penjualan pakaian, aksesoris dari

kepala hingga kaki ( head to toe ), ruang konsultasi dan ruang ganti

( fitting room ).

3. Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty Centre di Surakarta

dibatasi pada perancangan salon sebagai tempat perawatan kecantikan.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana menyusun konsep Desain Interior Fashion and Beauty Centre

di Surakarta yang sesuai dengan tema Modern dengan penerapannya pada

(22)

commit to user

2. Bagaimana merancang interior ruang lobby, ruang penjualan/display,

ruang konsultasi, fitting room dan salon yang dapat memberikan

kenyamanan dan dapat memenuhi tuntutan akan adanya suatu wadah

untuk mengatasi permasalahan penampilan ?

D. TUJUAN

1. Menyusun Konsep Perencanaan dan Perancangan Fashion and Beauty

Centre di Surakarta yang sesuai tema Modern dengan penerapannya pada

berbagai elemen-elemen interior.

2. Merancang interior Fashion and Beauty Centre sebagai wadah untuk

mengatasi permasalahan penampilan yang nyaman, wadah informasi yang

komunikatif serta wadah perawatan kecantikan yang dapat memberikan

kenyamanan bagi pemakainya.

E. SASARAN

1. Kelompok masyarakat menengah ke atas, baik pria maupun wanita dengan

usia 20-50 tahun.

2. Pemerhati dunia fashion dan kecantikan

F. MANFAAT

1. Bagi penulis/Desainer

a. Memberikan masukan penting untuk memperluas pandangan dalam

(23)

commit to user

menyusun desain yang lebih baik dan tepat sesuai latar belakang dan

sasaran.

b. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan

merancang suatu interior yang disesuaikan dengan kebutuhan dan

fungsi dari ruang-ruang yang ada.

c. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam

proyek perencanaan dan perancangan interior dengan menerapkan ide

dan gagasan-gagasan yang ada.

2. Bagi Dunia Akademik

a. Menambah referensi jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni

Rupa Universitas Sebelas Maret tentang Fashion and Beauty Centre.

b. Menambah salah satu bentuk perkembangan interior baru di dalam

dunia akademik.

3. Bagi masyarakat

a. Dapat memberikan wadah jalan keluar dari permasalahan penampilan.

b. Dapat memberikan informasi dan juga sebagai sarana hiburan bagi

masyarakat.

G. METODOLOGI

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang tujuannya adalah

(24)

commit to user

yang dilakukan secara metodologis dengan menggunakan metode-metode

yang bersifat ilmiah.

Metodologi adalah suatu cara atau jalan untuk memecahkan

masalah yang ada pada masa sekarang dengan cara mengumpulkan, menyusun,

mengklarifikasi serta menginterpretasikan data-data.

Maka, pengertian metodologi penelitian adalah suatu cara atau

jalan untuk memecahkan suatu masalah yang ada dengan cara mengumpulkan,

menyusun serta menginterpretasikan data guna menemukan, mengembangkan

atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Metode penelitian sangat

menentukan dalam sebuah penelitian ilmiah karena mutu dan validitas dari

hasil penelitian ilmiah sangat ditentukan oleh pemilihan metode secara tepat.

Dalam perancangan interior Fashion and Beauty Centre di

Surakarta ini metode yang digunakan adalah :

a. Metodologi Analisis

Yaitu menganalisa data-data yang diperoleh di lapangan, menghubungkan

dengan kajian teoritis, untuk kemudian dianalisa kembali. Dari hasil

analisa kemudian menghasilkan alternatif-alternatif desain yang

(25)

commit to user

Pengumpulan Data

Reduksi data Sajian data

Penarikan simpulan /vertivikasi

Analisis Data Interakrif

( Sumber : Metodologi Penelitian Kualitatif , HB Sutopo, 2002 : 96 )

b. Metodologi Observasi

Yaitu mengadakan observasi secara langsung/tidak langsung dengan studi

pengamatan lapangan, wawancara dan studi literature melalui buku-buku,

referensi, majalah, surat kabar, konsultasi serta media lainnya yang

berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai sehingga mampu

menyelesaikan permasalahan.

a. Lokasi Penelitian

Penelitian yang akan digunakan sebagai dasar perancangan interior

Fashion and Beauty Centre di Surakarta ini dilakukan di beberapa

tempat yaitu :

- Larissa Solo

- LK Salon Solo Square

(26)

commit to user

b. Bentuk dan Strategi Penelitian

- Studi literatur : melalui buku-buku referensi, internet,

arsip yang berhubungan dengan proyek

yang diambil.

- Wawancara : mewawancarai pihak-pihak yang

berkaitan dengan proyek yang diambil.

- Studi lapangan : melakukan studi banding pada obyek

sejenis sebagai dasar perbandingan

(27)

commit to user

H. Kerangka / Pola Pikir

Latar Belakang

- Aktivitas yang padat

- Kebutuhan akan

penampilan menarik

- Waktu yang sempit

FASHION AND BEAUTY CENTRE DI SURAKARTA

Studi Literatur

- tentang kecantikan dan

pakaian

- tentang area penjualan

(28)

commit to user

I. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN

Yang terdiri atas latar belakang masalah, batasan dan rumusan

masalah, tujuan, sasaran, manfaat serta metodologi dan sistematika

pembahasan.

BAB II. KAJIAN TEORI

Adalah uraian tentang landasan teori yang akan dijadikan dasar

untuk mencapai tujuan perancangan.

BAB III. STUDI LAPANGAN

Merupakan hasil survey lapangan yang berhubungan dengan

pekerjaan interior yang akan dikerjakan.

BAB IV. KONSEP PERANCANGAN

Merupakan uraian tentang ide/gagasan yang akan melatarbelakangi

terciptanya karya tugas akhir.

BAB V. KESIMPULAN

Meliputi hasil temuan dari analisis data, evaluasi konsep

perancangan dan keputusan desain.

DAFTAR PUSTAKA

(29)

commit to user

Pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion

and Beauty Centre di Surakarta “ adalah sebagai berikut :

Interior : - Ruang dalam suatu bangunan.

( Ensiklopedia Indonesia, 1989, hal : 195 )

- Tatanan perabot ( hiasan ), dsb didalam ruamg

dalam dari gedung .

( Tim Penyusun KBBI, 2001 ; 383 )

Desain Interior : - Desain interior adalah karya seni yang

mengungkapkan dengan jelas dan tepat tata

kehidupan manusia dari suatu masa melelui

media ruang .

( J. pamudji subtandar : 1998 : 11 )

Fashion : - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M

Echols & Hassan Shadily, Kamus

Inggris-Indonesia, 1996 : 234 )

- Pakaian: barang apa yang dipakai (baju,

celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk,

kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,

(30)

commit to user

- Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian

(tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa,

seni, arsitektur) yang populer dalam suatu

budaya. ( Wikipedia bahasa Indonesia )

Beauty : - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M

Echols & Hassan Shadily, Kamus

Inggris-Indonesia, 1996 : 58 )

- Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah

(tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang

dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas, 2004 : 127 )

- Kecantikan: keelokan; kemolekan.

(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )

Centre : - Pusat; bagian tengah; (soccer) penyerang

tengah. ( John M Echols & Hassan Shadily,

Kamus Inggris-Indonesia, 1996 : 104 )

- Pusat: pusar; titik yang ditengah benar (al.

bulatan bola, lingkaran dsb); tempat yang

letaknya di bagian tengah; pokok pangkal/

yang menjadi pumpunan (berbagai urusan, hal,

dsb); orang yang membawakan berbagai

bagian; orang yang menjadi pumpunan dari

(31)

commit to user

kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,

2004 : 616 )

Surakarta : wilayah, kawasan, nama sebuah kota di

propinsi Jawa Tengah.

Jadi pengertian dari judul “ Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion

and Beauty Centre di Surakarta adalah suatu proses, pembuatan, merancang,

merencanakan desain ruang dalam suatu bangunan yang berupa tempat

penjualan pakaian, aksesoris, produk kecantikan, konsultasi dan salon untuk

melengkapi fasilitas kegiatan yang berhubungan dengan penampilan yang

operasionalnya berada di kota Surakarta.

B. TINJAUAN UMUM FASHION CENTRE

1. Pengertian Fashion

Fashion : - Cara, kebiasaan, basa-basi; mode. ( John M

Echols & Hassan Shadily, Kamus

Inggris-Indonesia, 1996 : 234 )

- Pakaian: barang apa yang dipakai (baju,

celana, dsb). ( Cormentyna Sitanggang dkk,

kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat Atas,

2004 : 529 )

- Mode atau Fashion adalah gaya berpakaian

(tetapi juga dapat termasuk masakan, bahasa,

seni, arsitektur) yang populer dalam suatu

(32)

commit to user

2. Sejarah Fashion

Awal abad ke-19, fashion dikenal dengan istilah woman as a

flower. Orang percaya bahwa fashion yang dipakai harus menunjukkan

suatu kemewahan. Baju-baju yang dianggap tren adalah gaun yang sangat

panjang (ball gown) dan korset. Gaya ini dipakai oleh Maria Antoinnette,

istri Raja Louis XVI dari Prancis.

Pada tahun 1939 sudah banyak wanita yang berbelanja di

department store. Makanya mulai banyak baju siap pakai (ready to wear)

yang diproduksi di pabrik-pabrik garmen seperti mantel, rompi, t-shirt dan

celana pendek (pants). Setelah masa ini dari tahun 1940-1970an mulai

bermunculan beberapa icon alias pencipta tren, seperti zooties, western

style, bikers, teddy boys, folkie, surfers, mods, hippies, skinheads,

Rastafarian, skaters, punks, new romantics dan gothic.

Di tahun ‘80an, muncul gaya casual. Gaya casual adalah

penyempurnaan gaya sportif yang menjadikannya lebih rapi dan trendi.

Vest dan jaket track suit sangat digemari dan jadi khas gaya. Selain itu

juga muncul gaya grunge, yaitu suatu gaya yang menampilkan kebebasan

lewat pilihan baju. Ciri khasnya adalah checked skirts dan sepatu boots.

Pada tahun’90an muncul gaya supermarket of style. Istilah ini

dibuat untuk mendeskripsikan identitas orang yang tidak loyal pada satu

jenis fashion saja. Penganutnya memakai semua gaya fashion dengan cara

mix ‘n match. Di awal tahun 2000 muncul gaya new millennium. Di era ini

(33)

commit to user

untuk bilang bahwa suatu rancangan baju sudah sesuai dengan fashion

atau tidak.

3. Fashion dan Perlengkapannya

a. Busana

Busana adalah sesuatu yang melekat di tubuh manusia dan

mengikuti bentuk dan struktur tubuh, yang dibuat dari berbagai bahan

tekstil. Busana dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis antara lain :

1). Klasifikasi busana menurut cara pemakaian

a). Busana Daerah

b). Busana Adat

c). Busana Nasional

d). Busana Modern

2). Klasifikasi busana menurut kategori

a). Pakaian pagi (daytime dressed)

b). Pakaian malam (coctail and evening wear)

c). Pakaian pengantin (wedding dressed)

d). Pakaian tidur (sleep wear)

e). Pakaian santai (leisure wear)

f). Pakaian olahraga (sport wear)

g). Pakaian dalam (lingerie)

h). Pakaian kerja dan seragam (work clothes and uniform)

(34)

commit to user

3). Klasifikasi busana menurut kualitas

a). Adi Busana

Adalah busana berselera dan bermutu tinggi dengan

bahan-bahan yang dipilih secara cermat, garis-garis

rancangannya dipelajari seara mendalam dan pola-polanya

dipersiapkan secara mendetail dan diproduksi tidak lebih dari

satu atau berdasarkan pesanan seseorang. Selain dibuat

berdasarkan pesanan serta ukuran tubuh seseorang, jenis

busana houte couture diperagakan dengan tujuan

memperkenalkan garis-garis rancangan baru dengan bahan

dan warna baru.

b). Busana Adat (semi houte couture)

Merupakan jenis busana yang diproduksi dalam jumlah

tertentu dan dalam proses pekerjaan tangan yang sedikit

diambil alih oleh mesin. Jenis busana ini komersial sifatnya,

agar harga pakaian-pakaian yang bermutu dapat ditekan dan

para produsen mengalami peningkatan bisnis. Sifat dari jenis

(35)

commit to user

c). Pakaian jadi/konveksi (ready to wear)

Merupakan jenis busana yang diproduksi secara

besar-besaran dengan harga yang relatif murah sehingga hasilnya

dapat dinikmati oleh sejumlah besar konsumen. Pada

umumnya busana jenis ini diproduksi oleh industri konveksi

dengan tren warna, gaya, dan siluet cukup mutakhir karena

meniru kreasi houte couture. Proses produksinya berlangsung

cepat dan efisien karena menerapkan rasionalisasi dan

mekanisasi tinggi.

4). Klasifikasi busana menurut jenis kelamin

a). Busana Pria

b). Busana Wanita

5). Klasifikasi busana menurut usia

a). Busana untuk orang tua

b). Busana untuk usia dewasa

c). Busana untuk usia remaja

d). Busana untuk anak-anak

e). Busana untuk bayi

6). Klasifikasi busana menurut tujuan penggunaan

a). Busana untuk ke sekolah

(36)

commit to user

c). Busana untuk rapat

d). Busana untuk resepsi

Bahan baku merupakan faktor penentu kualitas pakaian. Tingkat

keindahan fashion terlihat dari bahan baku yang dipakai. Bahan baku pakaian

ada 2 jenis, yaitu :

1). Bahan baku (tekstil) tradisional

Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan tangan dan

biasanya merupakan iri khas suatu daerah, seperti batik, songket, ulos,

sasirangan, kain tapis, tenun ikat, tenun sabu dan lain-lain.

2). Bahan baku (tekstil) modern

Merupakan bahan baku yang dikerjakan dengan mesin, seperti

wol, tetoron, rayon, gabardine, driil, katun, beludru, brokat, tile, sifon,

linen, silk dan lain-lain.

b. Mode Tata Rias

Tata rias merupakan pelengkap busana yang menciptakan

keindahan penampiln seseorang. Tata rias dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1). Tata rias wajah

Terdiri dari : - kecantikan wajah

- perawatan wajah

2). Tata rias rambut

Terdiri dari : - kecantikan rambut

(37)

commit to user

3). Perawatan tubuh

a). Menurut bahan yang dipakainya

- perawatan tubuh tradisional

- perawatan tubuh modern

b). Menurut cara kerjanya

- mandi susu

- mandi lulur

- aromaterapi

- body contour

c. Accessories

Adalah semua semua benda yang gunanya menambah keindahan

bagi si pemakai, yang berupa perhiasan. Jenis accessories antara lain

cincin, bros, gelang, kalung, hiasan rambut, hiasan busana dan sebagainya.

d. Millineries

Adalah semua semua benda yang melengkapi dan berguna bagi si

pemakai untuk memberi kesan khusus. Jenis millineries antara lain topi,

selendang, sarung tangan, kaos kaki, kerudung, sepatu, sandal, tas, ikat

pinggang, kacamata, dompet dan sebagainya. Bahan baku millineries

(38)

commit to user

4. Aktivitas dan Fasilitas Fashion Centre

a. Aktivitas Komersial

Aktivitas komersial adalah aktivitas yang bersifat dan

berhubungan dengan jual beli dan kontak sosial atau pertukaran. Aktivitas

komersial dalam dunia fashion adalah seluruh aktivitas yang berorientasi

pada perolehan keuntungan. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang

memberikan informasi sekaligus promosi fashion bagi masyarakat secara

umum.

Bentuk-bentuk aktivitas komersial dalam fashion centre meliputi:

1). Aktivitas promosi

Bertujuan memperkenalkan produk fashion kepada masyarakat

selaku pembeli. Aktivitas ini membentuk citra produk untuk

mempengaruhi pengunjung agar tertarik dan berminat memiliki koleksi

yang ditawarkan. Bentuk aktivitas promosi diantaranya iklan dan

peragaan.

2). Aktivitas pemasaran dan penjualan

Aktivitas ini dapat dijumpai dalam berbagai toko dan pusat

perbelanjaan.

b. Kebutuhan Fasilitas

1). Fasilitas Komersial

a). Aktivitas promosi membutuhkan fasilitas gedung/ruang

(39)

commit to user

b). Aktivitas pemasaran dan penjualan membutuhkan fasilitas

Pertokoan atau Butik-butik komersial.

5. Hubungan Fashion dan Desain Interior

Kaitan fashion dengan interior dapat berarti macam-macam

tergantung presepsi tiap orang. Dalam hal ini fashion berkembang sejalan

dengan interior dimana pada periode tertentu gaya berpakaian dipengaruhi

oleh gaya interior yang ada tapi perbedaannya fashion cepat sekali berubah

(lebih cepat dari gaya interior).

Abad ke XX ditandai dengan banyaknya perubahan yang radikal

dalam fashion dan interior gaya-gaya lama yang berdaur ulang kembali.

Arsitektur modern menekankan pada kesederanaan, fungsional dan structural.

Hal ini juga menginspirsi fashion pada awal abad XX dimana kesederhanaan

menjadi patokan merancang.

Ternyata fashion berkaitan erat dengan penciptaan karya-karya

interior yang mempunyai sifat yang sama, yaitu :

a. Fungsional, bagaimana bagian-bagian atau keseluruhan fashion/interior itu

bekerja seuai fungsi di dalamnya (form follow function).

b. Konstruktif, bilamana fashion/interior itu dibentuk agar dapat memenuhi

kegunaannya dan menunjang fungsi.

c. Dekoratif, bagaimana memberi daya tarik namun tidak menggangu aspek

fungsional dan konstruksinya.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

(40)

commit to user

C. TINJAUAN UMUM BEAUTY CENTRE

1. Pengertian Beauty

Beauty : - Orang cantik; indah; kecantikan. ( John M

Echols & Hassan Shadily, Kamus

Inggris-Indonesia, 1996 : 58 )

- Cantik: elok, molek (tentang wajah); indah

(tentang barang). ( Cormentyna Sitanggang

dkk, kamus pelajar Sekolah Lanjutan Tingkat

Atas, 2004 : 127 )

- Kecantikan: keelokan; kemolekan.

(Cormentyna Sitanggang dkk, kamus pelajar

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, 2004 : 127 )

Kecantikan/beauty

à adalah perpaduan dari bermacam-macam mutu/kualitas, yang dapat

memberikan rasa nikmat pada perasaan/akhlak/moral atau juga

pada intelektual seseorang.

à merupakan suatu perwujudan keindahan luar dan dalam, dimana

luar adalah kecantikan fisik, sedang dalam adalah kecantikan batin,

dan barulah kecantikan itu lengkap apabila kecantikan lahir terpadu

(41)

commit to user

2. Fungsi, Tugas dan Tujuan Beauty Centre

a. Fungsi

Secara garis besar, fungsi Beauty Centre adalah sebagai pusat

dari berbagai pelayanan kecantikan dalam suatu wadah yang

terkoordinasi, baik dalam bentuk aktivitas formal maupun aktivitas non

formal yang berlangsung di dalamnya.

b. Tugas

Beauty Centre merupakan suatu bangunan komersil yang

bertugas memberikan fasilitas pelayanan perawatan kecantikan dalam

beberapa rangkaian kegiatan.

c. Tujuan

1). Sebagai wadah untuk menyediakan fasilitas dan memberikan

pelayanan-pelayanan kecantikan dalam usaha membuat seseorang

tampil cantik dengan perawatan kecantikan secara non medis.

2). Menampung kegiatan promosi, pemasaran produk kecantikan serta

pelayanan jasa di bidang kecantikan.

3). Membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat baik tenaga

(42)

commit to user

3. Aktivitas dan Fasilitas

Aktivitas-aktivitas yang terjadi di Beauty Centre ini adalah

sebagai berikut :

a. Perawatan Kecantikan

1). Perawatan Kulit (Skin Care), yang meliputi kegiatan :

v Facial Treatment (perawatan kulit wajah), berupa :

à cuci muka

à perawatan jerawat

à penyembuhan flek-flek

à perawatan muka dengan ramuan,dll.

v Body Treatment (perawatan kulit tubuh), berupa :

à mandi (rempah, aroma, susu, lulur, bunga)

à menghilangkan bulu-bulu

à menicure dan pedicure

à massage

à refleksi

2). Perawatan Rambut (Hair Treatment), yang meliputi kegiatan :

v sanggul (modern & daerah)

v hair cut (potong) dan blow

v coloring (pengecatan) dan toning

v creambath, hair spa dan masker rambut

(43)

commit to user

3). Tata Rias Wajah (Make Up), yang meliputi kegiatan :

v make up sehari-hari

v make up fashion/artis/panggung

v tata rias pengantin

v

b. Kegiatan Pemasaran Produk Kecantikan berupa Penjualan

Produk (Cosmetic Center)

Fasilitas yang terdapat pada Beauty Centre digolongkan menjadi

dua, yaitu :

1). Fasilitas Utama, meliputi kegiatan :

a). Fasilitas Perawatan Kecantikan

b). Fasilitas Promosi dan Penjualan

2). Fasilitas Penunjang, meliputi kegiatan :

a). Fasilitas Tunggu/Lobby

b). Fasilitas Pengelola (office manager)

c). Fasilitas Cafe

d). Fasilitas Toilet

e). Fasilitas Musholla

f). Fasilitas Karyawan

g). Fasilitas Dapur

(44)

commit to user

Pelaku Kegiatan, Macam Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

Pelaku Aktivitas Kebutuhan Ruang

v Costumer

-meninggalkan beauty centre

-mengecek kesiapan kerja

-mengerjakan administrasi

-mengatur limbah kerja

-membersihkan/mencuci alat

-menyediakan makanan dan

minuman

-ibadah

-buang air

-menjaga keamanan

-memberikan informasi awal

-ibadah

-buang air

-R. receptionist (Lobby)

(45)

commit to user

4. Pola Aktivitas dan Fasilitas Beauty Centre

a. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola

Skema II. 1. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung dan Pengelola

b. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung

Skema II.2 . Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengunjung Kegiatan Perawatan

Kecantikan

Pengunjung Kegiatan Pengelola

Kegiatan Service Pengelola

Datang

Lobby

Fas. Pengunjung Fas.

Pengelola Fas. Perawatan

Kecantikan

Fasilitas Pendukung

Pulang

(46)

commit to user

c. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola

Skema II. 3. Pola Aktivitas dan Fasilitas Pengelola

d. Pelaku Kegiatan

Pelaku kegiatan diidentifikasikan berdasarkan macam

kegiatannya dan dikelompokkan sebagai berikut :

1). Masyarakat umum (pengunjung/costumer)

2). Pengelola

D. TINJAUAN AREA PENJUALAN

1. Layout

Rancangan dasar dalam tata ruang sebuah fasilitas penjualan

(47)

commit to user

a. Rancangan garis lurus, merupakan rancangan ekonomis untuk

disesuaikan dengan beberapa jenis toko kado sampai dengan outlet

pakaian, dan grosir hingga department store.

Gambar II.1

Layout Ruang penjualan Model Straight Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)

b. Rancangan jalan kecil, sesuai untuk toko pakaian karena

kemampuannya meminimalisasiperasaan kacau dan tidak peduli untuk

mengalihkan arah kea rah rak belakang.

Gambar II.2

Layout Ruang penjualan Model Pathway Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 23)

c. Rancangan diagonal, direkomendasikan bagi toko swalayan dengan

(48)

commit to user

Gambar II.3

Layout Ruang penjualan Model Diagonal Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)

d. Rancangan kurva, untuk butik, salon, atau toko berkualitas tinggi,

rancangan ini menciptakan sebuah lingkungan khusus yang menarik

Gambar II.4

Layout Ruang penjualan Model Curved Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 24)

e. Rancangan yang Bervariasi, untuk produk yang memerlukan barang

dagangan pendukung yang sangat berdekatan, rancangan ini sangat

(49)

commit to user

Gambar II.5

Layout Ruang penjualan Model Varied Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)

f. Rancangan Geometris, rancangan ini sesuai untuk ruang ganti tanpa

menyia-nyiakan ukuran panjang persegi, keuntungan ini membuatnya

sesuai untuk toko pakaian.

Gambar II.6

Layout Ruang penjualan Model Geometric Plan (Sumber :Yulia Purnama, 2003, hal. 25)

2. Sistem Pelayanan

System pelayanan dalam suatu area penjualan terbagi menjadi

(50)

commit to user

a. Self service, sistem pelayanan dimana pengunjung bebas memilih dan

mengambil produk yang mereka inginkan kemudian membawanya ke

kasir untuk pembayaran.

b. Self selection, sistem pelayanan dimana pengunjung dapat memilih dan

mengambil produk yang mereka inginkan kemudian dengan dibantu

pramuniaga produk dibawa ke kasir untuk pembayaran.

c. Personal, sistem pelayanan tertutup dimana segala bentuk pembelian

dilayani oleh pramuniaga. Baik dalam memilih, mengambil produk

sampai pembayaran dilayani oleh pramuniaga.

3. Penyajian Materi Koleksi

a. Pengelompokan barang

1). Demand merchandise, melibatkan penawaran dalam membawa

beberapa orang untuk membelinya. Pembeli melihat barang-barang

ini secara khusus.

2).Conveniece merchandise, terdiri dari barang-barang yang standard,

populer dan sangat berguna.

3). Impuls merchandise, terdiri dari barang yang mewah atau barang

yang tergantung pada peragaan (display) dalam penjualannya.

Barang tersebut biasanya bukan barang yang dicari tetapi dibeli

orang karena melihatnya atau secara tiba-tiba tertarik dan

(51)

commit to user

b. Penyusunan barang

Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut William. P. Spence,

pembagian daerah pengelompokan barang terdiri dari :

1). Demand Merchandise, biasa ditempatkan jauh dari pintu masuk,

umumnya para pengunjung akan tetap berusaha hingga

mendapatkanya.

2). Convenience Merchandise, sering ditempatkan pada bagian tengah

diantara jalan masuk dan demand merchandise.

3). Impulse Merchandese, ditempatkan didekat dengan jalan

masuk.Disini semua pengunjung melaluinya ketika masuk dan

meninggalkan ruang. Banyaknya impulse merchandise dan

convinience.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

Surakarta, 2005 : 63)

4. Sistem Display

a. Serambi Pamer (window display)

Untuk menarik minat pembeli, area penjualan dilengkapi dengan

serambi pamer. Pemilihan barang yang dipajang sesuai dengan musim atau

gaya. Suatu serambi pamer dapat memberikan pesan yang efektif, pesan

tersebut berhubungan dengan berbagai ide dan harga, berbagai fashion

yang dipamerkan. Misalnya disesuaikan dengan hari Kemerdekaan, Idul

(52)

commit to user

b. Display interior

Mengutip karya TA Sri Siswanti menurut Delbert J. Duncan dan

Stanley D. Hollander mengelompokkan display interior menjadi :

1). Merchandise display

a). Display terbuka (opened display)

Bentuk display yang memberikan kemungkinan kepada

pembeli untuk mengamati barang dagangan tanpa bantuan pelayan

toko, dengan variasi : shelf display(seperti pada toko makanan dan

swalayan), counter top display (seperti pada toko obat), table-top

display dan rock display (seperti pada department store).

b). Display tertutup (closed display)

Berisi barang dagangan yang berada dalam almari dinding

(wall case). Keuntungannya adalah terjaganya barang dagangan

dari pencurian dan menjaga kondisi siap jual.

c). Display arsitektural (architectural display)

Display ini memerlukan ketepatan penyusunan guna

menunjukan bermacam-macam barang dagangan sesuai dengan

bangunan. Keuntungannya dapat memberikan gambaran yang utuh

dan nyata lewat peragaan display ini.

(53)

commit to user

Terkenal sebagai bentuk display untuk pengiklanan tempat

penjualan. Terdiri dari tulisan, spanduk dan rak pajang.

3). Store sign and decoration

Istilah store sign meliputi tanda pembayaran, kartu

hadiah/harga, hiasan tergantung, poster, bendera, spanduk dan alat

serupa.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

Surakarta, 2005 : 64)

c. Perlengkapan Display

Dalam area penjualan sebagian besar pendisplayannya berupa

etalase dan showroom. Macam-macam etalase :

1). Etalase sistem terbuka

Etalase tanpa pembatas antra ruang display dengan ruang

pemasaran sehingga dari luar akan terlihat keseluruhan interior

ruang dalamnya. Penataan display tidak ada penghalang kasat mata

dan arah pandangan visual kurang fokus.

2). Etalase sistem tertutup

Etalase mempunyai pembatas antara ruang display dengan

ruang pemasaran. Interior area penjualan tidak terlihat dan

(54)

commit to user

3). Etalase khusus

a). Etalase sudut

Etalase yang dimiliki bangunan yang terletak di

persimpangan jalan dan posisinya tepat di sudut.

b). Etalase atas

Etalase yang terletak di atas lantai dasar dari bangunan yang

bertingkat. Berfungsi sebagai papan reklame.

c). Etalase benam

Merupakan etalase yang memiliki lantai yang lebih rendah

daripada lantai di sekitarnya.

d). Etalase bertingkat

Penggabungan antara etalase atas dan benam juga etalase

terbuka. Sudut pandang kurang sesuai dengan sudut pandang

pengamat.

e). Etalase arcade

Etalase menjorok ke dalam ruang akibat bangunan yang

memanjang ke belakang dengan bagian muka yang sempit,

sehingga kurang efisien.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

(55)

commit to user

Macam-macam showroom untuk koleksi fashion :

1). Vitrine

Menggunakan pelindung tertutup untuk benda-benda

berdimensi kecil maupun sedang. Penggunaan vitrine pada area

penjualan yang koleksinya tetap membutuhkan perawatan yang

serius.

2). Tempel pada panil

Panildigunakan sebagai tempat memamerkan materi koleksi

dan difungsikan sebagai penyekat ruang pada area penjualan.

3). Sistem gantung

Khususnya pada busana remaja yang bersifat ’fancy’.

Kelemahannya penataan terlihat kurang rapi.

4). Island display/pulau display dengan menggunakan mannequin

Produk-produk yang terbaru sebagai point of interest dari

ruang maupun zone tiap perancang sangat tepat ditata di sini

karena posisinya yang sentris dan lebih hidup sehingga dapat

mengundang pengunjung untuk dapat melihat langsung.

Macam-macam show case untuk koleksi materi penjualan berupa

accessories dan millineries digunakan :

(56)

commit to user

Sebagai wadah display khususnya accessories seperti

giwang, cincin, kalung dan lain-lain.

2). Box fixture / kotak terbuka dengan variasi bentuk

Kotak terbuka sebagai wadah display perlengkapan fashion

seperti payung, scraf dan sebagainya. Pengunjung lebih leluasa

dalam mengamati produk tapi keamanan terjamin.

3). Cases fixture / rak terbuka

Rak terbuka / transparan sebagai wadah display

barang-barang millineries seperti sepatu, tas dan lain-lain.

4). Panel fixture

Penyajian khusus millineries seperti ikat pinggang, dasi dan

accessories yang berukuran kecil. Pengunjung lebih leluasa dalam

memilih dan mengamati produk tapi keamanan produk kurang

terjamin.

( Sri Siswanti, Perencanaan dan Perancangan Interior Fashion Centre di

Surakarta, 2005 : 66-68 )

Perlengkapan display dibedakan menjadi 3, yaitu :

(57)

commit to user

Sebuah counter yang mengelilingi ruang, pelayan berada di antara

pulau. Bagian dari unit penyimpanan juga dimungkinkan ada di

dalamnya.

Gambar II.7 An Island Fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

2) Perlengkapan yang menempel dinding (the wall fixture)

Adalah penempatannya berlawanan dengan dinding atau partisi. Ini

memperbolehkan mempunyai papan yang berada di lantai atau

mempunyai papan display berada diatasnya.

Gambar II.8 The wall Fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

3) Perlengkapan yang berdiri bebas (the freestanding fixture)

Memberikan pada pengunjung untuk memasuki dari segala

penjuru. Ini dapat mempunyai tampat penyimpanan di bagian

bawah atau mempunyai papan display yang terbuka dari lantai.

(58)

commit to user

A freestanding fixture dengan unit penyimpanan di bawah

Gambar II.9

A freestanding fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

A freestanding fixture dengan tanpa perlengkapan untuk unit penyimpanan.

Gambar II.10

A freestanding fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

Sebuah rak yang terbuka untuk mendisplay pakaian

Gambar II.11

A freestanding fixture

(Sumber : William J. Spence, 1979)

5. Prinsip Desain Sarana Penjualan

Penampilan materi selain dipengaruhi faktor teknis, juga

dipengaruhi faktor penglihatan yaitu mudah tidaknya materi dapat

(59)

commit to user

a. Ukuran materi

b. Pencahayaan dan warna dari materi pamer

c. Warna cahaya yang melatari

d. Kontras benda dengan latar belakang

e. Waktu saat melihat

6. Ketentuan Lain Area Penjualan

a. Kejelasan (clarity)

Yaitu perlunya memberi penyelesaian dengan sesuatu yang

sangat penting untuk bisa menarik peerhatian pengunjung dan memberikan

kejelasan bagi seseorang mengenali suatu fasilitas dengan cepat dapat

menemukan pintu utama (main entrance) dengan segera dan dapat

merasakan aktivitas yang diwadahi.

b. Kemencolokan (boldness)

Suatu aktifitas komersial harus mempunyai sesuatu yang

membuat orang segera mengenali dan senantiasa mengingat dalam

memorinya.

c. Keakraban (intimicy)

Diperlukan suatu pertimbangan penyelesaian fisik yang

memungkinkan terciptanya suasana yang membuat pengunjung merasa

(60)

commit to user

d. Fleksibillitas (flexibility)

Penggunaan aspek-aspek perencanaan dan perancangan yan

memberi kemungkinan untuk alih fungsi dan alih citra serta menciptakan

suasana pertokoan yang tidak monoton sehingga pengunjung tidak

bbbosan karena suasana yang berubah-ubah.

e. Kekomplekan (complexity)

Perencanaan dan perancangan yang komplek akan

memungkinkan perubahan dan pengembangan pada fasilitas komersial

yang telah dibangun.

f. Efisiensi (efficiency)

Karena fasilitas komersial selalu mengutamakan keuntungan,

maka fasilitas komersial harus optimal dalam pengolahan setiap jengkang

ruang dan pertimbangan biaya yang dikeluarkan untuk pembangunannya.

g. Kebaruan (inventiveness)

Tuntunan akan tatanan massa dan ekspresi yang inovatif untuk

mencegah kebosanan dan menciptakan atmosfir yang khas fasilitas

komersial.

7. Sirkulasi

Dalam suatu gerakan manusia di dalam ruang akan membentuk

pola ruang gerak yang dipengaruhi oleh bentuk kegiatan yang ada, jarak

(61)

commit to user

sirkulasi betapapun harus disesuaikan dengan gerakan manusia

sebagaimana mereka berjalan-jalan, beristirahat dan menikmati

pemandangan sepanjang jalan tersebut (Francis D.K. Ching, 1979, hal.

286).

Salah satu yang mempengaruhi dalam merchandise shop

adalah sirkulasi baik untuk pengunjung dengan barang yang didisplay

maupun antara pengunjung yang sedang berjalan. Sirkulasi merupakan

arahan perjalanan yang terjadi di dalam sebuah ruang yang mana member

kesinambungan pada pengguna terhadap fungsi ruang itu sendiri (Pamudji

Suptandar, 1999 : 114). Saat memasuki main entrance, pengunjung

cenderung belok ke kanan atau dibuat dengan dua akses yaitu space yang

luas antara kanan dan kiri (John Callender and Joseph De Chiara, 1990 :

797).

Tipe sirkulasi yang dapat digunakan antara lain :

1. Sequential circulation, yaitu sirkulasi yang terbentuk berdasarkan

ruang yang dilalui dengan rute lurus maupun memutar, dalam arti

menggunakan satu rute sampai akhirnya menuju entrance area

pertama memasuki merchandise store tersebut. Selain itu juga

menggunakan dinding pemisah.

2. Random circulation, yaitu sirkulasi yang mana pengguna dapat

memilih jalannya sendiri dari bentuk ruang tanpa adanya batasan

dinding pemisah ruang.

3. Ring circulation, yaitu sirkulasi yang memiliki dua alternatif, ini

(62)

commit to user

4. Radial circulation (menyebar), yang mana disini pengunjung tidak

diarahkan untuk menuju suatu ruang tertentu, tetapi pengunjung

bebas melihat barang yang didisplay sesuai dengan keinginan.

5. Radiating circulation, yaitu sirkulasi yang memberikan alternatif

menuju pusat. Dapat berupa diagonal yang mana cocok digunakan

pada merchandise shop yang menggunakan self service. Selain itu

ada pergerakan yang membuat sirkulasi tidak monoton.

6. Linier bercabang, yaitu sirkulasi yang tidak mengganggu pengguna

lainnya, karena pada sirkulasi ini pengguna dapat bebas berjalan

menuju tujuan masing-masing.

(John F. Pile, 2003 : 174 ; John Callender and Joseph de Chiara,

1990)

Lokasi dan desain kasir dan unit pengemasan adalah hal penting

dan tersedia, seringkali hal ini bertindak sebagai pusat control. (Joseph De

Chiara, 2001, hal. 107).

Adapun standar sirkulasi lebar gang untuk pramuniaga 1 ft 8 inchi

( 50,8 cm ), untuk gang umum utama minimum 4 ft 6 inchi (137,16 cm),

rata-rata 5 ft 6 inchi – 7 ft ( 167,64 cm ), maksimum 11 ft, gang umum

sekunder 3 ft ( 91,44 cm ) – 3 ft 6 inchi ( 106,68 cm ). ( Joseph De

Chiara.2001 : 108 )

Dalam pengaturan kelebaran gang-gang meliputi zona aktivitas

yang langsung berdekatan dengan unit display arang, harus mampu

menampung pemakai untuk berdiri atau jongkok, dimana mereka

(63)

commit to user

zona sirkulasi yang dapat dipakai 2 jalur oleh pembeli (Julius Panero,

1975, hal. 205).

E. TINJAUAN RUANG KONSULTASI DAN LOBBY

1. Ruang Konsultasi

a. Ukuran ruang ditentukan oleh standart ruang yang mengalokasikan

bidang konsultasi menurut tingkat staff.

b. Harus mempunyai sirkulasi dan aksebalitas yang baik.

c. Mempunyai kejelasan, terutama bagi orang luar yang mempunyai

kepentingan tertentu.

2. Lobby

Kebanyakan bangunan umum membutuhkan semacam lobby,

foyer atau recepation hall (aula penerimaan pusat) dan elemen sirkulasi lain

untuk mencapai ruang tersebut.

Aula penerimaan pusat adalah fokus utama dalam sirkulasi pada

sebuah fasilitas umum. Lokasinya ditentukan oleh kebutuhan untuk

kenyamanan akses pejalan kaki, misalnya : Dari terminal rtransportasi umum

(stasiun kereta/bus dan atau terminal transfer) ke berbagai aula dan fasilitas

lain.

Fasilitas untuk penerimaan dan pendaftaran pengunjung harus

disediakan khususnya bagi pertunjukan utama dan sebagaian acara yang

berangkaian. Area yang yang diperlukan untuk aula pendaftaran dan counter

(64)

commit to user

pengunjung secara objektif, sehingga kemungkinan keterlambatan karena

antrian dapat diminimalkan.

Lobby merupakan ruang kontrol dalam pengorganisasian ruang

pada sebuah bangunan fasilitas umum . Sehingga dalam perancangannya harus

cukup lapanng, menarik, baik dari segi interior maupun komponen pembentuk

ruangannya,penataan dan perlakuan pada dinding lobby ini dibuat sedemikian

rupa sehingga bila dipergunakan tidak terlihat kosong, pencahayaanya

merupakan perpaduan antar sinar matahari yang diperolehdari media kaca dan

ventilasi dan sinar buatan dengan prinsip tata pencahayaanya yang mengikuti

tata pencahayaan pada ruang pamer.

F. TINJAUAN TENTANG SURAKARTA

1. Keadaan Geografis Kota Solo

Kota Solo terletak di dataran rendah dengan ketinggian kurang

lebih 92 meter diatas permukaan air laut, yang berarti lebih rendah atau

hampir sama tingginya dengan permukaan sungai Bengawan Solo. Selain

Bengawan Solo dilalui juga beberapa sungai, yaitu Kali Pepe, Kali Anyar

dan Kali Jenes yang semuanya bermuara di Bengawan Solo. Kota

Surakarta terletak diantara : 110 45’ 15”- 110 45’35” Bujur Timur, 70 36’

- 70 56’ Lintang Selatan.

Batas Wilayah Kota Solo yakni di sebelah utara berbatasan dengan

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali, di sebelah timur

(65)

commit to user

sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, di sebelah barat

berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Gambar II.12 Peta Kota Solo

(Sumber : www.surakarta.go.id)

Keadaan Cuaca Kota Solo yakni suhu udara maksimum 32,4 C dan

suhu udara minimum 21,6 C, sedangkan tekanan udara rata-rata adalah

1008,74 mbs dengan kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4

knot dengan arah angin 188 serta beriklim panas. (www.surakarta.go.id)

Dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK) tahun

1993-2013, Kota Surakarta dibagi dalam 10 SWP(Sub Pembangunan Wilayah),

yaitu:

1. Pucang Sawit, meliputi Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan, Sangkrah,

Sewu, dan Semanggi

2. Kampung Baru, meliputi Kampung Baru, Kepatihan Kulon, Kepatihan

Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan,

(66)

commit to user

1

3

8

7

6

5

4

2

10

9

3. Gajahan, meliputi Joyotakan, Danukusuman, Serengan, Kratonan,

Jayengan, Kemlayan, Pasdar, Kliwon, gajahan, Kauman, Baluwarti,

Kedung Lumbu dan Joyosuran.

4. Sriwedari, meliputi Tipes, Bumi, Panularan, Penumping, Sriwedari,

Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen.

5. Sondakan, meliputi Pajang, Laweyan, dan Sondakan.

6. Jajar, meliputi Jajar, Karang Asem, dan Kerten.

7. Sumber, meliputi Sumber dan Banyuanyar.

8. Jebres, meliputi Jebres dan Tegalharjo.

9. Kadipiro, meliputi Kadipiro dan Nusukan.

10.Mojosongo

Gambar II.13

Pembagian Sub Pembangunan Wilayah Kota Solo Sumber : RUTRK Surakarta

Gambar

Tabel IV. 10. Analisa Penggunaan Bahan Lantai ………………………. 129  Tabel IV. 11. Analisa Penggunaan Bahan Dinding……………………..
Tabel II. 1. Pelaku, Aktivitas dan Kebutuhan Ruang    commit to user
Gambar II.1
Gambar II.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji & syukur kehadirat Allah SWT, sehubungan dengan terselesaikannya Laporan Tugas Akhir yang berjudul Desain Interior Pusat Fashion Jepang di Surakarta ini disusun

Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta dengan Konsep Modern adalah merencanakan dan merancang bagian dalam sebuah bangunan yang

Desain Interior Lego Center dengan konsep modern Minimalis di Surakarta bertujuan untuk memfasilitasi penjualan dan pengenalan tentang salah satu mainan segala

Furniture pada Desain interior pada Resto Organik Vegetarian Center di Surakarta dengan konsep Modern Retro. Berikut merupakan aplikasi konsep modern retro yang

Desain Interior Museum Sepak Bola Indonesia di Surakarta dengan Konsep Modern adalah merencanakan dan merancang bagian dalam sebuah bangunan yang bersifat umum

Desain Interior Anime World Community Center dengan Konsep Isekai di Surakarta ini merupakan proyek perancangan fasilitas yang mewadahi penyuka anime baik itu komunitas

Perencanaan dan perancangan desain interior World Comic Centre menggunakan gaya interior modern Pop Art di padukan dengan unsur dari karakter komik ke dalam

(2) dalam Desain Interior Museum Kebudayaan China, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula