• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Anggaran Biaya Produksi

2. Pengertian Anggaran Biaya Produksi

Dengan memahami ketiga unsur biaya produksi, maka akan lebih mudah untuk memahami pengertian anggaran biaya produksi. Hal ini disebabkan karena unsur biaya produksi sejalan dengan unsur anggaran biaya produksi. Anggaran biaya produksi meliputi :

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah

2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Dari uraian diatas, jelaslah bahwa anggaran biaya produksi adalah anggaran atas biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi atau menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa.

C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi 1. Proses Penyusunan Anggaran

Proses penyusunan anggaran atau disebut Budgeting menurut Nafarin (2004:12) adalah “proses penyusunan anggaran yang dibuat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam memperoleh laba”. Penyusunan anggaran pada dasarnya merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program atau bagian dari program. Penyusunan anggaran memerlukan kerjasama para manajer dari berbagai jenjang organisasi.

Dalam organisasi penyusunan anggaran, terdapat tiga pihak utama yang terkait dalam penyusunan anggaran : komite anggaran, departemen anggaran, dan para manajer pusat pertanggungjawaban. Penyusunan rancangan anggaran perusahaan dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh dua unit organisasi : komite anggaran dan departemen anggaran.

Komite Anggaran

Dalam penyusunan anggaran diperlukan suatu unit organisasi ad hoc yang mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk atau Master Budget. Unit organisasi ini disebut dengan komite anggaran. Unit organisasi ini hanya dibentuk pada saat proses penyusunan anggaran saja. Jika proses penyusunan anggaran perusahaan telah selesai, komite anggaran menjadi tidak berfungsi dan fungsi pengendalian pelaksanaan anggaran diserahkan kepada unit organisasi perusahaan.

Komite anggaran terdiri dari :

(1) Direktur utama, sebagai ketua merangkap anggota komite. (2) Direktur pemasaran, sebagai anggota.

(3) Direktur produksi, sebagai anggota.

(4) Direktur keuangan dan administrasi, sebagai anggota. (5) Manajer departemen keuangan, sebagai sekretaris komite. Tugas komite anggaran adalah :

(1) Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun anggaran.

(2) Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut kepada para manajer pusat pertanggungjawaban.

(3) Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat

pertanggungjawaban.

(4) Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban

mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan.

(5) Mengajukan rancangan anggaran perusahaan secara keseluruhan kepada dewan komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

(6) Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS. (7) Melakukan negosiasi dengan para manajer di pusat pertanggungjawaban mengenai anggaran yang telah disahkan oleh RUPS.

(8) Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan rapat umum pemegang saham.

Departemen Anggaran

Penyusunan dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang menangani administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran dan rincian fungsinya adalah sebagai berikut :

(1) Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan.

(2) Mengkoordinasi dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar penyusunan rancangan anggaran perusahaan.

(3) Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun

rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban.

(4) Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan anggaran induk

(5) Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada

komite anggaran.

(6) Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi.

(7) Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran

Pengusulan Pengesahan

Review dan Persetujun

Top down Bottom up approach Approach Mengajukan usulan Penetapan rancangan anggaran

kebijaksanaan Negosiasi usulan rancangan pokok perusahaan anggaran

Kompilasi & Analisis Penyusun Anggaran Departemen Anggaran

Para Kepala Divisi dan Departemen Komite Anggaran Dewan Komisaris Rapat Umum Pemegang Saham Gambar 2.1

Struktur Organisasi Penyusun Anggaran

Proses penyusunan anggaran induk perusahaan dilaksanakan melalui tahap-tahap berikut ini :

1. Komite anggaran menyusun pedoman anggaran (budget guideline) yang berisi kebijakan pokok perusahaan dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya manusia, keuangan, dan umum. Kebijakan pokok ini dikomunikasikan kepada manajer departemen sebagai dasar untuk mengajukan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban.

2. Penyusunan rancangan anggaran penjualan oleh departemen pemasaran,

berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan prakiraan penjualan jangka pendek.

3. Penyusunan rancangan anggaran biaya per pusat pertanggungjawaban

berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan rancangan anggaran penjualan oleh para manajer pusat pertanggungjawaban. Pusat-pusat pertanggungjawaban dibagi menjadi tiga kelompok :

a. Pusat pertanggungjawaban produksi yang terdiri dari departemen-departemen dibawah fungsi produksi. Misalnya departemen-departemen produksi dan departemen pembantu produksi.

b. Pusat pertanggungjawaban pemasaran yang terdiri dari departemen-departemen di bawah fungsi pemasaran. Misalnya departemen-departemen penjualan, departemen promosi, departemen layanan purna jual, departemen transportasi pemasaran.

c. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum yang terdiri dari departemen-departemen dibawah fungsi keuangan, akuntansi, dan umum.

Seperti departemen keuangan, departemen akuntansi, departemen sumber daya manusia, departemen keamanan, departemen hubungan masyarakat, departemen audit intern.

Pusat pertanggungjawaban produksi akan menghasilkan rancangan anggaran biaya produksi yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi produksi. Pusat pertanggungjawaban pemasaran akan menghasilkan rancangan anggaran biaya pemasaran yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi pemasaran. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum akan menghasilkan rancangan anggaran biaya administrasi dan umum yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi administrasi dan umum.

4. Penyusunan rancangan anggaran sediaan produk jadi oleh departemen

produksi.

5. Penyusunan rancangan anggaran biaya penjualan oleh departemen anggaran berdasarkan rancangan anggaran biaya produksi, rancangan anggaran persediaan produk jadi, dan rancangan anggaran penjualan.

6. Penyusunan rancangan laporan laba rugi proyeksian berdasarkan rancangan anggaran penjualan, rancangan anggaran biaya penjualan, dan rancangan anggaran biaya pemasaran, rancangan anggaran biaya administrasi dan umum. 7. Penyusunan rancangan anggara modal berdasarkan prakiraan penjualan jangka

8. Penyusunan rancangan anggaran kas berdasarkan rancangan anggaran penjualan, rancangan biaya per pusat pertanggungjawaban, dan rancangan anggaran modal.

9. Penyusunan rancangan neraca yang diproyeksikan berdasarkan rancangan anggaran kas dan berbagai asumsi yang lain.

10.Penyusunan rancangan anggaran modal kerja.

11.Penelaahan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite anggaran.

12.Negosiasi rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite anggaran.

13.Persetujuan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite anggaran.

14.Penyesuaian rancangan anggaran induk oleh departemen anggaran sebagai akibat dari hasil proses negosiasi antara para manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite anggaran.

15.Pengajuan rancangan anggaran induk oleh komite anggaran kepada Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

16.Penelaahan rancangan anggaran induk oleh Dewan Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

17.Pengesahan rancangan anggaran induk menjadi anggaran induk perusahaan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

2. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi

Dalam menyusun anggaran perusahaan dapat melakukannnya dengan dua cara yakni, secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan

(comprehensive). Karena itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive Budget atau Anggaran Komprehensif menurut Adisaputro dan Asri (2003:55)

yakni “ penyusunan rencana perusahaan (business budget) secara keseluruhan “ Anggaran komprehensif secara umum terdiri dari anggaran operasi dan anggaran keuangan. Anggaran operasional terdiri dari anggaran penjualan, anggaran produksi, anggaran biaya produksi dan anggaran laba rugi. Sedangkan anggaran keuangan terdiri dari anggaran neraca, anggaran kas, anggaran piutang, anggaran hutang dan anggaran modal.

Penyusunan anggaran biaya produksi biasanya dimulai dengan anggaran penjualan. Hal ini menjadi dasar perencanaan berkala dalam perusahaan, karena praktis semua perencanaan lainnya disusun berdasarkan anggaran ini, kemudian penyusunan anggaran selanjutnya adalah anggaran produksi karena rencana penjualan yang telah disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang yang telah dianggarkan. Setelah penyusunan angaran produksi, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi yang bertitik tolak dari anggaran penjualan dan anggaran produksi.

Secara umum penyusunan anggaran mulai dari anggaran penjualan sampai ke anggaran biaya produksi dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2

Urutan penyusunan anggaran

Sumber : Ahyari, (2002:22) Dasar

penjualan pada tahun-tahun yang lalu dan data lain yang relevan untuk penjualan Peramalan penjualan produk/jasa perusahaan Budget penjualan produk perusahaan Budget produksi Budget bahan baku Budget tenaga kerja Budget h d Budget biaya administrasi dan umum Proyeksi laporan rugi-laba perusaha an Neraca perusahaan tahun terakhir Proyeksi Neraca

Anggaran Penjualan

Menurut Adisaputro dan Anggarini, (2007:66) “Anggaran penjualan menggambarkan tingkat pendapatan (revenue) yang bakal diterima sebagai akibat dilakukannnya penjualan-penjualan di masa yang akan datang”.

Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyusunan anggaran-anggaran lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran-anggaran-anggaran lainnnya disusun dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan.

Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi : 1. Penentuan dasar-dasar anggaran

a. Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai

2. Penyusunan rencana penjualan a. Analisa ekonomi

b. Melakukan analisa industri

c. Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu

d. Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang e. Menyusun forecast penjualan

f. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (budgeted sales) g. Menghitung rugi atau laba yang mungkin diperoleh (budgeted profit) h. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak

Contoh :

Tabel 2.1

Perusahaan Bima Sakti Anggaran Penjualan TOTAL WILAYAH PEMASARAN I WILAYAH PEMASARAN II PRODUK

Unit Jumlah Rp Unit @ Jumlah Unit @ Jumlah Rp

BMS-001 7000 7,600,000 1000 1,000 1,000,000 6000 1,100 6,600,000 BMA-101 6000 7,600,000 2000 1,200 2,400,000 4000 1,300 5,200,000 BMA-050 4000 5,900,000 3000 1,500 4,500,000 1000 1,400 1,400,000 BMI-330 5000 8,900,000 2000 1,900 3,800,000 3000 1,700 5,100,000 BMI-550 7000 14,400,000 4000 2,100 8,400,000 3000 2,000 6,000,000 Jumlah 44,400,000 20,100,000 24,300,000

Anggaran Produksi

Setelah anggaran penjualan selesai disusun, langkah selanjutnya adalah penyusunan anggaran produksi. Anggaran produksi dalam arti yang luas berupa penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan aktivitas penunjang dari rencana penjualan.

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:181) anggaran produksi dalam arti sempit juga disebut Anggaran Jumlah yang Harus Diproduksi yakni “suatu perencanaan tingkat atau volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan agar sesuai dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan”.

Anggaran produksi merupakan alat untuk merencanakan, mengkoordinir kegiatan-kegiatan produksi dan mengontrol kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuan disusunnya anggaran ini antara lain :

•Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan yang telah direcanakan

•Menjaga tingkat persediaan yang memadai. Artinya tingkat persediaan yang tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Prinsip manajemen produksi menyatakan bahwa tingkat persediaan yang terlalu besar mengakibatkan meningkatnya biaya-biaya dan resiko-resiko yang menjadi beban perusahaan. Sebaliknya tingkat persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan banyaknya gangguan. Kekurangan persediaan bahan mentah mendatangkan gangguan pada proses produksi, sedangkan kekurangan persediaan barang jadi mengakibatkan

banyaknya langganan yang kecewa dan hilangnya peluang memperoleh keuntungan.

•Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi barang yang dihasilkan akan seminimal mungkin.

Besar kecilnya anggaran produksi akan tergantung pada : 1. Anggaran Penjualan

Penjualan yang berfluktuasi akan menentukan apakah produksinya juga fluktuasi atau konstan atau moderat.

2. Tingkat Persediaan

a. Persediaan awal, persediaan awal suatu periode merupakan

persediaan akhir pada periode sebelumnya.

b. Persediaan akhir, persediaan ini merupakan prediksi persediaan pada akhir periode yang akan datang.

Besarnya anggaran produksi diperhitungkan sebagai berikut :

Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan) xx

Tingkat persediaan akhir xx +

Jumlah xx

Tingkat persediaan awal xx _

Contoh :

Tabel 2.2

Perusahaan Bimasakti Anggaran Produksi

No. Produk Penjualan Perubahan Persediaan Produksi

1 BMS-001 7000 1,000 8000

2 BMA-010 6000 -1,000 5000

3 BMA-050 4000 1,000 5000

4 BMI-330 5000 0 5000

5 BMI-550 7000 1,000 8000

Sumber : Ahyari, 2002. hal. 54.

Anggaran produksi merupakan dasar atau basis untuk penyusunan anggaran-anggaran lain seperti anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Sehingga hubungan antara tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan dapat digambarkan seperti berikut :

Rencana Produksi ± ± Dasar untuk Perubahan Persediaan Produk Jadi Rencana Produksi Anggaran Tenaga Kerja Langsung Anggaran Biaya Overhead Manufaktur Anggaran Bahan Langsung Rencana Penjualan Gambar 2.3

Hubungan tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan

Sumber : Glenn A. Welsch, (2000:180)

Anggaran Biaya Produksi

Setelah anggaran biaya produksi tersusun, langkah berikutnya adalah menyusun anggaran biaya produksi, yang terdiri dari :

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah

2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung 3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

1. Anggaran Biaya Bahan Mentah

Menurut Munandar (2001:27 ) anggaran biaya bahan mentah ialah “semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang penggunaan bahan mentah untuk proses produksi selama periode yang akan datang”.

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:213) “anggaran bahan mentah hanya merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan mentah langsung. Bahan mentah tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik”. Secara ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan mentah adalah :

Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah

Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan

Sabagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan mentah.

Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah dalam proses produksi. Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.

Anggaran biaya bahan mentah terdiri dari : 1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah 2. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah 3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah

Ketiga anggaran tersebut harus dibuat (disusun) berurutan, sebab anggaran yang lebih awal harus disusun, akan dipergunakan untuk menyusun anggaran yang lebih akhir.

1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:215) “anggaran kebutuhan bahan mentah disusun untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan nilainya dalam rupiah”.

Contoh :

Tabel 2.3

Perusahaan MITRA GARMENT Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah

Tahun 200X

Kain Motif Kain Polos

Keterangan

Produksi SUR Kebutuhan Produksi SUR Kebutuhan

Jas

Triwulan 1 120 unit 2 m/u 240 m 120 unit 3 m/u 360 m

Triwulan 2 180 unit 2 m/u 360 m 180 unit 3 m/u 540 m

Triwulan 3 150 unit 2 m/u 300 m 150 unit 3 m/u 450 m

Triwulan 4 150 unit 2 m/u 300 m 150 unit 3 m/u 450 m

Total 600 unit 1200 m 600 unit 1800 m

Kemeja

Triwulan 1 160 unit 1 m/u 160 m 160 unit 2 m/u 360 m

Triwulan 2 270 unit 1 m/u 270 m 270 unit 2 m/u 540 m

Triwulan 3 225 unit 1 m/u 225 m 225 unit 2 m/u 450 m

Triwulan 4 225 unit 1 m/u 225 m 225 unit 2 m/u 450 m

Total 900 unit 900 m 900 unit 1800 m

2. Anggaran Pembelian Bahan Mentah

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:220) “anggaran pembelian bahan mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang”.

Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan mentah.

Contoh :

Tabel 2.4

PT. MITRA GARMENT

Anggaran Pembelian Bahan Mentah "Kulit" Periode 200X

Kebutuhan Persed Kebutuhan Persed Pembelian

Bahan akhir sementara awal Unit Harga Jumlah Periode Mentah (m) (m) (m) (m) (m) (Rp/m) Rp Triwulan 1 10000 1500 11500 2000 9500 50,000 475,000,000 Triwulan 2 13000 3000 16000 1500 14500 50,000 725,000,000 Triwulan 3 10000 5000 15000 3000 12000 50,000 600,000,000 Triwulan 4 12000 4000 16000 5000 11000 50,000 550,000,000 Total 45000 58500 47000 2,350,000,000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:188) 3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah

Jumlah bahan mentah yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan mentah yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214) “anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci atas kuantitas bahan mentah yang disimpan sebagai persediaan”.

Contoh :

Tabel 2.5

PT. MITRA GARMENT

Anggaran Persediaan Bahan Mentah "Kulit Super" Tahun 200X

Bulan Jumlah (m) Harga (Rp/m) Jumlah (Rp/m)

Januari 1500 Rp 60,000 Rp 90,000,000 Februari 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Maret 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 April 1800 Rp 60,000 Rp 108,000,000 Mei 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Juni 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Juli 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Agustus 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 September 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Nopember 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Desember 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Persediaan Akhir 1000 Rp 60,000 Rp 60,000,000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:197)

4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan dalam Produksi Sebagian bahan mentah disimpan sebagai persediaan, dan sebagian dipergunakan dalam proses produksi. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214) “anggaran ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam satuan uang”

Contoh :

Tabel 2.6

PT. MITRA GARMENT

Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai Tahun 200X

Kebutuhan Harga Bahan Biaya Bahan Periode

Bahan Mentah (m) Mentah/unit (Rp/m) Mentah (Rp)

Januari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000 Februari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000 Maret 800 m Rp 100,000 Rp 80,000,000 Triwulan II 1800 m Rp 100,000 Rp 180,000,000 Triwulan III 2200 m Rp 100,000 Rp 220,000,000 Triwulan IV 2000 m Rp 100,000 Rp 200,000,000 Total 7800 m Rp 780,000,000

Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:198)

5. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung

Menurut Munandar (2001:145) :

“Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung serta waktu (kapan) para tenaga kerja langsung tersebut menjalankan kegiatan proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta tempat (departemen) dimana para kerja langsung tersebut akan bekerja”

Anggaran tenaga kerja, seperti halnya anggaran bahan mentah hanya merencanakan unsur tenaga kerja langsung.

Contoh :

Tabel 2.7

Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Perusahaan ABADI KARYA

Tahun 20X6

Produk A Produk B

JKL Upah/Jam Biaya TKL JKL Upah/Jam Biaya TKL Departemen (DLH) (Rp/DLH) (Rp) (DLH) (Rp/DLH) (Rp) Proses I Triwulan 1 3500 2000 7,000,000 7000 2500 17,500,000 Triwulan 2 4000 2000 8,000,000 8000 2500 20,000,000 Triwulan 3 4200 2000 8,400,000 8400 2500 21,000,000 Triwulan 4 4500 2000 9,000,000 9000 2500 22,500,000 Jumlah 16200 32,400,000 32400 81,000,000 Proses II Triwulan 1 7000 3000 21,000,000 5250 3500 18,375,000 Triwulan 2 8000 3000 24,000,000 6000 3500 21,000,000 Triwulan 3 8400 3000 25,200,000 6300 3500 22,050,000 Triwulan 4 9000 3000 27,000,000 6750 3500 23,625,000 Jumlah 32400 97,200,000 24300 85,050,000

Sumber : Adisaputro dan Angggarini, (2007:223)

6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Menurut Adisaputro dan Asri (2003:66) “Anggaran biaya overhead pabrik yakni anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk, selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung”. Anggaran biaya overhead pabrik adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya overhead pabrik selama periode yang akan datang.

Contoh :

Tabel 2.8 Perusahaan Bimasakti Anggaran Biaya Overhead Pabrik

Nomor Keterangan Jumlah

1 Gaji Pengawas Rp600,000.00

2 Upah Tenaga Kerja Langsung 120,000.00

3 Biaya Administrasi Pabrik 250,000.00

4 Perlengkapan 140,000.00

5 Reparasi dan Pemeliharaan 170,000.00

6 Penyusutan 120,000.00

7 Listrik 230,000.00

8 Lain-lain 80,000.00

JUMLAH 1,710,000.00

Sumber : Ahyari, (2002:60)

D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan

Salah satu fungsi dari manajemen adalah perencanaan. Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Seperti yang dikemukakan Ahyari (2002:6) “perencanaan berarti penentuan (sekarang) tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada waktu yang akan datang”

Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.

Menurut Kholmi dan Yuningsih (2004:2)

Perencanaan meliputi mendefenisikan tujuan organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan ini, dan mengembangkan suatu hirarki rencana yang menyeluruh untuk memadukan dan mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dengn kata lain perencanaan mengacu pada pembentukan program operasi yang terperinci untuk semua fase operasi.

Perencanaan merupakan upaya tindakan berhati-hati sebelum melakukan sesuatu agar apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.

Tujuan utama perencanaan adalah untuk memberikan proses umpan maju agar dapat memberikan petunjuk kepada setiap manajer dalam pengambilan keputusan operasional sehari-hari.

Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.

Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan ‘disentuh’ oleh anggaran. Tidak ada satupun kegiatan yang dilakukan dalam perusahaan yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan yang dilaksanakan akan memerlukan biaya. Dengan demikian maka anggaran merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan, sehingga penyusunan anggaran merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan dalam perusahaan secara terpadu.

Dalam kaitannya dengan biaya produksi maka ada tiga komponen biaya yang perlu direncanakan dalam anggaran, yaitu :

1. Perencanaan Biaya Bahan Mentah

Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi perusahaan, apakah kegiatan produksi tergantung pada datangnya pesanan dari langganan atau kegiatan produksi bersifat proses.

Perencanaan bahan mentah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah ataupun suku cadang untuk proses produksi selama periode yang akan datang, antara lain (1) Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah, (2) Anggaran Pembelian Bahan Mentah, (3) Anggaran Persediaan Bahan Mentah, dan (4) Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Digunakan Untuk Produksi.

2. Perencanaan Tenaga Kerja Langsung

Perencanaan biaya tenaga kerja mencakup masalah-masalah utama dan rumit, mencakup (1) kebutuhan personel, (2) penerimaan tenaga kerja, (3) pelatihan, (4) pengukuran kinerja, (5) uraian tugas dan penilaian, (6) negosiasi dengan serikat kerja, dan (7) administrasi upah dan gaji. Untuk rencana tahunan, anggaran tenaga kerja langsung harus dibuat menurut pusat tanggung jawab, periode interim, dan produk. Anggaran biaya tenaga kerja ini disusun oleh bagian perencanaan dan bagian akuntansi biaya.

3. Perencanaan Biaya Overhead Pabrik

Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran biaya overhead pabrik, terdapat dua masalah pokok yang perlu perhatian khusus,

yakni : (1) Penanggung jawab perencanaan biaya; setiap pusat tanggung jawab memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. (2) Berdasarkan prilaku biaya dan wewenang pengganggaran, maka BOP terbagi menjadi BOP tetap, variabel dan semi variabel. Selain itu menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:234) “perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan sumber daya yang terbatas secara lebih baik, bukan sekedar pengurangan biaya”.

Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian

Disamping sebagai alat perencanaan, anggaran juga mempunyai fungsi sebagai alat pengawasan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat membandingkan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan anggaran yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Hal ini juga dikemukakan oleh Kholmi dan Yuningsih (2004:3) “pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja yang sebenarnya

Dokumen terkait