FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SKRIPSI
ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) Oleh :
NAMA : SRI LESTARI NINGSIH SIGIRO
NIM : 030503113
DEPARTEMEN : AKUNTANSI S-1
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
ANALISIS ANGGARAN BIAYA PRODUKSI SEBAGAI ALAT PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BIAYA PRODUKSI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO)
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level
Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas, benar
apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 23 Desember 2007
Yang Membuat Pernyataan
KATA PENGANTAR
Pujian dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Bapa di Surga atas
rancangan-Nya yang selaalu indah dalam hidupku. Juga dalam proses pengerjaan
skripsi ini, Dia yang telah memberi kesehatan, akal dan pikiran, membimbing dan
memampukan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini penuh dengan
kekurangan mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak yang telah membaca skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menerima banyak bantuan,
dukungan serta semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan
ini dengan setulus hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M. Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak, selaku ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M. Acc, Ak selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Syamsul Lubis, Ak selaku dosen pembimbing saya yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga skripis ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak dan Bapak Keulana Erwin, SE, Ak selaku
5. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan didikan selama saya menjadi mahasiswa
dan juga seluruh staf pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera
Utara.
6. Semua pihak di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang telah banyak
membantu dalam memberikan data dan informasi yang diperlukan selama
saya melakukan penelitian, khususnya untuk staf bagian keuangan serta staf
bagian administrasi dan umum.
7. Kedua orang tua saya yaitu (Alm) E. M. Sigiro dan terkhusus untuk ibu
tercinta E. Damanik, yang telah berjuang keras dan rela melupakan dirinya
demi memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Juga untuk keluarga besar
Sigiro dan keluarga besar Damanik.
8. Buat kakakku Nurlely Sigiro, SS dan abangku Polman Freshman Sigiro, Amd
yang jauh diperantauan. Terima kasih ya kak, abang, buat perhatiannya dan
doa yang selalu melingkupiku.
9. Buat saudari-saaudariku di 4 Ka plus eL (K’Ji, Sarie, Teeny, Udunk) yang
selama 4 tahun terus mensupportku dan mengisi hari-hariku dengan
persahabatan yang indah. Terkhusus buat Sarie yang mengajariku banyak hal
melalui cerita dan pengalaman hidupnya. I miss our togetherness sist……
10.Buat adik-adik kelompokku di 5 LoG 5 (Ci, Etos, Kee, Pudan) yang selalu
memberiku semangat lewat senyum manis dan canda tawa mereka. Juga buat
11.Buat semua teman-teman di Fakultas Ekonomi stambuk 2003, khususnya buat
anak-anak Ak-S1 seperti Ome, Debbie, Eva, Lidia, Merda, Melda, Vera, dan
terkhusus buat sahabatku Ika yang selalu mensupportku dalam doa,
menguatkan dan menyemangatiku lewat cerita yang kami bagi bersama
(akhirnya kita sampai di ujung jalan itu friend……). Juga buat teman-teman
Ak-S1 lainnya, semoga persahabatan kita terjalin selamanya dan sukses
beserta kita.
12.Buat setiap pribadi yang telah memberi warna dalam hidupku. Mereka yang
ambil bagian daalm proses pembelajaran hidupku dan menjadi berkat bagiku.
Doa dan harapan penulis, kiranya skripsi ini bukan sekedar menjadi akhir
dari sebuah proses pendidikan, tapi justru menjadi awal untuk sebuah masa depan
yang gemilang. Terima kasih. Tuhan memberkati.
Medan, 23 Desember 2007
Yang Membuat Pernyataan
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan anggaran biaya produksi sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian.
Dalam skripsi ini penulis akan membandingkan antara anggaran yang telah disusun perusahaan dengan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi serta melakukan analisa varians terhadap penyimpangan yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan anggaran haruslah juga disertai dengan analisa varians yang lebih dalam untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan yang ada sehingga kedepannnya dapat diambil langkah yang diperlukan untuk dapat meminimalkan varian yang tidak menguntungkan. Dengan demikian fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian dapat lebih efektif dan efisien.
ABSTRACT
This research was performed to find out how the use of production cost budget as a planning and controlling device of cost production on PT. Perkebunan Nusantara III (Persero). This research is expected could be an input on company’s management about the budget role as a planning and controlling device .
In this thesis, the writer will compare between company’s budget and production cost that has been realized and also analyze variances to tendency which occurred.
The result of research shows that the use of budget is must be followed with deeper variances analyzing in order to find out the cause of tendency. In the future we can take the step that needed to minimize unfavorable variance. So, the function of budget as a planning and controlling device is become effective and efficient.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 6
D. Kerangka Konseptual ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran 1.Pengertian Anggaran dan Konsep Anggaran... 8
2.Fungsi dan Klasifikasi Anggaran ... 13
B. Anggaran Biaya Produksi 1.Unsur-Unsur Biaya Produksi ... 16
C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
1.Proses Penyusunan Anggaran ... 18
2.Penyusunan Anggaran Biaya Produksi ... 25
D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian ... 39
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 51
B. Jenis Data ... 51
C. Teknik Pengumpulan Data ... 51
D. Metode Analisa Data ... 52
E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1.Gambaran Umum Perusahaan ... 53
2.Struktur Organisasi Perusahaan ... 58
3.Laporan Anggaran dan Realisasi Biaya Produksi tahun 2006 ... 63
2. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan
dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan
Nusantara III (Persero)... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 82
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Perusahaan Bimasakti : Anggaran Penjualan ... 28
Tabel 2.2 Perusahaan Bimasakti : Anggaran Produksi ... 31
Tabel 2.3 Perusahaan MITRA GARMENT : Anggaran Kebutuhan
Bahan Mentah ... 34
Tabel 2.4 PT. MITRA GARMENT : Anggaran Pembelian Bahan
Mentah “Kulit” ... 35
Tabel 2.5 PT. MITRA GARMENT : Anggaran Persediaan Bahan
Mentah “Kulit Super” ... 36
Tabel 2.6 PT. MITRA GARMENT : Anggaran Biaya Bahan
Mentah Yang Habis Dipakai ... 37
Tabel 2.7 Perusahaan Abadi Karya : Anggaran Biaya Tenaga
Kerja Langsung ... 38
Tabel 2.8 Perusahaan Bimasakti : Anggaran Biaya Overhead
Pabrik ... 39
Tabel 2.9 Laporan Pertanggungjawaban masing-masing level di
Perusahaan Manufaktur ... 50
Tabel 4.1 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Jumlah
Tabel 4.2 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Laporan
Anggaran Biaya Produksi Kelapa Sawit tahun 2006 ... 63
Tabel 4.3 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Laporan
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Penyusun Anggaran ... 21
Gambar 2.2 Urutan Penyusunan Anggaran ... 26
Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Penjualan, Tingkat Produksi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : Struktur Organisasi
Lampiran 2 PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) : BEBAN PRODUKSI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kemajuan dan perkembangan perusahaan saat ini di Indonesia
memperlihatkan betapa ramainya dunia usaha atau dunia bisnis di Indonesia.
Persaingan perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain menjadi semakin
ketat dan penuh resiko. Keadaan persaingan antar perusahaan itu belum lagi
ditambah dengan faktor-faktor lain seperti inflasi, peningkatan beban pajak,
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan deregulasi-deregulasi baru dari pemerintah dan
lain sebagainya. Hal-hal ini tentu menjadi pertimbangan perusahaan dalam
melakukan kegiatan usahanya karena faktor-faktor tersebut ikut menentukan
keberhasilan perusahaan dalam bersaing dengan perusahaan lainnya.
Perusahaan-perusahaan tersebut kini saling bersaing dalam
memperebutkan pasar dengan mengandalkan keunggulan-keunggulan usaha
mereka masing-masing. Perusahaan yang tidak memiliki keunggulan biasanya
akan kalah bersaing dan berakhir pada kebangkrutan. Keunggulan usaha ini dapat
berupa harga produk yang lebih rendah, inovasi produk/jasa baru, dan lain
sebagainya. Dalam mengandalkan harga jual produk yang lebih rendah berarti
perusahaan harus dapat menciptakan harga pokok produksi yang rendah untuk
produk tersebut. Namun untuk menciptakan harga pokok produksi yang lebih
rendah ini tidak dapat dilakukan dengan mengurangi kualitas dari barang tersebut.
Perusahaan yang dapat menjual produk dengan kualitas yang baik namun dengan
untuk dapat bertahan dalam lingkungan persaingan di Indonesia, bahkan
perusahaan itu juga memiliki kemungkinan untuk dapat mengalahkan pesaingnya
dan berkembang besar.
Oleh karena itu perusahaan harus dapat mengelola perusahaan
sebaik-baiknya khususnya untuk bagian produksi agar proses produksinya tetap dapat
berjalan berkesinambungan, efisien, efektif, dan wajar serta tetap menjaga kualitas
dari produk tersebut.
Untuk dapat mengelola perusahaannya dengan baik maka perusahaan
perlu membuat pengendalian atas operasi untuk kegiatan yang dilakukannya.
Dengan menggunakan perhitungan maka dibuatlah suatu anggaran atas target dan
sumber daya yang diperlukan dimasa yang mendatang. Anggaran memiliki
peranan sebagai alat perencanaan dan pengendalian serta evaluasi, karena
anggaran disusun dengan mempertimbangkan pengalaman masa lalu, keadaan
yang sedang terjadi sekarang ini dan peramalan yang akan datang yang dapat
berorientasi jangka pendek maupun jangka panjang. Selain itu anggaran juga
berperan sebagai alat peringatan dini akan adanya in-efisiensi dan in-efektivitas,
dimana fungsi ini sangat besar nilainya bagi perusahaan.
Pada perusahaan manufaktur biaya produksi merupakan komponen biaya
terbesar. Oleh sebab itu, pengendalian yang maksimal atas biaya produksi melalui
suatu anggaran merupakan pondasi penting bagi pengendalian biaya di suatu
perusahaan karena kegiatan operasional perusahaan tidak pernah terlepas dari
masalah penyusunan anggaran yang telah dibuat dan disepakati oleh manajer
memiliki anggaran yang baik pula. Perusahaan yang ada seringkali membuat
anggaran yang cukup besar dan dalam menentukan biaya per mata anggaran
terlalu besar atau kecil. Hal ini menimbulkan suatu asumsi dimana jika anggaran
yang dibuat dan dalam relisasinya masih terdapat banyak sisa maka seringkali
tanggapan yang timbul adalah perusahaan itu tidak memaksimalkan anggaran
yang telah disediakan. Berbeda jika ternyata dalam realisasinya anggaran yang
dibuat tidak mencukupi maka asumsi yang timbul adalah kinerja perusahaan tidak
efisien dan efektif. Atau bahkan yang terjadi adalah penentuan anggaran sengaja
diperbesar dan pada relisasinya dibuat biasa-biasa saja dan menghasilkan jumlah
yang kurang dari jumlah anggaran yang telah dianggarkan lalu manajer
mengatakan bahwa telah terjadi efisiensi dan efektivitas dalam operasional
perusahaan. Sedangkan yang sebenarnya terjadi adalah penyusunan anggaran
yang terlalu berlebihan dan tidak memiliki dasar yang tepat. Hal-hal seperti ini
yang perlu dianalisis lebih jauh karena sangat berkaitan erat dengan fungsi
perencanaan dan pengendalian yang penting bagi sebuah perusahaan.
Jika antara anggaran yang disusun dengan realisasinya terdapat
penyimpangan yang material, maka penyimpangan atau yang disebut varians
tersebut perlu dianalisis lebih jauh. Apakah penyimpangan tersebut disebabkan
oleh realisasi yang lebih kecil dari anggaran atau yang disebut penyimpangan
menguntungkan (favorable variance), atau penyimpangan tersebut diakibatkan
karena realisasi lebih besar dari anggaran, yang disebut penyimpangan yang tidak
menguntungkan (unfavorable variance). Dan lebih dalam lagi, perlu dianalisis apa
bagaimana cara untuk mengantisipasinya di masa yang akan datang dan
bagaimana kaitannya dengan fungsi perencanan dan pengendalian.
PT. Perkebunan Nusantara III, disingkat PTPN III (Persero), merupakan
salah satu dari 14 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Perkebunan yang bergerak
dalam bidang usaha perkebunan, pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan.
Kegiatan usaha perseroan mencakup usaha budidaya dan pengolahan tanaman
kelapa sawit dan karet. Produk utama perseroan adalah Minyak Sawit (CPO) dan
Inti Sawit (Kernel) dan produk hilir karet. Sebagai Badan Usaha Milik Negara
yang hasil produksinya sudah dikenal di pasar lokal dan internasional, maka
penggunaan anggaran dalam perusahaan sangat penting untuk dianalisis untuk
mengetahui apakah fungsi anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian
biaya produksi sudah baik.
Dari data tahun 2005, penyimpangan antara anggaran dan realisasi biaya
produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) adalah sebagai berikut :
Anggaran Rp 899.358.772.000
Realisasi Rp 1.030.383.573.180 _
Selisih Rp 131.024.801.180 , atau 14,57%
Selisih sebesar Rp 131.024.801.180 merupakan unfavorable variance
karena realisasi lebih besar dari pada anggaran. Unfavorable variance ini
menandakan ada kenaikan biaya dan juga adanya ketidakefisienan berkaitan
dengan biaya.
Tidak maksimalnya peranan anggaran dalam makanisme pengendalian
unfavorable variance. Hal ini disebabkan karakteristik perusahaan PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) yang merupakan perusahaan perkebunan
dimana proses produksinya sangat bergantung pada alam sehingga peranan
anggaran dalam perencanaan produksi dan evaluasinya cenderung sulit untuk
diterapkan.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik membahasnya lebih lanjut
dalam sebuah skripsi dengan judul “Analisis Anggaran Biaya Produksi Sebagai
Alat Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)”
B. Batasan Masalah dan Perumusan Masalah
Batasan Masalah.
Pembahasan yang akan dilakukan dalam penelitian ini akan dibatasi pada
hal-hal berikut :
1. Anggaran yang akan dianalisis hanya anggaran biaya produksi untuk
tanaman kelapa sawit.
2. Data anggaran yang digunakan adalah data anggaran biaya produksi tahun
2006.
Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi
perumusan masalah adalah : “Bagaimanakah penggunaan anggaran sebagai alat
perencanaan dan pengendalian biaya produksi pada PT. Perkebunan Nusantara III
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana
penggunaan anggaran sebagai alat perencanaan dan pengendalian biaya produksi
pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero).
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis, dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama pendidikan
dan sangat diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis khususnya
mengenai anggaran.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan
bagi pihak manajemen perusahaan mengenai peranan anggaran sebagai
alat perencanaan dan pengendalian.
3. Bagi pihak lain, sebagai tambahan referensi bagi peneliti lain yang ingin
D. Kerangka Konseptual
Anggaran Realisasi
Varians
Perencanaan dan Pengendalian Biaya Produksi
Biaya Produksi
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Anggaran
1. Pengertian dan Konsep Anggaran
Semakin berkembang dan majunya suatu perusahaan maka akan semakin
kompleks aktivitas yang dijalankan. Aktivitas pada masing-masing bagian harus
direncanakan secara cermat. Salah satu bentuk rencana tersebut disusun dalam
anggaran perusahaan pada periode yang akan datang. Rencana kegiatan tersebut
menyangkut rencana kegiatan produksi, pemasaran, personalia dan kegiatan lain
yang semuanya saling terkait dan saling mempengaruhi, sehingga perlu dan
sangat penting untuk memiliki sebuah rencana yang terpadu dalam suatu
anggaran.
Untuk lebih memahami pengertian anggaran maka akan dikemukakan
beberapa pendapat ahli tentang pengertian anggaran yaitu sebagai berikut :
• Menurut Garrison/Noreen (2000:402) “ anggaran adalah rencana rinci tentang
perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya
untuk suatu periode tertentu”
• Menurut Mulyadi (2001:488) “ anggaran merupakan suatu rencana kerja yang
dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan
satuan ukuran yang lain, yang mencakup jangka waktu satu tahun“
• Menurut Munandar (2001:3) “ anggaran adalah suatu rencana yang disusun
dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode)
tertentu yang akan datang “
Dari pengertian-pengertian diatas, jelas bahwa suatu anggaran mempunyai
empat unsur, yaitu :
1. Rencana, ialah suatu penentuan terlebih dahulu tentang aktivitas atau kegiatan
yang akan dilakukan di waktu yang akan datang. Anggaran juga merupakan
suatu rencana karena anggaran merupakan penentuan terlebih dahulu tentang
kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.
2. Meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yaitu mencakup semua kegiatan yang
akan dilakukan oleh semua bagian-bagian yang ada dalam perusahaan.
3. Dinyatakan dalam unit moneter, yaitu unit atau kesatuan yang dapat
diterapkan pada berbagai kegiatan perusahaan yang beraneka ragam.
4. Jangka waktu tertentu yang akan datang, yang menunjukkan bahwa anggaran
berlakunya untuk masa yang akan datang.
Tujuan penyusunan anggaran adalah :
1. Menyatakan harapan perusahaan secara jelas dan formal, sehingga bisa
memberikan arah terhadap apa yang hendak dicapai manajemen.
2. Mengkomunikasikan harapan manajemen kepada pihak-pihak terkait
sehingga anggaran dimengerti, didukung dan dilaksanakan.
3. Menyediakan rencana secara terinci mengenai aktivitas dengan maksud
mengurangi ketidakpastian dan memberikan pengarahan yang jelas bagi
4. Mengkoordinasikan cara yang akan ditempuh dalam rangka
memaksimalkan sumber daya.
5. Menyediakan alat pengukur dan mengendalikan kinerja individu dan
kelompok, serta menyediakan informasi yang mendasari perlu-tidaknya
tindakan koreksi.
Manfaat penyusunan anggaran sebagai berikut :
1. Perencanaan Terpadu
Anggaran perusahaan digunakan sebagai alat merumuskan rencana
perusahaan dan untuk menjalankan pengendalian terhadap berbagai
kegiatan perusahaan secara menyeluruh. Dengan demikian, anggaran
merupakan suatu alat manajemen yang dapat digunakan baik untuk
keperluan perencanaan maupun pengendalian.
2. Pedoman Pelaksanaan Perusahaan
Anggaran dapat memberikan pedoman yang berguna baik bagi manajemen
puncak maupun manajemen menengah. Anggaran yang disusun dengan
baik akan membuat bawahan menyadari bahwa manajemen memiliki
pemahaman yang baik tentang operasi perusahaan dan bawahan akan
mendapatkan pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugasnya.
Disamping itu, penyusunan anggaran memungkinkan perusahaan untuk
mengantisipasi perubahan dalam lingkungan dan melakukan penyesuaian
sehingga kinerja perusahaan dapat lebih baik.
Penganggaran dapat memperbaiki koordinasi kerja intern perusahaan.
Sistem anggaran memberikan ilustrasi operasi perusahaan secara
keseluruhan. Oleh karenanya sistem anggaran memungkinkan para
manajer divisi untuk melihat hubungan antar bagian atau divisi secara
keseluruhan.
4. Alat Pengawasan Kerja
Anggaran mempunyai serangkaian standar prestasi yang bisa
dibandingkan dengan realisasinya sehingga pelaksanaan setiap aktivitas
dapat dinilai kinerjanya. Dalam menentukan standar diperlukan
pemahaman yang realistis dan analisis yang seksama terhadap kegiatan
yang dilakukan oleh perusahaan. Penentuan standar yang sembarangan
tanpa didasari oleh pengetahuan dapat menimbulkan lebih banyak masalah
daripada manfaat. Hal ini mengingat standar dalam anggaran yang
ditetapkan secara sembarangan tersebut mungkin merupakan target yang
mustahil untuk dicapai karena terlalu tinggi atau terlalu rendah. Standar
yang ditetapkan terlalu tinggi akan menimbulkan frustasi atau
ketidakpuasan. Sebaliknya penetapan standar yang terlalu rendah akan
menjadikan biaya menjadi tidak terkendalikan, menurunkan laba dan
semangat kerja.
5. Alat Evaluasi Perusahaan
Anggaran yang disusun baik menerapkan standar yang relevan,
memberikan pedoman bagi perbaikan operasi perusahaan dalam
dengan baik, artinya menggunakan sumber-sumber daya perusahaan yang
dianggap paling menguntungkan. Penyimpangan yang mungkin terjadi
dalam operasionalnya perlu dilakukan evaluasi yang dapat menjadi
masukan berharga bagi penyusunan anggaran selanjutnya.
Anggaran di samping mempunyai banyak manfaat, namun anggaran juga
mempunyai beberapa kelemahan antara lain :
1. Anggaran dibuat berdasarkan taksiran dan anggapan, sehingga
mengandung unsur ketidakpastian.
2. Menyusun anggaran yang cermat memerlukan waktu, uang, dan tenaga
yang tidak sedikit, sehingga tidak semua perusahaan mampu menyusun
anggaran secara lengkap (komprehensif) dan akurat.
3. Bagi pihak yang merasa dipaksa untuk melaksanakan anggaran dapat
mengakibatkan menggerutu dan menentang, sehingga anggaran tidak akan
efektif.
Anggaran mempunyai kaitan yang sangat erat dengan manajemen,
khususnya yang berhubungan dengan perencanaan, pengkoordinasian), dan
pengawasan. Untuk lebih memahami perbandingan kegunaan anggaran dengan
fungsi manajemen, penulis akan mengemukakan pendapat dari M. Munandar
(2000:13) tentang fungsi manajemen:
1. Menyusun rencana untuk dijadikan pedoman kerja (planning)
2. Menyusun struktur organisasi kerja yang merupakan pembagian wewenang dan tanggung jawab kepada para personil (karyawan) perusahaan (organizing)
2. Fungsi dan Klasifikasi Anggaran
a. Fungsi Anggaran
Menurut Nafarin (2004:20), anggaran memiliki tiga fungsi yaitu :
1. Fungsi Perencanaan
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis menuntut pemikiran yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan uang.
2. Fungsi Pelaksanaan
Anggaran merupakan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan secara selaras dalam mencapai tujuan (laba). Jadi anggaran penting untuk menyelaraskan (koordinasi) setiap bagian kegiatan, seperti : bagian pemasaran, bagian umum, bagian produksi dan bagian keuangan.
3. Fungsi Pengawasan
Anggaran merupakan alat pengawasan (controlling). Pengawasan berarti mengevaluasi (menilai) terhadap pelaksanaan pekerjaan, dengan cara :
• memperbandingkan realisasi dengan rencana (anggaran)
• melakukan tindakan perbaikan apabila dipandang perlu (apabila
terdapat penyimpangan yang merugikan)
b. Klasifikasi Anggaran
Sebagai alat bantu manajemen, anggaran perusahaan akan dapat
mempunyai lingkup yang luas. Seluruh kegiatan yang ada di dalam perusahaan
akan terkait dengan anggaran perusahaan. Oleh karena hal tersebut maka
anggaran perusahaan akan terdiri dari berbagai macam anggaran yang mempunyai
kegunaan sendiri-sendiri.
1. Menurut dasar penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran Variabel, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan interval
(kisar) kapasitas (akivitas) tertentu dan pada intinya merupakan suatu seri
anggaran yang dapat disesuaikan pada tingkat-tingkat aktivitas atau kegiatan yang
berbeda. Misalnya : anggaran penjualan disusun berkisar antara 500 unit sampai
b. Anggaran Tetap, yaitu anggaran yang disusun berdasarkan suatu tingkat
kapasitas tertentu. Misalnya : penjualan direncanakan 1000 unit, dengan
demikian anggaran lainnya dibuat berdasarkan anggaran penjualan 1000 unit.
Anggaran Tetap disebut juga dengan anggaran statis.
4. Menurut cara penyusunan, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran Periodik, adalah anggaran yang disusun untuk satu periode
tertentu, pada umumnya periodenya satu tahun yang disusun setiap akhir periode
anggaran.
b. Anggaran Kontinu, adalah anggaran yang dibuat untuk mengadakan
perbaikan anggaran yang pernah dibuat, misalnya: tiap bulan diadakan perbaikan,
sehingga anggaran yang dibuat dalam setahun mengalami perubahan.
3. Menurut jangka waktunya, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran Jangka Pendek (Anggaran Taktis), adalah anggaran yang dibuat
dengan jangka waktu paling lama sampai satu tahun. Anggaran untuk keperluan
modal kerja merupakan anggaran jangka pendek.
b. Anggaran Jangka Panjang (Anggaran Strategis), adalah anggaran yang
dibuat dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Anggaran untuk keperluan
investasi barang modal merupakan anggaran jangka panjang yang disebut
anggaran modal. Anggaran jangka panjang tidak mesti berupa anggaran modal.
Anggaran jangka panjang diperlukan sebagai dasar penyusunan anggaran jangka
pendek.
4. Menurut bidangnya, anggaran terdiri dari anggaran operasional dan anggaran
Budget). Anggaran induk yang mengkonsolidasikan rencana keseluruhan
perusahaan untuk jangka pendek, biasanya disusun atas dasar tahunan. Anggaran
tahunan dipecah lagi menjadi anggaran triwulan dan anggaran triwulan dipecah
lagi menjadi anggaran bulanan.
a. Anggaran Operasional adalah anggaran untuk menyusun anggaran laporan
rugi laba. Anggaran Operasional antara lain terdiri dari :
• Anggaran Penjualan
• Anggaran Biaya Pabrik ;
- Anggaran Biaya Bahan Baku
- Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
- Anggaran Biaya Overhead Pabrik
• Anggaran Beban Usaha
• Anggaran Laporan Rugi Laba
b. Anggaran Keuangan adalah anggaran untuk menyusun anggaran neraca.
Anggaran keuangan antara lain terdiri dari :
• Anggaran Kas
• Anggaran Piutang
• Anggaran Persediaan
• Anggaran Utang
• Anggaran Neraca
5. Menurut kemampuan menyusun, anggaran terdiri dari :
a. Anggaran Komprehensif, merupakan rangkaian dari berbagai macam
perpaduan dari anggaran operasional dan anggaran keuangan yang disusun secara
lengkap.
b. Anggaran Partial, adalah anggaran yang disusun tidak secara lengkap,
anggaran yang hanya menyusun bagian anggaran tertentu saja. Misalnya karena
keterbatasan kemampuan, maka hanya dapat menyusun anggaran operaional.
6. Menurut fungsinya, anggaran terdiri dari :
a. Appropriation Budget, adalah anggaran yang diperuntukkan bagi tujuan
tertentu dan tidak boleh digunakan untuk manfaat lain. Misalnya : anggaran
untuk penelitian dan pengembangan.
b. Performance Budget, adalah anggaran yang disusun berdasarkan fungsi
aktivitas yang dikeluarkan oleh masing-masing aktivitas tidak melampaui batas.
B. Anggaran Biaya Produksi 1. Unsur-Unsur Biaya Produksi
Menurut Hansen & Mowen (2000:38) “biaya adalah kas atau ekuivalen
kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan membawa
keuntungan masa ini dan masa datang untuk organisasi”
Biaya dalam hubungannnya dengan produksi disebut biaya produksi.
Biaya produksi adalah biaya-biaya yang berkaitan dengan pengelolaan atau
pengubahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual atau
dikonsumsi.
Biaya produksi menurut Carter dan Usry (2004:42) “ biaya manufaktur
jumlah dari tiga elemen biaya : bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan
overhead pabrik “
• Biaya bahan baku atau disebut juga biaya bahan mentah adalah biaya yang
terdiri dari semua bahan-bahan yang dikerjakan di dalam proses produksi,
untuk diubah menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.
• Biaya tenaga kerja langsung ialah upah yang dibayarkan perusahaan kepada
para tenaga keja yang secara langsung memproses bahan baku, untuk diubah
menjadi barang lain yang nantinya akan dijual.
• Biaya overhead pabrik ialah semua biaya yang terdapat serta terjadi di dalam
lingkungan pabrik, tetapi tidak secara langsung berhubungan dengan proses
produksi.
2. Pengertian Anggaran Biaya Produksi
Dengan memahami ketiga unsur biaya produksi, maka akan lebih mudah
untuk memahami pengertian anggaran biaya produksi. Hal ini disebabkan karena
unsur biaya produksi sejalan dengan unsur anggaran biaya produksi. Anggaran
biaya produksi meliputi :
1. Anggaran Biaya Bahan Mentah
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Dari uraian diatas, jelaslah bahwa anggaran biaya produksi adalah
anggaran atas biaya yang dibutuhkan untuk memproduksi atau menciptakan dan
C. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi 1. Proses Penyusunan Anggaran
Proses penyusunan anggaran atau disebut Budgeting menurut Nafarin
(2004:12) adalah “proses penyusunan anggaran yang dibuat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam memperoleh laba”. Penyusunan anggaran pada dasarnya
merupakan proses penetapan peran setiap manajer dalam melaksanakan program
atau bagian dari program. Penyusunan anggaran memerlukan kerjasama para
manajer dari berbagai jenjang organisasi.
Dalam organisasi penyusunan anggaran, terdapat tiga pihak utama yang
terkait dalam penyusunan anggaran : komite anggaran, departemen anggaran, dan
para manajer pusat pertanggungjawaban. Penyusunan rancangan anggaran
perusahaan dikoordinasikan dan diadministrasikan oleh dua unit organisasi :
komite anggaran dan departemen anggaran.
Komite Anggaran
Dalam penyusunan anggaran diperlukan suatu unit organisasi ad hoc yang
mengkoordinasikan berbagai jenis usulan anggaran dari berbagai pusat
pertanggungjawaban untuk kemudian disusun menjadi rancangan anggaran induk
atau Master Budget. Unit organisasi ini disebut dengan komite anggaran. Unit
organisasi ini hanya dibentuk pada saat proses penyusunan anggaran saja. Jika
proses penyusunan anggaran perusahaan telah selesai, komite anggaran menjadi
tidak berfungsi dan fungsi pengendalian pelaksanaan anggaran diserahkan kepada
Komite anggaran terdiri dari :
(1) Direktur utama, sebagai ketua merangkap anggota komite.
(2) Direktur pemasaran, sebagai anggota.
(3) Direktur produksi, sebagai anggota.
(4) Direktur keuangan dan administrasi, sebagai anggota.
(5) Manajer departemen keuangan, sebagai sekretaris komite.
Tugas komite anggaran adalah :
(1) Merumuskan sasaran anggaran dan kebijakan pokok perusahaan untuk tahun
anggaran.
(2) Menyampaikan informasi mengenai tujuan dan kebijakan pokok tersebut
kepada para manajer pusat pertanggungjawaban.
(3) Menelaah rancangan anggaran yang diajukan oleh para manajer pusat
pertanggungjawaban.
(4) Melakukan negosiasi dengan para manajer pusat pertanggungjawaban
mengenai rancangan anggaran yang mereka ajukan.
(5) Mengajukan rancangan anggaran perusahaan secara keseluruhan kepada
dewan komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
(6) Menelaah anggaran yang telah disetujui oleh dewan komisaris dan RUPS.
(7) Melakukan negosiasi dengan para manajer di pusat pertanggungjawaban
mengenai anggaran yang telah disahkan oleh RUPS.
(8) Melakukan revisi anggaran, sesuai dengan kebijakan rapat umum pemegang
Departemen Anggaran
Penyusunan dan pengawasan anggaran memerlukan unit organisasi yang
menangani administrasi anggaran. Fungsi ini dipegang oleh departemen anggaran
dan rincian fungsinya adalah sebagai berikut :
(1) Menerbitkan prosedur dan formulir untuk penyiapan rancangan anggaran
setiap pusat pertanggungjawaban dalam perusahaan.
(2) Mengkoordinasi dan menerbitkan asumsi-asumsi yang dipakai sebagai dasar
penyusunan rancangan anggaran perusahaan.
(3) Membantu setiap manajer pusat pertanggungjawaban dalam menyusun
rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban.
(4) Mengolah rancangan anggaran pusat pertanggungjawaban menjadi rancangan
anggaran induk
(5) Menganalisis rancangan anggaran dan memberikan rekomendasi kepada
komite anggaran.
(6) Menganalisis realisasi anggaran, menafsirkan hasil-hasilnya dan membuat
laporan ringkas mengenai hasil analisisnya tersebut kepada direksi.
(7) Mengadministrasikan proses perubahan dan penyesuaian anggaran
Pengusulan Pengesahan
Review dan
Persetujun
Top down Bottom up approach
Approach Mengajukan usulan
Penetapan rancangan anggaran
kebijaksanaan Negosiasi usulan rancangan
pokok perusahaan anggaran
Kompilasi &
Analisis
Penyusun
Anggaran Departemen
Anggaran
Para Kepala Divisi
dan Departemen Komite Anggaran Dewan Komisaris
Rapat Umum
Pemegang Saham
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Penyusun Anggaran
Proses penyusunan anggaran induk perusahaan dilaksanakan melalui
tahap-tahap berikut ini :
1. Komite anggaran menyusun pedoman anggaran (budget guideline) yang berisi
kebijakan pokok perusahaan dalam bidang pemasaran, produksi, sumber daya
manusia, keuangan, dan umum. Kebijakan pokok ini dikomunikasikan kepada
manajer departemen sebagai dasar untuk mengajukan rancangan anggaran
biaya pusat pertanggungjawaban.
2. Penyusunan rancangan anggaran penjualan oleh departemen pemasaran,
berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan prakiraan penjualan jangka
pendek.
3. Penyusunan rancangan anggaran biaya per pusat pertanggungjawaban
berdasarkan kebijakan pokok perusahaan dan rancangan anggaran penjualan
oleh para manajer pusat pertanggungjawaban. Pusat-pusat
pertanggungjawaban dibagi menjadi tiga kelompok :
a. Pusat pertanggungjawaban produksi yang terdiri dari
departemen-departemen dibawah fungsi produksi. Misalnya departemen-departemen produksi dan
departemen pembantu produksi.
b. Pusat pertanggungjawaban pemasaran yang terdiri dari
departemen-departemen di bawah fungsi pemasaran. Misalnya departemen-departemen penjualan,
departemen promosi, departemen layanan purna jual, departemen
transportasi pemasaran.
c. Pusat pertanggungjawaban administrasi dan umum yang terdiri dari
Seperti departemen keuangan, departemen akuntansi, departemen sumber
daya manusia, departemen keamanan, departemen hubungan masyarakat,
departemen audit intern.
Pusat pertanggungjawaban produksi akan menghasilkan rancangan
anggaran biaya produksi yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya
berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi produksi. Pusat
pertanggungjawaban pemasaran akan menghasilkan rancangan anggaran
biaya pemasaran yang dilampiri dengan rancangan anggaran biaya
berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah fungsi pemasaran. Pusat
pertanggungjawaban administrasi dan umum akan menghasilkan
rancangan anggaran biaya administrasi dan umum yang dilampiri dengan
rancangan anggaran biaya berbagai pusat pertanggungjawaban di bawah
fungsi administrasi dan umum.
4. Penyusunan rancangan anggaran sediaan produk jadi oleh departemen
produksi.
5. Penyusunan rancangan anggaran biaya penjualan oleh departemen anggaran
berdasarkan rancangan anggaran biaya produksi, rancangan anggaran
persediaan produk jadi, dan rancangan anggaran penjualan.
6. Penyusunan rancangan laporan laba rugi proyeksian berdasarkan rancangan
anggaran penjualan, rancangan anggaran biaya penjualan, dan rancangan
anggaran biaya pemasaran, rancangan anggaran biaya administrasi dan umum.
7. Penyusunan rancangan anggara modal berdasarkan prakiraan penjualan jangka
8. Penyusunan rancangan anggaran kas berdasarkan rancangan anggaran
penjualan, rancangan biaya per pusat pertanggungjawaban, dan rancangan
anggaran modal.
9. Penyusunan rancangan neraca yang diproyeksikan berdasarkan rancangan
anggaran kas dan berbagai asumsi yang lain.
10.Penyusunan rancangan anggaran modal kerja.
11.Penelaahan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite
anggaran.
12.Negosiasi rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban antara para
manajer pusat pertanggungjawaban dengan komite anggaran.
13.Persetujuan rancangan anggaran biaya pusat pertanggungjawaban oleh komite
anggaran.
14.Penyesuaian rancangan anggaran induk oleh departemen anggaran sebagai
akibat dari hasil proses negosiasi antara para manajer pusat
pertanggungjawaban dengan komite anggaran.
15.Pengajuan rancangan anggaran induk oleh komite anggaran kepada Dewan
Komisaris dan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
16.Penelaahan rancangan anggaran induk oleh Dewan Komisaris dan Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS).
17.Pengesahan rancangan anggaran induk menjadi anggaran induk perusahaan
2. Penyusunan Anggaran Biaya Produksi
Dalam menyusun anggaran perusahaan dapat melakukannnya dengan dua
cara yakni, secara sebagian demi sebagian (partial) dan secara keseluruhan
(comprehensive). Karena itu dikenal Comprehensive Budget. Comprehensive
Budget atau Anggaran Komprehensif menurut Adisaputro dan Asri (2003:55)
yakni “ penyusunan rencana perusahaan (business budget) secara keseluruhan “
Anggaran komprehensif secara umum terdiri dari anggaran operasi dan
anggaran keuangan. Anggaran operasional terdiri dari anggaran penjualan,
anggaran produksi, anggaran biaya produksi dan anggaran laba rugi. Sedangkan
anggaran keuangan terdiri dari anggaran neraca, anggaran kas, anggaran piutang,
anggaran hutang dan anggaran modal.
Penyusunan anggaran biaya produksi biasanya dimulai dengan anggaran
penjualan. Hal ini menjadi dasar perencanaan berkala dalam perusahaan, karena
praktis semua perencanaan lainnya disusun berdasarkan anggaran ini, kemudian
penyusunan anggaran selanjutnya adalah anggaran produksi karena rencana
penjualan yang telah disusun harus direalisasikan dengan memproduksi barang
yang telah dianggarkan. Setelah penyusunan angaran produksi, langkah
selanjutnya adalah penyusunan anggaran biaya produksi yang bertitik tolak dari
anggaran penjualan dan anggaran produksi.
Secara umum penyusunan anggaran mulai dari anggaran penjualan sampai
Gambar 2.2
Urutan penyusunan anggaran
Anggaran Penjualan
Menurut Adisaputro dan Anggarini, (2007:66) “Anggaran penjualan
menggambarkan tingkat pendapatan (revenue) yang bakal diterima sebagai akibat
dilakukannnya penjualan-penjualan di masa yang akan datang”.
Anggaran penjualan akan menjadi dasar untuk penyusunan
anggaran-anggaran lainnya. Atau dengan kata lain anggaran-anggaran-anggaran-anggaran lainnnya disusun
dengan terlebih dahulu memperhatikan rencana kegiatan penjualan.
Dalam menyusun anggaran penjualan, langkah yang perlu dilakukan meliputi :
1. Penentuan dasar-dasar anggaran
a. Penentuan relevant variable yang mempengaruhi penjualan
b. Penentuan tujuan umum dan khusus yang diinginkan
c. Penentuan strategi pemasaran yang dipakai
2. Penyusunan rencana penjualan
a. Analisa ekonomi
b. Melakukan analisa industri
c. Melakukan analisa prestasi penjualan yang lalu
d. Analisa penentuan prestasi penjualan yang akan datang
e. Menyusun forecast penjualan
f. Menentukan jumlah penjualan yang dianggarkan (budgeted sales)
g. Menghitung rugi atau laba yang mungkin diperoleh (budgeted profit)
h. Mengkomunikasikan rencana penjualan yang telah disetujui pada pihak
Anggaran Produksi
Setelah anggaran penjualan selesai disusun, langkah selanjutnya adalah
penyusunan anggaran produksi. Anggaran produksi dalam arti yang luas berupa
penjabaran dari rencana penjualan menjadi rencana produksi. Dengan demikian
kegiatan produksi bukan merupakan aktivitas yang berdiri sendiri melainkan
aktivitas penunjang dari rencana penjualan.
Menurut Adisaputro dan Asri (2003:181) anggaran produksi dalam arti
sempit juga disebut Anggaran Jumlah yang Harus Diproduksi yakni “suatu
perencanaan tingkat atau volume barang yang harus diproduksi oleh perusahaan
agar sesuai dengan volume atau tingkat penjualan yang telah direncanakan”.
Anggaran produksi merupakan alat untuk merencanakan, mengkoordinir
kegiatan-kegiatan produksi dan mengontrol kegiatan-kegiatan tersebut. Tujuan
disusunnya anggaran ini antara lain :
•Menunjang kegiatan penjualan, sehingga barang dapat disediakan sesuai dengan
yang telah direcanakan
•Menjaga tingkat persediaan yang memadai. Artinya tingkat persediaan yang
tidak terlalu besar, tidak pula terlalu kecil. Prinsip manajemen produksi
menyatakan bahwa tingkat persediaan yang terlalu besar mengakibatkan
meningkatnya biaya-biaya dan resiko-resiko yang menjadi beban perusahaan.
Sebaliknya tingkat persediaan yang terlalu kecil mengakibatkan banyaknya
gangguan. Kekurangan persediaan bahan mentah mendatangkan gangguan pada
banyaknya langganan yang kecewa dan hilangnya peluang memperoleh
keuntungan.
•Mengatur produksi sedemikian rupa sehingga biaya-biaya produksi barang yang
dihasilkan akan seminimal mungkin.
Besar kecilnya anggaran produksi akan tergantung pada :
1. Anggaran Penjualan
Penjualan yang berfluktuasi akan menentukan apakah produksinya juga
fluktuasi atau konstan atau moderat.
2. Tingkat Persediaan
a. Persediaan awal, persediaan awal suatu periode merupakan
persediaan akhir pada periode sebelumnya.
b. Persediaan akhir, persediaan ini merupakan prediksi persediaan
pada akhir periode yang akan datang.
Besarnya anggaran produksi diperhitungkan sebagai berikut :
Tingkat penjualan (dari anggaran penjualan) xx
Tingkat persediaan akhir xx +
Jumlah xx
Tingkat persediaan awal xx _
Contoh :
Tabel 2.2
Perusahaan Bimasakti Anggaran Produksi
No. Produk Penjualan Perubahan Persediaan Produksi
1 BMS-001 7000 1,000 8000
2 BMA-010 6000 -1,000 5000
3 BMA-050 4000 1,000 5000
4 BMI-330 5000 0 5000
5 BMI-550 7000 1,000 8000
Sumber : Ahyari, 2002. hal. 54.
Anggaran produksi merupakan dasar atau basis untuk penyusunan
anggaran-anggaran lain seperti anggaran bahan mentah, anggaran tenaga kerja
langsung dan anggaran biaya overhead pabrik. Sehingga hubungan antara tingkat
penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan dapat digambarkan seperti
Rencana Produksi
±
±
Dasar untuk
Perubahan Persediaan
Produk Jadi
Rencana Produksi
Anggaran Tenaga Kerja
Langsung
Anggaran Biaya Overhead Manufaktur Anggaran Bahan
Langsung
Rencana Penjualan
Gambar 2.3
Hubungan tingkat penjualan, tingkat produksi dan tingkat persediaan
Sumber : Glenn A. Welsch, (2000:180)
Anggaran Biaya Produksi
Setelah anggaran biaya produksi tersusun, langkah berikutnya adalah
menyusun anggaran biaya produksi, yang terdiri dari :
1. Anggaran Biaya Bahan Mentah
2. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
1. Anggaran Biaya Bahan Mentah
Menurut Munandar (2001:27 ) anggaran biaya bahan mentah ialah “semua
anggaran yang berhubungan dan merencanakan secara lebih terperinci tentang
penggunaan bahan mentah untuk proses produksi selama periode yang akan
datang”.
Menurut Adisaputro dan Asri (2003:213) “anggaran bahan mentah hanya
merencanakan kebutuhan dan penggunaan bahan mentah langsung. Bahan mentah
tak langsung akan direncanakan dalam anggaran biaya overhead pabrik”. Secara
ringkas tujuan penyusunan anggaran bahan mentah adalah :
Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan mentah
Memperkirakan jumlah pembelian bahan mentah yang diperlukan
Sabagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana yang diperlukan untuk
melaksanakan pembelian bahan mentah.
Sebagai dasar penyusunan product costing, yakni memperkirakan komponen
harga pokok pabrik karena penggunaan bahan mentah dalam proses produksi.
Sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan mentah.
Anggaran biaya bahan mentah terdiri dari :
1. Anggaran Pembelian Bahan Mentah
2. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Ketiga anggaran tersebut harus dibuat (disusun) berurutan, sebab
anggaran yang lebih awal harus disusun, akan dipergunakan untuk menyusun
anggaran yang lebih akhir.
1. Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Anggaran ini disusun sebagai perencanaan jumlah bahan mentah yang
dibutuhkan untuk keperluan produksi pada periode mendatang. Menurut
Adisaputro dan Asri (2003:215) “anggaran kebutuhan bahan mentah disusun
untuk merencanakan jumlah fisik bahan mentah langsung yang diperlukan, bukan
nilainya dalam rupiah”.
Contoh :
Tabel 2.3
Perusahaan MITRA GARMENT Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah
Tahun 200X
Kain Motif Kain Polos
Keterangan
Produksi SUR Kebutuhan Produksi SUR Kebutuhan
2. Anggaran Pembelian Bahan Mentah
Menurut Adisaputro dan Asri (2003:220) “anggaran pembelian bahan
mentah berisi rencana kuantitas bahan mentah yang harus dibeli oleh perusahaan
dalam periode waktu mendatang”.
Bahan mentah yang harus dibeli diperhitungkan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor persediaan dan kebutuhan bahan mentah.
Contoh :
Tabel 2.4
PT. MITRA GARMENT
Anggaran Pembelian Bahan Mentah "Kulit" Periode 200X
Kebutuhan Persed Kebutuhan Persed Pembelian
Bahan akhir sementara awal Unit Harga Jumlah Periode
Mentah (m) (m) (m) (m) (m) (Rp/m) Rp
Triwulan 1 10000 1500 11500 2000 9500 50,000 475,000,000
Triwulan 2 13000 3000 16000 1500 14500 50,000 725,000,000
Triwulan 3 10000 5000 15000 3000 12000 50,000 600,000,000
Triwulan 4 12000 4000 16000 5000 11000 50,000 550,000,000
Total 45000 58500 47000 2,350,000,000
Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:188)
3. Anggaran Persediaan Bahan Mentah
Jumlah bahan mentah yang dibeli tidak harus sama dengan jumlah bahan
mentah yang dibutuhkan, karena adanya faktor persediaan. Menurut Adisaputro
dan Asri (2003:214) “anggaran ini merupakan suatu perencanaan yang terperinci
Contoh :
Tabel 2.5
PT. MITRA GARMENT
Anggaran Persediaan Bahan Mentah "Kulit Super" Tahun 200X
Bulan Jumlah (m) Harga (Rp/m) Jumlah (Rp/m)
Januari 1500 Rp 60,000 Rp 90,000,000 Februari 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
Maret 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
April 1800 Rp 60,000 Rp 108,000,000
Mei 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
Juni 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
Juli 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
Agustus 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 September 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000 Nopember 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
Desember 2000 Rp 60,000 Rp 120,000,000
Persediaan Akhir 1000 Rp 60,000 Rp 60,000,000
Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:197)
4. Anggaran Biaya Bahan Mentah yang Habis Digunakan dalam Produksi
Sebagian bahan mentah disimpan sebagai persediaan, dan sebagian
dipergunakan dalam proses produksi. Menurut Adisaputro dan Asri (2003:214)
“anggaran ini merencanakan nilai bahan mentah yang digunakan dalam satuan
Contoh :
Tabel 2.6
PT. MITRA GARMENT
Anggaran Biaya Bahan Mentah Yang Habis Dipakai Tahun 200X
Kebutuhan Harga Bahan Biaya Bahan Periode
Bahan Mentah (m) Mentah/unit (Rp/m) Mentah (Rp)
Januari 500 m Rp 100,000 Rp 50,000,000
Sumber : Adisaputro dan Anggarini, (2007:198)
5. Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung
Menurut Munandar (2001:145) :
“Anggaran biaya tenaga kerja langsung adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung selama periode yang akan datang, yang didalamnya meliputi rencana tentang jumlah waktu yang diperlukan oleh para tenaga kerja langsung untuk menyelesaikan unit yang akan diproduksi, tarif upah yang akan dibayarkan kepada para tenaga kerja langsung serta waktu (kapan) para tenaga kerja langsung tersebut menjalankan kegiatan proses produksi, yang masing-masing dikaitkan dengan jenis barang jadi (produk) yang akan dihasilkan, serta tempat (departemen) dimana para kerja langsung tersebut akan bekerja”
Anggaran tenaga kerja, seperti halnya anggaran bahan mentah hanya
Contoh :
Tabel 2.7
Anggaran Biaya Tenaga Kerja Langsung Perusahaan ABADI KARYA
Tahun 20X6
Produk A Produk B
JKL Upah/Jam Biaya TKL JKL Upah/Jam Biaya TKL Departemen
Sumber : Adisaputro dan Angggarini, (2007:223)
6. Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Menurut Adisaputro dan Asri (2003:66) “Anggaran biaya overhead pabrik
yakni anggaran semua jenis biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk,
selain biaya materi dan biaya tenaga kerja langsung”. Anggaran biaya overhead
pabrik adalah anggaran yang merencanakan secara lebih terperinci tentang biaya
Contoh :
Tabel 2.8 Perusahaan Bimasakti Anggaran Biaya Overhead Pabrik
Nomor Keterangan Jumlah
1 Gaji Pengawas Rp600,000.00
2 Upah Tenaga Kerja Langsung 120,000.00
3 Biaya Administrasi Pabrik 250,000.00
4 Perlengkapan 140,000.00
5 Reparasi dan Pemeliharaan 170,000.00
6 Penyusutan 120,000.00
7 Listrik 230,000.00
8 Lain-lain 80,000.00
JUMLAH 1,710,000.00
Sumber : Ahyari, (2002:60)
D. Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian
Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Perencanaan
Salah satu fungsi dari manajemen adalah perencanaan. Perencanaan
merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta dan asumsi mengenai
gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang akan datang dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Seperti yang dikemukakan Ahyari (2002:6) “perencanaan
berarti penentuan (sekarang) tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan pada
Perencanaan berarti menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin
dapat dilakukan dan bagaimana cara melakukannya.
Menurut Kholmi dan Yuningsih (2004:2)
Perencanaan meliputi mendefenisikan tujuan organisasi, menetapkan suatu strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan ini, dan mengembangkan suatu hirarki rencana yang menyeluruh untuk memadukan dan mengkoordinasi kegiatan-kegiatan dengn kata lain perencanaan mengacu pada pembentukan program operasi yang terperinci untuk semua fase operasi.
Perencanaan merupakan upaya tindakan berhati-hati sebelum melakukan
sesuatu agar apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik.
Tujuan utama perencanaan adalah untuk memberikan proses umpan maju
agar dapat memberikan petunjuk kepada setiap manajer dalam pengambilan
keputusan operasional sehari-hari.
Anggaran merupakan alat perencanaan tertulis yang menuntut pemikiran
yang teliti dan akan memberikan gambaran yang lebih nyata/jelas dalam unit dan
uang.
Dengan mempergunakan anggaran, perusahaan akan dapat menyusun
perencanaan seluruh kegiatan secara terpadu. Hal ini dimungkinkan karena
dengan mempergunakan anggaran berarti seluruh kegiatan dalam perusahaan akan
‘disentuh’ oleh anggaran. Tidak ada satupun kegiatan yang dilakukan dalam
perusahaan yang terlepas dari anggaran, karena seluruh kegiatan yang
dilaksanakan akan memerlukan biaya. Dengan demikian maka anggaran
merupakan pencerminan seluruh kegiatan perusahaan, sehingga penyusunan
anggaran merupakan penyusunan seluruh rencana kegiatan dalam perusahaan
Dalam kaitannya dengan biaya produksi maka ada tiga komponen biaya
yang perlu direncanakan dalam anggaran, yaitu :
1. Perencanaan Biaya Bahan Mentah
Perencanaan bahan dipengaruhi oleh sifat kegiatan produksi perusahaan,
apakah kegiatan produksi tergantung pada datangnya pesanan dari langganan atau
kegiatan produksi bersifat proses.
Perencanaan bahan mentah meliputi semua anggaran yang berhubungan dan
merencanakan secara lebih terperinci mengenai penggunaan bahan mentah
ataupun suku cadang untuk proses produksi selama periode yang akan datang,
antara lain (1) Anggaran Kebutuhan Bahan Mentah, (2) Anggaran Pembelian
Bahan Mentah, (3) Anggaran Persediaan Bahan Mentah, dan (4) Anggaran Biaya
Bahan Mentah Yang Digunakan Untuk Produksi.
2. Perencanaan Tenaga Kerja Langsung
Perencanaan biaya tenaga kerja mencakup masalah-masalah utama dan rumit,
mencakup (1) kebutuhan personel, (2) penerimaan tenaga kerja, (3) pelatihan, (4)
pengukuran kinerja, (5) uraian tugas dan penilaian, (6) negosiasi dengan serikat
kerja, dan (7) administrasi upah dan gaji. Untuk rencana tahunan, anggaran tenaga
kerja langsung harus dibuat menurut pusat tanggung jawab, periode interim, dan
produk. Anggaran biaya tenaga kerja ini disusun oleh bagian perencanaan dan
bagian akuntansi biaya.
3. Perencanaan Biaya Overhead Pabrik
Untuk merencanakan besarnya dana yang harus dianggarkan untuk anggaran
yakni : (1) Penanggung jawab perencanaan biaya; setiap pusat tanggung jawab
memiliki tanggung jawab dan sumber daya masing-masing. (2) Berdasarkan
prilaku biaya dan wewenang pengganggaran, maka BOP terbagi menjadi BOP
tetap, variabel dan semi variabel. Selain itu menurut Adisaputro dan Anggarini
(2007:234) “perencanaan biaya seharusnya lebih terfokus pada penggunaan
sumber daya yang terbatas secara lebih baik, bukan sekedar pengurangan biaya”.
Anggaran Biaya Produksi sebagai Alat Pengendalian
Disamping sebagai alat perencanaan, anggaran juga mempunyai fungsi
sebagai alat pengawasan pelaksanaan kegiatan perusahaan. Jika perusahaan
sedang menyelesaikan suatu kegiatan, maka manajemen perusahaan akan dapat
membandingkan pelaksanaan kegiatan tersebut dengan anggaran yang telah
ditetapkan dalam perusahaan. Hal ini juga dikemukakan oleh Kholmi dan
Yuningsih (2004:3) “pengendalian merupakan usaha sistematis perusahaan untuk
mencapai tujuan dengan cara membandingkan prestasi kerja yang sebenarnya
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya, serta tindakan yang tepat
untuk mengoreksi perbedaan yang berarti”. Dalam hal ini anggaran dipergunakan
sebagai alat pengendalian kegiatan yang sedang dilaksanakan dalam perusahaan.
Pengendalian dalam arti yang umum berarti meliputi langkah-langkah
yang harus disiapkan dan ditempuh, supaya yang direncanakan dapat tercapai,
direalisasikan, atau agar hasil yang diinginkan sesuai dengan hasil yang dicapai.
Seperti juga yang dikemukakan oleh Nasehatun (1999:22)
dan pengawasan yang dijalankan agar setiap kegiatan berjalan sesuai rencana untuk mencapai hasil/sasaran yang ditetapkan.
Sedangkan pengendalian biaya menurut Nasehatun (1999:214) adalah “
serangkaian langkah-langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai
kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah
ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya (realisasi) “
Pada dasarnya pengendalian biaya dapat dibagi dalam empat langkah,
sebagai berikut :
1. Mencari dasar-dasar dan menetapkan standar untuk biaya
2. Membandingkan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya
3. Mencari dan menentukan bagian organisasi perusahaan ataupun di luarnya
yang bertanggung jawab atas adanya penyimpangan
4. Melakukan tindakan untuk mengurangi atau mengakhiri penyimpangan
Pengendalian biaya adalah suatu proses yang meliputi seluruh tingkat dan
seluruh kegiatan satu perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian biaya harus
merupakan rencana yang didukung oleh seluruh anggota dari perusahaan itu. Di
tengah-tengah tingkatan satu organisasi, tugas pengendalian dilakukan oleh setiap
pimpinan tingkat atau bagian dari organisasi itu.
Yang diperlukan dalam pengendalian biaya adalah :
1. Tempat pertanggungjawaban organisasi pada pembukuan.
Pengendalian biaya merupakan adanya suatu sistem pembukuan yang
menggunakan tempat-tempat pertanggungjawaban (rensponsibility accounting),
atau sekelompok kegiatan yang dipimpin oleh seorang kapala yang bertanggung
jawab atas kegiatan itu.
2. Penggunaan biaya standar
Biaya Standar menurut Nasehatun (1999:216) adalah “biaya yang ditetapkan
lebih dahulu setelah mempertimbangkan semua faktor yang menentukan dan
setelah mengadakan penilaian atas hal-hal yang mungkin menyebabkan perubahan
baik dalam jumlah maupun harga dari bahan-bahan, tenaga kerja dan jasa-jasa lain
yang diperlukan”.
Sedangkan menurut Glenn, Hilton dan Gordon (2000:532) “Standard cost
adalah biaya yang diperkirakan atau ditentukan terlebih dulu untuk bahan, tenaga
kerja langsung, dan overhead pabrik dalam keadaan tertentu”.
Biaya standar digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan dalam
perkembangannnya tujuan lain penggunaannya juga untuk pengendalian biaya.
3. Analisa penyimpangan dan tindakan perbaikan
Yang dimaksud dengan penyimpangan menurut Nasehatun (1999:219)
adalah “perbedaan antara biaya standar dan biaya yang sesungguhnya, bisa positif
ataupun negatif”.
Jika terjadi penyimpangan, perlu terlebih dahulu diketahui apakah
penyimpangan itu masih dalam batas-batas yang diperbolehkan atau sudah
melampaui. Kalau penyimpangan itu melampaui batas diperbolehkan, perlu dicari
sebabnya dan diikuti dengan tindakan perbaikan, yang tercakup dalam proses
Menurut Glenn, Hilton dan Gordon (2000:498) “analisa varians mencakup
analisis matematis dari dua perangkat data untuk mendapatkan pendalaman
penyebab terjadinya suatu penyimpangan/varians”. Salah satu jumlah
diperlakukan sebagai dasar, standar, atau titik pedoman. Analisa varians
mempunyai aplikasi yang luas dalam pelaporan keuangan. Sering diaplikasikan
dalam situasi sebagai berikut :
Penyelidikan varians antara hasil aktual dari periode yang berlaku dan hasil
aktual dari periode sebelumnya. Periode sebelumnya dianggap sebagai dasar.
Penyelidikan varians antara hasil aktual dan biaya standar. Biaya standar
digunakan sebagai dasar.
Penyelidikan varians antara hasil aktual dan sasaran yang direncanakan atau
dianggarkan yang tercermin dalam rencana laba. Sasaran yang direncanakan
atau dianggarkan digunakan sebagi dasar.
Analisa penyimpangan ini nantinya akan menghasilkan dua varians atau
penyimpangan yaitu :
1. Penyimpangan yang menguntungkan (favorable variance), yaitu apabila
realisasi lebih kecil dari anggaran.
2. Penyimpangan yang tidak menguntungkn (unfavorable variance), yaitu
apabila realisasi lebih besar dari anggaran.
Dalam kaitannya dengan biaya, analisa varians disebut juga analisa selisih
biaya. Merupakan proses yang sistematis untuk menentukan besarnya selisih
biaya standar, dan menginterpretasikan penyebabnya. Dengan mengadakan
apa yang menyimpang, pada departemen mana, dan siapa yang harus bertanggung
jawab, serta bagaimana pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Dengan demikian
manajemen dapat menentukan tindakan apa yang harus dilakukan untuk
mengantisipasi adanya penyimpangan biaya tersebut.
Secara umum manfaat analisa selisih biaya adalah untuk :
1. Pengendalian biaya
2. Menilai prestasi pelaksanaan, dengan menentukan besarnya penyimpangan
biaya yang berada di bawah pengendaliannya.
3. Mengukur pengaruh penyimpangan biaya terhadap laba perusahaan.
Analisa selisih biaya produksi merupakan proses menganalisa selisih
biaya yang timbul karena perbedaan biaya produksi yang sesungguhnya terjadi
dibandingkan dengan biaya produksi standar, dan menentukan penyebab selisih
biaya produksi tersebut.
Dalam laporan anggaran biaya produksi, ada tiga biaya yang harus
dikendalikan yaitu :
1. Pengendalian Biaya Bahan Mentah
Anggaran bahan mentah dalam arti luas dapat berfungsi sebagai alat
pengendali. Untuk itu diperlukan Performance Report atau laporan pelaksanaan
yang terdiri dari :
a. Laporan Pelaksanaan Pembelian Bahan Mentah
Dengan analisis varians menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:200)
• Varians karena jumlah pembelian
= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana
• Varians karena harga bahan mentah
= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil
• Total varians
= Varians karena jumlah + Varians karena harga
b. Laporan Pelaksanaan Pemakaian Bahan Mentah
Dengan analisis varians menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:200)
sebagai berikut :
• Varians efisiensi
= (Jumlah Rencana – Jumlah Riil) x Harga Rencana
• Varians harga
= (Harga Rencana – Harga Riil) x Jumlah Riil
• Total varians
= Varians efisiensi + Varians harga
2. Pengendalian Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja merupakan salah satu jenis biaya yang dapat menjadi
masalah bagi perusahaan. Pengawasan biaya tenaga kerja dapat dibantu dengan
adanya pendekatan yang baik terhadap tenaga kerja , sehingga mereka dapat
bekerja secara stabil sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Kegiatan
pengawasan terhadap tenaga kerja dapat diserahkan kepada supervisor.
Dua elemen utama pengendalian biaya tenaga kerja langsung adalah (1)
perhatian sehari-hari pada biaya tersebut dan (2) laporan kinerja dan evaluasi
hasil. Untuk itu diperlukan laporan pelaksanaan disertai dengan analisis varians.
Formula untuk analisis varians biaya tenaga kerja langsung menurut
• Varians efisiensi
= (Jam Kerja Rencana – Jam Kerja Riil) x Tarif Upah Rencana
• Varians tarif upah
= (Tarif Upah Rencana – Tarif Upah Riil) x Jam Kerja Riil
• Total varians
= Varians efisiensi + Varians tarif upah
3. Pengendalian Biaya Overhead Pabrik
Menurut Adisaputro dan Anggarini (2007:258) “pengendalian biaya
memerlukan identifikasi tentang dapat tidaknya biaya dikendalikan oleh setiap
pusat tanggung jawab”. Hal ini berarti bahwa BOP yang tidak dapat dikendalikan
seharusnya tidak diidentifikasi sebagai tanggung jawab manajer sebuah pusat
tanggung jawab. Dengan demikian untuk mengendalikan biaya overhead pabrik,
biaya yang “bersih” harus dipertimbangkan. Hal ini berarti bahwa hanya biaya
langsung yang dihitung dan tidak termasuk biaya-biaya yang dialokasikan.
Sedangkan analisa varians atau analisa perbedaan antara anggaran dan
realisasi biaya overhead pabrik menurut Gitosudarmo dan Najmudin (2003:334)
dapat diidentifikasikan menjadi :
a. Selisih Kuantitas
Yaitu selisih yang disebabkan karena perbedaan unit produksi yang dianggarkan dengan unit produksi yang direalisasikan, dinilai dengan tarif biaya overhead pabrik variabel dalam anggaran.
SK = (KR - KA) TA Keterangan :
SK = Selisih kuantitas
KR = Kuantitas realisasi/unit produksi yang direalisasi KA = Kuantitas anggaran/unit produksi
TA = Tarif anggaran/tarif biaya overhead pabrik variabel yang dianggarkan.
b. Selisih Tarif