• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN HASIL KERJA PRAKTEK

3.1.1 Pengertian Anggaran

Untuk mendapatkan pengertian anggaran yang lebih jelas dan tepat, dibawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian anggaran yang dinyatakan oleh para ahli di antaranya :

Menurut Gunawan Adisaputro dan Marwan Asri (2003; 6) :

Business Budget adalah suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan”.

Menurut Munandar (2001; 1)

“Anggaran ialah Suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan, yang dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu tertentu di masa yang akan datang”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran tidak bisa dipisahkan dari fungsi manajemen karena anggaran merupakan alat bantu bagi manajemen dalam melakukan fungsinya. Juga merupakan pedoman di dalam usaha pencapaian tujuan di masa yang akan datang, sebagai rencana dengan sasaran tertentu, anggaran membandingkan hasil yang dicapai dengan rencana yang merupakan dasar pengendalian, pengkoordinasian kegiatan-kegiatan dari seluruh bagian-bagian yang ada dalam perusahaan. Dengan adanya suatu rencana

maka seluruh kegiatan yang ada saling menunjang secara bersama menuju sasaran yang telah ditetapkan.

3.1.1.1 Fungsi Anggaran

Menurut R.A. Supriyono (2001; 83) anggaran mempunyai beberapa macam fungsi atau manfaat antara lain adalah :

1. Fungsi perencanaan, proses di mana setelah tujuan ditentukan maka terhadap perencanaan berikutnya adalah penentuan strategi pokok yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut. Tahap perencanaan selanjutnya adalah penyusunan program, kemudian tahap akhir perencanaan adalah penyusunan anggaran untuk setiap pusat pertanggung jawaban untuk melaksanakan program dalam jangka pendek, umumnya satu tahun.

2. Fungsi koordinasi, yaitu di mana anggaran berfungsi sebagai alat untuk mengkoordinasikan rencana dan tindakan berbagai unit atau segmen yang ada di dalam organisasi agar dapat bekerja selaras kea rah pencapaian tujuan.

3. Fungsi komunikasi, yaitu apabila dalam penyusunan anggaran berbagai unit dan tingkat organisasi berkomunikasi dan berperan serta dalam proses anggaran. Selanjutnya setiap orang yang bertanggung jawab terhadap anggaran harus dinilai prestasinya melalui laporan periodik.

4. Fungsi motivasi, yaitu apabila anggaran berfungsi sebagai alat untuk memotivasi para pelaksana di dalam melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.

5. Fungsi pengendalian dan evaluasi, yaitu di mana anggaran dapat berfungsi pula sebagai alat pengendalian karena anggaran yang sudah disetujui

merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperan serta di dalam anggaran tersebut.

6. Fungsi pendidikan, yaitu apabila anggaran berfungsi sebagaimana bekerja secara rinci pada pusat pertanggungjawaban lain di dalam organisasi yang bersangkutan.

3.1.1.2 Macam-macam Anggaran

Menurut R.A Supriyono (2001; 440), bahwa dari segi penyusunannya anggaran tahunan dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :

1) Anggaran Tetap

Anggaran tetap atau anggaran statis adalah anggaran yang penyusunannya hanya didasarkan kepada estimasi suatu tingkatan kegiatan yang sifatnya konstan yang akan dicapai oleh perusahaan untuk periode tertentu yang akan datang.

2) Anggaran Fleksibel

Anggaran fleksibel atau anggaran skala turun naik adalah anggaran yang penyusunannya didasarkan deret atau seri tingkatan yang mungkin dicapai perusahaan untuk periode yang akan datang. Penyusunan anggaran fleksibel akan lebih sulit daripada penyusunan tetap, karena harus memisahkan biaya yang dianggarkan menjadi biaya tetap dan biaya variable.

Keunggulan terletak pada dua hal :

1) Anggaran fleksibel dapat dicapai sebagai alat perencanaan laba dengan lebih baik, yaitu melalui analisa hubungan biaya – volume laba.

2) Anggaran fleksibel dapat digunakan untuk menganalisis penyimpangan biaya dengan lebih baik.

3.1.1.3 Syarat Penyusunan dan Pelaksanaan Anggaran yang Baik

Agar anggaran dapat memberikan manfaat bagi perusahaan, menurut R.A Supriyono (2001; 95), harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Adanya organisasi yang sehat

Organisasi yang sehat adalah organisasi yang membagi tugas fungsional dengan jelas dan menentukan garis wewenang dan tanggung jawab yang tegas.

2. Adanya sistem akuntansi dana yang memadai Sistem akuntansi yang memadai adalah :

a) Penggolongan rekening yang sama antara anggaran dan realisasinya, sehingga dapat dibandingkan dan dihitung penyimpangannya.

b) Pencatatan akuntansi memberikan informasi mengenai realisasi anggaran.

c) Laporan didasarkan pada akuntansi pertanggungjawaban. 3. Adanya penelitian dan analisis

Penelitian dan analisis diperlukan sebagai alat pengukur prestasi, sehingga anggaran dapat dipakai untuk menganalisis prestasi.

4. Adanya dukungan dari pelaksana

Anggaran dapat dipakai sebagai alat yang baik bagi manajemen. Jika ada dukungan antara para pelaksana dari tingkat atas maupun bawah.

3.1.2 Kas

Kas merupakan aktiva yang paling liquid (lancar) dalam kelompok aktiva lancar. Dalam kenyataannya pos ini termasuk aktiva yang paling sering mengalami perubahan, hal ini disebabkan karena hampir sebagian besar transaksi yang dilakukan perusahaan mempengaruhi jumlah kas. Kas yang diperoleh perusahaan berasal dari penjualan baik tunai maupun kredit dan penagihan piutang perusahaan, sedangkan pengeluaran kas terjadi akibat adanya pembayaran untuk bermacam-macam hal dalam operasinya.

Kas adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan umum perusahaan. Beberapa ahli berpendapat tentang pengertian kas, diantaranya sebagai berikut :

Pengertian kas menurut Abas Kartadinata (2000; 154) adalah sebagai berikut :

Cash terdiri dari uang tunai dan uang di bank atau demand deposit. Dengan demand deposit dimaksudkan simpanan uang di bank dalam bentuk rekening giro yang setiap saat dapat diambil”.

Sedangkan menurut Abubakar Arif dan Wibowo (2004; 20) menyatakan pengertian kas sebagai berikut :

“Kas adalah asset yang paling lancer (likuid) yang setiap saat dapat digunakan untuk keperluan kegiatan perusahaan tanpa adanya pembatasan-pembatasan”.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kas adalah uang tunai dan uang di bank dalam bentuk giro yang setiap saat dapat diambil, kas juga merupakan asset yang paling lancar yang dapat dipergunakan setiap saat untuk kegiatan perusahaan tanpa adanya pembatasan.

3.1.2.2 Alasan Memiliki Kas

Menurut Abas Kartadinata (2000; 154), terdapat tiga motif utama mengapa suatu perusahaan atau perorangan menyimpan kas, yaitu terdiri dari :

1. Kebutuhan untuk transaksi (Transaction Needs or Transaction Motive ) Suatu perusahaan memerlukan kas untuk melaksanakan usahanya sehari-hari, karena tingkat usaha perusahaan mempengaruhi tingkat modal kerja, tingkat kegiatan itupun tentunya akan mempengaruhi tingkat kas yang dibutuhkan. Bilamana penjualan naik, perusahaan akan menerima kas yang lebih besar dari para pelanggan. Akan tetapi, pengeluaran untuk pembelian

bahan-bahan, pembayaran upah dan biaya juga akan meningkat. Adanya kas yang cukup untuk menutup transaksi-transaksi ini akan memungkinkan perusahaan melunasi kewajiban- kewajiban pada jatuh tempo.

2. Kebutuhan untuk pengeluaran tak terduga (Contingency Needs or Precautionary motive )

Motif berjaga-jaga untuk menahan kas erat hubungannya dengan taksiran-taksiran penerimaan dan pengeluaran uang di masa yang akan datang. Bilamana uang masuk diperkirakan akan cukup tinggi, tidak untuk menyimpan kas yang terlalu besar untuk motif berjaga-jaga. Salah satu alternatif lain untuk menutup kebutuhan pengeluaran yang tidak diduga adalah menyimpan surat-surat berharga yang dapat diuangkan seketika. 3. Kebutuhan untuk mempergunakan kesempatan yang ada (Opportunity

Needs or Speculation Motive)

Menyimpan kas dengan motif spekulasi menyangkut penggunaan kesempatan untuk menarik keuntungan karena perusahaan mempunyai kas yang cukup. Misalnya perusahaan supplier mempunyai kelebihan persediaan tersebut di bawah harga dan jika perusahaan mempunyai cukup kas, perusahaan memperoleh kesempatan membeli bahan-bahan dengan harga yang murah, sehingga dapat melakukan penghematan dan memperoleh tambahan laba dari penjualan produk jadi nanti.

3.1.3 Anggaran Belanja

Anggaran belanja mununjukkan arus uang masuk dan keluar yang direncanakan dan posisi terakhir pada periode tertentu, misalnya akhir bulan. Sebagian besar perusahaan harus membuat baik rencana jangka pendek maupun

jangka panjang untuk arus uang mereka. Merencanakan arus uang masuk dan uang keluar memberikan saldo awal dan akhir kas untuk satu jangka waktu. Perencanaan arus uang masuk dan keluar akan menunjukkan kebutuhan untuk membiayai kekurangan kas yang mungkin terjadi dan kebutuhan terhadap perencanaan investasi untuk menanamkan kelebihan uang pada penggunaan yang menguntungkan. Anggaran kas secara langsung berkaitan dengan rencana lainnya, seperti rencana penjualan, anggaran piutang dan biaya, dan anggaran pengeluaran untuk pembelian barang modal.

3.1.3.1 Pengertian Anggaran Belanja

Anggaran belanja menunjukkan rencana sumber dan penggunaan kas selama tahun anggaran yang terdiri dari rencana penerimaan kas dan pengeluaran kas. Berikut ini penulis mengutip dari pendapat para ahli akuntansi mengenai anggaran kas tersebut.

Pengertian anggaran kas menurut M. Munandar (2000; 311), adalah : “Budget yang merencanakan lebih terperinci tentang jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke waktu selama periode yang akan datang, baik berupa penerimaan kas maupun perubahan berupa pengeluaran kas”.

Selanjutnya menurut Ellen Christina dkk (2001; 187), adalah :

“Anggaran kas menunjukkan rencana sumber dan penggunaan kas selama tahun anggaran yang terdiri dari rencana penerimaan kas (aliran kas masuk) dan perencanaan pengeluaran kas (aliran kas keluar) ”.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa anggaran kas mencakup dua sektor, yaitu :

1. Sektor penerimaan kas yang pada umumnya berasal dari penjualan tunai, penagihan piutang, penjualan aktiva tetap dan penerimaan lainnya (non operating).

2. Sektor pengeluaran kas yang pada umumnya berupa pengeluaran biaya-biaya, baik biaya utama (operating) maupun bukan biaya utama (non operating).

Sedangkan menurut Lukman Syamsudin (2000; 123) anggaran kas adalah : “Anggaran kas adalah suatu alat yang dapat dipergunakan manajer keuangan untuk meramalkan atau memperkirakan kebutuhan-kebutuhan dana jangka pendek dan untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan uang kas selama periode budget”.

Sejalan dengan pengertian anggaran kas di atas dapat dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan anggaran kas adalah :

1. Anggaran kas merupakan suatu proyeksi dari arus kas masuk, arus kas keluar dan sebagai alat pengendalian kas.

2. Anggaran kas merupakan rencana aktivitas atau kegiatan yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

3. Anggaran kas menggambarkan perubahan jumlah kas yaitu perubahan berupa penerimaan dan pengeluaran kas.

3.1.3.2 Manfaat Anggaran Kas Belanja

Secara umum semua anggaran termasuk anggaran kas mempunyai tiga kegunaan pokok, menurut Munandar (2000; 10), manfaat anggaran kas adalah :

Berfungsi sebagai pedoman kerja yang memberikan arah serta sekaligus memberikan target-target yang harus dicapai oleh kegiatan-kegiatan perusahaan di waktu yang akan datang.

2. Sebagai alat pengkoordinasian kerja

Berfungsi sebagai alat pengkoordinasian kerja agar semua bagian-bagian yang terdapat dalam perusahaan dapat menunjang, saling bekerjasama untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.

3. Sebagai alat pengawasan kerja

Berfungsi sebagai tolok ukur, sebagai alat pembanding untuk menilai (evaluasi) realisasi kegiatan perusahaan nanti. Dengan membandingkan apa yang dicapai oleh realisasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan, dapat dinilai apakah suatu perusahaan telah sukses bekerja atau kurang sukses bekerja. Dari perbandingan semula dapat juga diketahui sebab-sebab penyimpangan antara anggaran dan realisasinya.

3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek

Dalam melaksanakan kerja praktek di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HIKMAH Kabupaten Majalengka pada bagian keuangan, penulis langsung melakukan observasi dan wawancara langsung pada pemegang kas dan kasir serta pihak lainnya yang terlibat dalam anggaran kas.

Kegiatan yang penulis lakukan pada saat berlangsung kerja praktek adalah sebagai berikut :

1. Melakukan kegiatan rutin yang dilakukan di bagian keuangan, seperti mengklasifikasikan nota dan kwitansi sesuai dengan koderingnya, member cap pada kwitansi yang sudah diverifikasi, dan kegiatan rutin lainnya. 2. Melakukan pengamatan langsung bagaimana anggaran kas tersebut

3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek

Berdasarkan data-data yang didapatkan oleh penulis dari kuliah kerja praktek, maka penulis dapat memberikan penjelasan tentang anggaran kas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HIKMAH Kabupaten Majalengka.

3.3.1 Prosedur Penyusunan Anggaran Belanja Rutin pada KPRI HIKMAH Majalengka

Anggaran kas yang disusun oleh Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) HIKMAH Kabupaten Majalengka mempunyai fungsi sebagai pedoman arah kegiatan, alat koordinasi, alat penentu prioritas dan juga alat pengendalian.

Proses penyusunan anggaran kas terbagi ke dalam dua pendekatan yaitu : 1. Pendekatan Top Down

Dalam pendekatan ini anggaran ditetapkan oleh direksi (manajemen puncak) kemudian secara hierarki dijabarkan ke masing-masing direktorat dan selanjutnya sampai kepada unit anggaran paling kecil.

2. Pendekatan Bottom Up

Pendekatan ini biasanya disebut sebagai participative budget yaitu penyusunan anggaran melalui konsultasi dan kesepakatan antara pimpinan puncak dengan pimpinan pada semua tingkatan manajemen yang bertanggungjawab pada pelaksanaan anggaran perusahaan.

Adapun tujuan digunakannya perpaduan antara kedua pendekatan tersebut sebagai berikut :

1. Agar semua tingkatan yang ada di manajemen mempunyai komitmen terhadap anggaran tersebut.

2. Anggaran sebagai alat pengendalian, agar setiap unit dalam organisasi dapat berjalan dengan baik.

3. Kebijaksanaan manajemen dalam menentukan sasaran dan tujuan perusahaan dapat dijabarkan pada anggaran yang akan disusun.

Tahapan-tahapan dalam penyusunan anggaran kas pada KPRI HIKMAH Kabupaten Majalengka adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Anggaran Kas

Para pengurus koperasi mengadakan rapat untuk merencanakan anggaran kas untuk periode yang akan datang. Dengan melihat anggaran kas tahun sebelumnya sebagai acuan untuk penyusunan anggaran kas yang akan datang.

2. Usulan Anggaran kas

Para pengurus mengadakan rapat dengan kepala bagian koperasi untuk memberitahukan tentang rancangan anggaran kas yang telah di rencanakan untuk periode yang akan datang.

3. Pengesahan oleh anggota

Atas usulan yang telah diusulkan oleh pengurus, maka pengurus mengadakan pra rapat dengan para anggota. Setelah mendapat persetujuan dari pra rapat selanjutnya diadakan rapat pengesahaan dengan semua anggota koperasi.

3.3.2 Pelaksanaan Anggaran Belanja Rutin pada KPRI HIKMAH Majalengka

Pelaksanaan anggaran kas merupakan hal yang sangat penting di dalam pengendalian kas koperasi. Laporan pelaksanaan anggaran kas merupakan informasi penting bagi manajemen untuk mengevaluasi hasil-hasil yang telah ditetapkan sebelumnya. Pelaksanaan anggaran kas disusun per periode, dari laporan ini manajemen memperoleh informasi mengenai realisasi anggaran.

Agar pelaporan pelaksanaan dapat berfungsi secara efektif, maka perlu diperhatikan kriteria pelaporan sebagai berikut :

1. Penggunaan Konsep Pertanggungjawaban

Agar pelaporan pelaksanaan memberikan manfaat bagi manajemen dalam pengambilan keputusan, maka laporan tersebut harus disajikan pada saat yang tepat sesuai dengan waktu yang ditentukan.

2. Dapat dibandingkan

Yaitu membandingkan rencana penerimaan dan pengeluaran kas pada KPRI HIKMAH Majalengka sehingga dari perbandingan tersebut koperasi dapat mengetahui apakah koperasi telah mencapai target yang diharapkan atau belum mencapai target tersebut. Dan dari hasil perbandingan tersebut juga berguna untuk membuat rencana periode berikutnya.

3. Pelaporan sebaiknya semakin ringkas untuk manajemen yang semakin tinggi.

Pada KPRI HIKMAH Majalengka pelaksanaan anggaran kas disusun mulai dari manajemen tingkat bawah sampai tingkat atas dan bentuk penyajiannya berupa perbandingan antara anggaran kas dan realisasinya. 4. Laporan sebaiknya mencakup keterangan dan interprestasi dari pembuat

laporan, laporan pelaksanaan harus dapat dimengerti. Laporan yang dibuat oleh KPRI HIKMAH Majalengka telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan, sehingga para pemakai laporan dapat memahami tentang isi dari laporan tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa KPRI HIKMAH Majalengka telah memenuhi kriteria yang telah disebutkan di atas. Dengan demikian pelaksanaan anggaran kas yang dihasilkan dapat disajikan sebagai suatu alat yang sangat penting dalam penyusunan anggaran kas.

Rencana kerja dan anggaran kas koperasi merupakan penjabaran dari rencana jangka panjang pada KPRI HIKMAH Majalengka yang terdiri dari program kegiatan dan menjadi acuan atau pedoman perencanaan kegiatan koperasi serta rencana anggaran kas untuk kurun waktu satu tahun.

3.3.3 Realisasi Anggaran Belanja Rutin pada KPRI HIKMAH Majalengka Realisasi anggaran kas merupakan pelaksanaan atas anggaran yang telah disusun sebelumnya. Anggaran kas yang telah ditentukan perlu dilakukan pengawasan, untuk pengawasan tiap manajer dalam suatu perusahaan membuat laporan realisasi anggaran kas.

Evaluasi anggaran kas yang dilakukan KPRI HIKMAH yaitu dengan cara membandingkan antara realisasi dengan anggaran. Berikut ini disajikan data realisasi dan anggaran kas beserta perubahannya periode tahun 2008.

Tabel 3.1

Anggaran dan Realisasi Belanja KPRI HIKMAH Majalengka

Tahun 2008

(dalam ribuan rupiah)

URAIAN TAHUN 2008 PERSENTASI

(%) PROGRAM REALISASI SALDO AWAL PENERIMAAN Pendapatan Jasa Laba Barang Laba Aula

Komisi Pemb. Barang SHU Penyertaan PKPRI Jasa BPD

Jasa Britama Jasa Tab. BNI Jasa Takop BKE Jasa Giro Mega

Jumlah Penerimaan 43.163.572 1.345.832.483 12.500.000 17.000.000 300.000 1.000.000 8.852.704 0 0 0 0 42.654.850 1.318.463.530 26.982.316 21.325.000 300.000 886.100 2.758.560 2.176.902 846 2.063.030 1.384.975 98,83 97,97 215,05 125,44 100,00 88,61 31,17 0,00 0,00 0,00 0,00 1.385.485.187 1.376.341.259 99,35

PENGELUARAN Pemasaran

Karyawan

Perawatan Gedung Biaya Keuangan

Organisasi dan Pembinaan Biaya Administrasi

Penyusutan dan Penghapusan Biaya Kendaraan

Biaya Non Operasi

1.800.000 70.100.000 15.200.000 599.131.845 82.880.000 13.100.000 446.000 73.956.000 10.319.444 489.064.767 90.069.700 10.384.400 24,78 105,5 67,90 81,63 108,69 79,28 101.700.000 1.500.000 451.425.000 106.843.448 0 526.707.500 105,05 0,00 116,67 Jumlah Pengeluaran PENAMBAHAN/PENGURANGAN KAS SALDO AKHIR 1.336.816.845 1.307.791.259 97,83 48.668.342 91.831.914 68.550.000 111.204.850 140,85 121,09 Sumber : RAT KPRI HIKMAH Tahun Buku 2008

Realisasi saldo akhir kas tahun 2008 sebesar Rp. 111.204.850,- atau 121.09 % terhadap anggaran sebesar Rp. 91.831.914,- dengan penambahan kas sebesar Rp. 68.550.000,- yang dapat diuraikan sebagai berilut :

1. Penerimaan Kas

Realisasi penerimaan kas sebesar Rp. 1.376.341.259,- atau 99,35 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 1.385.485.187,-. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari pendapatan jasa sebesar Rp. 1.318.463.530,- atau 97,97 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 1.345.832.483,-.

2) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari laba barang sebesar Rp. 26.982.316,- atau 215,05 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 12.500.000,-.

3) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari laba aula sebesar Rp. 21.325.000,- atau 125,44 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 17.000.000,-.

4) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari komisi pembelian barang sebesar Rp. 300.000,- atau 100 % terhadap anggarannya sebesar Rp300.000,-.

5) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari SHU penyertaan PKPRI sebesar Rp. 886.100,- atau 88,61 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 1.000.000,-.

6) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari jasa BPD sebesar Rp. 2.758.560,- atau 31,17 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 8.852.704,-.

7) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari jasa Britama tidak dianggarkan namun terealisasi sebesar Rp. 2.176.902,-.

8) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari jasa tabungan BNI tidak dianggarkan namun terealisasi sebesar Rp. 846,-.

9) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari jasa takop BKE tidak dianggarkan namun terealisasi sebesar Rp. 2.063.030,-.

10) Realisasi penerimaan kas yang berasal dari jasa giro Mega tidak dianggarkan namun terealisasi sebesar Rp. 1.384.975,-.

2. Pengeluaran Kas

Realisasi pengeluaran kas sebesar Rp. 1.307.791.259,- atau 97,83 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 1.336.816.845,-. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya pemasaran sebesar Rp. 446.000,- atau 24,78 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 1.800.000,-. 2) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya karyawan sebesar Rp.73.956.000,- atau 105,05 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 70.100.000,-.

3) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya perawatan bangunan sebesar Rp.10.319.444,- atau 67,90 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 15.200.000,-.

4) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya keuangan sebesar Rp. 489.064.767,- atau 81.63 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 599.131.845,-.

5) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya organisasi dan pembelian sebesar Rp. 90.069.700,- atau 108,69 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 82.880.000,-.

6) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya Administrasi sebesar Rp.10.384.400,- atau 79,28 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 13.100.000,-.

7) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya penyusutan dan penghapusan sebesar Rp. 106.843.448,- atau 105,05 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 101.700.000,-.

8) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya kendaraan tidak terealisasi namun dianggarkan sebesar Rp. 1.500.000,-.

9) Realisasi pengeluaran kas untuk biaya non operasi sebesar Rp. 526.707.500,- atau 116,67 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 451.425.000,-.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan peninjauan terhadap prosedur penyusunan anggaran kas dan berbagai faktor yang mempengaruhi anggaran kas di KPRI HIKMAH Kabupaten Majalengka, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur penyusunan anggaran kas pada KPRI HIKMAH yang digunakan sangat bagus karena telah mencerminkan adanya pembagian tugas dan wewenang pada setiap bagian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Penyusunan anggaran kas dilakukan oleh pengurus koperasi yang bertanggung jawab terhadap anggota koperasi. Tahapan dalam penyusunan anggaran di antaranya Perencanaan Anggaran koperasi yang oleh pengurus disampaikan kepada kepala bagian koperasi selanjutnya diajukan kepada anggota koperasi untuk disahkan.

2. Pelaksanaan anggaran kas pada KPRI HIKMAH telah sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh pengurus, anggaran kas disusun secara tahunan dan realisasi anggaran kas pelaksanaannya dilakukan per tahun. Dengan disusunnya laporan anggaran kas pada KPRI HIKMAH dapat membandingkan antara yang dianggarkan dengan hasil yang dicapai atau direalisasikan.

3. Realisasi saldo akhir anggaran kas pada tahun 2008 sebesar Rp. 112.204.850,- atau 121,09 % terhadap anggarannya sebesar Rp. 91.831.914,-. Realisasinya lebih besar daripada anggaran yang telah di anggarkan, sehingga perlu adanya penambahan kas sebesar Rp. 68.550.000,-.

4.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan dari Hasil Kerja Praktek adalah dalam realisasinya terkadang melebihi anggaran yang di rencanakan, agar hal tersebut tidak terjadi maka komite anggaran harus merancang anggaran secara sistematis agar tidak melebihi anggaran yang di tetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan, 2003. Anggaran Perusahaan, Edisi 2003/2004, Yogyakarta : BPFE.

Budisantoso, Totok dan Sigit Triandaru, 2006 , Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi kedua, Jakarta : Salemba Empat.

Christina, Ellen, M. Fuad, Sugiarto, dan Edy Sukarna, 2001. Anggaran

Perusahaan Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Firdaus, Rachmat dan Maya Ariyanti, 2004, Manajemen Perkreditan Bank Umum, Edisi Kedua, Bandung : Alfabeta.

Kantor Pusat Perum Pegadaian, 2004, Pedoman Operasional Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA), Jakarta.

Kasmir, 2005, Dasar-dasar Perbankan, Edisi Keempat, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Munandar, M, 2001. Budgetting : Perencanaan Kerja, Pengkoordinasian Kerja, dan Pengawasan Kerja, Edisi kesatu, Cetakan kedua belas. Yogyakarta : BPFE.

R. A., Supriyono, 2001. Akuntansi Manajemen, Edisi pertama, Cetakan pertama. Yogyakarta : Penerbit BPFE.

Sastradipoera, Komarudin, 2004, Strategi Manajemen Bisnis Perbankan, Konsep dan Implementasi untuk Bersaing, Bandung : Kappa-Sigma.

Dokumen terkait