• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.7 Sistematika Pembahasan

2.1.1 Pengertian Arsitektur Vernakular

Arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh dan berkembang dari

arsitektur rakyat. Arsitektur vernakular berdasarkan pada local knowledge, local

material, local technology, yang erat dengan elemen yang berbau mitos, berdasarkan cara hidup dan kepercayaan masyarakat setempat. Arsitektur

vernakular dibangun oleh warga setempat berdasarkan pengalaman, merupakan

jawaban atas seting lingkungan tempat bangunan tersebut berada. Arsitektur

vernakular tidak hanya berupa produk tetapi juga proses, lebih kepada konsep

dari pada materi.

Arsitektur vernakular diidentikkan dengan jenis arsitektur yang

berkembang tanpa bantuan arsitek dan merupakan jawaban adaptif dari manusia

lokal untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Bila cara ini berlangsung

berulang-ulang melalui ajaran dari mulut ke mulut, maka akan menjadi tradisi.

Masyarakat asli yang membangun arsitektur vernakular merupakan masyarakat

yang cerdas dimana mereka belajar dari pengalaman untuk membangun sebuah

bangunan yang dapat beradaptasi dengan lingkungannya.

Kata vernakular itu sendiri berasal dari bahasa latin vernaculus yang

berarti asli (native), sehingga arsitektur vernakular dapat diartikan sebagai

12 langgam, arsitektur vernakular merefleksikan suatu masyarakat yang akrab

dengan alamya, kepercayaannya, dan norma-normanya dengan bijaksana.

Menurut Amos Rapoport (1969) dalam buku House Form and Culture,

arsitektur vernakular adalah suatu karya arsitektur yang tumbuh dari arsitektur

rakyat dengan segala macam tradisi dan mengoptimalkan atau memanfaatkan

potensi-potensi lokal seperti; material, teknologi, dan pengetahuan.

Sedangkan arsitektur vernakular menurut Dell Upton dalam Paul Groth

(1999), mengatakan bahwa bangunan vernakular adalah bangunan biasa.

Upton menggambarkan arsitektur vernakular sebagai studi arsitektur yang polos,

dengan kasta rendah, biaya rendah, atau yang dibangun oleh kelompok

tradisional yang menggunakan budaya setempat yang abadi dan tidak berubah.

Kembali Amos Rapoport (1969) mengatakan bentuk atau model

vernakular dipengaruhi oleh enam faktor yang disebut dengan modifying factor,

yaitu, faktor bahan, faktor kontruksi, faktor teknologi, faktor iklim, faktor lahan,

dan faktor sosial-budaya.

Kingston (2003) mengatakan arsitektur vernakular yang benar adalah

tidak mengacu pada hal lain dari budaya, tetapi cenderung berkembang

mengadopsi regional dan mewujudkan budaya setempat. Karakteristik dari

arsitektur vernakular, bahwa bangunan vernakular diproduksi oleh seorang

individu untuk digunakan sendiri, atau bersifat lokal, kontraktor/pembangun

biasanya anonim dengan menggunakan formula atau aturan dari tradisi yang

diadaptasi secara lokal .

Sedangkan Paul Groth (1999) menyebutkan terdapat beberapa

karakterisasi arsitektur vernakular, yaitu; Bentuk keseharian akrab dengan

13 disekitarnya untuk diaplikasi pada fungsi bangunan; Arsitektur vernakular sering

mengasumsikan suatu arti kepentingan dari kehidupan sehari-hari orang biasa,

dapat dikatakan tidak termasuk bangunan yang dirancang secara professional.

Sedangkan beberapa ahli lain berpendapat (Nindyo, dkk. 2007) bahwa

arsitektur vernakular adalah:

1. Menurut Sumalyo (2006), vernakular artinya adalah bahasa setempat.

Dalam arsitektur istilah ini untuk meyebut bentuk-bentuk yang

menerapkan unsur-unsur budaya, lingkungan, termasuk iklim setempat

yang diungkapkan dalam bentuk fisik arsitektural.

2. Menurut Prijotomo (2000), arsitektur vernakular mendasarkan

pemahamannya atas arsitektur anak bangsa yang mencakup kenyataan

geoklimatik dan kenyataan tradisi tanpa tulisan.

3. Menurut Mete (1990), arsitektur vernakular adalah arsitektur yang tumbuh

dan berkembang dari arsitektur rakyat yang lahir dari masyarakat etnik

dan berakar pada tradisi etnik, serta dibangun oleh tukang berdasarkan

pengalaman dengan menggunakan teknik dan material lokal dan

merupakan jawaban seting lingkungan tempat bangunan berada.

Perancang memiliki kedudukan yang penting dalam suatu proses

merancang arsitektur, begitu pula dalam arsitektur vernakular, proses merancang

arsitektur vernakular dilandasi oleh pemikiran rasional dan spiritual dimana

masyarakat menghargai perancangnya sebagai tokoh yang menempa diri untuk

memperdalam ilmu rancang bangun dan memperkayanya dengan pengalaman

14 Wiranto (1999), mengatakan bahwa pada awalnya terdapat arsitektur

rakyat yang dibentuk oleh faktor norma, adat, iklim, budaya, dan potensi bahan

setempat serta secara langsung mendapatkan pengakuan masyarakatnya.

Arsitektur rakyat yang dirancang oleh dan untuk masyarakat tersebut

mengandung muatan local genius dan nilai jati diri yang mampu menampilkan

rona asli, sangat dekat dengan budaya lokal dan pada umumnya tumbuh dari

masyarakat kecil.

Arsitektur vernakular bukanlah barang seperti gudang atau rumah

sederhana saja dan tidak dapat selalu diukur (Susan Garfinkel, 2007). Dalam

vernakular terdapat aspek penting dan saling tergantung itu yang merupakan

bahasa daerah. Suatu "bahasa daerah" adalah bersifat lokal, bersama, dan

keseharian. Persyaratan tersebut menyatakan bahwa arsitektur vernakular

adalah sesuai dengan kebutuhan lokal, karenanya hampir semua kasus

bangunan vernakular adalah mewujudkan masalah lokalitas. Tapi "lokal" juga

menunjukkan sebuah komunitas yang merupakan bagian dari struktur arsitektur

vernakular yang timbul dari konteks budaya dan membutuhkan sekelompok

orang, masa lalu atau sekarang, yang semuanya memiliki banyak kesamaan

(Susan Garfinkel, 2007).

Disebutkan karya yang kontekstual tidak selalu vernakular. Sebagai

contoh karya Charles Moore (Sea Ranch, California) dan Robert Venturi (rumah

Wislocki di Cape Cod), misalnya, menggunakan fitur serupa, bahan, dan teknik

massa hunian vernakular di wilayah tersebut, tetapi proses desain dan nilai

adalah jauh berbeda. Karya-karya tersebut mempromosikan konsep

15 atau melupakan tentang bagaimana cara/proses merancang yang sebenarnya

(Kingston Wm. Heath, 2003).

Arsitektur vernakular sangat mengoptimalkan potensi atau budaya lokal,

maka suatu bangunan yang berkonsep vernakular sangat mempertimbangkan

kelestarian lingkungan sehingga juga bersifat sustainable architecture. Arsitektur

vernakular ditemukan secara trial and error oleh rakyat itu sendiri (Salmon Priaji

Martana, 2006).

Dengan demikian, arsitektur vernakular yang merupakan pengembangan

dari arsitektur rakyat memiliki nilai ekologis, arsitektonis, dan alami karena

mengacu pada kondisi dan potensi iklim, budaya, masyarakat, dan

lingkungannya.

Dokumen terkait