• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Asuransi Jiwa

1) Pengertian Asuransi Jiwa

Menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima atau menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain dan memeperoleh keuntungan dengan berbagi risiko diantara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahaan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.9 Menurut Undang-Undang No.2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian, asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima sejumlah premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian,kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti atau

9

Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoretis dan Praktis. (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 59.

untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.10

Menurut sudut pandang bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima atau menjual jasa, pemindahaan risiko dari pihak lain dan memeperoleh keuntungan dengan berbagi risiko diantara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang sosial asuransi sebagai sebuah organisasi sosial yang menerima pemindahaan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota asuransi tersebut.11 Tujuan asuransi pada dasarnya adalah mengalihkan resiko yang ditimbulkan oleh peristiwa-peristiwa yang tidak diharapkan kepada orang lain yang bersedia mengambil resiko itu dengan mengganti kerugian yang dideritanya.12 2. Pengertian Asuransi Syariah

Asuransi syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) dalam Fatwa DSN MUI adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong di antara

sejumlah orang atau pihak melalui investasi dalam bentuk aset atau tabarru’

yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu memalui akad (perkataan) yang sesuai dengan syariah. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud adalah yang tidak mengandung gharar

10

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007) Cetakan. Ke-4 hlm. 19

11

Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoretis dan Praktis. (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 59.

12

(penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat. 13

Asuransi syariah jelas memiliki perbedaan dengan asuransi konvensional. Letak perbedaan antara asuransi syariah dan asuransi konvensional pada bagaimana resiko itu dikelola dan ditanggung, dan bagaimana dana asuransi syariah itu dikelola. Perbedaan yang lebih jelas adalah pada hubungan antara operator (pada asuransi konvensional istilah yang dipakai penanggung) dengan peserta (pada asuransi konvensional istilah yang dipakai untuk tertanggung). Menurut Fatwa DSN No.21/ DSN-MUI/III/2002 tentang asuransi syariah, yaitu usaha saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi berbentuk asset dan tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.14 Di dalam konsep Asuransi Syariah dikenal dengan istilah Al- aqilah adalah saling memikul atau bertanggung jawab untuk anggota keluarganya. Menerangkan bahwa jika salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku yang lain, keluarga korban akan dibayar sejumlah uang darah

(diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara

13

Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, (Jakarta: PT Intermasa, 2003), Edisi Kedua, hlm. 129-140.

14

Ahmad Azhar Basyir, Takaful Sebagai Alternatif Asuransi Islam, Ulumul Qur’an 2/ VII/ 96,

terdekat pembunuh tersebut yang disebut aqilah. Aqilahlah yang membayar uang darah atas nama pembunuh.

Landasan hukum asuransi syariah yaitu menurut Al-Qur’an dan Al

-Hadis dimana landasan hukum bertumpu pada konsep wa ta’awun’ alal

birri wat taqwa (tolong-menolong dalam kebaikan dan taqwa), dan At-tamin

yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang menjamin dan menanggung resiko satu sama lainnya. 15

B. Asuransi Jiwa

1. Pengertian Asuransi Jiwa

Dalam asuransi jiwa yang dipertanggungkan ialah yang disebabkan oleh kematian. Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. Resiko yang mungkin timbul pada asuransi jiwa terletak pada unsur waktu. Oleh karena itu, sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil resiko maka diperlukannya sebuah pertanggungan.

Asuransi jiwa adalah asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap financial tak terduga yang disebabkan karena meninggal atau hidupnya terlalu lama. Banyak contoh yang dapat kita ambil dari kehidupan nyata seperti salah satunya meninggal dunia. Kita tidak dapat menghindar

15

Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2007) Cet. Ke 4 hlm. 19

dari ajal yang terus membayangi dimanapun dan kapanpun kita berada. Jika kita sebagai tulang punggung keluarga kita dapat mengurangi resiko tersebut apabila kita meninggal dunia yaitu dengan meninggalkan warisan yang dapat digunakan keturunan kita dalam melanjutkan kehidupannya. Dengan ancaman dan resiko yang selalu membayangi kita, seharusnya kita menjadi lebih faham dan dapat bersikap lebih bijak. Asuransi adalah salah satu solusinya.16

Kebutuhan Asuransi di tiap tahap kehidupan,

kebutuhan asuransi setiap orang dalam tahap kehidupan akan berubah seiring waktu. Pada saat masih muda asuransi jiwa dipandang kurang perlu, akan tetapi pada saat mulai memasuki gerbang pernikahan dimana biaya kebutuhan hidup semakin meningkat dan tanggung jawab terhadap keluarga sangat dibutuhkan, maka kebutuhan akan asuransi pun meningkat, kemudian ketika tanggung jawab anda mulai berkurang, anak-anak anda sudah mandiri dan kekayaan anda terkumpul maka kebutuhan asuransi kembali menurun. Ketika anda masih lajang, memiliki pekerjaan dan mampu hidup mandiri, anda tidak lagi tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhan keuangan. Pada banyak kasus, kematian anda tidak akan menciptakan kesulitan bagi orang lain. Pada masa lajang ini Asuransi jiwa bukanlah prioritas. Namun beberapa penasehat keuangan

16Ryandhika Vistara, “Mengapa Kita Harus Berasuransi” artikel diakses pada 11 September 2014 dari www.ryandhikavistara.com/…pa-kita-harus-berasuransi

menganjurkan agar membeli asuransi jiwa pada saat ini. Hal ini dikarenakan mumpung anda masih muda dan sehat sehingga mudah untuk mendapatkan asuransi jiwa dengan premi yang rendah.

Ketika anda memiliki anak yang masih kecil, kebutuhan akan Asuransi jiwa mencapai puncaknya. Hal ini dikarenakan menyangkut masa depan anak nantinya. Pada banyak kasus dimana anda berdua bekerja mencari nafkah, jika salah satu dari anda meninggal dunia, jika pasangan yang masih hidup akan kesulitan untuk menutupi biaya kehidupan rumah tangga dan perawatan anak dengan sumber penghasilan tunggal. Asuransi jiwa sangat dibutuhkan terutama bagi keluarga yang hanya memiliki sumber penghasilan tunggal dimana penghasilannya tergantung sepenuhnya kepada satu orang. Jika pencari nafkah utama meninggal tanpa asuransi jiwa maka malapetaka keuangan akan terjadi. Pada situasi apa pun, asuransi jiwa harus dimiliki secara cukup untuk menutupi pendapatan yang hilang akibat kematian pencari nafkah keluarga. Kebutuhan akan asuransi dimasa tua ini pun mulai menurun. Namun asuransi masih sangat dibutuhkan untuk mewujudkan tujuan anda untuk masa depan misalnya untuk persiapan biaya rumah sakit, biaya pemakaman bahkan untuk mempersiapkan warisan.17

Beberapa perubahan telah terjadi pada susunan kependudukan di Amerika Serikat selama 25 tahun terakhir. Karena macam-macam

17 Tentang Asuransi Pendidikan,”Kebutuhan Asuransi ditiap Tahap” artikel diakses pada 12 September dari http://tentangasuransipendidikan.blogspot.com/2012/04/kebutuhan-asuransi-di-tiap-tahap.html

perubahan tersebut, perusahaan asuransi harus selalu melakukan reevaluasi perubahan kebutuhan nasabahnya dan mendesain produk-produk baru yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Untuk menanggapi kebutuhan-kebutuhan ini, perusahaan asuransi sedang mengembangkan lebih banyak produk yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan kebutuhan penghasilan perorangan, yang mereka butuhkan agar dapat hidup lebih lama dan menyenangkan setelah pensiun. Dalam buku yang ditulis oleh perusahaan AJB Bumi Putera, asuransi jiwa adalah perjanjian hukum antara perusahaan asuransi dengan pihak yang menggunakan asuransi. Perjanjian ini yang disebut kontrak asuransi jiwa. Bentuk fisik kontrak antara pihak penanggung (insurer) dan pihak tertanggung (insered) disebut polis asuransi jiwa. Melalui perjanjian ini, pihak tertanggung atau pemegang polis membayar sejumlah dana secara berkala inilah yang disebut premi kepada pihak penanggung (Perusahaan Asuransi Jiwa).

Untuk produk tertentu, pihak tertanggung sekaligus juga pikah penerima atau ahli waris (beneferciary). Untuk polis asuransi jiwa, pihak yang akan menerima pembayaran dari kematian pihak tertanggung (insured) adalah pihak penerima atau ahli waris yang disebut (beneficiary) yang ditentukan sendiri oleh pihak tertanggung (insured).

Dokumen terkait