TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Auditing
Pengertian Auditing menurut (Alvin A. Arens, Mark S. Beasley dan Randal J.Elder, 2011:4) Auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh seorang yang kompeten.
Pengertian Auditing Menurut (Sukrisno Agoes, 2011:1) Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh pihak manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pedapat mengenai laporan kewajaran laporan keuangan tersebut.
Pengertian Auditing menurut (Whittington, O. Ray dan Kurt Pann , 2012:4) Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan perusahaan oleh perusahaan akuntan publik yang independen. Audit terdiri dari penyelidikan mencari catatan akuntansi dan bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan, dan dengan memeriksa dokumen, mengamati aset, membuat bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur audit lain, auditor akan mengumpulkan
bukti yang diperlukan untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan kegiatan selama periode yang diaudit.
Alvin A.Arenset al (2008:4) mendefenisikan,“Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.
Sedangkan pengertian audit menurut penulis adalah proses/prosedur untuk memperoleh bukti obyektif yang dilakukan oleh auditor dengan membandingkan kesuaian infomasi yang diberikan oleh manajemen (asersi manajemen) dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan, kemudian mengkomunikasikan temuan melalui laporan audit.
1. Postulat Auditing
Postulat auditing adalah syarat penting dalam pengembangan disiplin, tidak perlu diperiksa kebenarannya lagi, sebagai dasar dalam pengambilan kesimpulan, sebagai dasar dalam membangun struktur teori dan bisa juga dimodifikasi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan defenisi diatas, dapat dikemukakan bahwa ada delapan tentatif postulat auditing:
a. Laporan dan data keuangan harus bisa diperiksa
b. Tidak ada konflik kepentingan antara auditor dan manajemen perusahaan yang diperiksa.
10
c. Laporan dan informasi keuangan yang diserahkan untuk diperiksa bebas dari kolusi dan ketidakteraturan lainnya.
d. Sistem internal control yang memuaskan dapat mengeliminasi kemungkinan ketidakteraturan dalam laporan keuangan.
e. Konsistensi penyajian laporan keuangan sesuai standar yang diterima umum sehingga laporan keuangan disajikan secara wajar.
f. Dalam hal bukti tidak jelas atau bertentangan, maka apa yang selama ini dianggap benar dalam laporan keuangan yang diperiksa akan dianggap benar sekarang dan dimasa yang akan datang.
g. Pemeriksaan yang dilakukan untuk menyampaikan pendapat yang independen, auditor harus bertindak selaku auditor.
h. Status professional dari seorang independen auditor menekankan pada tanggung jawab professional.
2. Konsep Auditing
Konsep berbeda dengan persepsi, konsep adalah bentuk abstraksi yang diambil dari pengamatan, pengalaman, ide umum yang membantu kita melihat kesamaan dan perbedaan yang dapat memudahkan dan memahami lebih baik suatu persoalan yang dibahas”
Dapat dilihat di atas apa yang telah menjadi pngertian dari sebuah konsep dapat dikemukakan bahwa ada beberapa tentative konsep auditing sebagai berikut yaitu:
Tujuan dari bukti ini iyalah untuk memperoleh pengertian, sebagai dasar untuk memberikan kesimpulan, yang dituangkan dalam pendapat auditor Bukti harus diperoleh dengan cara-cara tertentu agar dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai yang diinginkan.
b. Pelaksanaan audit yanng hati-hati (due Propesional care)
Konsep ini berdasarkan adanya issue pokok tingkat kehati-hatian yang diharapkan pada auditor yang bertanggungjawab (prudent auditor) Dalam hal ini yang dimaksud dengan tanggung jawab yaitu tanggungjawab seorang profesional dalam melaksanakan tugasnya. dengan konsep konservatif. Auditor juga seorang manusia,oleh karenanya meskipun seseorang sudah disebut sebagai auditor yang berpengalaman dan memiliki profesionalisme yang tinggi pasti juga tak luput dari kesalahan, namun sebagai seorang yang profesional ia dituntut utk dpt melaksanakan pekerjaannya dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi.
c. Penyajian Atau Pengungkapan Yang Wajar
Konsep ini menuntut adanya informasi laporan keuangan yang bebas (tidak memihak), tidak bias, dan mencerminkan posisi keuangan, hasil operasi, dan aliran kas perusahaan yang wajar.
d. Independensi
yaitu suatu sikap yang dimiliki auditor untuk tidak memihak dalam melakukan audit.Masyarakat pengguna jasa audit memandang bahwa auditor akan independen terhadap laporan keuangan yang diperiksannya, dari pembuat dan pemakai laporan-laporan keuangan.Konsep independensi berkaitan dengan independensi pada diri pribadi auditor secara individual
(practitioner-12
independence), dan independen pada seluruh auditor secara bersama-sama dalam profesi (profession-independence).
e. Etika Perilaku
Etika dalam auditing, berkaitan dengan konsep perilaku yang ideal dari seorang auditor profesional yang independen dalam melaksanakan audit.Pengguna laporan keuangan yg diaudit mengharapkan auditor untuk:
a. Melaksanakan audit dengan kompetensi teknis, integritas, independensi, dan objektivitas.
b. Mencari dan mendeteksi salah saji yang material, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja.
c. Mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan. 3. Jenis-Jenis Audit
Audit pada umumnya dibagi menjadi tiga golongan, yaitu : audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.
a. Audit Laporan Keuangan (financial statement audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan mengevaluasi bukti tentang laporan-laporan entitas dengan maksud agar dapat memberikan pendapat apakah laporan-laporan tersebut telah disajikan secara wajar sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.
b. Audit Kepatuhan (compliance audit) berkaitan dengan kegiatan memperoleh dan memeriksa bukti-bukti untuk menetapkan apakah kegiatan keuangan atau operasi suatu entitas telah sesuai dengan persyaratan, ketentuan, atau peraturan tertentu.
c. Audit Operasional (operational audit) berkaitan dengan kegiatan memperolehdan mengevaluasi bukti tentang efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi entitas dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan tertentu. Dari tiga jenis audit diatas, penulis akan membahas tentang audit laporan keuangan pada Bank Syariah dan Bank Konvensional untuk menjawab masalah dalam penelitian ini.
4. Proses Audit
Proses audit atau disebut juga tahap-tahap audit merupakan kegiatan atau langkah-langkah yang dilakukan oleh auditor mulai dari rencana audit, pelaksanaan, sampai pada penerbitan laporan akuntan. Proses audit ini perlu diketahui agar para auditor dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga ia dapat menjaga diri dari kemungkinan kesalahan fatal berupa kesalahan auditor yang dapat menimbulkan risiko audit, berupa kemungkinan terjadinya tuntutan di depan pengadilan, bahkan yang lebih fatal lagi, pencabutan izin praktek akuntan publik itu sendiri.
Adapun beberapa proses audit, ialah sebagai berikut: a. Dapatkan informasi untuk memahami situasi perusahaan
b. Nilai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat risiko yang dapat diterima dari audit yang akan dilaksanakan.
c. Nilai faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan adanya kesalahan. d. Pelajari nilai sistem pengawasan intern perusahaan.
14
f. Gabungkan hasil pengujian dan ambil kesimpulan tentang risiko seluruh tingkat pengujian.
g. Keluarkan laporan audit. 5. Bukti Audit
Bukti audit sangat mempengaruhi sifat pekerjaan audit, dimana pengumpulan dan evaluasi bukti audit merupakan inti dari audit, Bukti merupakan dasar yang objektif dan rasional untuk membentuk pendapat atau kesimpulan
Pada hakekatnya tujuan audit adalah penerbitan pernyataan intelektual dan moral yang merupakan kesaksian tertulis auditor tentang integritas pelaporan keuangan yang dikeluarkan atas dasar pemahaman dan keyakinan auditor bahwa evidential matter telah cukup dari segi kualitas dan kompetensinya sebagai pendukung laporan keuangan yang diauditnya.
B. BANK
1. Pengertian Bank
Bank Berasal dari kata italia yaitu Banco dimana yang artinya yaitu bangku, bangku inilah yang diprgunakan oleh bankir untuk melayani kegiatan operasional kepada para nasabah. Istilah bangku secara resmi dan populer dikenal menjadi Bank dimana Bank ini termasuk perusahaan Industri Jasa dimana karena produknya hanya memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.
Menurut Kasmir, (2014 : 3-4) Bank adalah sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.
Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pengertian Bank berdasarkan UU No.10 tahun 1998 yang menyempurnakan UU No. 7 tahun 1992, adalah : “Bank sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.
2. Pentingnya Bank
Bank Sangatlah penting dan berperang untuk mendorong pertumbuhan perekonomian suatu bangsa karena Bank adalah :
1. Tempat menabung yang efektif dan produktif.
2. Pelaksana dan memperlancar lalu lintas pembayaran dengan aman,praktis,dan ekonomis.
3. Penjamin Penyelesaian Perdagangan.
Dan dapat ditinjau dari segi imbalan atau jasa atas penggunaan dana, baik simpanan maupun pinjaman Bank dapat dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Bank Konvensional, yaitu bank yang aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun dalam penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan yang berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam presentase dari dana untuk suatu periode tertentu.
16
b. Bank Syariah, yaitu bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpunan dana maupun penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah, yaitu jual beli dan bagi hasil.
Sedangkan berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah:
1. Bank Konvensional, adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas:
a. Bank Umum Konvensional (BUK), adalah Bank Konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Bank Perkreditan Rakyat (BPR), adalah Bank Konvensional yang
dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Bank Syariah, adalah Bank yang menjankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah, dimana Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank Syariah menurut jenisnya teridir atas:
a. Bank Umum Syariah (BUS), adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS),adalah Bank Syariah yangdalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3. Perbedan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Tabel 2.1 Perbedaan Bank Konvensional dengan Bank Syariah
NO ITEM BANK
KONVENSIONAL BANK SYARIAH
1. Bunga Berbasis bunga Berbasis revenue/profit loss Sharing
2. Resiko Anti risk Risk sharing
3. Operasional Beroperasi dengan Pendekatan sektor keuangan, tidak terkait langsung dengan sektor riil
Beroperasi dengan pendekatan sektor riil
4. Produk Produk tunggal (kredit) Multi produk (jual beli, bagi hasil, jasa)
5. Pendapatan Pendapatan yang diterima deposan tidak terkait dengan pendapatan yang diperoleh bank dari kredit
Pendapatan yang diterima
deposan terkait langsung dengan pendapatan yang diperoleh bank dari pembiayaan
6. Negative Spread
Mengenal negative Spread
Tidak Mengenal negative Spread
7. Dasar Hukum
Bank Indonesia dan Pemerintah
Al-quran, sunnah, fatwa
ulama, Bank Indonesia dan pemerintah 8. Falsafah Berdasarkan atas bunga
(riba)
Tidak berdasarkan bunga (riba), spekulasi (maisir) dan ketidak jelasan (gharar) 9. Operasional - Dana masyarakat (dana pihak
ketiga/DPK) berupa titipan simpanan yang harus dibayar bunganya pada saat jatuh tempo.
- Penyaluran dana pada sektor yang menguntungkan, aspek halal tidak menjadi pertimbangan agama
- Dana masyarakat (dana pihak ke tiga/DPK) berupa titipan (wadiah dan investasi.
- (mudharabah) yang baru akan mendapatkan hasil jika
„diusahakan‟terlebih dahulu
- Penyaluran dana (financing) Pada usaha yang halal dan
Menguntungkan. 10. Aspek sosial Tidak diketahui secara
Tegas
Dinyatakan secara eksplisit
dan tegas yang tertuang dalam visi dan misi
18
11. Organisasi Tidak memiliki dewan pengawas syariah (DPS)
Harus memiliki dewan pengawas syariah
12. Uang Uang adalah komoditi selain sebagai alat
Pembayaran
Uang bukanlah komoditi tetapi hanyalah alat pembayaran
Sumber : Rodoni dan Hamid (2008).
4. Asas, Tujuan, dan Fungsi Bank
Bank Syariah dan Bank Konvensional memiliki asas, tujuan, dan fungsi masing-masing dalam melakukan kegiatan usahanya, Bank Syariah memiliki asas dan fungsi tambahan (fungsi sosial) yang harus memenuhi Prinsip Syariah yang berbeda dengan Bank Konvensional berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 Asas, Tujuan, dan Fungsi Bank Syariah dan Bank Konvensional.
Bank Syariah Bank Konvensional
Asas Prinsip Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.
Demokrasi ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian.
Tujuan Menunjang pelaksanaan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.
Sama
Fungsi 2
3
. Bank Syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat.
. Bank Syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu
menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat. . Bank Syariah menghimpun dana sosial yang berasal dari
wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).
1. Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai penghimpun dan penyalur dana.
2. Pelaksana kebijakan moneter. 3. Lembaga yang ikut berperan
dalam membantu
pertumbuhan ekonomi serta pemerataan.
5. Larangan Kegiatan Usaha Bank
Bank Syariah dan Bank Konvensional juga memiliki larangan Kegiatan Usaha, yang diatur dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yaitu:
Tabel 2.3 Larangan Kegiatan Usaha Bank Umum Syariah dan Konvensional
Bank Umum Sayriah Bank Umum Konvensional
1.Melakukan kegiatan Usaha yang bertentangan dengan syariah;
2. Melakukan jual beli Saham secara langsung di pasar Modal;
3. Melakukan penyertaan modal;
4. Melakukan kegiatan perasuransian, kecuali sebagai agen pemasaran Produk Asuransi Syariah
1. Melakukan Penyertaan modal.
2. Melakukan Perasuransian
3. Melakukan usaha lain diluar kegiatan Usaha
Sumber: Diolah sendiri, berdasarkan UU No. 21 Tahun 2008 dan UU No.7 Tahun 1992
6. Audit Bank
Audit Bank merupakan hal yang harus dilakukan untuk mengetahui beberapa aspek sebagai berikut:
a. Besarnya realisasi Program yang dapat dicapai atas rentabilitas laba Bank bersangkutan.
b. Fakto-faktor pendukung dan penghambat realisasi Program Bank.
c. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi dan memperbaiki kesalahan tersebut.
20