• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Bakat

Dalam dokumen TES PSIKOLOGI Tes Inteligensi dan Tes Ba (Halaman 71-75)

TES BAKAT

A. Pengertian Bakat

K

ita sering mendengar kata ‘bakat’ pada kehidupan sehari-hari, tapi ketika ada orang lain menanyakan defi nisi atau pengertian

bakat, kita kadang hanya bisa menjawab bahwa bakat itu ya bakat, minat atau kesukaan dan hobby. Dengan jawaban itu kadang orang yang bertanya hanya bisa manggut-manggut mengiyakan tentang arti atau defi nisi tersebut. Kenyataan membuktikan bahwa bakat

dapat didefi nikan sebagai kemampuan atau potensi yang dimiliki

oleh semua orang yang ada di dunia ini. Bakat adalah karunia atau pemberian Allah kepada manusia. Manusia berkewajiban untuk me - munculkan, mengasah, mengembangkan pemberian Allah terse- but. Hal ini sebagai bentuk syukur kita kepadaNya jika kita bisa mengembangkan bakat tersebut. Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang dimiliki oleh masing-masing orang/in- dividu.

Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes in- teligensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Semula IQ inilah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan

di berbagai bidang. Namun IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, jika ada dua orang mempunyai IQ yang sama, tetapi prestasi belajar atau prestasi kerjanya berbeda (Anastasi, 1988). Per- lu diketahui tes inteligensi tidak memberikan rekomendasi untuk melakukan analisis kemampuan secara diferensial. Oleh karena itu para ahli yang melakukan analisis diferensial tes inteligensi diragukan validitasnya.

Maksud dari mempelajari teori tentang bakat adalah memper- kenalkan suatu kondisi dimana menunjukkan potensi seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam suatu bidang ter- tentu, adapun tujuan dari mempelajari teori tentang bakat ini ialah mengetahui potensi dan bakat yang dimiliki seseorang sehingga arah an pengembangan dirinya lebih jelas dan terencana.

Defi nisi bakat tidak jauh berbeda dengan de nisi inteligensi,

seperti yang dikemukakan oleh Bingham dalam Bennet (1952) bah- wa bakat merupakan kondisi atau rangkaian karakteristik yang di- pandang sebagai gejala kemampuan individu untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan atau serangkaian respon melalui latih- an-latihan. Jadi bakat merupakan hasil interaksi antara hereditas dan pendidikan.

Beberapa istilah sering dipakai ketika kita berbicara tentang bakat secara spesifi k, antara lain aptitude, talent/talenta, intelligence/

kecerdasan, gifted/giftedness. Pada dasarnya istilah-istilah tersebut membawa makna bakat yang berkembang sesuai kebutuhan dan kepentingan. Namun sama-sama mengandung unsur bakat bawaan dan latihan.

Istilah bahasa Inggris bakat disebut talent. Bakat adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk mengetahui, menguasai pengetahuan khusus dengan latihan. Contoh kemampuan berbahasa inggris, kemampuan musikal. Bakat adalah memperkenalkan suatu kondisi di mana menunjukkan po-

tensi seseorang untuk menunjukkan kecakapannya dalam bidang tertentu. Perwujudan potensi ini biasanya bergantung pada ke mam - puan belajar indidividu dalam bidang tertentu, motivasi dan kesem- patan-kesempatannya untuk memanfaatkan kemampuan ini.

Defi nisi bakat yang ditegakkan dalam koridor gugus utama

umumnya mengacu pada dua pemahaman. Bakat adalah bawaan, given from God, dan bakat adalah sesuatu yang dilatih. Yakin dan percayalah bahwa setiap insan di muka bumi ini telah memiliki bakat berupa anugerah dari Sang Maha Kuasa.

Kita mengenal Empat karunia Ilahi (4 Human Endowment) atau bakat alami yakni kesadaran diri (self awareness), imajinasi (creative imagination), hati nurani (conscience) dan kehendak bebas (independent will). Tanggung jawab utama manusia sebagai penerima mandat itu adalah memberdayakan keempat bakat alami atau talenta atau karunia tersebut secara maksimal dan optimal. Sehingga hendaklah kita selalu berdo’a sebagaimana yang terdapat dalam Qur’an Surat Ali ‘Imron ayat 8 (“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya, Engkau Maha Pemberi (karunia)”.

William B. Michel mengartikan bakat sebagai kemampuan in- dividu untuk melakukan suatu tugas yang sedikit sekali tergan- tung pada latihan. Sedangkan Flanagan mengartikan bakat seba- gai kemampuan yang juga bisa diartikan sebagai keberhasilan yang dapat diprediksikan. Guilford (1959) dimensi bakat meliputi a. dimensi persepsi (ex : perhatian, orientasi waktu, etc), b. dimensi psikomotorik (ex : ketelitian, keluwesan, etc), c. dimensi intelektual (ex : memory, evaluatif, etc). Sedangkan Alex Sobur mengartikan bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan, yang relatif bisa bersifat umum.

Bakat menurut Fudyartanta (2004) adalah suatu konsistensi karakteristik yang menunjukkan kapasitas seseorang untuk me-

ngua sai suatu pengetahuan khusus (dengan latihan), ketrampilan atau serangkaian respon yang terorganisir. Bakat adalah suatu ke- mampuan khusus yang berkembang secara istimewa atau menonjol, dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan yang lain. Bakat tidak sama dengan kecerdasan, tetapi kecerdasan menjadi dasar untuk berkembangnya bakat. Kecerdasan dapat dipandang sebagai faktor umum dan bakat adalah factor khusus.

Bakat menurut Ketut (1990) adalah memperkenalkan suatu kondisi dimana menunjukkan potensi seseorang untuk mengembangkan kecakapannya dalam suatu bidang tertentu. Bakat menurut Tedja- saputra (2003) adalah tingkat kemampuan yang tinggi yang berhasil dicapai seseorang dalam ketrampilan tertentu. Menampilkan bakat diperlukan motivasi kuat yang disebut minat, yakni kebebasan se- seorang memilih segala sesuatu yang disukai (http://ashodiqin. wandpress.com/tag/incategorized).

Berdasarkan defi nisi-de nisi di atas dan seiring dengan hasil

penelitian para ahli yang menggunakan metode analisis factor ter- bukti bahwa kemampuan yang diukur tes inteligensi merupakan kemampuan yang jamak (multifaktor). Pelopor yang menggunakan analisa factor untuk menganalisis kemampuan umum (general ability) adalah Spearman yang terkenal dengan teori dua factor, kemudian diikuti Thurstone, Guilford dan Vernon.

Teori dua faktor menerangkan bahwa setiap aktivitas mental ditunjukkan oleh faktor spesifi k (s) yang berbeda. Semua faktor

spesifi k itu akan secara bersama membentuk singgle common factor

yang disebut dengan general (g). Dengan demikian maka setiap pe- rilaku akan terdiri dari faktor s yang berbeda dan faktor g yang selalu sama (Anastasi, 1988). Thurstone terkenal dengan teori primary men - tal ability. Kemampuan mental primer meliputi pemahaman verbal (V), kelancaran verbal (W), pemahaman konsep angka (N), ruang (S), ingatan asosiasi (M), kecepatan persepsi (P), induksi (I) atau pe- nalaran umum (R).

Guilford terkenal dengan teori struktural intelektual yang memandang inteligensi terdiri dari tiga dimensi, yaitu operasi, isi dan produk. Operasi ini meliputi hal-hal yang dilakukan seseorang separti kognisi, ingatan, divergen production, convergen production dan evaluasi. Isi yaitu materi-materi yang dimiliki seseorang terdiri dari fi gur, simbol-simbol, kata-kata, tingkah laku (meliputi pula

informasi seperti sikap dan kebutuhan). Produk adalah proses ba- gaimana informasi diolah. Produk meliputi unit, kelas, relasi, sistem, transformasi dan implikasi (Anastasi,1988) berdasarkan teori ini setiap manusia mempunyai 120 macam kemampuan yang merupakan gabungan dari 3 hal tersebut.

Dalam dokumen TES PSIKOLOGI Tes Inteligensi dan Tes Ba (Halaman 71-75)