• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

A. Kajian Teori

5. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia sejak dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar dimanapun dia berada. Hampir semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia disebabkan oleh belajar. Karena pentingnya masalah belajar maka banyak pihak berusaha mempelajari dan menerangkan hal yang disebut belajar itu. Namun sampai sekarang yang telah banyak memberikan buah fikirannya di dalam menjawab persoalan mengenai belajar adalah para ahli psikologi.

Secara umum belajar adalah perubahan dalam diri seseorang. Orang yang telah melakukan perbuatan belajar akan berbeda keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar tersebut. Di sini ia mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Berbagai macam

tingkah laku dapat dinyatakan dari perubahan tersebut, seperti sikap, pengetahuan, kebiaasaan dan lain-lain. Namun demikian tidak semua perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar. Beberapa perubahan yang di sebabkan oleh proses kematangan atau perubahan yang terdapat pada seseorang dalam waktu singkat dan segera hilang bukanlah merupakan hasil belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh proses pertumbuhan atau keadaan sementara seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan.

Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil belajar tidaklah timbul begitu saja. Melainkan melalui berbagai macam kegiatan. H.C. Witherington mengatakan bahwa Belajar memerlukan bermacam-macam aktivitas. Belajar itu kompleks dan berhasil melalui bermacam-macam kegiatan. 1). anak itu harus berbuat, melakukan apa yang akan dipelajarinya 2). ia mendengakan, mengingat, membaca buku, mempelajari diagram, memperhatikan demontrasi, bertanya menganalisa kesalahannya. 3). ia merenungkan, berfikir, menganalisa, membandingkan, menggunakan pengalamannya yang lampau.10

Selanjutnya james O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

11

10

H. C. Witherington. W. H. Burton Bapemsi, 1986. Teknik-Teknik Belajar dan

Mengajar, Bandung : Jemmars. hlm. 53.

11

Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 104. Dilihat dari banyaknya kegiatan yang terlihat di dalam belajar jelaslah bahwa pada hakekatnya belajar itu merupakan suatu proses

yang kompleks. Hal ini mengakibatkan timbulnya bermacam-macam teori belajar. Umumnya teori-teori belajar dapat dibagi menjadi 3 golongan (1) teori belajar menurut ilmu jiwa daya (2) teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi dan (3) teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt.12

Apabila diberikan S maka dengan sendirinya akan dibangkitkan R. Berkat latihan hubungan antara S dan R menjadi otomatis. Hubungan antara S dan R harus memberikan “satisfaction” atau kepuasan. Rasa kepuasan (misalnya guru mengatakan “benar”) merupakan reinforceiment atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thorndike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. (1) Law of effect (akibat dari hukum). Teori belajar menurut ilmu jiwa daya mengatakan belajar adalah usaha untuk melatih daya-daya yang terdapat dalam jiwa manusia seperti daya mengenal, mengingat, fantasi dan sebagainya supaya menjadi tajam. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu terdiri atas penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dalam aliran ini terdapat dua macam teori belajar yang terkenal, yakni teori connectionisme (Thorndike) dan teori conditioning (Pavlov). a. Teori connectionism atau bond hipothesis. Menurut teori ini belajar adalah pembentukkan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respons, reaksi). Antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Itu sebab teori ini juga disebut S – R bond theory.

12

(2) Law of exercise atau law of use and law of disuse: (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan). (3) Law of multiple response (hukum respons berganda). (4) Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi). b. Teori conditioning. Conditioning akan terjadi: (1) Kalau S2 diberikan serentak dengan S1. Disini belum ada kepastian bahwa individu mengadakan asosiasi antara S2 dan S1. Biasanya S1 merupakan suatu “satisfier” (yang menyenangkan seperti makanan) atau suatu “annoyer” (yang tak menyenangkan seperti “shock” dengan aliran listrik). (2) S2 harus selalu disertai oleh S1. Jadi perlu diadakan latihan terus-menerus sampai hubungan itu erat dan reaksi itu menjadi kebiasaan yang otomatis. Suatu kebiasaan dapat dilenyapkan kembali dengan reconditioning (percobaan Watson dengan anak yang takut akan kelinci).

Pada waktu anak akan menyentuh kelinci diperdengarkan bunyi yang keras yang mengejutkan anak itu, sehinnga ia takut, tiap kali ia melihat kelinci (CR). Kemudian kelinci ditempatkan agak jauh dari anak sewaktu ia bermain, tanpa rasa takut. Lambat laun kelinci didekatkan. Akhirnya anak tidak takut lagi akan kelinci itu. Ini disebut reconditioning atau di-condition kembali. Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt berpendirian bahwa keseluruhan lebih dan lain dari pada bagian-bagiannya. Kalau menurut aliran ini seorang belajar jika ia mendapat “insight” Insight (pengertian) itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu. Timbulnya insight

tergantung pada: (1) kesanggupan (2) pengalaman seseorang (3) sifat atau taraf kompleksitas situasi (4) latihan (5) trial-and-error.

Pada umumnya tiap-tiap orang memperoleh hasil belajar yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang di dalam belajar. Jika ditinjau secara psikologis, faktor-faktor itu diantaranya adalah pengamatan, perhatian, ingatan dan fikiran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor tersebut.

Pengamatan, manusia mengenal dunia sekitarnya melalui alat-alat indranya. Ketika itu jika ia mengenal dan menyadari keadaan sekitarnya, berarti apa yang dilakukannya adalah suatu pengamatan. Adapun indra-indra yang dimiliki manusia adalah merupakan modalitas pengamatan.

Biasanya bagaimana seseorang mempelajari sesuatu tidak akan sama dengan yang lainnya. Ada yang mudah belajar melalui penglihatan, ada yang mudah belajar melalui pendengaran atau ada pula yang mudah belajar melalui modalitas pengamatan yang lain. Jika ditinjau secara psikologis, modalitas penglihatan dan pendengaran merupakan hal yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Hal ini terbukti dari sistim persekolahan yang dipakai sampai sekarang dimana siswa belajar menggunakan modalitas penglihatan dan pendengaran.

Obyek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitas dan bermateri.13

13

Wasty soemanto. Op .Cit, hlm. 18.

Untuk memungkinkan subyek mengadakan orientasi, maka subyek dapat menggambarkan dunia pengamatan menurut

aspek pengaturan tertentu. Aspek-aspek pengaturan itu berupa sudut-sudut tinjauan sebagai berikut: 1). Pengaturan menurut sudut tinjauan ruang, 2). Pengaturan menurut sudut tinjauan waktu, 3). Pengaturan menurut sudut tinjauan gestalt, 4). Pengaturan menurut sudut tinjauan arti.14

Pengaturan menurut sudut tinjauan arti, medan pengamatan digambarkan dengan hubungan arti, atau struktur arti. Berbagai obyek atau peristiwa yang sama, apabila ditinjau dari sudut arti dari masing-masing akan menunjukkan hal-hal yang sangat berbada, misalnya bentuk gedung sekolah, gedung asrama, gedung markas tentara, gedung rumah sakit yang bersamaan, namun artinya berbeda-bada. Bunyi lonceng gereja, lonceng

Pada pengaturan menurut sudut tinjauan ruang, menggambarkan dunia pengamatan dalam konsep-konsep seperti: atas-bawah, kanan-kiri, jauh-dekat, muka- belakang, dan sebagainya. Pengaturan menurut sudut tinjauan waktu menggambarkan dunia pengamatan digambarkan hubungannya dengan jarak waktu, jarak ruang, stabilitas benda (tetap atau tidak tetap) perjalanan waktu (dulu, sekarang dan yang akan datang), dan sebagainya.. Adapun pengaturan menurut sudut tinjauan gestalt adalah dunia pengamatan digambarkan sebagai bentukan-bentukan atau medan psikologis yang tersusun dalam kebulatan, kesatuan dan kebersamaan dari bagian-bagian. Bagian-bagian itu dapat terlepas dari keseluruhan dan berdiri sendiri, namun tidak mempunyai arti lagi kecuali bila bagian-bagian itu berada dalam konteks keseluruhan.

14

pabrik, lonceng kereta api, lonceng sekolah yang sama, tetapi masing-masing mempunyai arti yang berbeda satu sama lain.

Dari uraian- uraian yang telah dikemukakan di atas jelaslah bahwa di dalam pengamatan diperlukan suatu obyek pengamatan. Untuk menyadari atau mengamati obyek tersebut diperlukan pula adanya perhatian, sebab tanpa perhatian tidak akan terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian merupakan persiapan untuk mengadakan pengamatan. Perhatian

Perhatian dapat diartikan dua macam, yaitu: 1) Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa teruju kepada sesuatu objek. 2) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas.

Seseorang yang melakukan perhatian terhadap suatu hal tentu mempunyai latar belakang mengapa ia memperhatikan hal itu. Bagi seorang siswa ini sangat penting untuk diketahui agar di dalam mengikuti pelajaran siswa. Hal-hal yang menarik perhatian dapat ditunjukkan melalui tiga segi, yaitu: 1. Segi objek: hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteknya, misalnya; benda yang bergerak dalam situasi lingkungan yang diam atau tenang, warna benda yang lain dari warna benda-benda di sekitarnya. 2. Segi subjek: hal-hal yang menarik perhatian adalah hal-hal yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi subjek, misalnya: hal-hal yang bersangkut-paut dengan diri subjek, hal-hal yang bersangkut-paut dengan minat dan kesenangan subjek, 3. Segi komunikator, komunikator yang membawa subjek ke dalam posisi yang

sesuai dengan lingkungannya, misalnya: guru/komunikator yang memberikan pelayanan/perhatian khusus kepada subjek, guru/komunikator yang menampilkan dirinya di luar konteks lingkungannya.15

Ingatan. Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yaitu: 1) mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan, 2) menyimpang kesan, dan 3) memprodusi kesan-kesan.

Penelitian-penelitian mengenai perhatian telah menunjukkan adanya bermacam-macam perhatian yang ditinjau dari beberapa segi. Ada bermacam-macam perhatian, yang pada pokok-pokoknya meliputi: 1) Macam-macam perhatian menurut cara kerjanya: (a) perhatian spontan, (b) perhatian refleksif. 2) Macam-macam perhatian menurut intensitasnya: (a) perhatian intensif, (b) perhatian tidak intensif dan 3) Macam-macam perhatian menurut luasnya: (a) perhatian terpusat (b) perhatian terpencar.

Di dalam pendidikan, seorang siswa yang melakukan aktivitas disertai dengan perhatian penuh, diharapkan akan berhasil dalam mencapai prestasi yang diinginkan. Dengan demikian perhatian yang intensif terhadap sesuatu hal yang sedang dipelajari sangat diperlukan bagi proses belajar siswa.

Ingatan

16

15

Wasty soemanto. Op. Cit, hlm. 36.

16

Mencamkan atau menerima merupakan suatu aktivitas yang disadari baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Seseorang yang sering menjumpai kesan-kesan yang sama tanpa disengaja telah menemukan kesan-kesan tersebut kedalam ingatannya. Tetapi jika seseorang mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan, hal ini dikatakan orang tertsebut telah menerima kesan-kesan dengan sengaja.

Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan, tiap-tiap orang mempunyai kemampuan yang brbeda dalam menerima apa yang diamati. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mampengaruhi seseorang dalam menemukan atau menerima sesuatu kesan. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) bahan, dan (2) metode belajar.

Bahan pelajaran yang bermakna lebih mudah dimengerti dan diingat oleh siswa dari pada bahan yang sama sekali tidak bermakna. Dalam hal ini jika pelajaran baru dikerjakan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki atau lebih dimengerti dan diingat siswa. Misalnya, pada pelajaran sejarah seorang guru memberitahukan bahwa Perang Dunia ke II berakhir pada tahun 1945 mungkin akan segera dilupakan siswa. Akan tetapi apabila disampaikan dengan menjelaskan bahwa tahun berakhirnya Perang Dunia ke II adalah sama dengan tahun kemerdekaan negara Republik Indonesia. maka hal ini akan lebih mudah diingat karena sebagai bangsa Indonesia peristiwa kemerdekaan negaranya lebih bermakna dan selalu diingat.

Struktur bahan juga berpengaruh terhadap proses pencaman. Misalnya, deretan angka 27538416 secara keseluruhan akan sukar diingat. Biasanya siswa hanya mengingat angka dibagian awal dan akhir. Tetapi jika angka-angka tersebut ditulis dalam urutan yang berarti seperti 12345678 maka deretan angka ini akan lebih mudah dan dapat diingat oleh siswa. Jadi suatu pelajaran jika disampaikan dengan struktur yang jelas akan lebih mudah menerima dan diingat siswa.

Pemilihan metode belajar yang tepat dapat mempengaruhi proses pencaman seseorang. Jika dilihat dari pembagian bahan terdapat tiga metode belajar, yaitu (1) metode keseluruhan, (2) metode bagian, dan (3) metode gabungan.17

Jika ditinjau dari pembagian waktu belajar, belajar dalam waktu singkat namun sering (sekalipun bahan yang dipelajari dalam satu periode hanya sedikit) akan lebih menguntungkan dari pada mempelajari bahan Pada metode keseluruhan, seluruh bahan yang akan dihafal atau dipelajari dibaca dari permulaan sampai akhir, bahan yang diajari dibaca sebagian-sebagian.

Setelah seluruh bagian dikuasai maka bagian- bagian tersebut harus saling dihubungkan agar dapat diproduksikan secara keseluruhan. Sedangkan metode gabungan adalah penggunaan metode keseluruhan dan metode bagian secara bergantian. Disini mula-mula bahan dibaca secara keseluruhan. Apabila dijumpai bagian-bagian yang sukar maka pada bagian ini digunakan metode bagian.

17

sekaligus banyak dalam jangka waktu yang lama. Perlu diingat bahwa jarak waktu antar periode tidak boleh terlalu lama sebab ada kemungkinan bahan yang sudah dipelajari akan terlupa.

Pengulangan atau penyuaraan merupakan suatu bentuk belajar yang aktif yang merangsang perhatian dan motivasi sehingga dapat memperkuat daya ingat siswa. Jadi siswa tidak hanya membaca saja, melainkan juga harus menyuarakan. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang satu sama lain jaraknya tidak terlalu lama.

Setiap orang yang telah melakukan perbuatan belajar sedikit banyak akan mengingat hal-hal yang pernah dipelajarinya. Apa yang pernah tinggal didalam ingatan itu tidak selamanya akan tinggal dengan baik, karena pada suatu saat orang akan mengalami proses kelupaan. Hal mengenai mengingat dan lupa ini termasuk dalam suatu fase yang dinamakan fase penyimpanan atau retensi. Apabila seseorang dapat menyimpan sejumlah besar kesan-kesan dalam waktu lama, maka dikatakan sebagian besar orang tersebut mempunyai retensi yang baik.

Proses lupa pada tiap-tiap orang maupun pengaruh tiap-tiap situasi terhadap kelupaan tidak selalu sama. Ada orang yang cepat lupa pada satu hal tetapi dalam hal yang lain tidak. Menurut penelitian para ahli psikologi yang dirintis oleh Kbbinghaus, proses lupa segera terjadi setelah orang selesai belajar. Pofulasi yang dilupakan itu mula-mula bertambah dengan

cepat, tetapi pertambahan itu lalu menurun dan kemudian yang tersisa akan dapat disimpan dalam waktu yang relative lama.18

Sehubungan dengan hal di atas, interval atau jarak waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali juga dapat mempengaruhi daya retensi. Seseorang harus sering mengulang dalam interval yang pendek agar bahan dapat dikuasai dan diingat dengan baik. Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Ebbinghaus maupun Boreas, kedua-duanya menunjukkan bahwa makin lama apa yang diingat itu makin menurun atau makin kurang baik diingat, keduanya menunjukkan grafik yang menurun, yang akhirnya bila tidak pernah ditimbulkan kembali akan sampai pada dasar, dan individu mengalami kelupaan.19

Fase evokasi yang biasanya disebut reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan. Ini penting bagi proses Apa saja yang diisi dalam suatu interval harus benar-benar diperhatikan. Jika dalam interval diisi dengan bermacam-macam bahan maka bahan-bahan tersebut akan saling mengganggu sehingga hal ini akan mengakibatkan kelupaan. Proses ini disebut interferensi.

Hal lain yang dapat memperkuat daya retensi seseorang adalah apabila setelah mempelajari sesuatu orang tersebut istirahat atau tidur. Selama istirahat atau tidur berlangsung terjadi proses konsolidasi (penguatan) bahan yang telah dipelajari sehingga bahan-bahan dapat diingat dengan baik.

18

Ibid. hlm. 36.

19

Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. hlm. 110.

belajar siswa. Disini siswa diharapakn tidak hanya mampu menerima dan mengingat saja, melainkan juga harus mampu memproduksikan apa yang diterima sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya. Salah satu bentuk penerapan produksi yang sering dilakukan oleh siswa adalah ujian yang berbentuk essay atau isian.

Pikiran

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal.20 Dalam proses berfikir orang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lain untuk mendapatkan pemecahan dari persoalan yang dihadapi. Pengertian-pengertian itu merupakan bahan atau materi yang digunakan dalam proses berfikir. Pengertian-pengertian itu dapat dinyatakan dengan kata-kata, gambar, simbul-simbul atau bentuk-bentuk lain.21

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas ternyata seseorang itu berfikir bila menghadapi permasalahan atau persoalan. Terhadap siswa, pemecahan soal sangat penting bagi keberhasilannya di dalam berfikir. Dalam proses belajar-mengajar seorang guru sebaiknya dapat memberikan pengertian-pengertian yang tepat agar pelajaran yang disampaikannya dapat diterima siswa dengan baik. Dan untuk mengingatkan kemampuan berfikir siswa. Memberikan sejumlah kecil pengertian yang bermanfaat adalah lebih baik dari pada memberikan sejumlah besar pengertian namun tidak dapat digunakan dalam kegiatan belajar selanjutnya.

20

Wasty Soemanto. Op. Cit. hlm. 31.

21

Semakin banyak siswa dapat memecahkan persoalan maka daya fikirannya pun akan semakin baik. Agar siswa dapat berfikir dengan cepat dan tepat maka diperlukan suatu pengetahuan siap. Pengetahuan siap adalah pengertian yang sewaktu-waktu dapat digunakan secara cepat. Hal ini dapat dirasakan manfaatnya bagi siswa apabila ia harus menyelesaikan suatu soal dalam waktu singkat. Untuk menunjang itu semua guru dapat memberikan latihan-latihan yang bermanfaat. Dengan demikian siswa akan bertambah trampil di dalam mengerjakan tugasnya.

Setelah memperhatikan beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi siswa dalam belajar, hal ini yang juga penting diperhatikan adalah umpan balik. Dengan adanya umpan balik siswa dapat mengetahui sejauh mana ia mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

6. Pengertian Hasil belajar

Menurut Degeng yang dikutip oleh Wena “hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.”22 Winkel yang dikutip oleh Purwanto mengungkapkan bahwa “hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.”23

22

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 6.

23

Purwanto. Op.Cit. hlm. 45.

Menurut Purwanto “hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahuai seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan.” 24

Sedangkan menurut Juliah yang dikutip oleh Jihad dan Haris bahwa “hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.”25

a. Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.

Gagne dalam Mulyani Sumantri mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah :

b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya. e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.26

Dengan demikian berdasarkan lima macam kemampuan hasil belajar dan uraian dari para ahli di atas, terkandung pengertian bahwa hasil belajar adalah pengukuran untuk mengetahui peningkatan dan penguasaan serta memberikan gambaran pencapaian program pengajaran secara menyeluruh yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran.

24

Ibid. hlm. 44.

25

Asep Jihad dan Abdul Haris. Op Cit. hlm. 14

Dokumen terkait