• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN KEMAMPUAN MENCONGAK DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III DI SDN CIPURWASARI I TEGALWARU KARAWANG TAHUN PELAJARAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN KEMAMPUAN MENCONGAK DENGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III DI SDN CIPURWASARI I TEGALWARU KARAWANG TAHUN PELAJARAN SKRIPSI"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

ITROH MAESAROH 0701045116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2011

(2)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

ITROH MAESAROH 0701045116

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

JAKARTA 2011

(3)
(4)

i

(5)
(6)

iii

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Sesungguhnya Alloh SWT tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”

( QS. Ar-Rad : 11 )

Karena ,

“ Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih di cintai Alloh SWT ketimbang mukmin yang lemah “

( Sabda Nabi Muhammad SAW )

“Dan ucapkanlah kepada Ibu, Bapak mu Perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan Do’akanlah : Wahai Rabbku, kasihilah keduanya seperti keduanya telah mendidik aku di waktu aku kecil”

( QS. Al-Israa : 23 – 24 )

Kupersembahkan Skripsi ini kepada Almarhumah Ibu dan Bapak yang telah memberikan Do’a yang tulus serta nasihat yang tiada henti-hentinya dan motivasi secara materiil maupun non material sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

(7)

iv MOTTO

Kesuksesan dan kegagalan adalah ujian

Kesuksesan tidak akan menjadikan kesombongan,

Kegagalan akan mendidik untuk tabah dan tawakal!

Karena semua yang telah ditetapkan – Nya

Adalah yang terbaik

(8)

v ABSTRAK

ITROH MAESAROH. NIM : 0701045116. Hubungan Kemampuan Mencongak dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III di SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang Tahun Pelajaran 2010-2011. Jl. Kp Pasir Pining, Desa Cipurwasari, Kec. Tegalwaru, Kab Karawang. Skripsi. Jakarta : Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa kelas III di SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang semester II tahun pelajaran 2010-2011.

Jenis penelitian ini metode survei dengan teknik korelasi. Sampel penelitian yang digunakan adalah random sampling (sampling acak) yakni dari nomor ganjil yang diterima siswa, yang akan digunakan sebagai sampel. Validitas tes kemampuan mencongak dihitung dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment, sedangkan Validitas tes hasil belajar matematika dihitung dengan menggunakan rumus point biserial correlation. Uji–t pada taraf signifikan = 25,81 dan derajat kebebasan (dk) = 29.

Siswa Uji analisis data dengan menggunakan uji–t diperoleh thitung=25,81 > ttabel = 2,04; maka Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan yang sangat signifikan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika.

Hasil ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa dimana terdapat nilai rata-rata kelas hasil kemampuan mencongak lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata kelas hasil belajar matematika siswa.

(9)

vi PRAKATA

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul “Hubungan Kemampuan Mencongak dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III Di SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang Tahun Pelajaran 2010-2011”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Skripsi ini tidaklah sedikit hambatan dan kesulitan yang menghalangi. Namun, Alhamdulillah dengan usaha dan kesungguhan yang keras serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya Skripsi ini dapat diselesaikan, meskipun dalam berbagai hal masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapakan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Sukardi, M.Pd, sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

2. Drs. H. Kusmadjid Abdullah, M.Pd, sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Dra. Rahmiati, M.Psi, sebagai Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.

(10)

vii

4. Dr. Andi Sessu, M.Si (Lektor Kepala), sebagai Dosen Pembimbing I yang telah membimbing, memberi petunjuk, pengarahan, saran-saran dan dorongan dengan penuh kesabarannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Dra. Hj. Ella Sulhah S, M.Pd (Lektor), sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran-saran dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Hj. Mu’asomah, S.Pd, selaku Kepala SDN Baru 02 Pagi Pasar Rebo Jakarta Timur yang telah memberikan waktu dan bantuan penulis dalam proses uji coba so’al.

7. Bapak Mahmud Iskandar, S.Pd, selaku Kepala SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang yang telah memberikan waktu dan bantuan dalam proses penelitian. 8. Bapak dan Almarhumah Ibu serta kakak-kakak ku dan seseorang yang telah membantu dan memotivasi sehingga skripsi ini dapat terselasaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.

9. Teman-teman angkatan 2007 dan adik kelas yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

Semoga bantuan dari bapak / ibu dan teman-teman dibalas oleh Alloh SWT dengan berlipat ganda. Besar harapan penulis agar Skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga bagi pembaca terutama bagi mahasiswa yang akan mengakhiri studinya pada FKIP UHAMKA.

Jakarta, Juli 2011 Penulis

(11)

viii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii

MOTTO ... iv

ABSTRAK ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

(12)

ix

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR

DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Pengertian Kemampuan ... 6

2. Pengertian Mencongak ... 7

3. Pengertian Kemampuan Mencongak ... 9

4. Pengertian Matematika ... 9

5. Pengertian Belajar ... 11

Perhatian ... 17

Ingatan ... 18

Pikiran ... 23

6. Pengertian Hasil Belajar ... 24

B. Kerangka Berpikir ………. 26

C. Hipotesis ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28

A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 28

B. Metode Penelitian ... 28

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 28

D. Teknik Pengumpulan Data ... 29

E. Uji Coba Instrumen Penelitian ... 30

1. Validitas Kemampuan Mencongak ... 31

2. Reliabilitas Kemampuan Mencongak ... 31

(13)

x

4. Reliabilitas Hasil Belajar ... 34

F. Teknik Analisa Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 38

A. Deskripsi Data ... 38

1. Data Hasil Kemampuan Mencongak ... 38

2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa ... 40

a. Uji Normalitas ... 42

b. Uji Linieritas ... 42

B. Pengujian Hipotesis ... 44

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 45

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 46

A. Simpulan ... 46

B. Implikasi ... 47

C. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 4.1 Daftar Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mencongak Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I

Tegalwaru Karawang ... 39

Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 41

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mencongak dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I ... 42

Tabel 5.1 Kisi-Kisi Kemampuan Mencongak Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I ... 51

Tabel 5.2 Data Validitas Uji Coba Kemampuan Mencongak (Variabel X) ... 64

Tabel 5.3 Reliabilitas Kemampuan Mencongak (Variabel X) ... 68

Tabel 5.4 Data Validitas Uji Coba Hasil Belajar (Variabel Y) ... 76

Tabel 5.5 Analisis Reliabilitas Uji Coba Hasil Belajar (Variabel Y) ... 77

Tabel 5.6 Data Penelitian Variabel X dan Variabel Y Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 85

Tabel 5.7 Daftar Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mencongak Siswa Kelas III ... 87

(15)

xii

Tabel 5.8 Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas III ... 91 Tabel 5.9 Uji Normalitas Validitas X (Kemampuan Mencongak)

Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 94 Tabel 5.10 Uji Normalitas Validitas Y (Hasil Belajar Matematika)

Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 97 Tabel 5.11 Hasil Analisis dan Varians (ANAVA) ... 101

(16)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 4.1 Grafik Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mencongak Siswa Kelas III

SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 39 Gambar 4.2 Grafik Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I

Tegalwaru Karawang ... 41 Gambar 4.3 Grafik Regresi Linear Sederhana ... 44 Gambar 5.1 Grafik Distribusi Frekuensi Data Kemampuan

Mencongak Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I

Tegalwaru Karawang ... 87 Gambar 5.2 Grafik Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I

Tegalwaru Karawang ... 91 Gambar 5.3 Grafik Regresi Linear Sederhana ... 101

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Kisi-Kisi Kemampuan Mencongak Dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III

SDN Cipurwasari I ... 51 Lampiran 2 Soal Esai Uji Coba Kemampuan Mencongak ... 54 Lampiran 3 Kunci jawaban Esai Uji Coba Kemampuan Mencongak ... 57 Lampiran 4 Soal pilihan ganda (PG) Uji Coba Hasil Belajar ... 59 Lampiran 5 Kunci jawaban PIlihan Ganda (PG)

Uji Coba Hasil Belajar ... 63 Lampiran 6 Validitas Uji Coba Butir Soal Kemampuan Mencongak ... 64 Lampiran 7 Langkah – Langkah Perhitungan Validitas Uji Coba

Butir Soal Kemampuan Mencongak ... 65 Lampiran 8 Data Hasil Uji Coba Validitas Kemampuan Mencongak ... 67 Lampiran 9 Reliabilitas Kemampuan Mencongak ... 68 Lampiran 10 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Coba

Reliabilitas Kemampuan Mencongak ... 69 Lampiran 11 Varians Data Uji Coba Reliabilitas

Kemampuan Mencongak ... 71 Lampiran 12 Perhitungan Validitas Uji Coba Butir Soal

Tes Hasil Belajar Matematika Siswa ... 72 Lampiran 13 Data Validitas Uji Coba Hasil Belajar

(18)

xv

Lampiran 14 Analisis Reliabilitas Matematika Siswa ... 77 Lampiran 15 Soal Esai Penelitian Kemampuan Mencongak ... 78 Lampiran 16 Kunci jawaban Esai Penelitian Kemampuan Mencongak .. 80 Lampiran 17 Soal Pilihan Ganda (PG) Penelitian Hasil Belajar ... 81 Lampiran 18 Kunci Jawaban PIlihan Ganda (PG)

Penelitian Hasil Belajar ... 84 Lampiran 19 Data Penelitian Variabel X dan Variabel Y Kelas III

SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 85 Lampiran 20 Perhitungan Rata-rata, Simpangan Baku, Median,

dan Modus Data Variabel X Kelas III ... 86 Lampiran 21 Perhitungan Rata-Rata, Simpangan Baku, Median,

dan Modus Data Variabel Y Kelas III ... 90 Lampiran 22 Uji Normalitas Validitas X (Kemampuan Mencongak)

Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 94 Lampiran 23 Langkah-Langkah Perhitungan Uji Normalitas

Variabel X (Kemampuan Mencongak) ... 95 Lampiran 24 Uji Normalitas Validitas Y (Hasil Belajar Matematika)

Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang ... 97 Lampiran 25 Perhitungan Uji Linieritas dengan

Persamaan Regresi Linier ... 98 Lampiran 26 Pehitungan Koefisien Korelasi Product Moment,

Signifikansi Koefisien Korelasi, dan Koefisien Determinan 103 Lampiran 27 Surat Izin Mengadakan Uji Coba Instrumen ... 105

(19)

xvi

Lampiran 28 Surat Keterangan Telah Mengadakan Uji Coba Instrumen . 106

Lampiran 29 Surat Izin Mengadakan Riset ... 107

Lampiran 30 Surat Keterangan Telah Mengadakan Riset ... 108

Lampiran 31 Lembar Konsultasi Pembimbing I ... 109

(20)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dan pengajaran berkembang senantiasa menghadapi tantangan yang tidak ada hentinya. Tantangan itu berasal dari berbagai sumber, diantaranya kemajuan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, pertumbuhan penduduk, keterbatasan dana dan masih banyak yang lain lagi. Semua orang khususnya para pendidik dan guru harus menyadari adanya tantangan tersebut dan perlu berusaha untuk mengambil bagian dalam menanggulangi tantangan tersebut sesuai dengan bidang dan kemampuan masing-masing. Seorang guru perlu senantiasa meningkatkan kemampuannya agar berbagai nilai yang ada dalam bidang mata pelajarannya dapat disampaikan kepada para siswa dengan baik. Untuk itu diperlukan umpan balik yang bermanfaat bagi proses belajar mengajar.

Salah satu bagian yang penting di dalam proses belajar mengajar adalah evaluasi hasil belajar siswa. Selain untuk mengetahui sampai dimana tingkat penguasaan siswa atas bahan satu pelajaran, evaluasi juga bermanfaat untuk mengetahui kesulitan-kesulitan ataupun hambatan-hambatan yang dihadapi oleh siswa. Bagi guru sendiri, evaluasi dapat digunakan untuk mengukur sampai dimana keberhasilan pelaksanaan program pengajaran yang diberikan kepada siswanya. Dari hasil evaluasi inilah diperoleh umpan balik yang berguna utnuk meningkatkan mutu dan kemampuan guru di dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.

(21)

Pada umumnya alat evaluasi yang paling sering digunakan oleh guru adalah tes. Dilihat dari cara pelaksanaannya, tes dapat dibagi menjadi dua golongan, yakni tes lisan dan tertulis. Tes secara lisan adalah tes dimana pertanyaan dan jawabannya disampaikan secara lisan. Sedangakan pada tes tertulis, pertanyaan maupun jawabannya disampaikan secara tertulis. Ada cara lain yang sampai sekarang masih sering dilakukan oleh guru didalam melaksanakan tes, yaitu dengan mencongak. Biasanya ini dilakukan pada mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar.

Di dalam mencongak, pertanyaan disampaikan secara lisan, tetapi jawabannya dibuat secara tertulis. Ada kalanya untuk membantu ingatan siswa pertanyaan tidak mutlak secara lisan. Hal ini biasa dilakukan pada soal-soal yang mempergunakan pada bilangan-bilangan yang agak sukar diingat. Sebagai contoh : 1012+…..=1312. Untuk soal seperti ini guru akan menuliskan di papan tulis salah satu bilangan atau bahkan kedua bilangan tersebut. Adapun soal-soal yang diberikan pada tes secara mencongak umumnya hanya operasi hitung dan kadang-kadang disertai dengan kalimat-kalimat yang singkat agar mudah diingat oleh siswa. Berbagai faktor dapat mempengaruhi hasil tes secara mencongak. Diantaranya adalah faktor pengamatan, ingatan dan berfikir.

Jika hasil tes secara mencongak dibandingkan dengan hasil tes tertulis, siswa yang memperoleh hasil baik di dalam mencongak belum tentu akan berhasil pula di dalam tes tertulis. Hal ini dapat saja terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi siswa pada saat mengerjakan tes tertulis seperti

(22)

melakukan kesalahan di dalam mengartikan konsep, istilah-istilah maupun kesalahan menghitung. Demikian juga sebaliknya, siswa yang memperoleh hasil kurang di dalam mencongak tidak berarti ia juga akan kurang di dalam tes tertulis. Perlu diketahui bahwa pada waktu mengerjakan tes saat mencongak, siswa tidak diperkenankan melakukan perhitungan-perhitungan secara tertulis. Semua perhitungan dilakukan secara luar kepala. Dengan demikian siswa hanya diperkenankan menulis jawabannya saja. Bagi siswa yang kurang mampu menghitung secara luar kepala, tes tertulis akan lebih menguntungkan daripada secara tes mencongak. Hal ini disebabkan karena pada tes tertulis siswa tersebut diperkenankan melakukan perhitungan-perhitungan secara tertulis.

Tertarik akan hal tersebut diatas, penulis bermaksud mengadakan penelitian hubungan antara kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika di Sekolah Dasar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kemampuan mencongak siswa?

2. Hal apa saja yang dapat menghambat kemampuan mencongak siswa? 3. Hal apa saja yang menunjang kemampuan mencongak siswa?

4. Bagaimana hasil belajar siswa?

(23)

C. Pembatasan Masalah

Mencongak adalah menghitung di luar kepala tanpa menggunakan alat bantu dan langsung menuliskan hasilnya. Hasil belajar adalah pengukuran untuk mengetahui peningkatan dan penguasaan serta memberikan gambaran pencapaian program pengajaran secara menyeluruh yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran.

Setelah memperhatikan latar belakang, dan identifikasi masalah, mengingat keterbatasan penulis tentang pengetahuan waktu, biaya, tenaga, sarana dan prasarana, penulis membatasi masalah sebagai berikut: hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, maka dapat ditentukan perumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa kelas III SD?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apa ada hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika pada siswa.

(24)

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya:

1. Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait dengan kemampuan mencongak.

2. Bagi Guru

a. Memberikan gambaran tentang pentingnya kemampuan mencongak dalam menunjang hasil belajar.

b. Memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan yang terbaik bagi siswa.

3. Bagi Kepala Sekolah

Untuk menggerakkan para guru dan personel sekolah lainnya dalam usaha mencapai keberhasilan belajar yang bermutu.

4. Bagi Siswa

Untuk mengarahkan kegiatan belajar sehingga anak mengubah cara belajarnya lebih tekun dan menggairahkan semangat belajarnya.

(25)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pengertian Kemampuan

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kemampuan berasal dari kata “mampu” yang berarti kuasa (sanggup, melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya).1

Menurut Chaplin Ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan sedangkan menurut Robbins kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan atau hasil praktek.

Kemampuan adalah suatu kesanggupan dalam melakukan sesuatu. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa melakukan sesuatu yang harus dilakukan.

2

Adapula pendapat lain menurut Akhmat Sudrajat menghubungkan kemampuan dengan kata kecakapan. Setiap individu memiliki kecakapan yang berbeda-beda dalam melakukan suatu tindakan. Kecakapan ini mempengaruhi potensi yang ada dalam diri individu tersebut. Proses

1

W. J. S. Poerwadarminta. 2010. Kamus Umum Bahasa Indonesi. Jakarta : Balai Pustaka. hlm. 742.

2

Chaplin Ability. 2010. http://chaplin abliity. ian43. Wordpress.

com/2010/2011/12/2/kemampuan. Diakses 26 februari 2011.

(26)

pembelajaran mengharuskan siswa mengoptimalkan segala kecakapan yang dimiliki.

2. Pengertian Mencongak

Menurut Alim (1995) pengertian mencongak dalam matematika adalah menghitung di luar kepala tanpa menggunakan alat bantu dan langsung menuliskan hasilnya.3

3

Alim. (1995) 2010. http://alim. Artikata. com./arti-361742. Mencongak. Diakses 26 februari 2011.

Materi yang digunakan untuk kegiatan mencongak adalah materi yang telah dihafal oleh siswa, dan pelaksanaannya dalam waktu yang relatif singkat. Karena kegiatan mencongak menegangkan bagi siswa, maka janganlah melakukan kegiatan mencongak hampir setiap hari dalam seminggu.

Pada kegiatan mencongak ini yang dilakukan guru adalah guru memberikan pertanyaan lisan kepada semua siswa di kelas dan dalam waktu yang sudah dibatasi siswa harus menjawab pertanyaan tersebut di kertasnya. Pertanyaan lisan tersebut disampaikan satu-persatu dan siswa juga menjawab satu-persatu dalam waktu yang sudah ditentukan.

Setelah guru selesai memberi pertanyaan lisan dan siswa sudah menjawab pertanyaan di kertas, kemudian hasil pekerjaan siswa dikumpulkan untuk diperiksa guru. Contoh kegiatan mencongak adalah sebagai berikut: Pada awal pelajaran matematika guru mengatur tempat duduk siswa supaya tidak terlalu berdekatan. Kemudian menyuruh siswa mengeluarkan kertas dan alat tulis.

(27)

Kemudian guru menyampaikan pertanyaan lisan pertama yaitu 1012+….=1312 Siswa diminta menuliskan jawabannya di kertas dalam waktu 1,5 menit dan seterusnya sampai pertanyaan kesepuluh. Kemudian kertas jawaban siswa dikumpulkan untuk diperiksa dan setelah diperiksa hasilnya dibagikan kepada siswa. Dengan metode mencongak ini guru agak memaksa siswa untuk melatih ketrampilan berhitung walaupun siswa bosan dengan cara ini. Dengan metode ini tidak terjadi persaingan yang nyata diantara siswa. Hal ini mungkin membuat siswa tidak senang dengan latihan berhitung seperti ini.

Jika dilihat sepintas, mencongak hanyalah menghafalkan operasi hitung belaka. Pada abad ke-19 dengan tarap kemajuan teknologi yang belum berkembang, diperlukan tenaga kerja yang mampu melakukan perhitungan-perhitungan dengan cepat. Pengajaran Matematika pada masa itu disesuaikan dengan kemampuan tersebut. Oleh karena itu murid-murid di sekolah dilatih mencongak dengan cepat.

Akan tetapi jika ditelaah lebih dalam lagi, mencongak bukanlah semata-mata hanya menghafal untuk mempercepat hitungan saja. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari mencongak, yaitu berkat ketrampilan siswa melakukan perhitungan, maka daya fikir siswa akan bertambah baik. Alcuin menyusun soal-soal untuk mempercepat fikiran dengan harapan agar melalui latihan berhitung orang tidak saja menjadi mahir dalam berhitung tetapi juga peduli dalam berfikir.4

4

Dali S. Naga, 1990. Berhitung: Sejarah dan Pengembangannya. Jakarta : PT. Gra-media. hlm. 4.

(28)

mencongak juga dapat mempertajam daya ingat siswa. Begitu juga halnya dengan kecepatan dan ketelitian yang diperoleh melalui mencongak akan sangat bermanfaat bagi ketrampilan siswa di kelas menyelesaikan soal Matematika.

3. Pengertian Kemampuan Mencongak

Kemampuan mencongak adalah suatu kesanggupan, kecakapan, ketangkasan melakukan perhitungan matematika di luar kepala tanpa menggunakan alat bantu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4. Pengertian Matematika

Secara definitive untuk menjawab apakah yang dimaksud dengan Matematika itu bukanlah hal yang mudah. Richard Courant dalam bukunya What is Mathematics pendiri lembaga tempat Morris Kline bekerja, menyatakan pada tahun 1941, matematika telah turun derajatnya menjadi latihan kering dan menjemukan tentang persoalan menyelesaikan soal-soal.5

Jika dilihat peranannya di dalam membuktikan kebenaran suatu ide, Matematika dapat dikatakan sebagai suatu cara berfikir logis.6

5

A H. Nasution. 2011. Daun-daun Berserakan. Jakarta : Inti Sarana Aksara. hlm. 187.

6

Jujun S. Suriasumantri. 1985. Filsapat Ilmu. Jakarta : Sinar Harapan. hlm. 99.

Hal tersebut dapat dibuktikan pada beberapa kegiatan seperti kegiatan keilmuan, pemerintahan serta kegiatan lain yang membutuhkan pengolahan kuantitatif. Dalam hal ini yang sangat berperan dalam kegiatan

(29)

Matematika adalah kegiatan penalaran. Morris Kline mengatakan bahwa ciri utama Matematika ialah metode dalam penalaran (reasoning).7

Adapun penalaran itu sendiri adalah suatu proses berfikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.8

Matematika mempunyai beberapa bentuk dan tahap-tahap belajar. R.N. Gagne dikutip oleh Soeparmo membedakan jenis belajar yang tersusun bertingkat.

Matematika mempunyai urutan materi yang satu sama lain saling berhubungan secara teratur dan tidak dapat diputuskan. Oleh karena itulah Matematika sering dipandang sebagai suatu mata pelajaran yang tertutup. Untuk mempelajari suatu materi yamg baru harus dikuasai terlebih dahulu materi penunjangnya. Artinya, Jika seorang siswa belum memahami suatu materi ditingkat tertentu, maka ia akan menemui kesulitan pada saat mempelajari materi selanjutnya yang dikembangkan berdasarkan materi terdahulu. Sebagai contoh misalnya untuk dapat belajar perkalian siswa harus mulai mengerti dari angka, bilangan dan seterusnya yang mempunyai hubungan dengan perkalian. Jadi pada hakekatnya belajar Matematika adalah suatu aktivitas santai untuk memahami arti dari suatu hubungan-hubungan.

9

7

. 2006. Ilmu Dalam Persptif. Jakarta : PT. Gramedia. hlm. 172.

8

Suriasumantri, Filsapat Ilmu. hlm. 42.

9

Soeparmo (penter) Herman Maier, 1983. Kompedium Didaktik Matematika .Bandung : CV Remaja Karya. hlm. 22.

Tahap-tahap tersebut yaitu (1) belajar isyarat (tanda-tanda), (2) belajar stimulus-respon, (3) belajar rangkaian, (4) belajar asosiasi verbal, (5) belajar diskriminasi, (6) belajar konsep, (7) belajar

(30)

aturan dan (8) belajar pemecahan masalah. Dari kedelapan tahap belajar tersebut dapat diketahui bahwa seorang siswa akan dapat mempelajari Matematika dengan baik jika ia mempunyai kemampuan memanipulasi angka-angka, kemampuan pemahaman ide, konsep dan prinsip dalam Matematika serta kemampuan mengenai gambar, grafik atau diagram lainnya yang dalam Matematika sangat diperlukan. Selain dari kemampuan-kemampuan tersebut, kemampuan lain yang juga diperlukan sebagai kemampuan dasar Matematika adalah kecepatan dan ketelitian. Kemampuan ini dibutuhkan terutama dalam pemecahan soal-soal Matematika.

5. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kebutuhan yang penting bagi manusia sejak dilahirkan. Manusia selalu memerlukan dan melakukan perbuatan belajar dimanapun dia berada. Hampir semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia disebabkan oleh belajar. Karena pentingnya masalah belajar maka banyak pihak berusaha mempelajari dan menerangkan hal yang disebut belajar itu. Namun sampai sekarang yang telah banyak memberikan buah fikirannya di dalam menjawab persoalan mengenai belajar adalah para ahli psikologi.

Secara umum belajar adalah perubahan dalam diri seseorang. Orang yang telah melakukan perbuatan belajar akan berbeda keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar tersebut. Di sini ia mengalami perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Berbagai macam

(31)

tingkah laku dapat dinyatakan dari perubahan tersebut, seperti sikap, pengetahuan, kebiaasaan dan lain-lain. Namun demikian tidak semua perubahan tingkah laku pada diri individu adalah merupakan hasil belajar. Beberapa perubahan yang di sebabkan oleh proses kematangan atau perubahan yang terdapat pada seseorang dalam waktu singkat dan segera hilang bukanlah merupakan hasil belajar. Belajar adalah suatu proses perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan tersebut tidak di sebabkan oleh proses pertumbuhan atau keadaan sementara seperti kelelahan atau karena pengaruh obat-obatan.

Perubahan tingkah laku yang merupakan hasil belajar tidaklah timbul begitu saja. Melainkan melalui berbagai macam kegiatan. H.C. Witherington mengatakan bahwa Belajar memerlukan bermacam-macam aktivitas. Belajar itu kompleks dan berhasil melalui bermacam-macam kegiatan. 1). anak itu harus berbuat, melakukan apa yang akan dipelajarinya 2). ia mendengakan, mengingat, membaca buku, mempelajari diagram, memperhatikan demontrasi, bertanya menganalisa kesalahannya. 3). ia merenungkan, berfikir, menganalisa, membandingkan, menggunakan pengalamannya yang lampau.10

Selanjutnya james O. Wittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

11

10

H. C. Witherington. W. H. Burton Bapemsi, 1986. Teknik-Teknik Belajar dan

Mengajar, Bandung : Jemmars. hlm. 53.

11

Wasty Soemanto. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 104. Dilihat dari banyaknya kegiatan yang terlihat di dalam belajar jelaslah bahwa pada hakekatnya belajar itu merupakan suatu proses

(32)

yang kompleks. Hal ini mengakibatkan timbulnya bermacam-macam teori belajar. Umumnya teori-teori belajar dapat dibagi menjadi 3 golongan (1) teori belajar menurut ilmu jiwa daya (2) teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi dan (3) teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt.12

Apabila diberikan S maka dengan sendirinya akan dibangkitkan R. Berkat latihan hubungan antara S dan R menjadi otomatis. Hubungan antara S dan R harus memberikan “satisfaction” atau kepuasan. Rasa kepuasan (misalnya guru mengatakan “benar”) merupakan reinforceiment atau penguat. Tentang hubungan S dan R, Thorndike menemukan bermacam-macam hukum atau laws. (1) Law of effect (akibat dari hukum). Teori belajar menurut ilmu jiwa daya mengatakan belajar adalah usaha untuk melatih daya-daya yang terdapat dalam jiwa manusia seperti daya mengenal, mengingat, fantasi dan sebagainya supaya menjadi tajam. Teori belajar menurut ilmu jiwa asosiasi berpendirian bahwa keseluruhan itu terdiri atas penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Dalam aliran ini terdapat dua macam teori belajar yang terkenal, yakni teori connectionisme (Thorndike) dan teori conditioning (Pavlov). a. Teori connectionism atau bond hipothesis. Menurut teori ini belajar adalah pembentukkan atau penguatan hubungan antara S (stimulus) dan R (respons, reaksi). Antara S dan R terjadi suatu hubungan (bond) yang bertambah erat bila sering dilatih. Itu sebab teori ini juga disebut S – R bond theory.

12

(33)

(2) Law of exercise atau law of use and law of disuse: (hukum latihan atau hukum penggunaan dan penidakgunaan). (3) Law of multiple response (hukum respons berganda). (4) Law of assimilation atau law of analogy (hukum asimilasi atau hukum analogi). b. Teori conditioning. Conditioning akan terjadi: (1) Kalau S2 diberikan serentak dengan S1. Disini belum ada kepastian bahwa individu mengadakan asosiasi antara S2 dan S1. Biasanya S1 merupakan suatu “satisfier” (yang menyenangkan seperti makanan) atau suatu “annoyer” (yang tak menyenangkan seperti “shock” dengan aliran listrik). (2) S2 harus selalu disertai oleh S1. Jadi perlu diadakan latihan terus-menerus sampai hubungan itu erat dan reaksi itu menjadi kebiasaan yang otomatis. Suatu kebiasaan dapat dilenyapkan kembali dengan reconditioning (percobaan Watson dengan anak yang takut akan kelinci).

Pada waktu anak akan menyentuh kelinci diperdengarkan bunyi yang keras yang mengejutkan anak itu, sehinnga ia takut, tiap kali ia melihat kelinci (CR). Kemudian kelinci ditempatkan agak jauh dari anak sewaktu ia bermain, tanpa rasa takut. Lambat laun kelinci didekatkan. Akhirnya anak tidak takut lagi akan kelinci itu. Ini disebut reconditioning atau di-condition kembali. Teori belajar menurut ilmu jiwa gestalt berpendirian bahwa keseluruhan lebih dan lain dari pada bagian-bagiannya. Kalau menurut aliran ini seorang belajar jika ia mendapat “insight” Insight (pengertian) itu diperoleh bila ia melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi itu. Timbulnya insight

(34)

tergantung pada: (1) kesanggupan (2) pengalaman seseorang (3) sifat atau taraf kompleksitas situasi (4) latihan (5) trial-and-error.

Pada umumnya tiap-tiap orang memperoleh hasil belajar yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai faktor yang mempengaruhi seseorang di dalam belajar. Jika ditinjau secara psikologis, faktor-faktor itu diantaranya adalah pengamatan, perhatian, ingatan dan fikiran. Berikut ini akan dijelaskan mengenai faktor tersebut.

Pengamatan, manusia mengenal dunia sekitarnya melalui alat-alat indranya. Ketika itu jika ia mengenal dan menyadari keadaan sekitarnya, berarti apa yang dilakukannya adalah suatu pengamatan. Adapun indra-indra yang dimiliki manusia adalah merupakan modalitas pengamatan.

Biasanya bagaimana seseorang mempelajari sesuatu tidak akan sama dengan yang lainnya. Ada yang mudah belajar melalui penglihatan, ada yang mudah belajar melalui pendengaran atau ada pula yang mudah belajar melalui modalitas pengamatan yang lain. Jika ditinjau secara psikologis, modalitas penglihatan dan pendengaran merupakan hal yang sangat penting di dalam proses belajar mengajar. Hal ini terbukti dari sistim persekolahan yang dipakai sampai sekarang dimana siswa belajar menggunakan modalitas penglihatan dan pendengaran.

Obyek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitas dan bermateri.13

13

Wasty soemanto. Op .Cit, hlm. 18.

Untuk memungkinkan subyek mengadakan orientasi, maka subyek dapat menggambarkan dunia pengamatan menurut

(35)

aspek pengaturan tertentu. Aspek-aspek pengaturan itu berupa sudut-sudut tinjauan sebagai berikut: 1). Pengaturan menurut sudut tinjauan ruang, 2). Pengaturan menurut sudut tinjauan waktu, 3). Pengaturan menurut sudut tinjauan gestalt, 4). Pengaturan menurut sudut tinjauan arti.14

Pengaturan menurut sudut tinjauan arti, medan pengamatan digambarkan dengan hubungan arti, atau struktur arti. Berbagai obyek atau peristiwa yang sama, apabila ditinjau dari sudut arti dari masing-masing akan menunjukkan hal-hal yang sangat berbada, misalnya bentuk gedung sekolah, gedung asrama, gedung markas tentara, gedung rumah sakit yang bersamaan, namun artinya berbeda-bada. Bunyi lonceng gereja, lonceng

Pada pengaturan menurut sudut tinjauan ruang, menggambarkan dunia pengamatan dalam konsep-konsep seperti: atas-bawah, kanan-kiri, jauh-dekat, muka- belakang, dan sebagainya. Pengaturan menurut sudut tinjauan waktu menggambarkan dunia pengamatan digambarkan hubungannya dengan jarak waktu, jarak ruang, stabilitas benda (tetap atau tidak tetap) perjalanan waktu (dulu, sekarang dan yang akan datang), dan sebagainya.. Adapun pengaturan menurut sudut tinjauan gestalt adalah dunia pengamatan digambarkan sebagai bentukan-bentukan atau medan psikologis yang tersusun dalam kebulatan, kesatuan dan kebersamaan dari bagian-bagian. Bagian-bagian itu dapat terlepas dari keseluruhan dan berdiri sendiri, namun tidak mempunyai arti lagi kecuali bila bagian-bagian itu berada dalam konteks keseluruhan.

14

(36)

pabrik, lonceng kereta api, lonceng sekolah yang sama, tetapi masing-masing mempunyai arti yang berbeda satu sama lain.

Dari uraian- uraian yang telah dikemukakan di atas jelaslah bahwa di dalam pengamatan diperlukan suatu obyek pengamatan. Untuk menyadari atau mengamati obyek tersebut diperlukan pula adanya perhatian, sebab tanpa perhatian tidak akan terjadi. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian merupakan persiapan untuk mengadakan pengamatan. Perhatian

Perhatian dapat diartikan dua macam, yaitu: 1) Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa teruju kepada sesuatu objek. 2) Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktivitas.

Seseorang yang melakukan perhatian terhadap suatu hal tentu mempunyai latar belakang mengapa ia memperhatikan hal itu. Bagi seorang siswa ini sangat penting untuk diketahui agar di dalam mengikuti pelajaran siswa. Hal-hal yang menarik perhatian dapat ditunjukkan melalui tiga segi, yaitu: 1. Segi objek: hal-hal yang menarik perhatian yaitu hal-hal yang keluar dari konteknya, misalnya; benda yang bergerak dalam situasi lingkungan yang diam atau tenang, warna benda yang lain dari warna benda-benda di sekitarnya. 2. Segi subjek: hal-hal yang menarik perhatian adalah hal-hal yang sangat bersangkut-paut dengan pribadi subjek, misalnya: hal-hal yang bersangkut-paut dengan diri subjek, hal-hal yang bersangkut-paut dengan minat dan kesenangan subjek, 3. Segi komunikator, komunikator yang membawa subjek ke dalam posisi yang

(37)

sesuai dengan lingkungannya, misalnya: guru/komunikator yang memberikan pelayanan/perhatian khusus kepada subjek, guru/komunikator yang menampilkan dirinya di luar konteks lingkungannya.15

Ingatan. Mengingat berarti menyerap atau melekatkan pengetahuan dengan jalan pengecaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yaitu: 1) mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan, 2) menyimpang kesan, dan 3) memprodusi kesan-kesan.

Penelitian-penelitian mengenai perhatian telah menunjukkan adanya bermacam-macam perhatian yang ditinjau dari beberapa segi. Ada bermacam-macam perhatian, yang pada pokok-pokoknya meliputi: 1) Macam-macam perhatian menurut cara kerjanya: (a) perhatian spontan, (b) perhatian refleksif. 2) Macam-macam perhatian menurut intensitasnya: (a) perhatian intensif, (b) perhatian tidak intensif dan 3) Macam-macam perhatian menurut luasnya: (a) perhatian terpusat (b) perhatian terpencar.

Di dalam pendidikan, seorang siswa yang melakukan aktivitas disertai dengan perhatian penuh, diharapkan akan berhasil dalam mencapai prestasi yang diinginkan. Dengan demikian perhatian yang intensif terhadap sesuatu hal yang sedang dipelajari sangat diperlukan bagi proses belajar siswa.

Ingatan

16

15

Wasty soemanto. Op. Cit, hlm. 36.

16

(38)

Mencamkan atau menerima merupakan suatu aktivitas yang disadari baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Seseorang yang sering menjumpai kesan-kesan yang sama tanpa disengaja telah menemukan kesan-kesan tersebut kedalam ingatannya. Tetapi jika seseorang mempelajari suatu bidang ilmu pengetahuan, hal ini dikatakan orang tertsebut telah menerima kesan-kesan dengan sengaja.

Berdasarkan penyelidikan-penyelidikan, tiap-tiap orang mempunyai kemampuan yang brbeda dalam menerima apa yang diamati. Hal ini dapat disebabkan karena adanya faktor-faktor yang mampengaruhi seseorang dalam menemukan atau menerima sesuatu kesan. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu (1) bahan, dan (2) metode belajar.

Bahan pelajaran yang bermakna lebih mudah dimengerti dan diingat oleh siswa dari pada bahan yang sama sekali tidak bermakna. Dalam hal ini jika pelajaran baru dikerjakan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki atau lebih dimengerti dan diingat siswa. Misalnya, pada pelajaran sejarah seorang guru memberitahukan bahwa Perang Dunia ke II berakhir pada tahun 1945 mungkin akan segera dilupakan siswa. Akan tetapi apabila disampaikan dengan menjelaskan bahwa tahun berakhirnya Perang Dunia ke II adalah sama dengan tahun kemerdekaan negara Republik Indonesia. maka hal ini akan lebih mudah diingat karena sebagai bangsa Indonesia peristiwa kemerdekaan negaranya lebih bermakna dan selalu diingat.

(39)

Struktur bahan juga berpengaruh terhadap proses pencaman. Misalnya, deretan angka 27538416 secara keseluruhan akan sukar diingat. Biasanya siswa hanya mengingat angka dibagian awal dan akhir. Tetapi jika angka-angka tersebut ditulis dalam urutan yang berarti seperti 12345678 maka deretan angka ini akan lebih mudah dan dapat diingat oleh siswa. Jadi suatu pelajaran jika disampaikan dengan struktur yang jelas akan lebih mudah menerima dan diingat siswa.

Pemilihan metode belajar yang tepat dapat mempengaruhi proses pencaman seseorang. Jika dilihat dari pembagian bahan terdapat tiga metode belajar, yaitu (1) metode keseluruhan, (2) metode bagian, dan (3) metode gabungan.17

Jika ditinjau dari pembagian waktu belajar, belajar dalam waktu singkat namun sering (sekalipun bahan yang dipelajari dalam satu periode hanya sedikit) akan lebih menguntungkan dari pada mempelajari bahan Pada metode keseluruhan, seluruh bahan yang akan dihafal atau dipelajari dibaca dari permulaan sampai akhir, bahan yang diajari dibaca sebagian-sebagian.

Setelah seluruh bagian dikuasai maka bagian- bagian tersebut harus saling dihubungkan agar dapat diproduksikan secara keseluruhan. Sedangkan metode gabungan adalah penggunaan metode keseluruhan dan metode bagian secara bergantian. Disini mula-mula bahan dibaca secara keseluruhan. Apabila dijumpai bagian-bagian yang sukar maka pada bagian ini digunakan metode bagian.

17

(40)

sekaligus banyak dalam jangka waktu yang lama. Perlu diingat bahwa jarak waktu antar periode tidak boleh terlalu lama sebab ada kemungkinan bahan yang sudah dipelajari akan terlupa.

Pengulangan atau penyuaraan merupakan suatu bentuk belajar yang aktif yang merangsang perhatian dan motivasi sehingga dapat memperkuat daya ingat siswa. Jadi siswa tidak hanya membaca saja, melainkan juga harus menyuarakan. Hal ini dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang satu sama lain jaraknya tidak terlalu lama.

Setiap orang yang telah melakukan perbuatan belajar sedikit banyak akan mengingat hal-hal yang pernah dipelajarinya. Apa yang pernah tinggal didalam ingatan itu tidak selamanya akan tinggal dengan baik, karena pada suatu saat orang akan mengalami proses kelupaan. Hal mengenai mengingat dan lupa ini termasuk dalam suatu fase yang dinamakan fase penyimpanan atau retensi. Apabila seseorang dapat menyimpan sejumlah besar kesan-kesan dalam waktu lama, maka dikatakan sebagian besar orang tersebut mempunyai retensi yang baik.

Proses lupa pada tiap-tiap orang maupun pengaruh tiap-tiap situasi terhadap kelupaan tidak selalu sama. Ada orang yang cepat lupa pada satu hal tetapi dalam hal yang lain tidak. Menurut penelitian para ahli psikologi yang dirintis oleh Kbbinghaus, proses lupa segera terjadi setelah orang selesai belajar. Pofulasi yang dilupakan itu mula-mula bertambah dengan

(41)

cepat, tetapi pertambahan itu lalu menurun dan kemudian yang tersisa akan dapat disimpan dalam waktu yang relative lama.18

Sehubungan dengan hal di atas, interval atau jarak waktu antara memasukkan dan menimbulkan kembali juga dapat mempengaruhi daya retensi. Seseorang harus sering mengulang dalam interval yang pendek agar bahan dapat dikuasai dan diingat dengan baik. Dalam eksperimen yang dilakukan oleh Ebbinghaus maupun Boreas, kedua-duanya menunjukkan bahwa makin lama apa yang diingat itu makin menurun atau makin kurang baik diingat, keduanya menunjukkan grafik yang menurun, yang akhirnya bila tidak pernah ditimbulkan kembali akan sampai pada dasar, dan individu mengalami kelupaan.19

Fase evokasi yang biasanya disebut reproduksi adalah pengaktifan kembali hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan. Ini penting bagi proses Apa saja yang diisi dalam suatu interval harus benar-benar diperhatikan. Jika dalam interval diisi dengan bermacam-macam bahan maka bahan-bahan tersebut akan saling mengganggu sehingga hal ini akan mengakibatkan kelupaan. Proses ini disebut interferensi.

Hal lain yang dapat memperkuat daya retensi seseorang adalah apabila setelah mempelajari sesuatu orang tersebut istirahat atau tidur. Selama istirahat atau tidur berlangsung terjadi proses konsolidasi (penguatan) bahan yang telah dipelajari sehingga bahan-bahan dapat diingat dengan baik.

18

Ibid. hlm. 36.

19

Bimo Walgito. 1981. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. hlm. 110.

(42)

belajar siswa. Disini siswa diharapakn tidak hanya mampu menerima dan mengingat saja, melainkan juga harus mampu memproduksikan apa yang diterima sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya. Salah satu bentuk penerapan produksi yang sering dilakukan oleh siswa adalah ujian yang berbentuk essay atau isian.

Pikiran

Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal.20 Dalam proses berfikir orang menghubungkan pengertian satu dengan pengertian lain untuk mendapatkan pemecahan dari persoalan yang dihadapi. Pengertian-pengertian itu merupakan bahan atau materi yang digunakan dalam proses berfikir. Pengertian-pengertian itu dapat dinyatakan dengan kata-kata, gambar, simbul-simbul atau bentuk-bentuk lain.21

Dari uraian yang telah dikemukakan di atas ternyata seseorang itu berfikir bila menghadapi permasalahan atau persoalan. Terhadap siswa, pemecahan soal sangat penting bagi keberhasilannya di dalam berfikir. Dalam proses belajar-mengajar seorang guru sebaiknya dapat memberikan pengertian-pengertian yang tepat agar pelajaran yang disampaikannya dapat diterima siswa dengan baik. Dan untuk mengingatkan kemampuan berfikir siswa. Memberikan sejumlah kecil pengertian yang bermanfaat adalah lebih baik dari pada memberikan sejumlah besar pengertian namun tidak dapat digunakan dalam kegiatan belajar selanjutnya.

20

Wasty Soemanto. Op. Cit. hlm. 31.

21

(43)

Semakin banyak siswa dapat memecahkan persoalan maka daya fikirannya pun akan semakin baik. Agar siswa dapat berfikir dengan cepat dan tepat maka diperlukan suatu pengetahuan siap. Pengetahuan siap adalah pengertian yang sewaktu-waktu dapat digunakan secara cepat. Hal ini dapat dirasakan manfaatnya bagi siswa apabila ia harus menyelesaikan suatu soal dalam waktu singkat. Untuk menunjang itu semua guru dapat memberikan latihan-latihan yang bermanfaat. Dengan demikian siswa akan bertambah trampil di dalam mengerjakan tugasnya.

Setelah memperhatikan beberapa faktor psikologis yang mempengaruhi siswa dalam belajar, hal ini yang juga penting diperhatikan adalah umpan balik. Dengan adanya umpan balik siswa dapat mengetahui sejauh mana ia mampu menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

6. Pengertian Hasil belajar

Menurut Degeng yang dikutip oleh Wena “hasil belajar adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi yang berbeda.”22 Winkel yang dikutip oleh Purwanto mengungkapkan bahwa “hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.”23

22

Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 6.

23

Purwanto. Op.Cit. hlm. 45.

Menurut Purwanto “hasil belajar digunakan sebagai ukuran untuk mengetahuai seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

(44)

diajarkan.” 24

Sedangkan menurut Juliah yang dikutip oleh Jihad dan Haris bahwa “hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukannya.”25

a. Keterampilan intelektual, sejumlah pengetahuan mulai dari baca tulis hitung sampai kepada pemikiran yang rumit. Kemampuan intelektual tergantung kepada kapasitas intelektual kecerdasan seseorang dan pada kesempatan belajar yang tersedia.

Gagne dalam Mulyani Sumantri mengemukakan lima macam kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar sehingga pada gilirannya membutuhkan sekian macam kondisi belajar untuk pencapaiannya. Kelima macam kemampuan hasil belajar tersebut adalah :

b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang di dalam arti seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.

c. Informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta.

d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah, antara lain keterampilan menulis, mengetik, menggunakan jangka dan sebagainya. e. Sikap dan nilai, berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang

dimiliki seseorang, sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang, barang atau kejadian.26

Dengan demikian berdasarkan lima macam kemampuan hasil belajar dan uraian dari para ahli di atas, terkandung pengertian bahwa hasil belajar adalah pengukuran untuk mengetahui peningkatan dan penguasaan serta memberikan gambaran pencapaian program pengajaran secara menyeluruh yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran.

24

Ibid. hlm. 44.

25

Asep Jihad dan Abdul Haris. Op Cit. hlm. 14

(45)

B. Kerangka Berpikir

Belajar Matematika berhubungan erat dengan manipulasi angka-angka, pemahaman ide, konsep dan prinsip. Dan hal-hal tersebut harus dapat diterapkan oleh siswa kedalam situasi baru. Untuk itu diperlukan latihan-latihan teratur yang bermanfaat bagi satu pelajaran Matematika. Mencongak merupakan salah satu cara yang dapat dipakai untuk keperluan tersebut. Ini disebabkan karena dalam mencongak terdapat hal-hal yang erat kaitannya dengan Matematika.

Kemampuan berhitung merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki siswa untuk belajar Matematika. Jadi kemahiran melakukan perhitungan yang diperoleh dari mencongak dapat membantu siswa dalam mempelajari Matematika. Di samping itu mencongak juga dapat mempertajam daya ingat siswa. Di sini apa yang tersimpan dalam ingatan siswa dapat dijadikan sebagai pengetahuan siap bagi mata pelajaran Matematika. Pengamatan siap ini dapat dipergunakan sewaktu-waktu apabila siswa harus memecahkan soal Matematika dalam waktu singkat. Selain pengetahaun siap ternyata kecepatan dan ketelitian juga dapat diperoleh melalui mencongak, karena pada mencongak siswa bukan hanya menjawab dengan cepat saja, melainkan juga harus dapat menjawab secara cepat. Telah diketahui sebelumnya bahwa mencongak tidak memperkenankan pemakaian alat-alat bantu untuk menghitung. Jadi siswa harus berfikir sebaik-baiknya untuk dapat memecahkan soal-soal yang diberikan. Dengan demikian jelaslah

(46)

bahwa mencongak dapat meningkatkan daya fikir siswa. Dan bagi mata pelajaran Matematika, daya fikir yang baik sangat diperlukan terutama dalam pemecahan soal-soal.

Dari uraian di atas, jelaslah bahwa mencongak dapat mempengaruhi prestasi belajar Matematika. Melihat pengaruh ini maka dapat diperkirakan bahwa siswa yang berkemampuan baik dalam mencongak akan mempunyai prestasi belajar yang baik pula pada mata pelajaran Matematika.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diajukan di atas maka di-susunlah hipotesis sebagai berikut:

Ho = Tidak ada hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa kelas III SD.

H1 = Ada hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar

(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang terhadap siswa kelas tiga A pada bulan mei 2011, semester genap tahun pelajaran 2010-2011.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan teknik korelasi yaitu mencari hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar Matematika. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena informasi yang diperoleh dari penelitian survei dapat dikumpulkan dari seluruh populasi dan dapat pula hanya sebagian dari populasi.27

C. Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.28

27

Suharsimi Arikunto. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. hlm. 236.

28 .

.2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT. Rineka Cipta. hlm. 130.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang. Oleh karena itu populasi banyak, berjumlah 62 siswa terdiri dari 2 kelas yaitu: kelas A dan B.

(48)

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.29

D. Teknik Pengumpulan Data

Sampel yang digunakan adalah random sampling (sampling acak), yakni dari nomor ganjil yang diterima siswa, yang akan digunakan sebagai sampel. Dengan demikian sampel yang digunakan adalah siswa kelas III SDN Cipurwasari I. Dari 62 orang siswa merupakan populasi, sebagai sampelnya saya mengambil 31 orang siswa.

Data kemampuan mencongak diperoleh melalui tes mencongak. Tes ini sebagian besar memuat soal-soal perhitungan dari bilangan-bilangan dengan menggunakan operasi-operasi hitung yang sudah dipelajari. Beberapa buah soal cerita pendek juga diberikan sebagai aplikasi dari operasi hitung yang menggunakan bahasa. Isi dari soal cerita disesuaikan dengan alam lingkungan dan kehidupan sehari-hari agar lebih mudah dimengerti. Data prestasi belajar matematika siswa diperoleh melalui tes tertulis. Bentuk soal yang diberikan pada tes ini adalah bentuk isian. Selain operasi hitung, materi tes tertulis juga memuat pokok bahasan lain misalnya ilmu ukur, himpunan dan sebagainya.

Penilaian pada tes tertulis maupun mencongak adalah berdasarkan “percentages correction” atau penilaian yang didasarkan atas persentase. Cara ini lebih cepat dipertanggungjawabkan karena nilai yang diperoleh siswa

29

(49)

mencerminkan besarnya persentase penguasaan siswa terhadap bahan ajar yang telah dipelajarinya.30 dengan alasan inilah maka penulis memilih cara tersebut untuk memberi penilaian terhadap tes tertulis dan mencongak.

Rumus penilaian “Persentages correction” adalah: S = X SM

Dengan: S : Skor yang dicari/ diharapkan. R : Skor mentah yang diperoleh.

N : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan.

SM : “Standard mark” (Besar skala penilaian yang dikehendaki). Dalam penelitian ini skala penilaian yang dipakai 1-100. Skor maksimum ideal dari mencongak disesuaikan dengan jumlah item yang ada31

E. Uji Coba Instrumen Penelitian

Jadi tiap-tiap item diberi skor 10. Demikian pula halnya dengan tes tertulis. Apabila tiap-tiap item mempunyai isian lebih dari satu, maka skor tiap-tiap isian adalah 10 dibagi jumlah isian. Misalnya sebuah item yang mempunyai dua isian akan diberi skor 5 untuk tiap-tiap isian. Jadi apabila dari dua isian hanya satu yang benar, maka item tersebut diberi skor 5.

Untuk memperoleh data diatas penulis menyususn soal sendiri berdasarkan pada kurikulum yang berlaku dan hasil konsultasi dari masing-masing guru kelas.

30

M. Ngalim Purwanto. 1982. Evaluasi Penidikan. Jakarta : Nasco. hlm. 86.

31

(50)

Uji coba instrumen sangat diperlukan untuk mengetahui layak atau tidak instrumen tersebut digunakan dalam penelitian. Instrumen yang di uji cobakan adalah berupa dua buah tes yaitu tes kemampuan mencongak dan tes prestasi belajar. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui keadaan instrumen. 1. Validitas Kemampuan Mencongak

Validitas yang di pakai pada penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi tes sejauh mana tes dapat mengukur apa yang dimaksudkan untuk di ukur. Untuk menguji validitas dipergunakan rumus Pearson Product Moment adalah:

rhitung =

Keterangan:

rhitung : Koefisien korelasi

ΣXi : Jumlah skor item

ΣYi

n : Jumlah responden

: Jumlah skor total (seluruh item)

32

2. Reliabilitas Kemampuan Mencongak

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui keajegan instrumen apabila diberikan berulang kali pada objek yang sama. Suatu tes dikatakan reliabel apabila beberapa kali penelitian menunjukkan hasil yang relatif sama.

Rumus yang digunakan yaitu Metode Alpha sebagai berikut:

32

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti

(51)

r11 =

Keterangan:

r11 : Nilai Reliabilitas

ΣSi : Jumlah varians skor tiap-tiap item St

k : Jumlah item : Varians total

33

Untuk menghitung varians skor tiap-tiap item menggunakan rumus: ΣXi² –

Si = ——————

N Keterangan:

Si : Varians skor tiap-tiap item ΣXi² : Jumlah kuadrat item Xi

(ΣXi)² : Jumlah item Xi dikuadratkan

N : Jumlah responden

Untuk menghitung varians total menggunakan rumus: Σt²– St = —————— N Keterangan: St : Varians total ΣXt ( ΣX

² : Jumlah kuadrat X total

t

33

Ibid. hlm. 115.

(52)

N : Jumlah responden

3. Validitas Hasil Belajar

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pada penelitian ini untuk menguji validitas instrumen tes hasil belajar matematika menggunakan rumus point biserial correlation dengan rumus:

pbi =

Keterangan:

pbi : koefisien korelasi biserial

MP : rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari

validitasnya. Mt : rerata skor total

St : standar devisi dari skor total

p : proporsi siswa yang menjawab benar

q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 – p ) Kriteria pengujian validitas instrumen

pbi hitung > pbi tabel = valid pbi hitung < pbi tabel = tidak valid34

34

Suharsimi Arikunto. 2007. Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hlm. 79.

(53)

4. Reliabilitas Hasil Belajar

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup untuk dipercaya digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. Untuk instrumen tes kemampuan mencongak dan instrumen tes hasil belajar matematika siswa, uji reliabilitas tes menggunakan rumus Kuder Richardson- 20 (KR-20), yaitu:

r11 =

Keterangan: r11

p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar : Koefisien reliabilitas seluruh item

q : Proporsi subjek yang menjawab item yang salah (q= 1- p) k : Banyaknya item

s : Standar deviasi tes

F. Teknik Analisa Data

Untuk mengungkap hubungan antara variabel bebas (kemampuan mencongak) dan variabel terikat (hasil belajar matematika) menggunakan teknik korelasi dengan regresi linier sederhana dengan uji signifikansi pada taraf α = 0,05. Adapun uji hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(54)

1. Menguji normalitas sampel dimana uji normalitas tes kemampuan mencongak dan tes hasil belajar matematika siswa menggunakan uji Lilliefors.

Rumus: Lo = F (Zi) – S (Zi

2. Adapun langkah – langkah pengujian normalitas tersebut sebagai berikut : )

a. Pengamatan x1, x2, ..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ..., zn

dengan menggunakan rumus z1

s x xi

= ( x dan s masing – masing merupakan rata – rata dan simpangan baku sampel )

b. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z < zi

c. Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, ..., zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(z

). i S(z ), maka i) =

d. Hitunglah selisih F(zi) – S(zi

e. Ambil harga yang paling besar diantara harga – harga mutlak selisih tersebut, sebutlah harga terbesar ini L

) kemudian tentukan harga mutlaknya.

o. Kriteria pengujian tolak Ho jika Lo > Ltabel

3. Regresi Linier Sederhana dengan rumus sebagai berikut: dengan taraf nyata α = 0,05.

Υ= a + bx

Dimana a dan b dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(55)

a =

b =

Keterangan:

a dan b : koefisien regresi

X dan Y : skor untuk variablel X dan Y n : jumlah sampel

Selanjutnya adalah menghitung korelasi dengan menggunakan rumus Product Moment, yaitu :

r

xy

=

Keterangan: rxy

ΣY : Jumlah seluruh skor Y

: Angka Indeks Korelasi ”r” Product Moment N : Number of Cases

ΣXY : Jumlah hasil perkalian antar skor X dan skor Y ΣX : Jumlah seluruh skor X

35

35

Anas Sudijono. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada. hlm. 206.

Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤+I). Apabila nilai r=I artinya korelasinya negatif sempurna: r =0 artinya tidak ada korelasi:dan r = I berarti korelasinya sangat kuat.

(56)

Selanjutnya untuk menyatakan besar kecilnya sumbangan kemampuan mencongak dengan hasil belajar dapat ditentukan dengan rumus koefisien diterminan sebagai berikut;

KP = r² x 100%

Keterangan : KP : Nilai Koefisien Diterminasi n : Nilai Koefisien Korelasi

Selajutnya uji signifikan yang berfungsi mencari makna hubungan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika, maka hasil korelasi Pearson Product Moment tersebut diuji dengan Uji Signifikan dengan rumus :

t

hitung=

Keterangan : t : Nilai t

r : Nilai Koefisien Korelasi

hitung

n : Jumlah Sampel Kaidah Pengujian: Jika t hitung ≥ t tabel

Jika t

, maka menolak Ho artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang.

hitung ≤ t tabel, maka menerima HO artinya terdapat hubungan

kemampuan mencongak dengan hasil belajar matematika siswa kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang.

(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

1. Data Hasil Kemampuan Mencongak

Berdasarkan hasil penelitian, didapat data tentang kemampuan mencongak siswa kelas III dengan nilai tertinggi 88 dan nilai terendah 40 lampiran 20 halaman 86. Nilai rata-rata (mean) 65,19, simpangan baku 12,01 median 64,77, dan modus 64 pada lampiran 20 halaman 88,89. Distribusi frekuensi dari data kemampuan mencongak siswa adalah sebagai berikut :

a. Rentangan (R)

R = Data terbesar – data terendah R = 88 – 40 R = 88 b. Banyak Kelas (K) K = 1+3,3 log n = 1+3,3 log (31) = 1 + 3,3 (1,4913) = 1 + 6,413

(58)

= 7, 413 = 7 c. Panjang Interval P = P = P = 6,85 (dibulatkan menjadi 7) Tabel 4.1

Daftar Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mencongak Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang

N o Kelas Interval Nilai Tengah F Batas Bawah Batas Atas Fk Fr 1 40 – 46 43 2 39,5 46,5 2 129,03 2 47 – 53 50 3 46,5 53,5 5 51,61 3 54 – 60 57 5 53,5 60,5 10 174,19 4 61 – 67 64 9 60,5 67,5 19 196,77 5 68 – 74 71 5 67,5 74,5 24 219,35 6 75 – 81 78 4 74,5 81,5 28 241,93 7 82 – 88 85 3 81,5 88,5 31 264,51 Σ 31 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Histogram

f

Batas Nyata Poligon Nilai Tengah

Y

1

(59)

Gambar 4.1

Grafik Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mencongak Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang

2. Data Hasil Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan hasil penelitian, didapat data tentang hasil belajar siswa kelas III dengan nilai tertinggi 90 dan nilai terendah 30 lampiran 21 halaman 92. Nilai rata-rata (mean) 64,67, simpangan baku 13,84, median 66,11 dan modus 8, Pada lampiran 21 halaman 94

Distribusi frekuensi dari data hasil belajar matematika siswa adalah sebagai berikut :

a. Rentangan (R)

R = Data tertinggi – Data terendah R = 90 - 30 R = 60 b. Banyak Kelas (K) K= 1 + 3,3 Log n K = 1 + 3,3 Log (31) K = 1 + 3,3 (1, 4913) K = 1 + 6, 413 K = 7, 413 K= 7

(60)

P = P =

P = 8,57 (dibulatkan menjadi 9) P = 9

Tabel 4.2

Daftar Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang

N o Kelas Interval Nilai Tengah F Batas Bawah Batas Atas Fk Fr 1 30 - 38 34 1 29,5 38,5 1 122,58 2 39 - 47 43 3 38,5 47,5 4 151,61 3 48 - 56 52 5 47,5 56,5 9 180,64 4 57 - 65 61 8 56,5 65,5 17 209,67 5 66 - 74 70 7 65,5 74,5 24 238,71 6 75 - 83 79 5 74,5 83,5 29 267,74 7 84 – 92 88 2 83,5 92,5 31 296,77 Σ 31 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Histogram

f

Batas Nyata Poligon Nilai Tengah

Y

1

(61)

Gambar 4.2

Grafik Distribusi Frekuensi Data Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I Tegalwaru Karawang

a. Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan yaitu uji Lilliefors pada taraf signifikansi 5%. Adapun kriterianya sebagai berikut:

Ho H

: Data berdistribusi normal

O

Terima Ho

: Data tidak berdistribusi normal jika Lhitung < Ltabel

Tolak H

: Data berdistribusi normal

O jika Lhitung≥ Ltabel

Hasil penelitian uji normalitas pada lampiran 22 halaman 96 kemampuan mencongak L

: Data tidak berdistribusi normal

hitung < Ltabel yakni 0,1187 < 0,159 pada taraf

nyata α= 0,05 dengan n = 31, maka dapat diambil kesimpulan bahwa data berdistribusi normal. Sedangkan hasil uji normalitas hasil belajar matematika siswa pada lampiran 24 halaman 99 diperoleh Lhitung < Ltabel

Tabel 4.3

yakni 0,1262 < 0,159. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

Hasil Uji Normalitas Kemampuan Mencongak dengan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas III SDN Cipurwasari I

Variabel N Lhitung Ltabel Simpulan

X 31 0,1187 0,159 Berdistribusi Normal Y 31 0,1262 0,159 Berdistribusi Normal b. Uji Linieritas

(62)

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan persamaan regresi linier sederhana = a + bX. Setelah dilakukan perhitungan pada lampiran 25 halaman 100 didapat nilai a sebesar 7,24 dan nilai b sebesar 1,12, sehingga persamaan regresi yaitu: = 7,24 + 1,12X, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan mencongak berpengaruh poistif (+) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas III yang berarti setiap meningkat 1 skor nilai mencongak maka hasil belajar siswa juga meningkat sebesar 1,12 pada konstanta 7,24.

Setelah didapat persamaan regresi linier, kermudian akan diuji regresinya dengan menggunakan Analisis Varians (ANAVA) dengan pengujian hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis HO: = 0

H0: > 0

2. Kriteria Pengujian

HO diterima jika Fhitung = < Ftabel,

H

maka persamaan regresi tidak signifikan

O ditolak jika Fhitung = > Ftabel,

Berdasarkan perhitungan regresi linier dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan n=31 didapat F

maka persamaan regresi signifikan.

tabel = 4,18. Karena Fhitung =580,47 > 4,18

(63)

Untuk menguji keberartian regresi linier dengan taraf signifikansi a=0,05 dan n = 31,didapat Fhitung

F

=1,380. Jika α=0,05 dengan dk pembilang 10 dan dk penyebut 19 dari daftar distribusi F didapat

hitung = 1,380, karena Fhitung < Ftabel

Adapun grafik dari regresi linier adalah sebagai berikut:

, maka koefisien regresi signifikan. Dengan demikian berdasarkan hipotesis yang dibuat Ho ditolak yang berarti model regresi adalah linier, artinya terdapat hubungan yang linier antara dua variabel.

Gambar 4.3

Grafik Regresi Linear Sederhana

B. Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis menggunakan rumus korelasi pearson product moment. Dari hasil pengujian pada lampiran 26 halaman 105 didapat korelasi sebesar 0,979, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh mencongak terhadap

Gambar

tabel   = 0,361. Karena r hitung   &gt; r tabel,  maka dapat disimpulkan bahwa butir soal tes  prestasi balajar matematika reliabel
tabel  = 0,361. Karena r hitung  &gt; r tabel , maka dapat di simpulkan bahwa instrument tersebut  Reliabel
tabel   = 0,361. Karena r hitung   &lt;  r tabel , maka dapat di simpulkan bahwa instrument  tersebut Tidak Reliabel
Grafik Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Mencongak Siswa   012345678910Histogram f  Batas Nyata Poligon Nilai Tengah Y1
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pendapatan operasional yang terdiri dari pendapatan bunga bersih dan pendapatan operasional lainnya, tumbuh 25,0% menjadi Rp19,6 triliun pada semester I 2014 dari Rp15,7

berhubungan dengan stres kerja pada perawat di ruang rawat inap rumah sakit jiwa provinsi sulawesi tenggara tahun 2016 Beban Kerja, Shift Kerja, Hubungan Interpersonal,

Dengan memahami seberapa besar pengaruh kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan, perusahaan atau pemilik bisnis online diharapkan

Untuk meningkatkan hasil belajar maka mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Riau perlu meningkatkan minat membaca sehingga secara tidak

Khunṡa ini antara kelamin ganda. Sementara dimasyarakat itu dalam bahasanya menganggap bahwa khunṡa itu banci, yang namanya bahasakan bisa mengatakan dia

Hal ini dikarenakan fungsi dari dioda zener itu sendiri dimana kondisi dioda zener dapat konduk dalam dua keadaan, yaitu saat forward maupun reverse sedangkan pada

Kematian ibu juga menjadi tantangan dari waktu ke waktu. Ada berbagai penyebab kematian ini baik penyebab langsung maupun tidak langsung, maupun faktor penyebab yang sebenarnya

Terkait hasil penelitian pada kedua mata kuliah di Prodi PMA yaitu kalkulus dan teori peluang, diperoleh hasil bahwa dengan subjek yang sama yaitu mahasiswa semester IV