• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

5. Pengertian belajar

Belajar bagi manusia merupakan suatu yang sangat penting, karena dengan belajar kemajuan sesuatu dapat tercapai. Dan karena belajar pula, manusia dapat menghadapi berbagai masalah dan tantangan hidup.

Dalam hal menuntut ilmu (belajar) dalam hadits diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah bahwa belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim.

مه,ىا بهط م ص للها قوور لىا ل قا كهىام ب سنا ع

)ا ام با هاور ( مهسم لد هع ا صيرف

Artinya : Dari Anas bin Malik ra., Berkata rasulullah SAW :

“mencari ilmu itu diwajibkan atas tiap-tiap muslim.” (Buku Hafalan Hadist dan Doa Harian untuk RA (K3RA), 2010 : 13).

24

Berdasarkan pernyataan tersebut, menunjukkan betapa pentingnya ilmu pengetahuan sehingga semua orang wajib untuk menuntutnya. Berangkat dari uraian tentang arti penting belajar, maka selanjutnya akan diterangkan tentang pengertian belajar.Untuk memastikan pengertian belajar secara obyektif adalah sulit, karena masalah belajar adalah masalah yang sangat pelik dan kompleks. Oleh karena itu banyak ahli berbeda dalam mengemukakan pendapatnya namun dari perbedaan pendapat tersebut dapatlah diambil suatu pengertian atau kesamaan secara esensil untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang arti belajar maka akan diterangkan beberapa definisi tentang belajar : Belajar berasal dari kata ajar yang berarti barang apa yang dikatakan kepada orang supaya diketahui atau dituruti. Sedangkan menurut istilah belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku baru berkat pengalaman dan latihan (Oemar Hamalik, 1983 : 21).

Dalam literatur yang lain diterangkan. Menurut Chaplin dalam

Dictionary of Psychology membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relative menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman. Rumusan keduanya belajar adalah proses memperoleh respon- respon sebagai akibat adanya latihan khusus. Jadi kita bisa mengambil kesimpulan dari pendapat Chaplin bahwa belajar itu adalah suatu proses

25

kegiatan untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai akibat latihan dan pengalaman secara khusus (Muhibbin Syah, 1995 : 89).

Menurut Sholeh Abdul Azis dan Abdul Aziz Abdul Majid.

“Belajar adalah suatu perubahan di dalam pemikiran siswa yang dihasilkan dari pengalaman terdahulu kemudian menimbulkan perubahan baru dalam pemikiran siswa” (Shaleh Abdul Aziz, Abdul Aziz Abdul Majid, 1968 : 169).

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku pada di ri seseorang sebagai akibat latihan dan pengalaman yang dilaksanakan secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan pengetahuan, kecakapan d a n ke t er a m p i l a n s er t a t i n gka h l a ku b a ru ya n g l e b i h b ai k. Berangkat dari definisi-definisi di atas dapatlah dilihat bahwa mereka nampaknya sepakat yakni belajar merupakan proses perubahan tingkah laku, orang yang tadinya tidak tahu setelah belajar menjadi tahu, jelasnya proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan terjadi karena hasil pengalaman dan latihan secara khusus. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses belajar itu terjadi apabila orang yang belajar itu menunjukkan tingkah laku yang berbeda. Misal orang yang telah belajar akhirnya dapat membuktikan pengetahuan tentang fakta-fakta baru atau dapat me lakukannya sesuatu yang baru pula.

26 6. Evaluasi Hasil Belajar

Dalam pelaksanaan pendidikan khususnya kegiatan belajar mengukur banyak hal-hal yang harus diperhatikan. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, juga harus diperhatikan bagaimana kita bisa mengetahui berhasil tidaknya suatu proses belajar mengajar. Oleh karena itu diperlukan suatu alat untuk bisa mengukurnya yaitu dengan evaluasi.

Evaluasi adalah merupakan suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrument dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar anak didik dan memberikan masukan kepada guru mengenai yang dilakukan dalam pengajaran (Chabib Thoha, 1990 : 1).

Evaluasi ini sangat perlu diketahui oleh guru dalam proses belajar mengajar, sehingga guru dapat mengetahui tingkat atau taraf belajar yang telah dicapai siswa. Dan penilaian ini biasanya lebih banyak diberikan dalam bentuk angka. Adapun tujuan utama dari penilaian dalam pendidikan adalah memberi nilai dari hasil belajar. Sedangkan penilaian itu dapat diadakan dengan cara ulangan atau test.

27 Jenis-jenis alat evaluasi

Pada umumnya alat evaluasi dapat dibedakan menjadi 2 yaitu tes dan non tes.

a. Tes

Menurut Chabib Thoha (1990 : 2) pengertian tes lebih ditekankan pada penggunaan alat pengukuran.

Sedangkan Sumadi Suryabrata memberikan pengertian tes adalah pertanyaan - pertanyaan yang harus dijawab dan atau perintah–perintah yang harus dijalankan, yang mendasarkan harus bagaimana testee menjawab pertanyaan- pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standar atau testee yang lain (Sumadi Suryabrata, 1984:22). Tes yang sudah distandarisasi ialah tes yang telah mengalami proses validitas (ketepatan) dan reliabilitas (ketetapan) untuk suatu tujuan tertentu dan sekelompok siswa tertentu.

Tes terutama digunakan untuk menilai kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan fungsinya untuk mengukur keberhasilan siswa, tes dapat dibedakan dalam empat jenis, yaitu :

28 1) Tes Penempatan

Tes penempatan adalah tes untuk mengukur kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik, kemampuan tersebut dapat dipakai meramalkan kemampuan peserta didik pada masa mendatang, sehingga kepadanya dapt dibimbing, diarahkan atau ditempatkan pada jurusan yang sesuai dengan kemampuan dasarnya.

2) Tes Formatif

Tes formatif diselenggarakan pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, diselenggarakan secara periodik, yang isinya mencakup semua unit pelajaran yang telah diajarkan.Tujuan utamanya untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan proses belajar mengajar, dimana bisa dipakai untuk memperbaiki dan menyempurnakannya

3) Tes Sumatif

Tes ini disebut tes akhir semester atau Evaluasi Tahap Akhir (EBTA). Tes ini bertujuan untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik secara menyeluruh, materi yang diujikan seluruh pokok bahasan dan tujuan pengajaran dalam satu progam tahunan atau semesteran, masing-masing pokok bahasan terwakili dalam butir-butir soal yang diujikan. Hasil evaluasi sumatif dipakai untuk membuat keputusan penting

29

bagi peserta didik, misalnya untuk penentuan kenaikan kelas, kelulusan sekolah, dan membuat keputusan lainnya yang terkait dengan kepentingan peserta didik.

4) Tes Diagnostic

Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui sebab kegagalan peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu dalam menyusun butir-butir soal seharusnya menggunakan item yang memiliki tingkat kesukaran rendah. Dan tes diagnostik dapat digunakan untuk kepentingan lain sesuai dengan terapi yang ingin dilakukan terhadap peserta didik. Contohnya untuk kepentingan seleksi, kepentingan pemilihan jabatan dan lapangan studi, psikoterapi, bimbingan dan penyuluhan (Chabib Thoha,1990 : 46-49).

Ditinjau dari segi pelaksanaannya, tes terdiri dari dua yaitu : a). Tes tertulis

Tes adalah tes yang soal dan jawaban yang diberikan oleh peserta didik berupa bahasa tulisan. Bentuk tesnya yaitu obyektif dan uraian.

b). Tes lisan

Tes lisan merupakan alat penilaian yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung untuk mengetahui kemampuan-kemampuan berupa proses

30

berfikir siswa dalam memecahkan suatu masalah, mempertangungjawabkan pendapat dan penguasaan materi. c). Tes perbuatan atau tindakan

Tes perbuatan atau tindakan adalah tes dimana respon atau tindakan, tingkah laku kongkrit. Alat yang digunakan untuk melakukan tes ini adalah observasi atau pengamatan terhadap tingkah laku tersebut (Chobib Thoha, 1990 : 54,59,63).

b. Non Tes, digunakan untuk menilai aspek tingkah laku. Dilihat dari segi pelaksanaannya, non tes berupa :

1) Wawancara

Wawancara adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak artinya responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan (Suharmi Arikunto,1995 : 27).

2) Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.

31 3). Riwayat Hidup

Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, akan dapat ditarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan dan sikap dari obyek yang dinilai (Suharmi Arikunto, 1995 : 28).

Dokumen terkait