• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Bidan

Dalam dokumen Tesis Dewi Ratna Pratiwi S021308016 (Halaman 39-56)

A. Tinjauan Pustaka

2. Pengertian Bidan

Bidan merupakan profesi yang diakui oleh internasional maupun nasional yang mana pengertian bidan telah diakui oleh International Confederation of Midwives (ICM) pada tahun 1972 dan Internasional Federation of International Gynecologist and Obstetritian (FOGI).

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan, memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mermpunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat-tempat pelayanan lainnya (PP IBI, 2006).

Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesi Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 Tentang Standar Profesi Bidan, bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui oleh pemerintah dan organisasi profesi di wilayah negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk di register, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menjelaskan bahwa bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku, dicatat (registrasi), commit to user

diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek. Ciri-ciri Bidan sebagai profesi yaitu :

a. Dipersiapkan melalui pendidikan normal

b. Memiliki alat dalam menjalankan tugasnya yang disebut : standar pelayanan kebidanan dan kode etik dan etika kebidanan

c. Memiliki kelompok ilmu pengetahuan yang jelas dalam menjalankan profesinya

d. Memiliki kewenangan dalam menjalankan tugasnya

e. Memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan sesuai kebutuhan masyarakat

f. Memiliki wadah organisasi profesi

g. Memiliki karakteristik yang khusus dan dikenal masyarakat

h. Menjadikan bidan sebagai suatu pekerjaan dan sumber utama kehidupan Selain itu bidan juga mempunyai karakteristik profesionalisme yang berkaitan dengan praktek kebidanan dalam pelayanan sehari-hari. Sifat terbuka atau mampu menerima perubahan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelayanan kebidanan yang mana bidan dituntut harus mampu menguasai dan menggunakan pengetahuan teoritis sehingga permasalahan dapat diselesaikan dengan baik. Dan seorang bidan juga harus mengembangkan dirinya dengan pengetahuan terbaru tentang kebidanan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan. Pada saat seorang bidan ingin membuka praktek kebidanan maka harus dilalui dengan beberapa prosedur guna untuk meyakinkan masyarakat bahwa bidan tersebut mampu memberikan pelayanan yang aman, nyaman dan tepat dengan mempunyai surat izin praktek bidan (PP IBI, 2006).

Bidan sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan seluruh aktivitasnya baik sebagai tenaga fungsional yang secara langsung memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu dan anak, maupun sebagai tenaga struktural dituntut bekerja secara profesional yaitu bekerja sesuai dengan standar yang ada. Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan, dan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan prakteknya.

Kompetensi bidan dalam dokumen ini adalah meliputi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu ada sembilan dengan penjabaran sebagai berikut :

a. Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu- ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.

b. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua.

c. Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan.

d. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir.

e. Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat.

f. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan.

g. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bulan-5 tahun).

h. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif kepada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai budaya setempat.

i. Bidan melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan reproduksi.

Dalam melaksanakan profesinya menurut PP IBI (2006), bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.

a. Peran Sebagai Pelaksana

Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga kategori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.

1. Tugas Mandiri

Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu : Menetapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan; Memberi pelayanan dasar pranikah pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan mereka aktor utama; Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal; Memberi asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir; Memberi asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana; Memberi asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause; Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga.

2. Tugas Kolaborasi

Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu : Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi; Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan commit to user

pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

3. Tugas Ketergantungan

Tugas-tugas ketergantungan (merujuk) bidan, yaitu :Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatruratan; Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentu dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga; Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan keluarga; Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatruratan yang memerlukan konsultasi rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.

b. Peran Sebagai Pengelola

Sebagai pengelola bidan memiliki dua tugas : Mengembangkan Pelayanan Dasar Kesehatan Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan, terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/klien; Bidan berpartisipasi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain di wilayah kerjanya melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader kesehatan, serta tcnaga kesehatan lain yang berada di bawah bimbingan dalam wilayah kerjanya.

c. Peran Sebagai Pendidik

Sebagai pendidik bidan memiliki dua tugas yaitu :Memberi Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan Pada Klien Bidan memberi pendidikan dan commit to user

penyuluhan kesehatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, serta masyarakat) tentang penanggulangan masalah kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; Melatih dan Membimbing Kader Bidan melatih dan membimbing kader, peserta didik kebidanan dan keperawatan, serta membina dukun di wilayah atau tempat kerjanya.

d. Peran Sebagai Peneliti/Investigator

Peran bidan sebagai peneliti atau investigator adalah: mengidentifikasi kebutuhan investigasi yang akan dilakukan, menyusun rencana kerja pelatihan, melaksanakan investigasi sesuai dengan rencana.

e. Asuhan Kehamilan (Antenatal Care/ ANC) 1. Pengertian

Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil, hingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 2010).

Menurut Prawiroharjo (2009), pemeriksaan kehamilan merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC), petugas mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine serta ada tidaknya masalah atau komplikasi (Saifudin, 2008).

Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kontak ibu hamil dengan pemberi perawatan/asuhan dalam hal mengkaji kesehatan dan kesejahteraan bayi serta kesempatan untuk memperoleh informasi dan memberiinformasi bagi ibu dan petugas kesehatan. commit to user

2. Tujuan

Menurut Prawiroharjo (2009) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan wanita hamil sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka pada post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.

Menurut Depkes RI (2014) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat.

Menurut Muchtar (2005) tujuan Antenatal Care (ANC) adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan dan nifas, sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat.

1) Tujuan Umum

a) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin.

b) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, maternal dan sosial ibu dan bayi.

c) Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.

d) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian

ASI Eksklusif.

f) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

g) Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. 2) Tujuan Khusus

a) Mengenali dan mengobati penyulit-penyulit yang mungkin diderita sedini mungkin.

c) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.

3. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : sampai dengan kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester kedua (14-28 minggu) satu kali kunjungan dan kehamilan trimester ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan (Saifuddin, 2008).

Menurut Muchtar (2005), jadwal pemeriksaan antenatal yang dianjurkan adalah :

1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal yaitu sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan

2) Periksa ulang 1 kali sebulan sampai kehamilan 7 bulan 3) Periksa ulang 2 kali sebulan sampai kehamilan 9 bulan 4) Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan 5) Periksa khusus bila ada keluhan atau masalah

Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal standar untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan disini dapat diartikan ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan atau sebaliknya petugas kesehatan yang mengunjungi ibu hamil di rumahnya atau posyandu. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala yang dibagi menjadi beberapa tahap, seperti :

1) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)

Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan trimester I, dimana usia kehamilan 1 sampai 12 minggu.

2) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4)

Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan > 24 minggu. Menurut Departemen Kesehatan RI (2002), pemeriksaan kehamilan berdasarkan kunjungan antenatal dibagi atas :

1) Kunjungan Pertama (K1)

Meliputi : identitas/biodata, riwayat kehamilan, riwayat kebidanan, riwayat kesehatan, riwayat sosial ekonomi, pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, penyuluhan dan konsultasi.

2) Kunjungan Keempat (K4)

Meliputi : anamnese (keluhan/masalah), pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan, pemeriksaan psikologis, pemeriksaan laboratorium bila ada indikasi/diperlukan, diagnosa akhir (kehamilan normal, terdapat penyulit, terjadi komplikasi, atau tergolong kehamilan risiko tinggi), sikap dan rencana tindakan (persiapan persalinan dan rujukan).

4. Pelayanan/asuhan standar minimal Antenatal Care (ANC)

Asuhan standar minimal dalam pemeriksaan kehamilan meliputi 14 T yaitu (timbang) berat badan, ukur (tekanan) darah, ukur (tinggi) fundus uteri, pemberian imunisasi (tetanus toxoid), pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular sexual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. , terapi kebugaran, tes vdrl, tes reduksi urine, tes protein urine, tes hb (haemoglobin), terapi iodium dan terapi malaria.

Pelayanan/asuhan antenatal ini hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil seara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini.

Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponen-komponen sebagai berikut: Mengupayakan kehamilan yang sehat; Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan; commit to user

Persiapan persalinan yang bersih dan aman; Perencanaan antisipstif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.

Beberapa kebijakan teknis pelayanan antenatal rutin yang selama ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan cakupan pelayanan antara lain meliputi : Deteksi dini ibu hamil melalui kegiatan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan stiker dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dengan melibatkan kader dan perangkar desa serta kegiatan kelompok Kelas Ibu Hamil; Peningkatan kemampuan penjaringan ibu hamil melalui kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun; Peningkatan akses ke pelayanan dengan kunjungan rumah. Peningkatan akses pelayanan persalinan dengan rumah tunggu.

Intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah perlakuan yang diberikan kepada ibu hamil setelah dibuat diagnosa kehamilan. Adapun intervensi dalam pelayanan antenatal care adalah :

a) Intervensi Dasar meliputi Pemberian Tetanus Toxoid (TT). Tujuan pemberian TT adalah untuk melindungi janin dari tetanus neonatorum, pemberian TT baru menimbulkan efek perlindungan bila diberikan sekurang-kurangnya 2 kali dengan interval minimal 4 minggu, kecuali bila sebelumnya ibu telah mendapatkan TT 2 kali pada kehamilan yang lalu atau pada masa calon pengantin, maka TT cukup diberikan satu kali (TT ulang). Untuk menjaga efektifitas vaksin perlu diperhatikan cara penyimpanan serta dosis pemberian yang tepat. Dosis dan pemberian 0,5 cc pada lengan atas Jadwal pemberian TT; dan Pemberian Vitamin Zat Besi. Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat. Di mulai dengan memberikan satu sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 Mg (zat besi 60 Mg) dan Asam Folat 500 Mg, minimal masing-masing 90 tablet. Tablet besi sebaiknya tidak di minum bersama teh atau kopi, karena mengganggu penyerapan (Saifudin, 2008).

b) Intervensi Khusus

Intervensi khusus adalah melakukan khusus yang diberikan kepada ibu hamil sesuai dengan faktor resiko dan kelainan yang ditemukan, menurut Mochtar (2005) intenvensi khusus meliputi:

1) Faktor resiko, meliputi: umur (terlalu muda, yaitu dibawah 20 tahun dan terlalu tua, yaitu diatas 35 tahun); paritas (paritas 0, seperti primi gravidarum dan belum pernah melahirkan, Paritas > 3); interval (jarak persalinan terakhir dengan awal kehamilan sekurang-kurangnya 2 tahun); tinggi badan kurang dari 145 cm; lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm.

2) Komplikasi kehamilan, meliputi: komplikasi obstetri langsung (perdarahan, pre eklamasi/eklamsia, kelainan letak lintang, sungsang primi gravida, anak besar, hidramnion, kelainan kembar, ketuban pecah dini dalam kehamilan); komplikasi obstetri tidak langsung (penyakit jantung, hepatitis, Tuberkolosis (TBC), anemia, malaria, diabetes militus); komplikasi yang berhubungan dengan obstetri, komplikasi akibat kecelakaan (kendaraan, keracunan, kebakaran).

5. Pelaksana Pelayanan Antenatal

Pelaksana pelayanan antenatal adalah dokter, bidan (bidan puskesmas, bidan di desa, bidan di praktek swasta), pembantu bidan, perawat yang sudah dilatih dalam pemeriksaan kehamilan (Depkes RI, 2002).

f. Asuhan Persalinan

Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah persalinan yang bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Persalinan yang bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. APN bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (JNPK-KR, 2007).

Menurut Saifuddin (2008), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Definisi persalinan normal menurut World Health Organization (WHO) adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat (Manuaba, 2010).

Dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi ada yang disebut lima benang merah yaitu membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan infeksi, pencatatan dan rujukan (JNPK-KR, 2007).

a. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu proses yang sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi, membuat diagnosis kerja, membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis, melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi lahir.

b. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

c. Pencegahan Infeksi

Tindakan pencegahan infeksi tidak terpisahkan dari asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan-tindakan pencegahan infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai perlengkapan (celemek/baju penutup, kacamata, sepatu tertutup), menggunakan asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan tajam commit to user

dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta pembuangan sampah secara benar.

d. Pencatatan (Dokumentasi)

Pencatatan rutin adalah alat bantu yang sangat penting untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan yang diberikan sudah sesuai dan efektif.

e. Rujukan

Rujukan dalam kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.

Peralatan untuk pertolongan persalinan harus tersedia dalam keadaan baik, bersih dan disinfeksi tingkat tinggi atau steril pada setiap kelahiran. Daftar alat persalinan (terlampir). Dalam melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman sesuai standar APN maka dirumuskan 58 langkah APN (terlampir).

g. Asuhan Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010).

b. Tahapan masa nifas menurut Vivian et al (2013) :

1) Puerpurium dini yaitu suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan

2) Puerpurium intermedial yaitu suatu masa kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih 6-8 minggu

3) Remote puerpurium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat bisa berminggu-minggu, berbulan-bulan, atau tahunan.

c. Asuhan yang diberikan dalam kunjungan nifas (Saleha, 2009)

Dalam dokumen Tesis Dewi Ratna Pratiwi S021308016 (Halaman 39-56)

Dokumen terkait