BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
2. Pengertian Brand Image
Menurut Ferrina Dewi (2008) Brand Image yang dikemukakan
oleh Keller (1993), Brand Image adalah persepsi tentang merek yang
merupakan refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek
tersebut.
Brand image terdiri dari 2 komponen yaitu Brand Association atau
assosiasi merek dan Favorability, Strenght, Uniqueness of Brand
Association atau sikap positif, kekuatan dan keunikan merek. Konsumen
dapat membuat asosiasi merek berdasarkan atribut produk, manfaat produk
dan keseluruhan evaluasinya atau sikapnya terhadap merek.
Sikap positif ( Favorability) dan keunikan asosiasi merek terdiri
dari 3 hal dalam benak konsumen yaitu adanya keinginan, keyakinan,
bahwa merek tertentu dapat memenuhi keinginannya dan yang terpenting
adalah keyakinan konsumen bahwa merek tersebut memiliki perbedaan
yang signifikan dibandingkan merek lainnya.
2.3 Brand Image dan Strategi Pemasaran
Menurut Ferrina Dewi (2008:167-168) dijelaskan mengenai Brand
1. Pemasar harus terlebih dahulu mendefinisikan secara jelas Brand
Personality nya agar sesuai dengan kepribadian konsumennya. Adanya
kesesuaian ini menandakan konsumen telah mengasosiasikan merek
seperti pribadinya sendiri. Asosiasi yang kuat ini akan mendorong
terciptanya citra merek yang positif.
2. Pemasar harus mengupayakan agar terciptanya persepsi bahwa merek
yang mereka tawarkan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini oleh
konsumen dalam keputusan pembeliannya melalui strategi
komunikasinya.
3. Pemasar dapat melakukan Image Analysis yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi bagaimana asosiasi konsumen terhadap
merek.
2.4 Pengaruh Produk Positioning pada Brand Image
Memposisikan merek adalah menggambarkan bagaimana
pelanggan menerima merek. Bagaimanapun positioning atau strategi
positioning dapat juga digunakan untuk menggambarkan bagaimana suatu
badan usaha berusaha agar dapat diterima oleh pelanggan. Dengan
digunakannya perlakuan Product Positioning, badan usaha berusaha
mempengaruhi agar pelanggan memiliki Image yang positif, baik terhadap
badan usaha maupun terhadap produk yang ditawarkan. Agar pelanggan
lebih mengenal produk badan usaha dan mempermudah mengingat produk
badan usaha harus memposisikan merek dengan baik di benak pelanggan
agar tercipta Brand Image yang positif. Menurut Assel (1995) “The key ingredient in influencing a consumer’s brand image is product positioning”. Hal ini menjelaskan tentang kunci utama yang mempengaruhi citra merek adalah mengenai posisi produk. posisi produk
dapat menentukan citra merek suatu produk. selain menurut Assel,
Schiffman & Kanuk (1997) juga berpendapat “The result of successful
positioning strategy is distinctive brand image on which consumers rely in
making product choice. Consumers carry mental image of particular
brand”. Hasil Strategy Positioning yang sukses adalah citra merek khas dari produk tersebut di mana menjadi andalan konsumen dalam membuat
pilihan produk. Konsumen membawa citra mental dari merek tertentu. Di
dukung Peter & Olson (1993) “The key objective of product positioning
strategy is to from a particular brand image in consumer’s mind”. Tujuan utama dari strategi product positioning ialah untuk membentuk suatu citra
merek tertentu di dalam benak pelanggan, sehingga dengan adanya product
positioning yang tepat, maka pelanggan akan memiliki citra merek yang
positif dan citra merek itu pula yang akan dipakai sebagai dasar keputusan
pembelian pelanggan.
3. Pengertian Harga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa produk kalau
mungkin ) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari
Laksana (2008:105) harga adalah jumlah uang yang diperlukan sebagai
penukar berbagai kombinasi produk dan jasa, dengan demikian maka suatu
harga haruslah dihubungkan dengan bermacam-macam barang dan/ atau
pelayanan, yang akhirnya akan sama dengan sesuatu yaitu produk dan jasa.
Harga adalah sejumlah uang seseorang harus membayar untuk
mendapatkan hak menggunakan produk (Supranto dan
Limakrisna,2007:12). Ahli ekonomi sering menganggap bahwa harga
rendah untuk produk yang sama akan menghasilkan penjualan yang lebih
tinggi dari pada harga yang lebih tinggi. Harga barang yang rendah
dipersepsikan bermutu rendah juga. Memiliki barang mahal juga
mempersepsikan orang yang memilikinya. Beberapa orang memerlukan
fitur produk yang bisa mencerminkan dirinya. Oleh sebab itu, menentukan
harga juga memerlukan pemahaman tentang peranan simbol yang hanya
bisa memainkan untuk produk dan target pasar yang sedang digarap.
3.1 Tujuan Penetapan Harga
Menurut Swastha dan Irawan (2005) tujuan penetapan harga adalah
untuk mengadakan perubahan harga dimana perubahan harga tersebut
untuk menguji pasarnya, apakah menerima atau menolak? Jika menerima
maka harga tersebut sesuai, namun jika mereka menolak, maka harga
tersebut harus dirubah secepatnya. Jadi, ada kekeliruan tentang keputusan
3.2 PERSEPSI
Pengertian persepsi yang dikemukakan oleh Schiffman dan Kanuk
(2000:137), adalah suatu proses dimana individu memilih, mengatur, dan
menafsirkan stimuli ke dalam gambar yang berarti dan masuk akal
mengenai dunia. Proses ini dapat dijelaskan sebagai “bagaimana kita melihat dunia di sekeliling kita”. Dua individu mungkin menerima stimuli
yang sama dalam kondisi nyata yang sama, tetapi bagaimana setiap orang
mengenal, memilih, mengatur, dan menafsirkannya merupakan proses
yang sangat individual berdaarkan kebutuhan, nilai-nilai, dan harapan
setiap orang itu sendiri. Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Kotler
dalam Siburan (2011:27) yaitu seorang individu yang memilih,
mengorganisasi dan menafsirkan masukan-masukan informasi untuk
menciptakan sebuah gambaran yang bermakna. Tiga prinsip dasar
mengenai pengelompokan persepsi adalah figur dan dasar,
pengelompokan, dan pengakhiran (Schiffman dan Kanuk, 2000:151).
3.3 Persepsi Harga
Persepsi harga menurut Monroe (2007) adalah persepsi nilai
konsumen mewakili suatu timbal balik antara kualitas atau manfaat yang
mereka persepsikan dalam produk yang terkait dengan pengorbanan yang
mereka persepsikan dengan membayar harganya.
Persepsi harga adalah persepsi konsumen akan harga atau
produk dibandingkan dengan harga atau pengorbanan pada produk lain
yang sejenis. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:160-161) pandangan
atau persepsi mengenai harga di ukur dan diwakili oleh dua indikator. Hal
ini juga senada dengan apa yang dikemukakan oleh Janiszewski dan
Lichtenstein (2004:295). Pengukuran persepsi harga dibentuk oleh dua
indikator. Pertama adalah attractiveness, yaitu bagaimana pendapat
konsumen mengenai harga yang ditawarkan apakah menarik atau tidak
menarik. Dan yang kedua adalah fairness, yaitu bagaimana pendapat
konsumen mengenai harga yang ditawarkan apakah wajar atau tidak wajar
jika dibandingkan dengan tawaran harga lain. Dalam penelitian ini
attractiveness dan fairness digunakan sebagai indikator untuk pengukuran
variabel perceivedprice. Menurut Zeithaml (1998) Persepsi harga menjadi
sebuah penilaian konsumen tentang perbandingan besarnya pengorbanan
dengan apa yang akan didapatkan dari produk dan jasa
4. Segmentasi Pasar
Menurut Kotler dan Keller (2008,225) segmentasi pasar adalah
membagi pasar menjadi kelompok-kelompok kecil dengan kebutuhan,
karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin memerlukan produk
atau bauran pemasaran tersendiri. Menurut Kotler dan Amstrong
(2004:281) segmentasi pasar adalah membagi sebuah pasar ke dalam
kelompok-kelompok pembeli yang khas berdasarkan kebutuhan,
karakteristik, atau perilaku yang mungkin membutuhkan produk atau
pembeli tersebut maka dengan mudah diketahui konsumen membeli
produk tersebut sesuai dengan kebutuhan nya.
4.1 Mensegmentasikan Pasar Konsumen
Menurut Kotler dan Amstrong (2004:289-295) Tidak ada cara baku
untuk mensegmentasikan sebuah pasar. Seorang pemasar harus mencoba
menggunakan variabel segmentasi yang berbeda-beda baik dengan satu
variabel saja meupun dengan mengkombinasikan variabel-variabel
tersebut, untuk mencari cara terbaik memandang struktur pasar.
Variabel-variabel segmentasi pasar tersebut adalah:
a. Segmentasi Geografis
Segmentasi Geografis yaitu membagi pasar menjadi unit-unit
geografis yang berbeda-beda seperti negara, wilayah, negara
bagian, kota, kabupaten, atau pemukiman.
b. Segmentasi Demografis
Segmentasi Demografis yaitu membagi pasar menjadi sejumlah
kelompok berdasarkan variabel-variabel seperti usia, gender,
ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, dan kebangsaan.
c. Segmentasi Psikografis
Segmentasi Psikografis yaitu membagi pembeli menjadi
kelompok-kelompok yang berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya
d. Segmentasi Perilaku
Segmentasi Perilaku yaitu membagi pembeli-pembeli kedalam
sejumlah kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, kegunaan,
atau tanggapan terhadap suatu produk.
Namun dalam penelitian ini peneliti menggunakan segmentasi
geografis dikarenakan peneliti ingin membedakan penilaian konsumen
berdasarkan kota. Banyak perusahaan saat ini melokalisasi produk,
promosi, iklan dan upaya penjualan mereka supaya sesuai dengan
kebutuhan masing-masing kota.
5. Pengertian Minat beli
Menurut Kotler dan Keller (2003:186) “the consumer may also form an intention to buy the most preffered brand” yang berarti bahwa konsumen mempunyai keinginan untuk membeli suatu produk berdasarkan
pada sebuah merek. Menurut Boyd, Walker, dan Larreche (2000:6-7),
seseorang menginginkan produk, merek, dan jasa tertentu untuk
memuaskan kebutuhan. Selain itu, keinginan orang juga dibentuk oleh
pengaruh sosial, sejarah masa lalu, dan pengalaman konsumsi.
( http://jurnal-sdm.blogspot.com/2011/10/membangun-minat-beli-definisi-faktor.html).
Howard dalam Durianto dan Liana (2004:44) mengemukakan
bahwa minat beli merupakan sesuatu yang berhubungan dengan rencana
konsumen untuk membeli produk tertentu serta berapa banyak unit produk
(diterjemahkan oleh Dharma, 2003:298) minat beli merupakan dorongan
yang timbul dalam diri seseorang untuk membeli barang dan jasa dalam
rangka pemenuhan kebutuhannya ( http://jurnal-sdm.blogspot.com/2011/10/membangun-minat-beli-definisi-faktor.html). Menurut Fishbein dan Icek Ajzen (2004:198), minat beli mempunyai
empat elemen yang berbeda:
a. Perilaku (The Behaviour)
b. Obyek target dimana perilaku ditujukan
c. Situasi dimana perilaku dilakukan
d. Waktu dimana perilaku dilakukan
Indikator-indikator dari minat beli dijelaskan oleh komponen dari
Schiffman dan Kanuk (2000:470). Komponen-komponen tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Tertarik untuk mencari informasi mengenai produk
b. Mempertimbangkan untuk membeli
c. Tertarik untuk mencoba
d. Ingin mengetahui produk
e. Ingin memiliki produk.
5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli
Menurut Wingkel (dalam Febryanto, 2009:17) Faktor-faktor yang
1. Minat secara intrinsik yaitu minat yang berdasarkan suatu
dorongan yang secara mutlak timbul dari individu sendiri tanpa
ada pengganti dari luar, misalnya sumber daya konsumen,
pengetahuan, sikap, dan gaya hidup.
2. Minat secara ekstrinsik yaitu minat yang berdasarkan dorongan
atau pengaruh dari luar diri individu, misalnya: iklan, citra merek,
harga, pendapat teman, faktor keluarga, dan pengalaman.
5. 2. Indikator Minat Beli
Menurut Ferdinand (dalam Tifane, 2011:17), minat beli dapat
diidentifikasi melalui indikator-indikator sebagai berikut :
a) Minat transaksional, yaitu kecenderungan seseorang untuk membeli
produk
b) Minat refrensial, yaitu kecenderungan seseorang untuk
mereferensikan produk kepada orang lain.
c) Minat preferensial, yaitu minat yang menggambarkan perilaku
seseorang yang memiliki prefrensi utama pada produk tersebut.
Preferensi ini hanya dapat diganti jika terjadi sesuatu dengan
produk prefrensinya.
d) Minat eksploratif, minat ini menggambarkan perilaku seseorang
dan mencari informasi untuk mendukung sifat-sifat positif dari
produk tersebut.
Penentuan Alternatif Pilihan
Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang
digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif
dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil
seorang konsumen mungkin mempertimbangkan criteria, keselamatan,
kenyamana, harga, merek, negara asal (country of origin) dan juga spek
hedonik seperti gengsi, kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.
Beberapa kriteria evaluasi yang umum adalah:
1. Harga
Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan
memilih harga yang murah untuk suatu produk yang ia tahu
spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi
kualitas produk maka harga merupakan indikator kualitas. Oleh
karena itu, strategi harga hendaknya disesuaikan dengan karakteristik
produk.
2. Nama Merek
Merek terbukti menjadi determinan penting dalam
pembelian obat. Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu
produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah memiliki reputasi
baik dapat mengurangi resiko kesalahan dalam pembelian.
3. Negara Asal
Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi
pertimbangan penting dikalangan konsumen. Negara asal sering
mencitrakan kualitas produk. Konsumen mungkin sudah tidak
meragukan lagi kualitas produk elektronik dari Jepang. Sementara,
untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan Swiss merupakan
produk yang handal tak teragukan.
4. Saliensi kriteria evaluasi
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi
kerap berbeda pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga
produk yang berbeda. Pada suatu produk mungkin seorang konsumen
mempertimbangkan bahwa harga adalah hal yang penting, tetapi tidak
untuk produk yang lain. Atribut yang mencolok (salient) yang
benar-benar mempengaruhi proses evaluasi disebut sebagai atribut
determinan.
B. Hipotesis
Hipotesis adalah tebakan pemecahan atau jawaban yang diusulkan.
Oleh karena itu, hipotesis digunakan untuk menemukan jawaban atas
tebakan dari permasalahan yang akan di uji. Berdasarkan uraian yang
telah dijabarkan tersebut maka hipotesis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Pengaruh positif Country of Origin pada minat beli
Efek negara asal memiliki pengaruh untuk mengevaluasi
suatu produk. Karena dengan diketahuinya negara asal produk
tersebut dapat dilihat kualitas produk tersebut. Apabila konsumen
telah percaya pada negara asal produk tersebut maka akan
menimbulkan minat beli pada konsumen untuk memilih produk yang
telah mereka ketahui kualitasnya melalui negara asalnya. Berdasarkan
pernyataan tersebut maka dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai
berikut:
H1: Country of Origin berpengaruh positif pada minat beli Smartphone Samsung
b. Pengaruh positif Brand Image pada minat beli
Citra suatu merek juga menjadi penentu konsumen memilih
suatu produk. Dengan adanya citra yang baik dari suatu produk akan
membuat konsumen percaya pada produk tersebut. Karena konsumen
dengan adanya citra yang baik dari produk tersebut akan
menimbulkan minat beli bagi konsumen. Berdasarkan pernyataan
tersebut dapat dirumuskan hipotesisnya sebagai berikut:
H2: Brand Image berpengaruh positif pada minat beli Smartphone Samsung
c. Pengaruh positif Persepsi akan harga pada minat beli
Persepsi konsumen terhadap suatu harga dapat
mempengaruhi minatnya dalam membeli suatu produk. Sehingga
suatu perusahaan harus mampu memberikan persepsi yang baik
terhadap produk yang mereka jual.
H3: Persepsi akan harga berpengaruh positif pada minat beli Smartphone Samsung
d. Perbedaan Country of Origin, Brand Image dan persepsi akan
harga untuk Smartphone Samsung di Sleman dan Kota
Pematang Siantar
1. Perbedaan Country Of Origin untuk Smartphone Samsung di
Sleman dan Kota Pematang Siantar
Konsumen di Pematang Siantar cenderung memilih produk
berdasarkan negara asal produk tersebut. Karena di benak mereka
bahwa produk buatan atau berasal dari Korea Selatan memiliki
percaya bahwa Smartphone Samsung terjamin karena pengaruh
negara asal yang melekat dan terkenal. Pengaruh negara asal produk
sangat berperan penting terhadap penilaian suatu produk. Mereka
lebih tertarik membeli suatu produk berdasarkan negara asal produk
tersebut. Jika dibandingkan dengan konsumen yang berada di kota
Pematang Siantar, konsumen di Sleman tidak memilih produk
berdasarkan negara asal produk, melainkan didasari pendidikan dan
pengetahuan mereka yang luas. Hal ini yang membuat mereka lebih
menguji langsung produk tersebut hingga diketahui kualitasnya.
H4a : Ada perbedaan Country Of Origin untuk Smartphone Samsung antara konsumen yang berada di Sleman dan Kota Pematang Siantar
2. Perbedaan Brand Image untuk Smartphone Samsung di Sleman
dan di Kota Pematang Siantar
Image suatu produk akan melekat di benak konsumen apabila
seringnya konsumen melihat produk tersebut. Di Sleman image
Smartphone Samsung sangat baik, hal ini di karenakan banyaknya
toko yang menjual Smartphone Samsung, mudahnya mendapat
informasi mengenai Smartphone Samsung dan banyaknya promo
Smartphone Samsung yang dilakukan sehingga citra yang ditimbulkan
sangat positif. Sebaliknya, di kota Pematang Siantar minim dengan
promosi produk Smartphone Samsung juga jarang ditemui.
Oleh karena itu, Image Smartphone Samsung tidak terlalu dirasakan
konsumen dan kurang tertanam dibenak konsumen di kota Pematang
Siantar.
H4b: Ada perbedaan Brand Image untuk Smartphone Samsung antara konsumen yang berada di Sleman dan Kota Pematang Siantar
3. Perbedaan persepsi akan harga untuk Smartphone Samsung di
Sleman dan Kota Pematang Siantar
Pandangan terhadap harga tiap individu berbeda. Konsumen
di Sleman, memandang harga Smartphone Samsung yang mahal
adalah pantas dan dapat menciptakan kepuasan bagi konsumen.
Karena persepsi mereka bahwa harga yang tinggi akan berpengaruh
pada kualitasnya, dan pengaruh citra dari produk tersebut semakin
membuat mereka yakin bahwa Smartphone Samsung yang mahal pasti
akan menjamin kualitas produk tersebut. Sedangkan konsumen di kota
Pematang Siantar, mereka tidak terlalu yakin bahwa harga yang
tinggi akan menjamin kualitasnya. Hal ini dikarenakan citra dari
Smartphone Samsung tidak telalu mereka rasakan.
H4c: Ada perbedaan Persepsi akan harga untuk Smartphone Samsung antara konsumen yang berada di Sleman dan Kota Pematang Siantar
C. Kerangka pemikiran konseptual
Dalam penelitian permasalahan yang akan diuji oleh peneliti adalah
untuk mengetahui Country Of Origin terhadap minat beli pada
Smartphone Samsung. Karena dengan diketahui Country Of Origin, Brand
Image dan harga terhadap minat beli pada Smarthphone Samsung, dapat
diketahui alasan mereka memilih produk tersebut. Selain Country Of
Origin, faktor lain yang akan diuji adalah pengaruh Brand Image terhadap
minat beli pada Smartphone Samsung. Karena citra merek dari suatu
produk sangatlah menentukan minat seseorang dalam membeli. Hipotesis
yang ketiga yang akan diuji adalah pengaruh harga terhadap minat beli
konsumen pada Smartphone Samsung. Kemudian hipotesis yang keempat
yang akan diuji adalah perbedaan Country Of Origin, Brand Image dan
Persepsi akan Harga untuk Smartphone Samsung di Sleman dan Kota
Pematang Siantar. Berdasarkan uraian tersebut maka kerangka pemikiran
yang akan peneliti buat untuk penelitian ini adalah:
Karakteristik Geografis
Country Of Origin
Brand Image
Persepsi akan harga
Minat beli H1
H2
33 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian kuantitatif adalah kegiatan analisis data yang meliputi
pengolahan data dan penyajian data, melakukan perhitungan untuk
mendeskripsikan data dan melakukan pengujian hipotesis dengan
menggunakan uji statistik (Siregar, 2013:125). Tujuan dilakukan penelitian
dengan menggunakan pendekatan kuantitatif adalah menguji teori,
membangun fakta, menunjukkan hubungan dan pengaruh serta
perbandingan antarvariabel, memberikan deskripsi statistik, menafsir, dan
meramalkan hasilnya.
B. Subjek dan Objek Penelitian
1). Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat umum yang tinggal di
Sleman dan Kota Pematang Siantar yang tahu dan memiliki
keinginan atau minat untuk membeli Smartphone Samsung
2). Objek penelitian ini adalah Country Of Origin, Brand Image
Persepsi akan Harga dan Minat Beli
C. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian : Juni 2014
Lokasi Penelitian : Samsung Experience Store Ambarukmo Plaza
D. Variabel Penelitian
1). Identifikasi Variabel
Variabel terikat atau variabel tergantung (dependent variable)
adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain, sedangkan variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Jadi, variabel
bebas ditunjukkan dengan simbol (X) dan variabel terikat ditunjukkan
dengan simbol (Y), yaitu simbol (X) adalah Country of Origin, Brand
Image dan Persepsi akan harga dan simbol (Y) adalah minat beli.
2). Definisi Variabel
a). Country Of Origin (X1) : segala pengaruh dari negara produsen
terhadap persepsi positif maupun negatif konsumen atas produk
tertentu
b). Brand Image (X2) : Persepsi tentang merek yang merupakan
refleksi memori konsumen akan asosiasinya pada merek tersebut.
c). Persepsi akan harga (X3) : sebuah penilaian konsumen tentang
perbandingan besarnya pengorbanan dengan apa yang akan
didapatkan dari produk dan jasa.
d). Minat Beli (Y) : Dorongan yang timbul dalam diri seseorang untuk
3). Metode Pengumpulan Data
Untuk mengukur persepsi responden digunakan Skala Likert.
Tujuan digunakannya Skala Likert adalah untuk mengukur pendapat, sikap
dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial yang terjadi. Pertanyaan
dalam kuesioner menggunakan skala 1-5 untuk mewakili pendapat
responden. Nilai untuk Skala tersebut adalah:
Tabel 3.1
Nilai Skala Likert
No Pilihan Skor
1 Sangat Setuju 5
2 Setuju 4
3 Netral 3
4 Tidak Setuju 2
E. Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.2 Variabel Operasional
SAMSUNG
Country Of Origin Korea:
1. Korea Selatan negara penghasil Smartphone terbaik.
2. Korea Selatan memiliki banyak inovasi Smartphone
yang super canggih.
3. Korea Selatan pencipta Smartphone yang paling
berkualitas
Brand Image:
1. Smartphone Samsung adalah Gadget yang paling
canggih.
2. Samsung adalah Smartphone dengan kualitas terbaik.
3. Smartphone Samsung memiliki fitur yang lebih banyak.
4. Smartphone Samsung memiliki banyak model
Persepsi akan harga:
1. Harga Smartphone Samsung terjangkau untuk dibeli
2. Harga Smartphone Samsung sesuai dengan kualitas
3. Harga Smartphone Samsung sesuai dengan manfaat
yang dirasakan
Minat beli :
2. Saya akan memilih Smartphone Samsung sebagai
pilihan utama
3. Saya akan merekomendasikan Smartphone Samsung
kepada teman dan keluarga
4. Saya akan membeli Smartphone Samsung dimasa yang
akan datang
F. Populasi dan Sampel
1). Populasi
Populasi adalah ruang lingkup atau besaran karakteristik dari