• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Dakwah dan Unsur Dakwah

Dalam dokumen AGUNG SULISTIONO NUGROHO FDK (Halaman 31-42)

BAB II LANDASAN TEORITIS

B. Pengertian Dakwah dan Unsur Dakwah

Dakwah berasal dari kata da’wah yang merupakan bentuk masdar dari da’a-yad’uyang berarti seruan, ajakan atau panggilan.9

Seruan ini dapat dilakukan melalui kata–kata atau perbuatan.

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, baik menyangkut materi, metedologi, subjek maupun objeknya. Secara bahasa, dakwah berarti memanggil, mengajak, atau menyeru.

8

FX. Suwarto,Perilaku Organisasi, (Yogyakarta:Universitas Atma Jaya Yogyakarta,1999), Cet Ke 1, hal. 2.

9

A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah,(Jakarta: Penamadina, 2008), hal. 144.

Menurut Muhammad Al-wakil dalamushuhluddakwah waadabud duat, dakwah artinya “mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka

kepada jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf nahi munkar.”10 Sandaran dari pendapat ini murujuk pada firman Allah swt Pada QS Ali Imron [3] Ayat 104,

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yangberuntung.”

Adapun pengertian dakwah secara terminologi yang dikemukanan oleh para ahli adalah sebagai berikut: Amrullah Ahmad “DakwahIslam dan Perubahan Sosial”, menjelaskan tentang dakwah Islam sebagai berikut,

“Dakwah Islam adalah aktualisasi imani (teologis) yang di manifestasikan dalam bentuk suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan sosiokultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan cara tertentu.”11

Definisi lain mengenai dakwah juga dikatakan oleh Prof. Toha Yahya Umar, bahwa pengertian dakwah dibagi menjadi dua bagian:

a. Pengertian umum, dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang berisikan cara-cara, tuntutan, bagaimana seharusnya menarik perhatian

10

A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah…, hal. 125. 11

Amrullah Ahmad,Dakwah Islam Dan Perubahan Sosial,(Yogyakarta PLPM, 1985), hal.2.

23

manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan idiologi, pendapat dan pekerjaan tertentu.

b. Pengertian khusus, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sebagaimana perintah tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagian mereka di dunia dan akhirat.

Dari definisi-definisi tersebut diatas, meskipun terdapat perbedaan dalam perumusan tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha untuk menyerukan atau mengajak orang kepada jalan yang diridhai Allah swt melalui cara atau metode tertentu agar terwujud pengamalan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar untuk mendapatkan kebahagian di dunia maupun di akhirat.

Dakwah sebagai suatu untuk menyerukan memiliki beberapa tujuan dan fungsi sebagai berikut :

a. Tujuan Dakwah

Tujuan umum (mayor objective) dakwah adalah mengajak ummat manusia meliputi orang mukmin maupun orang kasif atau musyrik kepada jalan yang benar dan diridhai Allah swt agar mau menerima ajaran Islam dan mengamalkan dalam dataran kenyataan kehidupan sehari – hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akhirat.

Tujuan khusus (minor objective) dakwah merupakan perumusan tujuan sebagai perinci dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat diketahui arahnya secara jelas, maupun jenis kegiatan apa yang hendak di kerjakan, kepada siapa

berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi miscommunication pelaksanaan dakwah dengan audience (penerima dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang hendak dicapai. Tujuan khusus tersebut adalah : membentuk masyarakat Islam dengan predikat khairu ummah. Dengan tujuan kedua adalah menghendaki manusia menjadiislah, yaitu berserah diri, tunduk dan patuh kepada Allah swt .

b. Fungsi Dakwah

Menyampaikan kebenaran Islam (Tablig wal Bayan). Secara harfiyah berarti menyampaikan sesuatu kepada pihak lain. Dalam Al-Qurantablighdalam berbagai bentuknya di ulang sebanyak 25 kali. Dalam bentuk ballagha tujuh kali, ablagha empat kali, dan balagh sebanyak 14 kali. Namun dakwah tidak cukup hanya mengajak melalui lisan, tapi juga harus melalui keteladanan. Menyampaikan kebaikan tidak hanya memalui pidato tapi juga dengan mencontohkan kepada anak-anak, sahabat dan orang-orang dimanapun kita berada.

Amar Ma’aruf Nahi Munkar adalah sebuah frase dalam bahasa arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan hal-hal yang baik dalam mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat. Frasa ini dalam syariat Islam hukumnya wajib. Berarti wajib hukumnya menyampaikan kebaikan dan melarang keburukan.

25

2. Unsur Dakwah

Unsur dakwah adalah komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan dakwah.12 Adapun unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u (mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqoh (metode dakwah), danatsar( efek dakwah).

a. Da’i(Pelaku Dakwah)

Da’i adalah “orang yang melaksanakan dakwah baik melalui lisan,tulisan maupun perbuatan yang dilakukan baik secara individu,kelompok ataupun melalui organisasi atau lembaga.”13

Secara umum da’iseringkali disamakan dengan muballigh(orang yang menyampaikan ajaran islam). Namun sebenarnya sebutan tersebut memiliki konotasi sempit yaitu hanya membatasida’i sebagai orang yang menyampaikan ajaran Islam secara lisan saja. Padahal kewajiban dakwah adalah milik siapa saja yang mengaku sebagai ummat Rasulullah SAW.

Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang Allah swt., alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan dakwah untuk memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi manusia, serta metode yang dihadirkan menjadikan manusia secara perilaku dan pemikiran tidak melenceng.14

12

Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2009), Cet ke-2, hal. 21.

13

Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…, hal. 22.

14

Mustafa malaikah,Manhaj Dakwah Yusuf Qordhawi Harmoni antara Kelembutan dan Ketegasan,(Jakarta: Pustaka Al Kautsar,1997), hal. 18.

b. Mad’u( Mitra Dakwah)

Adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain manusia secara keseluruhan.15

Dakwah kepada manusia yang belum beragama Islam adalah dengan maksud unutk mengajak mereka kepada tauhid dan beriman kepada Allah, sedangkan dakwah kepada manusia yang telah mendapat cahaya hidayah Islam adalah untuk meningkatkan kualitas iman, islam dan ihsan.

Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan yaitu: 1) Golongan cerdik cendekia yang cinta kepada kebenaran,dapat berfikir secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan, 2) Golongan awam, yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang tinggi, 3) Golongan yang berbeda dengan keduanya, mereka senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak mampu membahasnya secara mendalam.

c. Maddah(Materi Dakwah)

Maddah dakwah adalah pesan-pesan dakwah dalam Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada didalam Kitabullah dan Sunnah

15

Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…,hal. 23.

27

Rasulullah saw.16 Secara umum materi dakwah bisa diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok:

1) Masalah Akidah, masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah aqidah islamiyah. Masalah akidah dan keimanan menjadi materi utama dalam dakwah. Karena aspek iman dan aqidah merupakan komponen utama yang akan membentuk moralitas atau akhlak ummat. Iman merupakan esensi dalam ajaran islam. Iman juga erat kaitannya antara akal dan wahyu. Bahkan didalam Al-Qur’an iman disebutkan dengan berbagai variasinya sebanyak 244 kali.

2) Masalah Syari’ah, hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan diri dalam hukum-hukumnya. Pelaksanaan syari’ah merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang melestarikan dan melindunginya dalam sejarah. Syari’ah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.17

3) Masalah Muamalah, Islam merupakan agama yang menekankan urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Ibadah muamalah disini dipahami sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan sesama makhluk dalam rangka mengabdi kepada Allah swt Karena Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada kehidupan ritual.

16

Drs. H. Hafi Anshari,Pemahaman dan Pengalaman Dakwah,(Surabaya: Al Ikhlas,1993), hal. 140.

17

4) Masalah Akhlak, secara etimologis kataakhlaq berasal dari bahasa Arab, jamak dariKhuluqunyang berarti budi pekerti, perangai dan tingkah laku.18Menurut Al Farabi, ilmu akhlak adalah pembahasan tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia kepada tujuan hidup yang tertinggi, yaitu kebahagiaan.19Oleh karena itu berdasarkan pengertian diatas, maka akhlak dalam Islam pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang merupakan ekspresi kondisi jiwanya

d. Wasilah(Media Dakwah)

Wasilah atau media dakwah adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada penerima dakwah.20 Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai media dakwah diantaranya adalah lisan, tulisan, lukisan atau gambar, audiovisual dan akhlak.

e. Thariqoh(Metode Dakwah)

Metode memiliki pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia”.21 Sedangkan dalam metodologi pengajaran Islam metode diartikan sebagai “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencapai kebenaran ilmiah”.22

Metode dakwah mutlak dibutuhkan oleh seorang juru dakwah untuk

18

Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…, hal. 28.

19

Abdul Aziz Dahlan,Ensiklopedia Tematis Dunia Islami, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002),hal. 190.

20

Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…,hal. 32.

21

M.Syafaat Habib,Buku Pedoman Dakwah,(Jakarta: Wijaya,1992), cet-ke I, hal.160. 22

Soeleman Yusuf,Slamet Soesanto,Pengantar Pendidikan Sosial,(Surabaya: Usaha Nasional,1981), hal. 38.

29

menyampaikan pesan-pesan dakwah. Karena suatu pesan walaupun mengandung kebenaran yang hakiki tetapi disampaikan dengan metode yang kurang tepat akan mempengaruhi kualitas penerimaan oleh penerima dakwah (mad’u).

Dan menurut A. Ilyas Ismail dalam buku “Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah”kerangka dasar tentang metode dakwah adalah sebagai berikut :

1) Bi al- Hikmah, Dakwah Bi al- Hikmah adalah menyampaikan dakwah dengan cara arif bijaksan, yaitu melakukan pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu melaksanakan dakwa atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwahBi al-Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif. Menurut Said Bin Ali Bin Wahif Al-Qathani, dalam kitab alhikmah fi al da’wah ilallah ta’ala, diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-hikmah yaitu dakwah dengan tehnik mengenal golongan; memilih saat harus bicara dan saat harus diam; mengadakan kontak pemikiran mencari titik pertemuan sebagai tempat bertolak, untuk maju secara sistematis. Namum perlu diperhatikan, seorang da’i tidak boleh melepas shibghah (keimanan murni), jadi walaupun dalam berdakwah amat menekankan titik temu dengan pikiran mitranya, akan tetapi sikap toleransi ini tidak boleh sampai mengorbankan soal-soal yang esensial; dan tehnik selanjutnya setelah

mendapatkan titik temu adalah memilih dan menyusun kata-kata yang tepat. Seorang da’i hendaknya mampu menerapkan perintah Allah swt .

2) Bi Al-Mauizhoh Al-Hasanah, Menurut bahasa mauizhatul hasanah berasal dari dua kata: mauizhoh yaitu berarti nasihat, bimbingan, pendidikan dan peringatan, hasanah adalah kebalikan sayyi’ah yang berarti kebaikan.23 Adapun penerapan metode ini adalah dengan memberikan nasihat atau petuah; studi bimbingan, studi pengajaran, studi penyuluhan, studi psikoterapi; memberikan stimulus melalui kisah- kisah, kabar gembira dan peringatan ( al-basyirdanal-nadzir), serta wasiat (pesan-pesan positif).

3) Bi Al- Lati Hiya Ahsan, Menurut bahasa, mujadalah berasal dari kata jadala yang bermakna memintal, melilit. Jika ditambah alif pada jim mengikuti waza fa’ala maka mempunyai arti berdebat.24 Menurut istilah, mujadallah adalah upaya terukur pendapat yang dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya. Metode ini juga bisa dilakukan dengan sistem as’ilah wa ajwibah.25 Sedangkan makna jidal bi al-lati hiya ahsan, sebagian mufasir memaknai jidal bi al-lati hiya ahsan (debat yang terbaik) secara global. Sayyid Quthub menerangkan bahwa jidal bi al-lati hiya ahsan bukanlah dengan jalan menghinakan (tardzil) atau

23

A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah,(Jakarta: Penamadina, 2008), hal. 249.

24

A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah …, hal.252. 25

31

mencela (taqbih) lawan debat, tetapi berusaha meyakinkan lawan untuk sampai pada kebenaran (Fi Zhilal al-Quran,XIII/292). Jika didalami, dalam debat itu ada 2 hal sekaligus: menetapkan kebenaran dan menghancurkan kebatilan (lihat : QS. Al- Baqara [2]: 258).26Seruan denganjidal bi al-lati hiya ahsantertuju kepada orang yang menentang kebenaran dan cenderung untuk menbantah dan mendebat.

f. Atsar(Efek Dakwah)

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap aktivitas dakwah akan menuai reaksi baik positif maupun negatif. Artinya adalah setiap dakwah akan memiliki efek (atsar) pada objek dakwah.

Kemampuan menganalisa efek dakwah sangat penting dalam menetukan langkah-langkah dan strategi dakwah selanjutnya. Tanpa menganalisis efek dakwah kemungkinan kesalahan strategi dakwah yang bisa merugikan tujuan dakwah dapat terulang kembali.

Efek dakwah seringkali disebut feed back (umpan balik) da’i proses dakwah ini seringkali diabaikan oleh pelaku dakwah. Mereka seakan merasa tugas dakwah selesai manakala telah selesai menyampaikan materi dakwah.

Nilai penting dari efek dakwah terletak dalam kemampuan mengevaluasi dan koreksi terhadap metode dakwah. Hal tersebut harus dilakukan dengan komprehensif dan radikal, artinya tidak parsial, menyeluruh, tidak setengah-setengah. Seluruh unsur-unsur dakwah harus

26

dievaluasi secara total guna efektifitas yang menunjang keberhasilan tujuan dakwah.

Menurut Jalaludin Rahmat, “efek Kognitif bisa terlihat bila ada perubahan pada apa yang diketahui,dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek Afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi dan dibenci khalayak yang meliputi emosi,sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral dapat diketahui dengan perilaku nyata yang diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.”27

Dalam dokumen AGUNG SULISTIONO NUGROHO FDK (Halaman 31-42)

Dokumen terkait