EFEKTIFITAS PROGRAMDA’I SIAGA BENCANA LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM (LPBI)
NAHDLATUL ULAMA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
AGUNG SULISTIONO NUGROHO NIM. 1110051000108
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
NAHDLATUL ULAMA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun Oleh:
AGUNG SULISTIONO NUGROHO NIM. 1110051000108
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang memiliki judul “Efektifitas Program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana Dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama”, telah diujikan dalam sidang Munaqasah Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi pada tanggal 10 Februari 2017.
Skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta, 10 Februari 2017
PANITIA SIDANG MUNAQASAH
Anggota
Pembimbing
Drs. S. Hamdani, MA NIP : 195503091994031001 Ketua Merangkap Anggota
Dr. Hj. Roudhanah, MA NIP : 195809101987032001
Sekretaris Merangkap Anggota
Fita Fathurokhmah, M.Si NIP : 19830610200912201 Penguji I
Dr. Sihabudin Noor, MA NIP : 196902211997021001
Penguji II
Jakarta, Februari 2017
Agung Sulistiono Nugroho NIM : 1110051000108 Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Agung Sulistiono Nugroho
NIM : 1110051000108
Fakultas : Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan Skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengimbangi dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin penulisan.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pertanyaan diatas, maka saya siap
untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ABSTRAK
Nama : Agung Sulistiono Nugroho NIM : 1110051000108
LPBI NU (Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama) adalah lembaga sosial kemanusian yang bergerak di bidang lingkungan hidup dan kebencanaan dan sebagai organisasi islam terbesar di Indonesia yang mempunyai tanggung jawab dakwah mencoba menerapakan bagaimana bisa melakukan penyadaran dimasyarakat akan ancaman bencana melalui program dakwah yaitu program Da’i Siaga Bencana di Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman-Yogyakarta.
Penelitian ini, adalah untuk melihat bagaimana pelaksanaan dakwah program Da’i Siaga Bencana, bagaimana tingkat kesadaran masyarakat sebelum dan sesudah pelaksanaan program Da’i Siaga Bencana dan bagaimana efektifitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama.
Penelitian ini menggunakan Metode kualitatif. Data-data yang diperoleh dari pelaksanaan penelitian adalah data tulisan dan verbal (lisan) bukan data nominal atau yang menunjukkan angka-angka. Dalam menganalisis data penulis menggunakan metode deskriptif analisis.
Data – data yang terkumpul melalui obvservasi, wawancara, dan dokumentasi dilapangan kemudian dianalisis dengan mengacu pada teori yang di kemukan oleh F.X Swarto dimana pengukuran ke efektifan meliputi : pendekatan tujuan, pendekatan teori system dan pendekatan teori multiple konstituensi.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa : 1. Pelaksanaan kegiatan dakwah meliputi sosialisasi, pelatihan, simulasi dan pendampingan masyarakat, 2. Tingkat kesadaran masyarakat sebelum dilakukan proram bersifat anomous, hetromous dan sosionomous, 3. Setelah dilakukan program masyarakat terdapat peningkatan pengetahuan masyarakat baik teori ataupun tingkat kesiap-siagaan masyarakat, 4. Ke-efektifan program terlihat pada adanya perubahan atau tindakan masyarakat dalam merespon bencana.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi tentang
“Efektifitas Program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana Dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama”. Shalawat serta salam semoga tetap dan akan terus tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW,
manusia pilihan yang pribadinya selalu menjadi tauladan bagi kita semua, kepada
keluarganya, kepada sahabatnya sampai kepada para pengikutnya.
Penulis menyadari betul bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada
segenap pihak-pihak tersebut, yang diantaranya adalah:
1. Dr. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Suparto M.Ed, Ph.D, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik.
Dr. Hj. Roudhanah MA, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi dan
Suhaimi M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Drs. Masran MA, selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam dan
Fita Fathurokhmah SS, M.si, selaku Sekertaris Jurusan Komunikasi Dan
Penyiaran Islam.
3. Prof. Dr. Murodi MA, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan masukan dan membantu penulis selama proses perkuliahan.
4. Drs. S. Hamdani MA, selaku dosen pembimbing yang dengan tulus
memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis serta nasihat – nasihat yang luar biasa yang semoga bermanfaat bagi penulis
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang sangat
berkontribusi dalam memberikan ilmu serta pengetahuan yang tiada terkira
kepada penulis selama menjalani studi.
6. Pimpinan dan Karyawan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Fakultas
7. Bapak Muhamad Ali Yusuf Selaku Ketua lembaga, TIM TD LPBI NU, PW
Yogyakarta LPBI NU, Pengurus Pusat LPBI NU yang selalu membantu dan
memberikan masukan kepada penulis sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
8. Ucapan terima kasih terdalam penulis sampaikan kepada Kedua Orangtua
Bapak Bambang Sulistiono Dan Ibu Mursinah yang tak kenal lelah berjuang,
membantu, mendoakan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan
keluarga besar H. Sepel yang terus memberi kebahagiaan, bahwa bahagia
tidak selalu dengan senyum dan tawa tapi esensi kebersamaan kita.
9. Keluarga besar KMPLHK RANITA yang sudah menjadi keluarga kedua
penulis dan memberikan banyak pelajaran berharga, yang juga memberikan
masukan kepada penulis, penelitian ini secara khusus saya dedikasikan kepada
organisasi yang banyak memberikan penulis pelajaran berharga
Serta tidak lupa penulis sampaikan rasa terima kasih penulis kepada aparatur
pemerintahan Kelurahan Argomulyo dan Bapak Alfian selaku Narasumber
yang dengan senang hati menerima penulis untuk melakukan penelitian ini.
Budianto, Boby Gunaman, Kurniawan Prasetyo dan teman teman
seperjuangan KPI D 2010 sehingga menjadi motivasi penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Nurma Elita Sari yang selalu memotivasi penulis saat penulis sedang jenuh
dalam menyelesaikan skripsi ini, terima kasih atas semua yang telah di
lakukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, Saya ucapkan terima
kasih dengan tidak mengurangi rasa hormat.
Akhir kata, penulis memahami bawasannya tak ada satupun di dunia ini yang
sempurna, tak terkecuali skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kepada pembaca berkenan memberikan saran yang membangun guna memberikan
koreksi pada skripsi ini dan diadakan perbaikan untuk penulisan berikutnya.
Jakarta, Februari 2017
Agung Sulistiono Nugroho
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... ... i
KATA PENGANTAR ... ... ii
DAFTAR ISI ... ... ..v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 7
D. Metodologi Penelitian ... 9
E. Tinjauan Pustaka... .14
F. Sistematika Penulisan ... .17
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Efektifitas ... ... 19
B. Pengertian Dakwah dan Unsur Dakwah ... ... 21
C. Pengertian Efektifitas Dakwah ... ... 32
D. Pengertian Bencana dan Penanggulangan Bencana... 38
E. Pengertian ProgramDa’i... ... 41
F. Pengertian Meningkatkan Kesadaran Masyarakat... 43
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PENANGGULANGAN BENCANA DAN PERUBAHAN IKLIM NAHDLATUL ULAMA (LPBI NU) A. Profil Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) ... 46
B. Sejarah Berdirinya LPBI NU... 47
C. Visi dan Misi LPBI NU... 51
F. Program dan Kegiatan LPBI NU ... 57
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA A. Pelaksanaan Kegiatan Dakwah Program
Da’iSiaga Bencana LPBI NU ... ... 60 B. Tingkat Kesadaran Masyarakat Sebelum Mengikuti Program
Da’i Siaga Bencana LPBI NU ... ... 63 C. Tingkat Kesadaran Masyarakat Setelah Mengikuti Program
Da’i Siaga BencanaLPBI NU ... ... 66 D. Efektifitas Dakwah Yang Dilakukan LPBI NU
Melalui ProgramDa’i Siaga Bencana... ... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan... 75
B. Saran-saran ... ...78
DAFTAR PUSTAKA ... 80 LAMPIRAN
1
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani yang
dimanifestasikan dalam suatu sistematika kegiatan manusia beriman, dalam
bidang kemasyarakatan yang dilakukan secara teratur untuk mempengaruhi cara
merasa, berfikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual dan sosiakultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran
Islam dalam segi kehidupan manusia dengan menggunakan cara tertentu.
Dakwah menurut Quraish Shihab “Dakwah merupakan seruan atau ajakan kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi kepada situasi yang lebih baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat. Perwujudan dakwah bukan sekadar usaha peningkatan pemahaman dalam tingkah laku dan pandangan hidup saja, tetapi juga menuju sasaran yang lebih luas. Apalagi pada masa sekarang ini, ia harus lebih berperan menuju kepada pelaksanaan ajaran Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek.”1
Sebagai pelaksanaan ajaran Islam, tugas dakwah suatu kewajiban yang di
emban oleh setiap orang muslim menyampaikan kebenaran yang ada dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah sudah menjadi konsekuensi seorang yang menganggap dirinya beriman walaupun yang disampaikan itu hanya satu ayat. Oleh karena itu,
diperlukan beragam cara dalam syiar dan dakwah untuk menegakan ayat-ayat
Allah swt di muka bumi ini tidak hanya melakukan dakwah dilakukan di depan
mimbar dengan berceramah.
1
“Salah satu cara yang efektif dalam membentuk dan membawa perubahan yang baik di masyarakat dengan menanamkan nilai-nilai keislaman yaitu adanya peranan da’i atau pendakwah. Hal ini bertujuan agar terciptanya individu, keluarga dan masyarakat untuk menjadikan Islam sebagai pola pikir dan pola hidup agar tercapai kehidupan yang bahagia baik di dunia maupun di akhirat.”2
Da’i adalah orang yang dibebani tugas untuk berdakwah kepada umat manusia, untuk menyampaikan ajaran Islam yang selama ini hadir di
tengah-tengah masyarakat dengan peran aktifnya.
Sebagai pendakwah, da’i dituntut untuk bisa menyampaikan kebaikan atau dakwahnya dimana pun ia berada, sekalipun di daerah rawan bencana seperti
Indonesia. Hal ini dilakukan agar da’i atau pendakwah mampu mengambil peranan dalam memulihkan mental masyarakat pasca bencana serta upaya
meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana dengan
memasukkan nilai agama sebagai entry point terciptanya perubahan sosial yang
baik di masyarakat.
Berdasarkan letak geografis dan kondisi geologis, Indonesia menjadi salah
satu negara yang sangat berpotensi sekaligus rawan bencana, berbagai macam
bencana telah banyak terjadi mulai dari banjir, kebakaran, gunung berapi,
tsunami, angin ribut dan lain-lain. Oleh karena itu, Indonesia memiliki kebutuhan
program penanggulangan bencana yang signifikan akan program penanggulangan
bencana yang terintergrasi disemua tingkatan, dari tingkat masyarakat sampai
ketingkat nasional. Bencana yang telah menimpa bangsa Indonesia telah
menimbulkan korban jiwa manusia yang tidak sedikit, kerusakan
lingkungan,kerugian harta benda, terganggunya kehidupan sosial ekonomi,
rusaknya prasarana dan struktur sosial, adanya lonjakan kebutuhan dasar serta
2
3
dampak sikologis dan pengungsian besar-besaran yang memunculkan banyak
persoalan sendiri.
Dalam Al-Qur’an, Surat Al-Baqarah ayat 156, bencana dijelaskan dengan berbagai macam istilah, diantaranya mengenai musibah.:
َا
َ ﻦْﯾِﺬﱠﻟ
ْﻢُﮭْﺘَﺑﺎَﺻَأ اَذِإ
Artinya : “(Yaitu) Orang-orang yang apabila tertimpa musibah, mereka mengucapkan Sesungguhnya aku ini milik Allah dan sesungguhnya aku akan kembali kepada-Nya.”
Musibah adalah “sesuatu yang tidak sesuai kebiasaan. Dalam pengertian ini musibah mencakup segala peristiwa yang berdampak negatif dan positif
sekaligus. Walaupun menurut kebiasaan musibah selalu diletakan pada peristiwa
yang berdampak negatif saja.”3
Islam juga mempunyai konsep dalam Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
yang di gambarkan dalam bentuk siklus, masing – masing tahapan mitigasi bencana dalam Islam mempunyai landasan normatif yang diambil dalam
Al-Qur’an sebagai sumber hukum. Sebagaimana gambar 1.1 dibawah ini :
Gambar 1.1
Siklus Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
3
Pendekatan dalam Pengurangan Resiko Bencana dalam perspektif Islam
juga selaras dengan yang dikonsepsikan oleh Hyogo Framework For Action.
Bahwa Pengurangan Resiko Bencana (PRB) diartikan sebagai segala bentuk
kegiatan untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa dan hilang atau rusaknya
asset serta harta benda baik melalui upaya mitigasi bencana (Pencegahan,
peningkatan kesiapsiagaan) ataupun mengurangi kerentanan (fisik, material, sosial
kelembagaan, prilaku atau sikap). Model Pengurangan Resiko Bencana yang
banyak dianut dan menjadi acuan ahli kebencanaan adalah apa yang tertulis dalam
Hyogo Framework For Action (HFA) 2005 – 2015: Building The Resilience Of Nation And Communities To Disasters. Di dalam HFA tersebut disebutkan bahwa
Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dilakukan dengan mengintegrasikan dalam
kebijakan kebijakan yang berkelanjutan dengan memasukan unsur Pengurangan
Resiko Bencana yang menekankan pada pencegahan bencana, mitigasi,
kesiapsiagaan dan mengurangi kerentanan.
Terkait dengan hal tersebut di atas, komunitas atau organisasi
kemasyarakatan berperan penting dalam rangka pengurangan resiko bencana.
Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu lembaga sosial keagamaan terbesar di
Indonesia mempunyai peranan strategis bagi usaha penanggulangan bencana
berbasis masyarakat melihat posisi dan peran NU selama ini, maka keterlibatan
NU akan semakin mempercepat sosialisasi, desiminasi maupun pendidikan
manejemen resiko bencana bagi masyarakat. NU didirikan tahun 1926 oleh Kyai
(ulama) yang berpengaruh di Indonesia. Saat ini NU memiliki 100 juta anggota
5
tingkat nasional sampai ke pedesaan, seperti pendakwah, guru, nelayan, petani,
pedagang, dan di pemerintahan seperti di eksekutif, legislatif dan yudikatif.
“Dalam melaksanakan tugasnya, Nahdlatul Ulama mempunyai 14 badan otonom dan 18 lembaga. Salah satu lembaga yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama adalah Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim NU (LPBI NU). Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) adalah lembaga yang secara struktural-organisatoris merupakan pelaksana kebijakan dan program Nahdlatul Ulama di bidang penanggulangan bencana, perubahan iklim, dan pelestarian lingkungan. Pembentukan LPBI NU disepakati pada Muktamar NU ke-32 di Makassar tahun 2010. Semangat ini kemudian dikukuhkan dan ditetapkan dalam rapat pleno harian PBNU untuk membentuk LPBI NU. Setelah Muktamar ke-33 Nahdlatul Ulama di Jombang tahun 2015 dibentuk kepengurusan baru PP. LPBI NU berdasarkan SK No. 19/A.II.04/09/2015.”4
Sebagai wujud dari tanggung jawab dakwah NU untuk perkembangan dan
dakwah Islam di Indonesia, NU melalui LPBI NU mempunyai program da’isiaga bencana. Da’i Siaga Bencana merupakan wujud dari komitmen dan aksi konkrit NU dalam rangka jihad pengurangan resiko bencana, sehingga seminimal
mungkin jika terjadi bencana bisa dihindari sejak dini serta upaya meningkatkan
kapasitas masyarakat tanggap bencana. Melalui da’i siaga bencana juga diharapkan isu keagamaan dapat menjadi entry point bagi pengurangan resiko
bencana, isu penyelamatan dan konservasi lingkungan, mengingat agama
merupakan salah satu penghambat bahkan merupakan rem bagi hasrat manusia
yang ingin melakukan hal–hal yang merusak. Pada kondisi seperti ini, da’isiaga bencana dituntut menyampaikan dakwahnya kepada masyarakat dengan cara-cara
yang menyejukkan dan bukan saatnya lagi da’i melakukan dakwah dengan pendekatan yang menyalahkan masyarakat dengan terjadinya bencana. Hal ini
4
Situs LPBI NU, “Tentang LPBI NU”, diakses pada Tanggal 21 januari 2016 dari
dilakukan untuk mencapai kefektifan dakwah da’i siaga bencana terhadap masyarakat.
Da’i Siaga Bencana sudah banyak melakukan kegiatannya di berbagai lokasi rawan bencana di Indonesia salah satu daerah yang menjadi lokasi dakwah
dalam rangka pengurangan resiko bencana adalah di daerah Kabupaten
Sleman-Yogyakarta. Daerah Sleman merupakan daerah yang rawan bencana dengan
ancaman bencananya ialah gunung merapi. Gunung merapi merupakan gunung
api teraktif didunia, resiko bencananya pun tak bisa di abaikan. Apalagi sekeliling
merapi merupakan wilayah padat pendunduk. Patut di catat bahwa letusan merapi
tahun 2010 menjadi letusan terbesar sepanjang sejarah meletusnya gunung
merapi, kini merapi memang sedang dalam ketenangan namun bukan berarti
kewaspadaan akan erupsi harus diabaikan.
Dengan melihat dari latar belakang masalah yang telah di paparkan penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektifitas Program Da’i
Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama”.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi fokus pada efektifitas program
Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan kesadaran masyarakat menghadapi
ancaman bencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
7
2. Rumusan Masalah
Agar pembahasan berfokus pada satu permasalahan penulis membatasi
penelitian ini pada kajian efektifitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat menghadapi ancaman bencana di Kelurahan
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman-Yogyakarta, adapun
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana pelaksanaan kegiatan program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama?
b. Bagaimana kesadaran masyarakat sebelum mengikuti program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI)
Nahdlatul Ulama?
c. Bagaimana kesadaran masyarakat setelah mengikuti program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI)
Nahdlatul Ulama?
d. Bagaimana efektivitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pelaksanaan kegiatan program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI)
b. Untuk mengetahui kesadaran masyarakat sebelum mengikuti program
Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama.
c. Untuk mengetahui kesadaran masyarakat setelah mengikuti program
Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama.
d. Untuk mengetahui efektivitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul
Ulama.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut :
a. Manfaat Akademis
1. Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bisa menjadi acuan
akademik bagi penelitian-penelitian yang memiliki kesamaan
dalam objek yang dikaji serta dapat menambah khazanah
kepustakaan mengenai efektifitas dakwah dalam bidang di Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan menjadi pengembangan ilmiah dari ilmu komunikasi
dan dakwah itu sendiri.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pengembangan ilmu dalam konteks kebencanaan maupun dalam
9
b. Manfaat Praktis
1. Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dalam meningkatkan efektifitas dakwah terkait cara dan
metode dakwah dalam sebuah program penanggulangan bencana
yang kelak akan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
menghadapi ancaman bencana.
2. Menambah wawasan bagi mahasiswa dan elemen masyarakat luas
serta praktisi dakwah maupun organisasi dalam bidang
penanggulangan bencana.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif dan di analisis
mengunakan metode deskriptif analisis yakni, penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain lain. Secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.5
Dalam penelitian ini penulis berusaha memahami pelaksanaan, tingkat
kesadaran masyarakat sebelum-sesudah dan efektifitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI)
Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan kapasitas masyarakat tanggap bencana di
5
Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman-Yogyakarta
dikarenakan daerah ini sangat rentan akan potensi ancaman bencana yang datang
dari gunung merapi.
2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap sampai penulis mendapatkan data
yang diperlukan dimulai pada bulan Juli 2016 hingga Februari 2017, penulis
melakukan pengamatan, perizinan sampai tahap pengumpulan data yang
dilakukan secaraincidental(sesuai keperluan dalam melengakapi data).
Lokasi yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah Sekertariat
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Yogyakarta dan kegiatan dakwah program
da’i siagabencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman–Yogyakarta.
3. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah Lembaga Penanggulangan Bencana
Dan Perubahan Iklim ( LPBI ) Nahdlatul Ulama.
b. Objek Penelitian
Objek Penelitian ini adalahefektifitas program Da’i SiagaBencana dalam meningkatkan kesadaran masyarakat mengahadapi ancaman
bencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten
11
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Pengamatan ( Observasi )
Metode observasi “yaitu untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung dilapangan serta sistematis terhadap fenomena – fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antara aspek dalam fenomena yang diselidiki.”6
Metode observasi merupakan metode pertama yang digunakan
dalam melakukan penelitian ini. Penulis akan mengamati objek yang
diteliti, yakni bagaimana pelaksanaan program sampai dengan tingkat
kesadaran masyarakat sebelum- sesudah dan efektifitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim
(LPBI) Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan kapasitas masyarakat
tanggap bencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan,
Kabupaten Sleman-Yogyakarta.
b. Wawancara atauInterview
Wawancara adalah “sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai.”7
Penulis melakukan tanya-jawab secara langsung dengan
orang-orang yang terlibat program Da’i Siaga Bencana Lembaga
6
E. Kristi Poerwandri,Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta:LPSP3-UI,1998) hal. 62.
7
Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama
dalam penelitian ini penulis akan mewawancarai Bapak Dimas Prasetyo
selaku Bendahara Pengurus Wilayah LPBI NU Yogyakarta serta Bapak
Alfian salah satu masyarakat yang menerima program tersebut di
Kelurahan Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman
-Yogyakarta dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan secara jelas
sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan teknik wawancara yang
digunakan adalah wawancara semistruktur yakni campuran antara
wawancara berstruktur dan tidak berstruktur. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kebebasan kepada narasumber dalam menjawab pertanyaan
yang diberikan namun tetap terarah pada masalah yang diangkat.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pencarian sumber data berupa catatan –catatan resmi LPBI NU yang berupa buku- buku, foto-foto, ataupun jurnal yang
berhubungan dengan penelitian ini. Pada penelitian ini penulis berusaha
mengumpulkan dokumentasi terkait program dai siaga bencana baik
berupa foto, video, buku–buku.
5. Teknik Pengolahan Data
Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang sesuai dengan pokok
permasalahan yang di rumuskan, penulis menggunakan metode deskriptif
13
catatan dari lapangan dan buku-buku dengan cara menggambarkan dan
menjelaskan yang disertai dengan kutipan kutipan data”8
Dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif karya Lexy J. Moleong
terhadap pendapat yang dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor bahwa“metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata–kata tertulis atau lisan dari orang–orang dan perilaku yang diamati.”9
Alasan penulis menulis teknik pengolahan data secara kualitatif adalah
demi memudahkan proses penelitian. Data-data yang diperoleh dari pelaksanaan
penelitian adalah data tulisan dan verbal (lisan) bukan data nominal atau yang
menunjukkan angka-angka.
“Pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu bersifat luwes atau fleksibel, tidak terlalu rinci, tidak lazim mengidentifikasi suatu konsep,
serta memberi kemungkinan bagi perubahan – perubahan manakala ditemukan fakta yang lebih mendasar, menarik, dan unik bermakna dilapangan.”10
6. Teknik Analisis Data
Data – data yang terkumpul melalui obvservasi, wawancara, dan dokumentasi dilapangan kemudian dianalisis dengan mengacu pada landasan
teoritis. Fase ini merupakan proses penyederhanaan bentuk data agar mudah
dibaca dan dipahami. Setelah itu disusun menjadi laporan penelitian.
8
Lexy. J Melong,Metodologi Penelitian Kualitatif, (bandung. PT. Rosdakarya, 2004), cet. Ke-18, hal.6
9
Lexy J. Moleong.Metedologi Penelitian…,hal.4. 10
7. Pedoman Penulisan
Penulisan skripsi ini mengacu pada buku pedoman penulisan karya ilmiah
(Skripsi, Tesis dan Disertasi) yang ditentukan oleh CeQDA (Center for Quality
Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta Tahun 2007, Tim Penyusun : Hamid Nasuhi, Ismatu Ropi, Oman
Fathurahman, M. Syairozi Dimyati, Netty Hartati, Syopiansyah Jaya Putra.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, salah satu langkah awal yang dilakukan
adalah mencari dan menelaah hasil karya atau penelitian terdahulu sebagai bahan
acuan penulis menulis penelitian ini, adapun sumber primer yang menjadi acuan
penulis adalah :
1. “Bagaimana Menjadi Eksekutif yang Efektif” ditulis oleh Peter F. Ducker, tahun 1986. Dalam buku ini membahas mengenai efektititas.
2. “Pengantar Ilmu Dakwah” ditulis oleh Basrah Lubis, tahun 1993. Dalam buku ini membahas mengenai pengertian dan unsur dakwah.
3. “Dakwah Islam dan Perubahan Sosial” ditulis oleh Amrullah Ahmad, tahun 1985. Dalam buku ini membahas mengenai dakwah meningkatkan kesadaran
masyarakat.
4. “Da’i Siaga Bencana – Pandua Praktis Dakwah Pengurangan Risiko Bencana” yang disusun oleh Ellyasa KH. Darwis dkk, tahun 2011. Dalam buku ini
15
5. “Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat dalam Perspektif Islam” yang disusun oleh A. Fawa’id Syadzili dkk, tahun 2007. Dalam buku ini membahas mengenai bencana dan penanggulangan bencana.
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi acuan penulis sebagai
berikut:
1. “Aktivitas Dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriya Abdurahman Wahid Dalam Memperjuangkan Hak Hak Perempuan Di Yayasan Puan Amal Hayati” yang ditulis Abdaue Azizah, Mahasiswa jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013. Dari judul skripsi tersebut,
terdapat persamaan mengenai aktivitas dakwahnya namun memiliki perbedaan
dengan judul skripsi yang sedang penulis lakukan. Perbedaan tersebut terletak
pada pokok permasalahan yang dikaji dimana judul skripsi tersebut meneliti
aktivitas dakwah Dra. Hj. Sinta Nuriya Abdurahman Wahid dalam
memperjuangkan hak – hak perempuan, sedangkan penulis membahas efektifitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan kapasitas
masyarakat tanggap bencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman-Yogyakarta.
2. “Efektifitas Model Dakwah Religi Pada Penderita Psikotropika Di Lembaga Permasyarakatan Khusus Narkotika Kelas II A Cirebon (Studi Kasus Di
Lapassustik Kelas II A Cirebon)” yang ditulis Juhaeria Apriatin, Mahasiswa jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Syekh Nurjati Cirebon Tahun 2012. Dari judul skripsi tersebut, terdapat
judul skripsi yang sedang penulis lakukan. Perbedaan tersebut terletak pada
pokok permasalahan yang dikaji dimana judul skripsi tersebut meneliti untuk
mengetahui bagaimana pelaksanaan dakwah, membuktikan respon, serta
menjelaskan sejauhmana efektifitas model dakwah religi terhadap penderita
psikotropika psikotropika di Lapassustik Cirebon, sedangkan penulis
membahas bagaimana pelaksanaan, tingkat kesadaran masyarakat
sebelum-sesudah dan efektifitas program Da’i Siaga Bencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama
dalam meningkatkan kapasitas masyarakat tanggap bencana di Kelurahan
Argomulyo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman-Yogyakarta.
3. “Efektifitas Dakwah Lembaga Tilawah Qur’an (LPTQ) DKI Jakarta Melalui Program Musabaqah Tilawatul Qur’an (MTQ)” yang ditulis oleh Silma Mausuli, Mahasiswa jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2010. Dari judul skripsi tersebut, terdapat
persamaan mengenai efektivitas dakwah dari sebuah lembaga melalui sebuah
program namun memiliki perbedaan dengan judul skripsi yang sedang penulis
lakukan. Perbedaan tersebut terletak pada pokok permasalahan yang dikaji
dimana judul skripsi tersebut meneliti aktivitas dakwah LPTQ DKI Jakarta
Melalui Program Musabaqah Tilawatul Qur’an (MTQ), sedangkan penulis membahasefektifitas program Da’i SiagaBencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan
kapasitas masyarakat tanggap bencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan
17
4. “Efektifitas Metode Dakwah Mauidzoh Hasanah Dalam Pembinaan Akhlak Santri At-Taqwa Putra Bekasi” yang ditulis oleh Dedeh Mahmudah, Mahasiswa jurusan Komunikasi Dan Penyiaran Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2008. Dari judul skripsi tersebut, terdapat
persamaan mengenai efektivitas dakwah dalam membentuk manusia ke arah
lebih baik dengan judul skripsi yang sedang penulis lakukan. Perbedaan
tersebut terletak pada pokok permasalahan yang dikaji dimana judul skripsi
tersebut meneliti efektifitas dakwah mauidzoh hasannah, sedangkan penulis
membahasefektifitas program Da’i SiagaBencana Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) Nahdlatul Ulama dalam meningkatkan
kapasitas masyarakat tanggap bencana di Kelurahan Argomulyo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman-Yogyakarta.
F. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan membahas latar belakang masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teoritis membahas mengenai pengertian efektifitas, pengertian dakwah dan unsur dakwah, pengertian efektifitas
dakwah, pengertian bencana dan penanggulangan bencana,
pengertian program da’i, pengertian meningkatkan kesadaran masyarakat.
visi dan misi, struktur kepengurusan, tugas pokok, fungsi dan
strategi fungsional serta program dan kegiatan LPBI NU.
BAB IV Temuan dan Analisis Data, bab ini inti dari penelitian dimana penulis menjelaskan pelaksanaan kegiatan dakwah program Da’i Siaga Bencana LPBI NU, tingkat kesadaram masyarakat sebelum
mengikuti program Da’i Siaga Bencana LPBI NU, tingkat kesadaram masyarakat setelah mengikuti program Da’i Siaga Bencana LPBI NU dan efektifitas dakwah yang dilakukan
Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI)
Nahdlatul Ulama melalui programDa’i Siaga Bencanaberdasarkan data–data yang sudah di dapat.
19
19 BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pengertian Efektifitas
Efektifitas diambil dari kata “efek” yang berarti akibat atau pengaruh, sedangkan efektif berarti adanya pengaruh atau adanya akibat serta
penekanannya jadi sesuatu. Jadi “efektifitas” berarti keberpengaruhan atau keadaan berpengaruh (keberhasilan setelah melakukan sesuatu).1 Efektivitas
berhubungan dengan penentuan apakah tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai atau tidak. Tim penyusunan kamus pusat pembinaan dan pengembangan
bahasa, menuliskan bahwa efektifitas adalah keberpengaruhan (keberhasilan)
setelah melakukan sesuatu.2 Efektifitas menunjukan pada keberhasilan dari segi
tercapai tidaknya sasaran yang telah diterapkan. Hasil yang semakin mendekati
sasaran berarti semakin tingginya efektivitasnya.3
Menurut Jhon M. Echols dan Hasan Shadily dalam kamus inggris dan
Indonesia, efektifitas secara epitimologi berasal dari kata efektif artinya berhasil
guna.4
Menurut ensiklopedia umum, efektifitas menunjukan taraf tercapainya
tujuan usaha, dikatakan efektif kalau usaha itu mencapai tujuan. Secara ideal
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departamen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta : Balai Pustaka Depdikbud, 1995), cet ke-7, edisi ke-2, hal.250.
2
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departamen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar…,hal.250.
3
Ensikiopedia Nasional Indonesia (Jakarta: Cipta Adi Pusaka, 1995), jilid ke-5, hal.12. 4
keefektifan adalah pencapaian prestasi dari tujuan, taraf efektifitas dapat
dinyatakan dalam ukuran yang pasti.5
Dennis Mc. Quail, efektifitas secara teori komunikasi berasal dari bahasa
efektif. Artinya terjadi sebuah perubahan atau tindakan. Sebagai akibat diterima
suatu pesan, dan perubahan terjadi dari segi hubungan antara keduanya yakni
pesan yang diterima dan tindakan tersebut.6
Peter F. Drucker, salah satu tokoh yang memberikan perhatian besar
terhadap efektifitas mengatakan bahwa efektifitas dapat dan harus di pelajari
secara sistematis, sebab ia bukanlah bentuk keahlian yang lahir secara alamiah.
Efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui sebuah rangkaian kerja, latihan intens,
terarah dan sistematis, bekerja dengan cepat sehingga menghasilkan kreatifitas.7
Dalam upaya mengukur sejauh mana tingkat efektifitas, F.X Swarto
mengemukakan bahwa terdapat tiga pendekatan dalam pengukuran keefektifan,
yaitu :
1. Pendekatan tujuan, yaitu pendekatan yang menekankan pada pentingnya
pencapaian tujuan sebagai kriteria penilaian keefektifan.
2. Pendekatan teori sistem, yaitu pendekatan yang menekankan pada pentingnya
adaptasi tuntunan sebagai kriteria penilaian keefektifan sehingga satu elemen
dan sejumlah elemen saling tergantung.
5
A. B. Prinnodigdo dan Hasan Shadely,Ensiklopedi Umum, (Yogyakarta: Kainisius, 1990). hal.51.
6
Dennis Mc. Quail,Teori Komunikasi Suatu Pengantar(Jakarta: Erlangga Pratama, 1992), hal. 281.
7
21
3. Pendekatan teori multiple konstituensi, organisasi dapat dikatakan efektif bila
dapat memenuhi dari konstituensi yang pendukung kelanjutan eksistensi
organisasi tersebut.8
Dari pengertian di atas menunjukan bahwa efektifitas merupakan suatu
tingkat keberhasilan dari segi tercapai dan tidaknya sasaran atau tujuan yang
telah di tetapkan. Hasil yang mendekati sasaran atau tujuan berarti semakin
tinggi tingkat keefektifannya.
Dalam pengukuran keefektifan, penulis menggunakan pendekatan dan
teori yang di kemukakan oleh F.X. Swarto yang meliputi 3 pendekatan yaitu :
1. Pendekatan tujuan.
2. Pendekatan teori system.
3. Pendekatan teori multiple konstituensi.
B. Pengertian Dakwah dan Unsur Dakwah 1. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari kata da’wah yang merupakan bentuk masdar dari
da’a-yad’uyang berarti seruan, ajakan atau panggilan.9
Seruan ini dapat dilakukan melalui kata–kata atau perbuatan.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang berkaitan dengan dakwah, baik menyangkut materi, metedologi, subjek maupun objeknya. Secara bahasa, dakwah
berarti memanggil, mengajak, atau menyeru.
8
FX. Suwarto,Perilaku Organisasi, (Yogyakarta:Universitas Atma Jaya Yogyakarta,1999), Cet Ke 1, hal. 2.
9
Menurut Muhammad Al-wakil dalamushuhlud– dakwah waadabud duat, dakwah artinya “mengumpulkan manusia dalam kebaikan dan menunjukan mereka
kepada jalan yang benar dengan cara amar ma’ruf nahi munkar.”10 Sandaran dari
pendapat ini murujuk pada firman Allah swt Pada QS Ali Imron [3] Ayat 104,
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yangberuntung.”
Adapun pengertian dakwah secara terminologi yang dikemukanan oleh
para ahli adalah sebagai berikut: Amrullah Ahmad “DakwahIslam dan Perubahan Sosial”, menjelaskan tentang dakwah Islam sebagai berikut,
“Dakwah Islam adalah aktualisasi imani (teologis) yang di manifestasikan dalam bentuk suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang kemasyarakan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap, dan sosiokultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi kehidupan dengan cara tertentu.”11
Definisi lain mengenai dakwah juga dikatakan oleh Prof. Toha Yahya
Umar, bahwa pengertian dakwah dibagi menjadi dua bagian:
a. Pengertian umum, dakwah adalah suatu ilmu pengetahuan yang
berisikan cara-cara, tuntutan, bagaimana seharusnya menarik perhatian
10
A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah…, hal. 125. 11
23
manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan idiologi,
pendapat dan pekerjaan tertentu.
b. Pengertian khusus, dakwah adalah mengajak manusia dengan cara
bijaksana kepada jalan yang benar sebagaimana perintah tuhan untuk
kemaslahatan dan kebahagian mereka di dunia dan akhirat.
Dari definisi-definisi tersebut diatas, meskipun terdapat perbedaan dalam
perumusan tetapi apabila diperbandingkan satu sama lain, dapat disimpulkan
bahwa dakwah adalah suatu usaha untuk menyerukan atau mengajak orang
kepada jalan yang diridhai Allah swt melalui cara atau metode tertentu agar
terwujud pengamalan ajaran-ajaran Islam dengan baik dan benar untuk
mendapatkan kebahagian di dunia maupun di akhirat.
Dakwah sebagai suatu untuk menyerukan memiliki beberapa tujuan dan
fungsi sebagai berikut :
a. Tujuan Dakwah
Tujuan umum (mayor objective) dakwah adalah mengajak ummat
manusia meliputi orang mukmin maupun orang kasif atau musyrik kepada
jalan yang benar dan diridhai Allah swt agar mau menerima ajaran Islam
dan mengamalkan dalam dataran kenyataan kehidupan sehari – hari, baik yang bersangkutan dengan masalah pribadi, maupun sosial
kemasyarakatan agar mendapat kehidupan di dunia dan di akhirat.
Tujuan khusus (minor objective) dakwah merupakan perumusan
tujuan sebagai perinci dari tujuan umum dakwah. Tujuan ini di maksudkan
agar dalam pelaksanaan aktifitas dakwah dapat diketahui arahnya secara
berdakwah dan media apa yang dipergunakan agar tidak terjadi
miscommunication pelaksanaan dakwah dengan audience (penerima
dakwah) yang hanya di sebabkan karena masih umumnya tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan khusus tersebut adalah : membentuk masyarakat
Islam dengan predikat khairu ummah. Dengan tujuan kedua adalah
menghendaki manusia menjadiislah, yaitu berserah diri, tunduk dan patuh
kepada Allah swt .
b. Fungsi Dakwah
Menyampaikan kebenaran Islam (Tablig wal Bayan). Secara
harfiyah berarti menyampaikan sesuatu kepada pihak lain. Dalam
Al-Qurantablighdalam berbagai bentuknya di ulang sebanyak 25 kali. Dalam
bentuk ballagha tujuh kali, ablagha empat kali, dan balagh sebanyak 14
kali. Namun dakwah tidak cukup hanya mengajak melalui lisan, tapi juga
harus melalui keteladanan. Menyampaikan kebaikan tidak hanya memalui
pidato tapi juga dengan mencontohkan kepada anak-anak, sahabat dan
orang-orang dimanapun kita berada.
Amar Ma’aruf Nahi Munkar adalah sebuah frase dalam bahasa
arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau menganjurkan
hal-hal yang baik dalam mencegah hal-hal yang buruk bagi masyarakat.
Frasa ini dalam syariat Islam hukumnya wajib. Berarti wajib hukumnya
25
2. Unsur Dakwah
Unsur dakwah adalah komponen yang terdapat dalam setiap kegiatan
dakwah.12 Adapun unsur-unsur tersebut adalah da’i (pelaku dakwah), mad’u
(mitra dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqoh
(metode dakwah), danatsar( efek dakwah).
a. Da’i(Pelaku Dakwah)
Da’i adalah “orang yang melaksanakan dakwah baik melalui lisan,tulisan maupun perbuatan yang dilakukan baik secara
individu,kelompok ataupun melalui organisasi atau lembaga.”13
Secara umum da’iseringkali disamakan dengan muballigh(orang
yang menyampaikan ajaran islam). Namun sebenarnya sebutan tersebut
memiliki konotasi sempit yaitu hanya membatasida’i sebagai orang yang
menyampaikan ajaran Islam secara lisan saja. Padahal kewajiban dakwah
adalah milik siapa saja yang mengaku sebagai ummat Rasulullah SAW.
Da’i juga harus mengetahui cara menyampaikan dakwah tentang
Allah swt., alam semesta, dan kehidupan, serta apa yang dihadirkan
dakwah untuk memberikan solusi terhadap problema yang dihadapi
manusia, serta metode yang dihadirkan menjadikan manusia secara
perilaku dan pemikiran tidak melenceng.14
12
Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2009), Cet ke-2, hal. 21.
13
Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…, hal. 22.
14
b. Mad’u( Mitra Dakwah)
Adalah manusia yang menjadi sasaran dakwah, atau manusia
penerima dakwah, baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan kata lain
manusia secara keseluruhan.15
Dakwah kepada manusia yang belum beragama Islam adalah
dengan maksud unutk mengajak mereka kepada tauhid dan beriman
kepada Allah, sedangkan dakwah kepada manusia yang telah mendapat
cahaya hidayah Islam adalah untuk meningkatkan kualitas iman, islam dan
ihsan.
Muhammad Abduh membagi mad’u menjadi tiga golongan yaitu:
1) Golongan cerdik cendekia yang cinta kepada kebenaran,dapat berfikir
secara kritis, dan cepat dapat menangkap persoalan, 2) Golongan awam,
yaitu orang kebanyakan yang belum dapat berpikir secara kritis dan
mendalam, serta belum dapat menangkap pengertian-pengertian yang
tinggi, 3) Golongan yang berbeda dengan keduanya, mereka senang
membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas tertentu saja, dan tidak
mampu membahasnya secara mendalam.
c. Maddah(Materi Dakwah)
Maddah dakwah adalah pesan-pesan dakwah dalam Islam atau
segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek dakwah, yaitu
keseluruhan ajaran Islam yang ada didalam Kitabullah dan Sunnah
15
27
Rasulullah saw.16 Secara umum materi dakwah bisa diklasifikasikan
menjadi empat masalah pokok:
1) Masalah Akidah, masalah pokok yang menjadi materi dakwah
adalah aqidah islamiyah. Masalah akidah dan keimanan menjadi
materi utama dalam dakwah. Karena aspek iman dan aqidah
merupakan komponen utama yang akan membentuk moralitas atau
akhlak ummat. Iman merupakan esensi dalam ajaran islam. Iman
juga erat kaitannya antara akal dan wahyu. Bahkan didalam
Al-Qur’an iman disebutkan dengan berbagai variasinya sebanyak 244 kali.
2) Masalah Syari’ah, hukum atau syari’ah sering disebut sebagai cermin peradaban dalam pengertian bahwa ketika ia tumbuh
matang dan sempurna, maka peradaban mencerminkan diri dalam
hukum-hukumnya. Pelaksanaan syari’ah merupakan sumber yang melahirkan peradaban islam, yang melestarikan dan melindunginya
dalam sejarah. Syari’ah inilah yang akan selalu menjadi kekuatan peradaban dikalangan kaum muslim.17
3) Masalah Muamalah, Islam merupakan agama yang menekankan
urusan muamalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah.
Ibadah muamalah disini dipahami sebagai ibadah yang mencakup
hubungan dengan sesama makhluk dalam rangka mengabdi kepada
Allah swt Karena Islam lebih banyak memperhatikan aspek
kehidupan sosial daripada kehidupan ritual.
16
Drs. H. Hafi Anshari,Pemahaman dan Pengalaman Dakwah,(Surabaya: Al Ikhlas,1993), hal. 140.
17
4) Masalah Akhlak, secara etimologis kataakhlaq berasal dari bahasa
Arab, jamak dariKhuluqunyang berarti budi pekerti, perangai dan
tingkah laku.18Menurut Al Farabi, ilmu akhlak adalah pembahasan
tentang keutamaan-keutamaan yang dapat menyampaikan manusia
kepada tujuan hidup yang tertinggi, yaitu kebahagiaan.19Oleh
karena itu berdasarkan pengertian diatas, maka akhlak dalam Islam
pada dasarnya meliputi kualitas perbuatan manusia yang
merupakan ekspresi kondisi jiwanya
d. Wasilah(Media Dakwah)
Wasilah atau media dakwah adalah alat yang digunakan untuk
menyampaikan materi dakwah (ajaran islam) kepada penerima dakwah.20
Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai media dakwah diantaranya
adalah lisan, tulisan, lukisan atau gambar, audiovisual dan akhlak.
e. Thariqoh(Metode Dakwah)
Metode memiliki pengertian “suatu cara yang bisa ditempuh atau cara yang ditentukan secara jelas untuk mencapai dan menyelesaikan suatu
tujuan, rencana, sistem, tata pikir manusia”.21 Sedangkan dalam metodologi pengajaran Islam metode diartikan sebagai “suatu cara yang sistematis dan umum terutama dalam mencapai kebenaran ilmiah”.22
Metode dakwah mutlak dibutuhkan oleh seorang juru dakwah untuk
18
Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…, hal. 28.
19
Abdul Aziz Dahlan,Ensiklopedia Tematis Dunia Islami, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve,2002),hal. 190.
20
Muhammad Munir, S.AG,MA.& Wahyu Ilaihi,S.AG,MA,Manajemen Dakwah…,hal. 32.
21
M.Syafaat Habib,Buku Pedoman Dakwah,(Jakarta: Wijaya,1992), cet-ke I, hal.160. 22
29
menyampaikan pesan-pesan dakwah. Karena suatu pesan walaupun
mengandung kebenaran yang hakiki tetapi disampaikan dengan metode
yang kurang tepat akan mempengaruhi kualitas penerimaan oleh penerima
dakwah (mad’u).
Dan menurut A. Ilyas Ismail dalam buku “Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah”kerangka dasar
tentang metode dakwah adalah sebagai berikut :
1) Bi al- Hikmah, Dakwah Bi al- Hikmah adalah menyampaikan
dakwah dengan cara arif bijaksan, yaitu melakukan pendekatan
sedemikian rupa sehingga pihak obyek dakwah mampu
melaksanakan dakwa atas kemauannya sendiri, tidak merasa ada
paksaan, tekanan maupun konflik. Dengan kata lain dakwahBi
al-Hikmah merupakan suatu metode pendekatan komunikasi dakwah
yang dilakukan atas dasar persuasif. Menurut Said Bin Ali Bin
Wahif Al-Qathani, dalam kitab alhikmah fi al da’wah ilallah
ta’ala, diuraikan lebih jelas tentang pengertian al-hikmah yaitu
dakwah dengan tehnik mengenal golongan; memilih saat harus
bicara dan saat harus diam; mengadakan kontak pemikiran mencari
titik pertemuan sebagai tempat bertolak, untuk maju secara
sistematis. Namum perlu diperhatikan, seorang da’i tidak boleh
melepas shibghah (keimanan murni), jadi walaupun dalam
berdakwah amat menekankan titik temu dengan pikiran mitranya,
akan tetapi sikap toleransi ini tidak boleh sampai mengorbankan
mendapatkan titik temu adalah memilih dan menyusun kata-kata
yang tepat. Seorang da’i hendaknya mampu menerapkan perintah
Allah swt .
2) Bi Al-Mauizhoh Al-Hasanah, Menurut bahasa mauizhatul hasanah
berasal dari dua kata: mauizhoh yaitu berarti nasihat, bimbingan,
pendidikan dan peringatan, hasanah adalah kebalikan sayyi’ah
yang berarti kebaikan.23 Adapun penerapan metode ini adalah
dengan memberikan nasihat atau petuah; studi bimbingan, studi
pengajaran, studi penyuluhan, studi psikoterapi; memberikan
stimulus melalui kisah- kisah, kabar gembira dan peringatan (
al-basyirdanal-nadzir), serta wasiat (pesan-pesan positif).
3) Bi Al- Lati Hiya Ahsan, Menurut bahasa, mujadalah berasal dari
kata jadala yang bermakna memintal, melilit. Jika ditambah alif
pada jim mengikuti waza fa’ala maka mempunyai arti berdebat.24
Menurut istilah, mujadallah adalah upaya terukur pendapat yang
dilakukan oleh dua pihak secara sinergis, tanpa adanya suasana
yang mengharuskan lahirnya permusuhan diantara keduanya.
Metode ini juga bisa dilakukan dengan sistem as’ilah wa
ajwibah.25 Sedangkan makna jidal bi al-lati hiya ahsan, sebagian
mufasir memaknai jidal bi al-lati hiya ahsan (debat yang terbaik)
secara global. Sayyid Quthub menerangkan bahwa jidal bi al-lati
hiya ahsan bukanlah dengan jalan menghinakan (tardzil) atau
23
A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah Sayyid Quthub: Rekontruksi Pemikiran Dakwah Harakah,(Jakarta: Penamadina, 2008), hal. 249.
24
A. Ilyas Ismail,Paradigma Dakwah …, hal.252. 25
31
mencela (taqbih) lawan debat, tetapi berusaha meyakinkan lawan
untuk sampai pada kebenaran (Fi Zhilal al-Quran,XIII/292). Jika
didalami, dalam debat itu ada 2 hal sekaligus: menetapkan
kebenaran dan menghancurkan kebatilan (lihat : QS. Al- Baqara
[2]: 258).26Seruan denganjidal bi al-lati hiya ahsantertuju kepada
orang yang menentang kebenaran dan cenderung untuk menbantah
dan mendebat.
f. Atsar(Efek Dakwah)
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap aktivitas dakwah akan
menuai reaksi baik positif maupun negatif. Artinya adalah setiap dakwah
akan memiliki efek (atsar) pada objek dakwah.
Kemampuan menganalisa efek dakwah sangat penting dalam
menetukan langkah-langkah dan strategi dakwah selanjutnya. Tanpa
menganalisis efek dakwah kemungkinan kesalahan strategi dakwah yang
bisa merugikan tujuan dakwah dapat terulang kembali.
Efek dakwah seringkali disebut feed back (umpan balik) da’i proses dakwah ini seringkali diabaikan oleh pelaku dakwah. Mereka
seakan merasa tugas dakwah selesai manakala telah selesai menyampaikan
materi dakwah.
Nilai penting dari efek dakwah terletak dalam kemampuan
mengevaluasi dan koreksi terhadap metode dakwah. Hal tersebut harus
dilakukan dengan komprehensif dan radikal, artinya tidak parsial,
menyeluruh, tidak setengah-setengah. Seluruh unsur-unsur dakwah harus
26
dievaluasi secara total guna efektifitas yang menunjang keberhasilan
tujuan dakwah.
Menurut Jalaludin Rahmat, “efek Kognitif bisa terlihat bila ada perubahan pada apa yang diketahui,dipahami dan dipersepsi khalayak. Efek Afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang disenangi dan dibenci khalayak yang meliputi emosi,sikap serta nilai. Sedangkan efek behavioral dapat diketahui dengan perilaku nyata yang diamati, yang meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku.”27
C. Pengertian Efektifitas Dakwah
Dakwah dipandang sebagai suatu proses komunikasi, maka efektifitas
dakwah identik dengan efektifitas komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif bila
rangsangan yang disampaikan oleh komunikator (da’i) dapat ditangkap dan
dipahami oleh penerima (mad’u). dalam hal teknisnya dakwah bisa berupa
dakwah bi-lisan dan dakwah bi-hal, maka diperlukan keteladanan da’i agar
rangsangan tersebut bisa diterima baik secara bilogis maupun psikologis oleh
mad’u. Umpan balik (feed back) berupa tanggapan atau respon yang positif
tentunya merupakan indikator yang dapat diukur tentang keberhasilan komunikasi
tersebut. Model dakwah semacam ini dapat disebut dakwah persuasif. Yang
penting apa yang disampaikan kepada mad’u itu sesuai dengan cara berfikir dan
cara merasa mereka, sehingga mad’u mengikuti kehendak da’i tetapi merasa
sedang mengikuti kehendak sendiri. Jika dakwah disampaikan secara persuasif,
maka pasti komunikatif. Jika komunikatif maka pasti lebih efektif.28
Menurut Tubbs dan Moss, komunikasi bisa dikatakan efektif bila
menunjukkan setidaknya lima indikator berikut: pengertian, kesenangan,
27
Jalaludin Rahmat,Retorika Modern, Sebuah Kerangka Teori dan Praktik Berpidato, (Bandung: Akademika, 1982), hal. 269.
28
33
pengaruh pada sikap, hubungan yang semakin baik dan tindakan29. 1) Pengertian,
artinya pesan dimengerti oleh penerima sebagaimana yang dikehendaki
pengirimnya (komunikator). Apabila pesan yang disampaikan tersebut diartikan
lain, maka berarti telah terjadi kegagalan komunikasi primer (primary breakdown
in communication). 2) Kesenangan, artinya bahwa komunikasi dilakukan untuk
menimbulkan kesenangan; sehingga akan menjadikan hubungan semakin akrab,
hangat dan menyenangkan. Hal ini tidak akan terjadi bilamana masing-masing
pihak saling menjadi jarak. 3) Mempengaruhi sikap, maksudnya komunikasi itu
lebih sering ditujukan untuk mempengarahi orang lain agar memilih persepsi,
sikap atau perilaku yang diinginkan komunikator. 4) Hubungan sosial yang baik.
Manusia sebagai makhluk sosial memiliki kebutuhan untuk menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain, yaitu dalam hal
interaksi dan asosiasi, pengendalian dan kekuasaan, serta cinta kasih pada sesama.
Kegagalan dalam hal ini akan menjadikan seseorang merasa teralienasi (asing,
kesepian) meskipun hidup di jaman modern. 5) Tindakan, yaitu suatu perilaku
yang diharapkan sebagai hasil dari proses komunikasi yang dilakukan.
Dalam mewujudkan tercapainya efektivitas komunikasi, ada beberapa
prinsip dasar yang berlaku aktivitas komunikasi yang perlu dikuasai oleh para
da’i, yaitu:respect, emphaty, audible, clarity,danhumble.30
1. Respect, adalah sikap hormat dan menghargai setiap individu (mad’u)
yang menjadi sasaran pesan yang disampaikan. Penghargaan yang
jujur dan tulus pada seseorang merupakan prinsip dasar dalam
29
Jalaludin Rahmat,Psikologi Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), hal.13. 30
berinteraksi dengan orang lain; bahkan prinsip paling dalam dari sifat
manusia adalah kebutuhan untuk dihargai. Berawal dari hal itu, maka
seseorang akan memiliki antusiasme dan melakukan hal-hal terbaik
dalam kehidupannya.
2. Emphaty, adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi dan
kondisi yang dialami oleh orang lain, prasyarat utamanya adalah
kemampuan kita untuk terlebih dahulu mendengarkan dan mengerti
orang lain, sebelum kita didengarkan dan dimengerti orang lain.
Komunikasi empatik akan memudahkan kita dalam membangun
keterbukaan dan kepercayaan untuk membangun kerjasama dengan
orang lain. Rasa empati juga akan menjadikan seseorang mampu
menyampaikan pesan dengan cara dan sikap tertentu sehingga akan
memudahkan penerima pesan (mad’u) dalam menerima dan
memahaminya. Sebagaimana dalam dunia marketing (pemasaran),
memahami perilaku konsumen merupakan keharusan; sehingga kita
bisa empati dengan apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat,
harapan dan kesenangan konsumen. Demikian pula tentunya dalam
konteks dakwah, memahami perilaku mad’u merupakan 'kewajiban'
mutlak bagi pada da’i. Pemahaman terhadap kondisi mad’u akan
meminimalisir terjadinya hambatan psikologis, sebab da’i memiliki
pengetahuan yang cukup tentang problematika hidup serta suasana
batin yang dialami mad’u. Pada dataran ini, da’i mempresentasikan
35
masyarakat yang dijadikan sasaran dakwah itu sendiri. Dengan
demikian tidak ada jarak (gap) antara dirinya denganmad’u.
3. Audible, maksudnya pesan harus dapat didengarkan atau dimengerti
dengan baik oleh penerima pesan (mad’u). Dalam hal ini pesan dapat
disajikan dengan cara, sikap atau media yang memang bisa dengan
mudah diterima dan dimengerti olehmad’u.
4. Clarity, yaitu kejelasan dari pesan sehingga terhindar dari penafsiran
yang lain (multi interpretasi atau bias). Makna lainnya adalah
keterbukaan (transparansi), yaitu perlunya mengembangkan sikap
terbuka (tidak ada yang disembunyikan) sehingga menambah
kepercayaan. Tanpa adanya keterbukaan, maka akan memberi peluang
munculnya sikap curiga dan menurunnya kepercayaan.
5. Humble, yaitu membangun sikap rendah hati, yang meliputi: sikap siap
melayani, menghargai, tidak menyombongkan diri, lemah lembut,
penuh pengendalian diri dan mengutamakan kepentingan yang lebih
besar.
Setiap da’i sebagai komunikator harus berupaya menciptakan proses
komunikasi menjadi efektif dengan melakukan beberapa persiapan, antara lain:
persiapan fisik, materi, corak komunikasi dan mental. Secara umum setiap da’i
harus memastikan bahwa penampilan fisiknya telah memenuhi standar kelayakari
di depan publik selaku mad’u. Da’i harus mernperhatikan kondisi fisik
jasmaninya agar tetap fit (bugar), penampilan pakaian yang dapat diterima
Parada’iharus benar-benar mempersiapkan materi dakwahnya agar sesuai
dengan konteks masyarakatnya. Materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan
masyarakat hanya akan menimbulkan penolakan, dan jelas menjadi awal yang
kurang baik untuk proses selanjutnya. Materi harus menyangkut 'pulic interest'.
Pada sisi lainda’iharus menguasai dasar-dasar (dalil)syari’ah terkait materi yang akan disampaikan, sehingga akan menjadi daya tarik tersendiri bagimad’u. Setiap
materi dan suasana (situasi kondisi) memerlukan cara penyampaian yang tepat.
Ketidak sesuai cara penyampaian bisa berdampak kontra produktif.
Dalam hal ini penyampaian dakwah dapat dirancang dengan corak atau
langgam pembicaraan. Langgam orator, yaitu proses komunikasi disampaikan
dengan bersemangat, berapi-api selayaknya sorang panglima perang atau sejenis
kampanye dengan tujuan memberikan semangat, membangkitkan daya juang.
Biasanya dilakukan para politisi dalam kampanye, demontsran di jalanan atau
juga dakwah terbuka (tabligh akbar). Langgam sentimental, yaitu penyampaian
pesan dengan penuh perasaan, perlahan dan menggambarkan suasana duka.
Langgam ini biasa dipakai dalam forum takziah, ceramah dalam masa musibah
dengan tujuan memberikan penguatan batin, memberi dukungan moril dan
kesabaran. Langgam statistik, yaitu penyampaian komunikasi dengan banyak
menyajikan data atau angka sebagai dasar pendukung argumentasi atas sebuah
masalah yang dijadikan pokok pembicaraan. Data dan angka ini menjadi menarik
bila berkaitan dengan kondisi sosial yang menyangkut kehidupan masyarakat.
Misal: tingkat kriminalitas, kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan dsb.
Langgam keagamaan, yaitu penyajian data dengan banyak didukung dalil-dalil
37
ruhaniyah, agar dirinya memiliki kemampuan dan kekuatan batin saat
menyampaikan pesan-pesan dakwahnya. Da’i harus siap dan menyadari akan
kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi sebagai dampak logis dari aktivitas
yang dilakukannya, khususnya dalam hal resiko.
Persiapan mental ruhaniyah ini mutlak dilakukan sebagaimana para nabi
dan rasul telah membekali diri dengan amalan ibadah baik wajib maupun sunat.
Apabila proses komunikasi dalam dakwah telah diupayakan memenuhi berbagai
prosedur ataupun kriteria dalam mewujudkan komunikasi yang efektif ini, maka
peluang untuk terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku secara sadar akan
semakin besar dan menguat. Namun begitu, tetap masih memungkinkan adanya
hambatan dalam prakteknya. Misalnya, mad’u sesungguhnya sudah memiliki
pengertian dan pemahaman yang baik serta benar, tetapi masih belum melakukan
pesan-pesan dakwah yang disampaikan. Dalam persoalan ini, seringkali mad’u
memang harus dibujuk, didorong atau setengah dipaksa; atau bahkan benar-benar
'dipaksa dengan suatu terapi' sehingga mereka dapat memahami makna sebuah
nilai dari hakikat kebenaran (kebaikan). Pada konteks ini peran seorang da’i
bukan lagi sekedar sebagai penyeru ajaran di bidang moral agama, melainkan
sudah merambah sebagai pemimpin dalam kehidupan sosial kemasyarakatan
D. Pengertian Bencana dan Penanggulangan Bencana 1. Pengertian Bencana
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu
yang menyebabkan atau menimbulkan kesusahan, kerugian atau penderitaan.
Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.31
Menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa
atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor
non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.32
Bencana merupakan pertemuan dari tiga unsur, yaitu ancaman bencana,
kerentanan, dan kemampuan yang dipicu oleh suatu kejadian. Bencana alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan kerusakan
lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia.
MenurutAsian Disaster Reduction Center, bencana adalah suatu gangguan serius terhadap masyarakat yang menimbulkan kerugian secara meluas
dan dirasakan baik oleh masyarakat, berbagai material dan lingkungan (alam) dimana dampak yang ditimbulkan melebihi kemampuan manusia guna
mengatasinya dengan sumber daya yang ada. Lebih lanjut, menurut Parker , bencana ialah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam
maupun ulah manusia, termasuk pula di dalamnya merupakan imbas dari
31
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa (P3B) Departamen Pendidikan dan Kebudayaan,Kamus Besar…, hal.100.
32