BAB VIII PENGEMBANGAN KURIKULUM
A. Pengertian dan Anatomi Pengembangan
Adanya kurikulum menjadi sangat penting bagi setiap lembaga pendidikan. Oleh karenanya setiap satuan lembaga pendidikan memiliki kepentingan yang cukup signifikan untuk mengetahui objektifikasi konsep kurikulum serta anatomi proses pengembangan kurikulum. Satuan lembaga penyelenggara pendidikan sebagaimana tujuan didirikannya tentu saja diharapkan dapat memberikan pelayanan terbaiknya dalam pengembangan sumber daya manusia, untuk itu diperlukan berbagai kesiapan sumber tenaga pengajar yang potensial guna mengarahkan proses pembelajaran yang baik, efektif dan efisien.
Pertanyaan dasar yang diharapkan diketahui dan dimafhumi oleh setiap tenaga pengajar di setiap satuan pendidikan yakni apa yang harus diajarkan (what to teach?) bagaimana cara mengajar (how to teach?), kapan mau diajarkan (when to teach?) serta apa dampak dari pembelajaran yang dilakukan (what is the impact of teaching?). Dengan mengetahui pertanyaan dasar tersebut tenaga pengajar diharapkan mampu mensinergikan tujuan dari didirikannya lembaga pendidikan dengan tujuan berbangsa dan bernegara.
Selanjutnya pertanyaan dasar tersebut bila dielaborasi dan dikembangkan lebih lanjut dengan kaitannya kurikulum maka
akan berdampak pada tingkat efektifitas pengaplikasian kurikulum seperti hal apa saja yang menarik untuk disuguhkan kepada peserta didik, bagaimana proses objektifikasi dan aktifasi yang memunginkan guna menghasilkan pembelajaran yang efektif dan efisien. sehingga peserta didik dapat memperoleh hasil, pengalaman dan nilai (values) (Wijayanti, 2013) dari proses pembelajaran.
Tidak hanya itu, dengan landasan pertanyaan tersebut maka tenaga pendidik diharapkan mampu menentukan arah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, mengetahui gaya belajar peserta didik dan pandai menentukan model evaluasi yang akan diaplikasikan di akhir pembelajaran.
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam satuan pendidikan memiliki posisi yang strategis karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagaimana sentra kegiatan pendidikan, maka di dalam penyusunannya memerlukan landasan atau pondasi yang kuat, melalui pemikiran dan penelitian secara mendalam.
Pada dasarnya kurikulum merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen. Komponen-komponen kurikulum suatu lembaga pendidikan dapat diidentifikasi dengan cara mengkaji buku kurikulum lembaga pendidikan.
Dari buku kurikulum tersebut kita dapat mengetahui fungsi suatu komponen kurikulum dan relevansinya terhadap komponen kurikulum yang lain.
Proses pengembangan kurikulum memang merupakan sesuatu yang kompleks. Hal ini dikarenakan pengembangan kurikulum tidak hanya menuntut penguasaan kemampuan secara teknis namun juga menuntut penguasaan pengembangan berbagai komponen kurikulum dari para pengembang
kurikulum. Selain itu kecakapan lain yang tidak kalah pentingnya yakni bagaimana para pengembang kurikulum mampu mengantisipasi berbagai faktor yang berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum baik yang bersifat internal maupun eksternal.
Kurikulum sebagaimana dipaparkan Nasution memiliki makna bahwa ia adalah seperangkat rencana yang disusun guna memberikan penguatan pengetahuan dan kematangan berfikir yang menyangkut ranah afektif, psikologis, kognitif dan psikomotorik di bawah koordinasi dan pengawasan lembaga pendidikan (Nasution, 2010). Muara dari adanya kurikulum tersebut yakni mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan beberapa aspek kebutuhan seperti kebutuhan pembangunan nasional, kebutuhan akan perkembangan teknologi dan informasi, dan kesesuaian dengan berbagai kebutuhan psikologis, afektif dan psikomotorik dari satuan pendidikan.
Pendapat berikutnya disampaikan M. Arifin yang mengungkapkan bahwa kurikulum merupakan seluruh bahan pembelajaran yang harus disuguhkan pada proses pendidikan dalam satuan pendidikan. pernyataan di atas diperkuat dengan pengertian yang dikemukakan oleh Ralph W. Tyler dalam Basic Principles of Curriculum and interaction yang menyebutkan bahwa kurikulum merupakan seperangkat pembelajaran yang diformulasikan guna memenuhi kebutuhan peserta didik yang diarahkan oleh satuan pendidikan guna mencapai tujuan Pendidikan (Tyler, 1949).
William B. Ragan dengan tegas menyatakan bahwa kurikulum merupakan program kehidupan dalam situasi sekolah yang memuat perangkat pengalaman peserta didik. Menurutnya kurikulum bukan hanya tentang bahan pelajaran dan metode mengajar saat di kelas tapi rangkaian keseluruhan dari formasi
kehidupan sosial peserta didik. Pendapat ini searah dengan pendapat J. Gallen Saylor dan Willian Alexsander yang mengungkapkan bahwa kurikulum ialah seluruh usaha sekolah guna memberi aktivasi peserta didik di ranah sekolah.
Kurikulum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional bernomor 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa ia adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk beberapa tujuan tertentu (Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, 2003). Dari beberapa definisi tentang kurikulum diatas maka dapat dilihat bagaimana gambaran tentang perencanaan yang sistematis dan pengembangan tujuan dalam konteks pengembangan isi dan bahan ajar dalam proses pembelajaran.
Hal ini dapat diklasifikasikan dalam anatomi kurikulum seperti tujuan, isi, cara atau metode, pengorganisasian dan evaluasi serta media pembelajaran. Pengalaman belajar yang disusun secara sistematis diharapkan dapat mempermudah proses pencapaian tujuan yang selaras dengan proses evaluasi baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kurikulum secara komprehensif tidak ditemukan perbedaan pengertian dari sudut satuan lembaga pendidikan.
maka secara umum kurikulum dapat dimaknai sebagai sebuah perangkat rencana yang sistematis mengenai tujuan, ruang lingkup isi, bahan ajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan berorientasi pada pemenuhan proses pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dengan metode yang sesuai dan tepat guna mencapai tujuan yang diinginkan sebagaimana terdapat dalam visi misi satuan pendidikan.
Pada masa saat ini, kurikulum dituntut terbuka atas
2
2
pendapatnya bahwa kurikulum saat ini harus mampu menyentuh setiap aspek kebutuhan manusia beserta jaman yang melingkupinya. Hal ini menjadi penting sebagai bentuk transformasi kebutuhan manusia yang diharapkan mampu diakomodasi dalam satuan kurikulm. Terdapat beberapa pemahaman dikalangan ahli tentang kurikulum seperti kurikulum sebagai sebuah produk dan pengalaman peserta didik, sebagai sebuah rancangan program, dan kurikulum sebagai hal yang dapat dipelajari oleh peserta didik dalam kurun waktu tertentu(Arbain & Tamam, 2017).
Pembahasan tentang kurikulum pendidikan Islam maka akan identik dengan Islam sebagai sebuah pandangan dan tuntunan hidup. Kaitannya dengan kurikulum maka Abdurrahman An Nahlawi mengungkapkan beberapa ciri kurikulum yang melingkupi kurikulum pendidikan Islam antara lain kurikulum berkembang sesuai fitrah kaum muslimin, kurikulum difokuskan pada pencapaian tujuan pendidikan Islam, Kurikulum memperhatikan jangka , fase dan periode perkembangan peserta didik, kurikulum memperhatikan kebutuhan masyarakat dengan ruhul Islam, pengorganisasian kurikulum selaras dan bersinergi dengan perintah Allah SWT, Kurikulum bersifat realistis dan dapat diaplikasikan, nilai Islam dalam kurikulum hendaknya diaplikasikan dalam metode pembelajaran. Memperhatikan efisiensi dan efektifitas kurikulum.
Untuk itu dalam proses penyusunan kurikulum pendidikan Islam maka prinsip-prinsip seperti di bawah ini hendaknya diperhatikan dengan baik oleh pengembang kurikulum seperti kurikulum hendaknya memiliki keterhubungan yang komprehensif dengan tujuan dan nilai agama Islam, prinsip rahmatan lil alamin tercermin dan dalam tujuan kurikulum.
Prinsip keseimbangan dan sinergitas antara tujuan Islam dengan
kandungan kurikulum. Memperhatikan bakat, minat, kemampuan dan kebutuhan peserta didik serta memperhatikan lingkungan sosialnya. Memperhatikan perbedaan individu yang meliputi bakat, minat, kemampuan serta memperhatikan perbedaan kelainan antar individu. Mempertikan prinsip perkembangan dan perubahan Islam yang menjadi sumber, falsafah, prinsip dan dasar kurikulum. Keterkaitan antara mata pelajaran, pengalaman, dengan muatan yang ada dalam kurikulum.
Dengan melihat fenomena tersebut di atas maka dalam pengembangan kurikulum diperlukan landasan serta anatomi yang kuat guna melakukan pengembangan kurikulum satuan pendidikan baik di Pondok Pesantren, Sekolah maupun Madrasah.