• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ASPEK HUKUM PERUSAHAAN PENANAMAN

B. Pengertian dan Dasar Hukum Penanaman Modal

Venture Company)

1. Pengertian Joint Venture

Pelaksanaan penanaman modal khususnya penanaman modal asing di Indonesia tidak hanya dilakukan seperti yang telah ditetapkan dalam ketentuan dalam Pasal 1 angka 3 UUPM, khususnya yang berkenaan dengan penanaman modal asing yakni tidak hanya dilakukan dalam bentuk direct invesment akan tetapi pula dalam bentuk usaha kerja sama patungan (joint venture).

Kehadiran bentuk kerja sama dalam menjalankan suatu usaha sangatlah dibutuhkan demi kelangsungan usaha terutama dalam hal penanaman modal, dimana perkembangan kerja sama antara pihak asing dengan negara Indonesia baik dengan pihak pemerintah maupun dengan pihak swasta sangatlah penting. Namun dalam UUPM tidak mengatur mengenai bentuk kerja sama penanaman modal asing. Bentuk kerja sama tersebut dalam kaitannya dengan penanaman modal dilakukan dalam bentuk joint venture.37

Join ventureadalah salah satu bentuk kerja sama antara modal asing

dengan modal nasional. Kerjasama ini tidak membentuk suatu badan hukum yang baru sehingga kerja sama ini bersifat kontraktuil. Dalam kerja sama ini sifatnya tidak mencari untung belaka melainkan juga untuk memberikan pengalaman kerja bagi pihak nasional.38

37

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 83.

38

R.T. Sutantya R. Hadikusuma, Pengertian Pokok Hukum Perusahaan dan Bentuk-Bentuk Perusahaan Yang Berlaku Di Indonesia (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1966), hlm. 204.

Istilah joint venture dalamkehidupan masyarakat selalu dipergunakan untuk menunjukkan sebuah kerjasama dalam bidang-bidang tertentu yang melibatkan pihak asing didalamnya. Dengan bahasa lainjoint venture sering diistilahkan dengan sebutan "patungan". Sedangkan di kalangan pemerintah istilah joint venture adalah suatu istilah yang diberikan secara khusus untuk suatu bentuk kerjasama tertentu antara pemilik modal nasional (swasta atau Perusahaan Negara) dan pemilik modal asing.

Sunarjati Hartono, menegaskan bahwa istilah yang diberikan oleh pemerintah ini tidak cukup memadai, hal ini dikarenakan bahwa di Indonesia tidak dapat ditunjukkan suatu perbedaan yang principal antara direct investment

dan portfolio investment, demikian pula tidak ada perbedaan yang tajam antara

direct investment kredit, atau antara kontrak karya dengan joint venture, sekalipun rumusan yuridisnya memberi kesan seakan-akan terdapat perbedaan yang besar dan principal baik dalam UUPMA, maupun dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan tambahan UUPMA, tidak dijumpai adanya batasan secara hukum apa yang dimaksud denganjoint venture tersebut. Karena itu para pakar tidak mempunyai kesamaan pandangan tentang apa sesungguhnya yang dimaksud dengan joint venture ini. 39

Sunaryati Hartono mengatakanJoint venture adalah setiap usaha bersama antara modal Indonesia dan modal asing, baik yang merupakan usaha bersama antara swasta dengan swasta, pemerintah dengan swasta, ataupun pemerintah dengan pemerintah.Sementara itu Ismail berpandangan bahwa sebenarnya joint

39

Sunaryati Hartono, Masalah-masalah Dalam Joint Venture Antara Modal Asing dan Modal Indonesia(Bandung; Alumni, 1974), hlm. 5.

venture hanya merupakan satudiantara tiga bentuk kerjasama penanaman modal dalam kerangka UUPM.bentuk kerjasama yang lain adalahJoint enterprise dan Kontrak Karya. Menurutnya:

a. Kerjasama dalam bentuk joint venturedalam hal mana para pihak tidak membentuk suatu badan hukum, yakni badan Indonesia.

b. Kerjasama dalam bentuk joint enterprise dalam hal mana para pihak bersamasama dengan modalnya (modal asing dan modal nasional) membentuk badan Indonesia.

c. Kerjasama dalam bentuk Kontrak Karya, dalam hal mana pihak asing membentuk badan hukum Indonesia dan badan hukum Indonesia dengan modal asing ini yang menjadi pihak dalam perjanjian yang bersangkutan mengadakan kerjasama dengan badan hukum Indonesia lainnya. 40

Joint venture dapat diadakan untuk tujuan-tujuan suatu kegiatan terbatas atau suatu transaksi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu bentuk hubungan yang lama di antara para pihak. Di dalam bisnis internasional, istilah joint venture

digunakan untuk berbagai macam perjanjian antara lain perjanjian produksi bersama (coproduction agreement), perjanjian bagi hasil (license agreement), dan kontrak manajemen (management contract).41

Berbagai macam corak atau variasi dari joint venture yang diketemukan dalam praktik aplikasi penanaman modal asing dikemukakakn sebagai berikut:42

a. Technical Assistance (service) Contract: suatu bentuk kerja sama yang

dilakukan antara pihak modal asing dan nasional sepanjang yang

40

Ibid., hlm. 6. 41

Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm.161.

42

bersangkutan paut dengan skill atau cara kerja (method) misalnya suatu perusahaan modal nasional yang ingin memajukan atau meningkatkan skala produksinya tentu membutuhkan suatu peralatan baru disertai cara kerja atau metode kerja baru. Dalam hal demikian, maka dibutuhkan (diperlukan) technical assistance dari perusahaan modal asing di luar negeri dengan cara pembayaran dalam bentuk royalties, yakni pembayaran sejumlah uang tertentu yang dapat diambil dari penjualan produksi perusahaan yang bersangkutan.

b. Franchise and brand-use Agreement: suatu bentuk usaha kerja sama yang digunakan, apabila suatu perusahaan nasional atau dalam negeri hendak memproduksi suatu barang yang telah mempunyai merek terkenal seperti

Coca-Cola, Pepsi-Cola, Van Houten, Mc’Donalds, dan Kentucky Fried

Chicken.

c. Managemet Contract: suatu bentuk usaha kerja sma antara pihak modal

asing dan nasional menyangkut pengelolaan suatu perusahaan khususnya dalam hal pengelolaan manajemen pihak modal asing terhadap suatu perusahaan nasional. Misalnya yang lazim digunakan dalam pembuatan maupun pengelolaan hotel yang bertaraf Internasional oleh pihak Indonesia diserahkan kepada swasta luar negeri sepert Hilton Internasional Hotel, Mandarin Internasional Hotel, dan Hyatt.

d. Build, Operation, and Transfer (B.O.T): suatu bentuk kerja sama yang

relatif masih baru dikenal yang pada pokoknya merupaka suatu kerja sama antara para pihak, di mana suatu objek dibangun, dikelola, atau

dioperasikan selama jangka waktu tertentu diserahkan kepada pemilik asli.43

Joint venture sendiri memiliki ciri dan karateristik sendiri. Karateristik

joint venture yang pertama adalah masing-masing pihak menjadi pemegang

saham dari suatu perusahaan yang didirikan untuk suatu aktifitas ekonomi tertentu, sesuai dengan proporsi yang disepakati. Biasanya investor asing menjasi pemegang saham mayoritas. Kedudukan sebagai pemegang saham mayoritas dan minoritas, selain menentukan besarnya deviden yang diterima, juga mempengaruhi formasi yang ditempati dalam dewan komisaris dan dewan direksi.

Karateristik yang kedua dari joint venture adalah pemegang saham mayoritas yang biasanya berbentuk perusahaan asing menjadi induk perusahaan dari perusahaan joint venture yang didirikan tersebut. Perusahaan joint venture

biasanya akan memproduksi barang-barang yang sama kwalitasnya dengan barang-barang induk perusahaannya di luar negeri. Oleh karena itu dalam perjanjian joint venture dicantumkan bahwa perusahaan asing tersebut wajib melakukan ahli tekonologi kepada perusahaan joint venture, sehingga perusahaan

joint venture dapat memproduksi barang yang sama kwalitasnya.

Karateristik yang ketiga, dengan adanya ahli teknologi tersebut, kedua pihak harus menjaga rahasia dagang atau trade secret dalam rangka ahli teknologi. Selanjutnya para pihak tidak boleh bekerja sama dengan pihak lain

43

untuk membuka perusahaan joint venture yang lain yang memproduksi barang- barang yang sama atau yang bersaing di Indonesia.44

2. Dasar hukum Joint Venture

Berbicara mengenai penanaman modal asing berarti terkait dengan dua atau lebih sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh investor dan hukum Indonesia yang dianut oleh pemodal nasional. Untuk itu, perlu dipahami mengenai aspek-aspek hukum dalam kerjasama usaha yang dilakukan dalam penanaman modal asing.

Ketentuan mengenai kerjasama patungan ini tidak dicantumkan dalam UUPM. Namun didalam Pasal 1 angka 3 UUPM dinyatakan bahwa:

“Penanaman modal asing adalah kegiatan menanamkan modal untuk melaksanakan usaha di wilayah negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanaman modal dalam negeri”.

Berdarkan Pasal 5 ayat(2)dan (3) UUPM secara langsung mengatur mengenai kerja sama antara modal asing dengan modal nasional yaitu:

a. Penanaman modal asing wajib dalam bentuk perseroan terbatas berdasarkan hukum Indonesia dan berkedudukan di dalam wilayah negara Republik Indonesia, kecuali ditentukan lain oleh Undang-Undang.

44

b. Penanaman modal dalam negeri dan asing yang melakukan penanaman modal dalam bentuk perseroan terbatas dilakukan dengan:

1) Mengambil bagian saham pada saat pendirian perseroan terbatas 2) Membeli saham

3) Melakukan cara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan

Kerjasama patungan yang diatur dalam UUPM adalah Equity Joint Venture.45

Pengaturan pemerintah dalam hal penetapan bentuk kerja sama patungan

(joint venture) antara penanaman modal asing dengan modal nasional dalam

penjabarannya dilaksanakan pertama kali melalui Instruksi Presidium Kabinet 36/U/IN/1967 yang di tetapkan dalam bentuk usaha kerja sama usaha campuran(joint enterpris)

Hal ini pada dasarnya bahwa ketika investor asing akan menanamkan modalnya di Indonesia wajib berbentuk perseroan terbatas badan hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia. Pada prakteknya pelaksanaan penanaman modal asing melalui usaha patungan yang diatur berdasarkan UUPM tersebut masih kurang batasannya, sehingga memberikan celah bagi penguasaan dan pengusahaan penuh oleh pihak asing melalui jalan kerjasama patungan.

46

Gejala peningkatan kerja sama penanaman modal di Indonesia semakin ditingkatkan setelah pemerintah mengeluarkan kebijaksanaan pada 22 Januari 1974 yang berkaitan dengan dengan masalah kerja sama penanaman modal asing

yang juga merupakan salah satu bentuk usaha kerja sama patungan (joint venture).

45

Ridwan Khairandy, Kompetensi Absolut Dalam Penyelesaian Sengketa di Perusahaan Joint Venture,Hukum Bisnis, Volume 26, No. 4, 2007, hlm. 43.

46

dengan modal nasional Indonesia. Adapun kebijaksanaa tersebut menyangkut dua hal yaitu:47

a. Meningkatkan peranan perimbangan partisipasi dalam pengelolaan modal antara modal asing dengan modal nasional.

b. Menyusun daftar skala prioritas penanaman modal.

Secara umum, aspek hukum dari kerja sama usaha dalam rangka kegiatan penanaman modal asing di Indonesia berkaitan dengan keabsahan perjanjian kerja sama tersebut. Dasar pokok pengaturan kerjasama patungan antar modal asing dengan modal nasional adalah hukum kontrak/perjanjian kontrak yang diatur dalam rangka kerjasama patungan denga modal asing yang menyangkut transaksi ekonomi yang diatur menurut prinsip dan norma-norma dalam Hukum Dagang dan Hukum Perdata. Hal ini disebabkan bahwa bentuk kerja sama usaha tersebut dalam lapangan hukum perdata termasuk dalam bagian hukum perikatan, sehingga keabsahannya harus di uji berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, disamping beberapa ketentuan perundang-undangan khusus lain yang mengaturnya. Untuk menilai keabsahan perjanjian kerja sama yang dapat dilakukan dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal asing di Indonesia, ketentuan pokoknya dapat dilihat dalam Buku III KUHPerdata tentang perikatan.

Walaupun bentuk kerja sama patungan (joint venture) dalam rangka menjalankan kegiatan penanaman modal asing tersebut tidak diatur secara khusus dalam KUHPerdata, namun keabsahannya tetap didasarkan pada Pasal 1338

47

KUHPerdata tentang asas kebebasan berkontrak (partij autonomy). Sebagai batasan terhadap asas kebebasan berkontrak adalah tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan, dan ketertiban umum (Pasal 1337 KUHPerdata) secara sah (Pasal 1320 KUHPerdata). Pasal 1320 KUHPerdata menentukan adanya empat syarat untuk sahnya suatu perjanjian, yaitu:48

a. Sepakat mereka yang mengikat dirinya. b. Kecakapan bertindak dalam hukum. c. Adanya hal tertentu.

d. Adanya suatu sebab yang halal.

Disamping persyaratan yang ditentukan dalam Buku III KUHPerdata untuk suatu perjanjian kerjasama. Persyaratan lain yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan bidang penanaman modal, termasuk konvensi Internasional yang berkaitan dengan kontrak-kontrak internasional dan penanaman modal asing, yang merupakan aspek hukum perdata internasional. Persyaratan aspek hukum perdata internasioanl bagi keabsahan perjanjian kerjasama disebabkan bahwa suatu kontrak kerjasama juga membawa dampak kepada pengaturan dan hubungan hukum antar para pohak dari segi hukum perdata internasioanl, karena didalamnya terkait unsur asing. Untuk adanya kepastian hukum, apa yang diperjanjikan dalam hubungan kerjasama itu harus dituangkan dalam perjanjian kerjasama tersebut.

Dasar hukum lain dari bentuk kerjasama patungan ini berkaitan dengan konsekuensi atau akibat hukumnya bagi para pihak. Dalam kerjasama patungan

48

ini akan semakin nyata bila dihadapkan dengan penggabungan usaha dalam bentuk merger atau fusi. Penggabungan sedemikian ini selalu dibarengi oleh timbulnya PT Baru, sedangkan perseroan-perseroan yang lama serentak menghentikan eksistensinya.49

Pengaturan lain yang diterapkan pemerintah Indonesia dalam hal pelaksanaan usaha kerjasama patungan (joint venture) antara penanaman modal asing dan penanaman modal nasional, yakni dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1992 Tentang Persyaratan Pemilikan Saham dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing yang diterapkan pemerintah pada 16 April 1992.50

“Perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing, selanjutnya disebut PMA, pada dasarnya berbentuk usaha patungan dengan persyaratan bahwa kepemilikan modal saham peserta Indonesia dalam perusahaan patungan tersebut sekurang-kurangnya 20% dari seluruh nilai modal saham perusahaan pada waktu pendirian perusahaan patungan, dan ditingkatkan menjadi sekurang-kurangnya 51% dalam waktu 20 tahun terhitung sejak perusahaan beproduksi secara komersial sebagaimana yang tercantum dalam izin usahanya.

Peraturan pemerintah ini terdiri atas 13 bab. Didalam Pasal 2 PP Nomor 17 Tahun 1992 ditentukan bahwa:

51

a. Adanya kerja sama joint venture antara perusahaan penanaman modal asing dengan peserta Indonesia.

Dari peraturan pemerintah tersebut, ada 3 hal yang diatur dalam ketentuan tersebut, yaitu:

b. Komposisi saham pada saat pendirian perusahaan joint venture adalah 80% PMA dan 20% perusahaan domestik.

49

Ibid., hlm. 159.

50

Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hlm. 89.

51

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1993 tentang Pemilikan Saham Perusahaan Penanaman Modal Asing,Lembar Negara Nomor 3512 Tahun 1993.

c. Komposisi saham pada saat berproduksi secara komersial sampai denganwaktu 20 tahun, yaitu 49% PMA dan 51% perusahaan domestik. Kebijakan lain yang dikeluarkan pemerintah yaitu Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1994 tentang Kemilikan Saham yang di dirikan dalam rangka penanaman modal asing. Pengaturan tersebut diikuti pula dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 32, 33, dan 34 Tahun 1992 yang bersangkut paut demgan masalah pengaturan bidang usaha, tata cara dan prosedur penanaman modal, serta pertanahan untuk kegiatan penanaman modal asing.52

a. patungan antara modal asing dengan modal yang dimilik warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia, atau

Dalam Pasal 2 PP Nomor 20 Tahun 1994 ditentukan bahwa penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

b. Langsung, dalam arti seluruh modalnua dimiliki oleh warga negara dan/ atau badan hukum asing.

Komposisi sahamnya, diatur dalam Pasal 6 PP Nomor 20 Tahun 1994, saham peserta Indonesia dalam perusahaan joint venture sekurang-kurangnya 5% dari seluruh modal yang disetor perusahaan pada surat pendirian, sedangkan warga negara dan/atau badan hukum asing sebesar 95%. Ini berarti bahwa penanaman modal asing mempunyai saham maoritas dalam perusahaan joint

venture tersebut, sedangkan peserta Indonesia dianggap sebagai peserta yang

lemah dan tidak mempunyai kekuasaan secara langsung untuk mengurus perusahaan joint venture tersebut.

52

Diletakkan pula landasan bagi persetujuan penanaman modal, khususnya asing, yakni dengan memberikan batas minimun atas modal yang hendak ditanamkan. Dengan kata lain. Pemerintah Indonesia pada prinsipnya akan mengabulkan aplikasi penanaman modal asing jika memenuhi minimum modal tertentu yaitu Rp1.000.000 53

Dokumen terkait