• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Teoritis

2. Pengertian dan Penggolongan Piutang a.Pengertian Piutang

Piutang merupakan salah satu elemen modal kerja yang merupakan hak perusahaan di kemudian hari, piutang timbul dari transaksi di masa lalu maupun saat sekarang. Bagi kebanyakan perusahaan, piutang merupakan suatu pos penting yang acap kali menunjukkan suatu bagian besar harta lancar perusahaan, oleh karena itu sangatlah perlu ditetapkan suatu kebijaksanaan kredit serta dilakukannya pengendalian untuk menjamin penagihan piutang yang tepat waktunya yang akan mengurangi resiko kerugian akibat piutang yang tak tertagih. Dilakukannya pengendalian internal yang sehat serta sistem akuntansi yang layak atas piutang akan sangat berpengaruh pada kemampun operasi perusahaan dalam mencapai laba.

Untuk memperjelas pengertian piutang maka akan diberikan beberapa definisi piutang. Niswonger dan Fees (2002 : 232), yang dimaksudkan dengan piutang adalah sebagai berikut ”Piutang meliputi semua tagihan dalam bentuk uang terhadap perorangan, badan usaha atau pihak tertagih lainnya”.

Pihak lain yang dimaksudkan adalah orang atau badan di luar perusahaan yang mempunyai hubungan transaksi dengan perusahaan. Timbulnya tuntutan tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa jenis transaksi, namun sumber yang utama adalah transaksi penjualan secara kredit atas barang dan jasa. Hak dalam bentuk uang, misalnya penyerahan barang atau jasa yang akan dilunasi dan penyelesaian atas kontrak yang telah ditandatangani.

Smith dan Skousen (2004 : 286) mendefinisikan piutang sebagai berikut ”Piutang dalam arti yang luas istilah piutang dipergunakan bagi semua hak terhadap

9 pihak lain atas uang, barang ataupun jasa. Sedangkan dalam arti sempit piutang adalah berupa klaim yang diharapkan akan diselesaikan melalui penerimaan kas”.

Ralph Estes (2002 : 32) menyatakan bahwa ”Piutang adalah jumlah yang akan diterima dengan pihak lain, biasanya hanya terbatas pada jumlah yang timbul dari penjualan barang atau jasa”. Abdul Halim (2004 : 39) ”Piutang adalah klaim kepada pihak lain yang pada umumnya berakhir dengan penerimaan di masa yang akan datang”. Piutang merupakan tagihan terhadap pihak lain sebagai suatu perkiraan dan penyelesaiannya dilakukan dengan penerimaan uang. Penagihan piutang dilakukan jika piutang telah jatuh tempo. Pelaksanaan penagihan yang berhasil akan mendatangkan penerimaan pembayaran berupa uang, jasa atau barang. Apabila piutang telah dibayarkan secara keseluruhan, akan mengakibatkan klaim terhadap seseorang atau badan usaha telah selesai dan perkiraan piutang akan menjadi nihil. Penagihan piutang yang tidak menghasilkan penerimaan pembayarannya atau pelunasan, akan mengakibatkan kerugian bagi pihak perusahaan.

Dari pengertian di atas maka dapatlah disimpulkan piutang merupakan suatu keseluruhan tuntutan terhadap pihak tertentu baik berupa uang, barang maupun jasa dan pada umumnya piutang timbul karena adanya transaksi secara kredit.

b. Penggolongan Piutang

Di dalam akuntansi, penggolongan atas piutang juga memegang peranan yang penting. Dengan adanya pengelompokan harta atau hutang tertentu maka pembaca laporan keuangan dapat memahami apa yang disajikan oleh penyusun laporan keuangan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI : 2004 : 9.07) menyatakan bahwa piutang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Menurut sumber terjadinya piutang digolongkan dalam dua kategori, yaitu Piutang usaha dan Piutang lain-lain. Piutang usaha meliputi piutang yang timbul karena penjualan produk atau penjualan jasa dalam rangka kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang yang timbul di luar kegiatan usaha normal perusahaan digolongkan sebagai piutang lain-lain yang diharapkan dapat ditagih dalam satu tahun atau siklus usaha normal perusahaan, diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kadang-kadang seluruh usaha diklasifikasikan sebagi aktiva lancar tanpa memandang batas waktu penagihannya. Dalam kasus demikian jumlah piutang usaha yang jangka waktu penagihannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Penggolongan piutang ke dalam piutang usaha atau piutang dagang lebih memberikan gambaran yang luas menyangkut jenis-jenis aktivitas perusahaan yang utama. Jenis kegiatan utama perusahaan itu hanya merupakan penjualan barang dagangan atau hanya merupakan kegiatan penyerahan jasa ataupun kombinasi dari keduanya. Jadi dapat diketahui bahwa piutang dapat digolongkan atas :

1. Piutang Usaha

Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan, piutang usaha pada umumnya adalah piutang jangka pendek , sehingga piutang ini dikelompokkan ke dalam aktiva lancar adalah seluruh tagihan yang penyelesaiannya lebih dari satu tahun atau siklus usaha normal perusahaan akan digolongkan sebagai investasi.

Piutang usaha digolongkan ke dalam dua kelompok, yaitu : a. Piutang Dagang

Merupakan janji lisan dari pembeli untuk membayar barang dan jasa yang dijual, biasanya dapat ditagih di dalam waktu 30 sampai 60 hari dan merupakan ”piutang terbuka” yang berasal dari perluasan kredit jangka pendek.

11 b. Piutang Wesel (Wesel Tagih)

Wesel tagih didukung oleh nota promes adalah suatu janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada suatu saat tertentu di masa yang akan datang. Wesel tagih juga merupakan piutang, tetapi di dalam bentuk atau memiliki ciri yang berbeda dengan piutang usaha. Piutang usaha umumnya diperkirakan akan tertagih dalam jangka waktu yang relatif pendek, biasanya 30 sampai 60 hari. Sedang wesel tagih biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari.

Niswonger (2004 : 324) mendefinisikan ”Wesel tagih adalah jumlah yang terhutang bagi pelanggan dimana pelanggan dimaksud telat menerbitkan surat hutang formal kepada perusahaan”.

Wesel tagih dapat digolongkan atas dua jenis : a. Wesel Tagih Berbunga

Pada wesel ini, dinyatakan berapa persen tingkat bunga dan berapa hari jangka waktu pelunasannya. Pada hari pelunasannya, pihak yang mengeluarkan wesel harus membayar sejumlah nilai nominal ditambah dengan bunganya.

b. Wesel Tagih Tanpa Bunga

Pada wesel ini dinyatakan jumlah yang harus dibayar dan jangka waktu pelunasannya, pada saat pelunasan jumlah yang harus dibayar hanya sebesar nilai jatuh temponya..

2. Piutang Lain-lain

Piutang ini adalah piutang yang timbul bukan dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Smith dan Skousen (2004 : 39) menyatakan bahwa :

Piutang lain-lain timbul dari transaksi-transaksi sebagai berikut : a. Penjualan sekuritas atau harta benda lain selain persediaannya

b. Uang muka kepada pemegang saham, para direktur, pejabat, karyawan, dan perusahaan afiliasi.

c. Setoran kepada kreditur, perusahaan kebutuhan umum dan instalasi-instalasi yang lain.

d. Pembayaran di muka atas pembelian.

e. Setoran-setoran untuk menjamin pelaksanaan kontrak atau pembayaran biaya

f. Tuntutan atas kerugian atau kerusakan. g. Saham yang masih harus disetor. h. Piutang deviden dan bunga.

Dari penjelasan di atas piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan karena berbagai transaksi di luar kegiatan normal perusahaan. Biasanya piutang ini didukung oleh persetujuan atau bukti-bukti yang telah disepakati bersama.

Piutang dapat digolongkan dengan menggunakan beberapa dasar sebagai berikut : 1. Berdasarkan Jangka Waktu

Berdasarkan jangka waktu piutang dapat digolongkan atas :

a. Piutang Lancar atau Piutang Jangka Pendek (Current Receivable)

Piutang lancar atau piutang jangka pendek meliputi suatu piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu satu periode akuntansi atau kurang, terhitung sejak tanggal neraca yang bersangkutan. Untuk neraca tanggal 31 Desember 2004 atau sebelumnya, piutang jangka pendek atau piutang lancar akan disajikan dalam neraca sebagai elemen aktiva. Di dalam neraca ini termasuk juga bagian piutang yang sebelumnya termasuk elemen piutang jangka panjang, tetapi karena telah berjalannya waktu telah menjadi hutang jangka pendek.

b. Piutang Jangka Panjang

Piutang jangka panjang meliputi semua piutang yang akan jatuh tempo dalam jangka waktu lebih dari satu periode akuntansi sejak tanggal neraca yang

13 bersangkutan. Untuk neraca tanggal 31 Desember 2007, maka piutang jangka panjang yang akan jatuh tempo setelah 31 Desember 2007. Piutang jangka panjang akan disajikan di dalam neraca sebagai elemen investasi jangka panjang atau aktiva lain-lain dengan berjalannya waktu piutang jangka panjang ini sebagian demi sebagian atau secara keseluruhan akan berubah menjadi piutang jangka pendek.

2. Atas dasar transaksi penyebabnya

Atas dasar transaksi yang menyebabkab timbulnya piutang, piutang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :

a. Piutang dagang atau piutang usaha

Piutang dagang atau piutang usaha (trade receivable) meliputi semua piutang yang timbul karena :

- Penjualan barang dagangan secara kredit. - Penjualan produk selesai secara kredit, atau

- Penjualan jasa yang merupakan produk utama perusahaan secara kredit b. Piutang non dagang atau piutang di luar usaha

Piutang non dagang ini meliputi semua piutang yang terjadinya bukan karena transaksi :

- Penjualan barang dagangan secara kredit - Penjualan produk selesai secara kredit, atau

Transaksi yang menyebabkan timbulnya piutang non dagang ini antara lain memperoleh laba maksimum, aktifitas ini dapat berbeda antara satuan usaha dengan satuan usaha lainnya. Kedua telah terjadi pertukaran dan penyerahan.

Pengakuan atas timbulnya suatu perkiraan piutang yang berasal dari kegiatan atau aktifitas perusahaan yang pokok berarti juga menentukan adanya pendapatan perusahaan. Pendapatan ini biasanya berasal dari kegiatan seperti penjualan produk, penyerahan jasa, atau pemberian izin kepada pihak lain untuk menggunakan sumber daya perusahaan yang kemudian dikompensasikan ke dalam bentuk bunga, sewa atau bentuk lain dan kompensasi ini dapat dilakukan secara tunai ataupun ditangguhkan terlebih dahulu. Kompensasi yang ditangguhkan inilah yang pada akhirnya menimbulkan perkiraan piutang. Adapun ayat jurnal untuk mengakui piutang dari penjualan barang atau jasa yaitu :

Piutang Usaha xxx

Penjualan xxx

Dalam banyak transaksi piutang, jumlah yang akan diakui adalah harga pertukaran di antara kedua pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang merupakan hutang dari yang berhutang (pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, sering kali berupa faktur. Menurut Kieso & Weygandt (2005 : 241) ”Dua faktor yang memperumit pengukuran harga pertukaran adalah (1) Ketersediaan dari potongan/discount (potongan dagang atau tunai) dan, (2) lamanya waktu antara penjualan dan pembayaran tanggal jatuh tempo (elemen bunga)”.

15 1. Potongan Dagang (Trade Discount)

Pelanggan seringkali mengutip harga-harga dari daftar atau katalog harga yang bisa mendapat potongan dagang atau kuantitas. Potongan dagang (rabat) digunakan untuk menghindarkan perubahan yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda untuk pembelian kuantitas yang berbeda, atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing.

2. Potongan Tunai (Potongan Penjualan)

Potongan tunai ditawarkan sebagai pengurangan untuk pembayaran segera dan dinyatakan dalam bentuk persyaratan 2/10- n/30 (2% jika dibayarkan dalam jangka 10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30 hari), atau 2/10- E.O.M (2% jika dibayarkan dalam jangka 10 hari, jatuh tempo akhir bulan).

Perusahaan tidak menggunakan potongan penjualan, biasanya tidak menggunakan uang mereka secara bermanfaat. Sebuah perusahaan yang mendapat pengurangan 1% atas harga penjualan untuk pembayaran dalam jangka 10 hari, dengan total pembayaran jatuh tempo dalam 30 hari, secara efektif menghasilkan 18,25% (0,01: [20/365]), atau paling sedikit menghemat biaya tingkat bunga. Untuk alasan ini, perusahaan biasanya mengambil potongan itu kecuali kalau uang kasnya sangat terbatas.

Metode pencatatan yang paling mudah dan umum digunakan untuk transaksi penjualan dan potongan yang bersangkutan adalah memasukkan piutang dan penjualan pada jumlah kotor. Dalam metode ini, potongan penjualan diakui dalam perkiraan hanya bila pembayaran diterimadalam periode potongan. Potongan

penjualan kemudian akan diperlihatkan dalam perhitungan rugi laba sebagai pengurangan dari penjualan untuk mendapatkan penjualan bersih.

Beberapa akuntan menyatakan bahwa potongan penjualan yang tidak diambil mencerminkan denda yang ditambahkan pada harga yang ditetapkan untuk mendorong pembayaran secepatnya. Jadi, penjual menawarkan penjualan kredit pada harga yang sedikit lebih tinggi dari pada penjualan tunai, dan kenaikannya dioffset dengan potongan tunai yang ditawarkan. Dengan demikian, pelanggan yang membayar di dalam periode potongan membeli pada harga potongan, sedangkan mereka yang membayar sesudah berakhirnya periode potongan didenda karena mereka harus membayar dalam jumlah yang melebihi harga tunai. Jika pendekatan ini yang digunakan, penjualan dan piutang dicatat pada harga bersih, dan setiap potongan yang tidak diambil kemudian didebet ke piutang dagang dan dikredit kehilangan potongan penjualan. Ayat jurnal berikut menggambarkan perbedaan antara metode kotor dan bersih.

Metode Kotor Metode Bersih

Penjualan Rp. 10.000, syarat 2/10-n/30

Piutang dagang 10.000 Piutang dagang 9.800 Penjualan 10.000 Penjualan 9.800 Pembayaran Rp. 4.000 yang diterima dalam periode potongan

Kas 3.920 Kas 3.920

Potongan penjualan 80 Piutang dagang 3.920

Piutang dagang 4.000

17

Kas 6.000 Piutang dagang 120

Piutang dagang 6.000 Kehilangan potongan penjualan 120

Kas 6.000

Piutang dagang 6.000

Jika metode kotor yang digunakan, potongan penjualan harus dilaporkan sebagai pengurangan atas penjualan di dalam perhitungan rugi laba. Jika metode bersih yang digunakan, kehilangan potongan penjualan harus dipandang sebagai pos pendapatan lain. Secara teoritis, pengakuan kehilangan potongan penjualan benar karena piutang dinyatakan lebih dekat pada nilai realisasinya dan angka penjualan bersih mengukur pendapatan yang dihasilkan dari penjualan tersebut.

Akan tetapi dari segi praktis metode bersih jarang digunakan karena memerlukan analisis dan pembukuan tambahan. Untuk satu hal metode bersih mensyaratkan ayat penyesuaian untuk mencatat kehilangan potongan penjualan pada piutang dagang yang teleh melewati periode potongan.

3. Tidak ada pengakuan atas elemen bunga

Secara ideal, piutang harus diukur dalam pengertian nilai sekarangnya, yaitu nilai yang didiskontokan dari kas yang akan diterima di masa depan. Bila diperkirakan penerimaan kas memerlukan periode tunggu, jumlah nominal piutang tidak senilai dengan jumlah akhir diterima.

Untuk menggambarkan, asumsikan bahwa perusahaan melakukan penjualan kredit sebesar $ 1,000 dengan pembayaran jatuh tempo dalam 4 bulan. Tingkat bunga tahunan yang berlaku adalah 12% dan pembayaran dilakukan pada akhir empat bulan. Nilai sekarang dari piutang tersebut bukan $ 1,000 tetapi $ 961.59 ($ 1,000 x 0,96154,

tabel 6 -2; n=1, I = 4%). Dengan perkataan lain $ 1,000 yang akan diterima 4 bulan dari sekarang tidak sama dengan $1,000 yang diterima hari ini.

Secara teoritis, setiap pendapatan setelah periode berjalan adalah pendapatan bunga. Dalam praktek, akuntan telah memilih untuk mengabaikan hal ini umumnya untuk piutang dagang. Karena jumlah potongan tersebut biasanya tidak material dalam kaitan dengan laba bersih untuk periode bersangkutan.

4. Pencatatan Piutang

Di dalam pencatatan piutang ada beberapa transaksi yang mempengaruhi piutang yaitu :

1. Transaksi Penjualan Kredit

Transaksi ini dicatat dalam jurnal penjualan atas dasar faktur penjualan yang dilampiri dengan surat order pengiriman. Transaksi timbulnya piutang ini dipostingkan ke dalam kartu piutang atas dasar-dasar yang telah dicatat dalam jurnal penjualan tersebut.

2. Transaksi Retur Penjualan

Transaksi ini dicatat dalam jurnal retur penjualan atas dasar memo kredit yang dilampiri dengan laporan penerimaan barang. Transaksi atas berkurangnya piutang ini diposting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang telah dicatat dalam jurnal.

3. Transaksi Penerimaan Kas

Transaksi ini dicatat dalam jurnal penerimaan kas atas dasar bukti kas masuk yang dilampiri surat pemberitahuan dari debitur. Transaksi-transaksi yang mengurangi

19 piutang akibat terjadinya pelunasan tersebut diposting ke dalam kartu piutang atas dasar yang ada pada jurnal penerimaan kas.

4. Transaksi Penghapusan Piutang

Transaksi ini dicatat dalam jurnal umum atas dasar bukti memorial yang dibuat oleh bagian kredit. Transaksi berkurangnya piutang akibat penghapusan tersebut diposting ke dalam kartu piutang atas dasar data yang ada dalam jurnal umum. Mulyadi (2001 : 261) menyatakan bahwa di dalam pencatatan atas piutang ada empat metode yang dapat digunakan untuk mengerjakan jurnal dan posting yaitu :

1. Metode Konvensional

Dalam metode ini posting ke dalam kartu piutang dilakukan atas data-data yang telah dicatat dalam jurnal penjualan penerimaan kas, dimana faktur-faktur yang diterima dicatat dalam jurnal penjualan diposting ke dalam buku piutang, dan penerimaan yang terjadi pada setiap harinya dicatat dalam jurnal penerimaan kas kemudian diposting ke dalam buku pembantu piutang.

2. Metode Posting Langsung ke dalam Kartu Piutang atau pernyataan Piutang a. Metode Posting Harian

Dalam metode ini posting ke dalam kartu piutang dilakukan dengan dua cara yaitu 1. Posting langsung ke dalam kartu piutang dengan tulisan tangan, jurnal hanya menunjukkan jurnal total harian saja (tidak rinci). Dalam metode ini, faktur penjualan yang merupakan dasar untuk pencatatan timbulnya piutang diposting langsung setiap hari secara rinci ke dalam kartu piutang. Ada dua cara media yang digunakan dalam posting ke dalam kartu piutang.

- Media disortir menurut abjad sebelum diposting satu persatu ke dalam kartu piutang, kemudian dibuat pita pembuktian ketelitian posting dari kartu piutang.

- Media diposting ke dalam kartu piutang sesuai dengan urutan pada waktu diterima dari bagian penagihan.

2. Posting langsung ke dalam kartu piutang dan pernyataan piutang.

Dalam metode ini media diposting ke dalam pernyataan piutang dengan kartu piutang sebagai tembusannya atau tembusan lembar kedua berfungsi sebagai kartu piutang.

b. Metode Periodik

Dalam metode ini ada dua cara yaitu : 1. Posting Ditunda

Posting ke dalam kartu piutang dilakukan secara sekaligus setelah faktur yang ada terkumpul semua. Faktur penjualan yang diterima dari bagian penagihan oleh bagian piutang disimpan sementara, untuk nantinya secara sekaligus diposting ke dalam kartu piutang.

2. Penagihan Bersiklus

Selama sebulan dokumen disortir dan diarsipkan menurut nama pelanggan dan pada akhir bulan dilakukan kegiatan posting terhadap dokumen tersebut serta menghitung dan mencatat saldo kartu piutang.

Dokumen terkait