• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM TRANSAKSI E-BANKING

B. Pengertian dan peraturan-peraturan terkait dengan e-banking

Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, ebanking meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking

didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif.50

Elekronik Banking merupakan alternatif untuk semua metode pembayaran tradisional. Dimana para pengguna layanan ini dapat mendaftar hanya dengan mengisi aplikasi singkat, dengan persyaratan minimal, untuk identifikasi dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menikmati layanan tersebut, dimanapun dan kapanpun.51

Electronic Banking (e-banking) memberikan layanan melalui Internet, sehingga istilah yang digunakan adalah Internet Banking yaitu sebagai media alternatif yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah suatu bank, hal ini menjadi solusi yang cukup efektif yang tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan

49

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : ANDI, 2005), hal 14

50

http://lirarachmawati.blogdetik.com/2010/01/29/makalahebanking/html, diakses tanggal 2 November 2016

51

Ivansyah, Perlindungan hukum terhadap nasabah atas penggunaan layanan elektronik banking (e-banking) pada bank rakyat indonesia (riset pada bank rakyat indonesia unit melati), Jakarta, Universitas Indonesia Press, hal 5

yang dimiliki oleh internet itu sendiri, dimana seseorang ketika ingin melakukan transaksi melalui layanan E-banking dapat melakukannya dimana dan kapan saja.52

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking merupakan produk perbankan elektronik yang ditawarkan pihak bank untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui komputer dan jaringan internet.53

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah suatu bentuk pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru.54 Electronic Banking (E-Banking) adalah layanan perbankan yang memugkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan melalui internet.55

Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan paradigma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa termasuk dalam dunia usaha. Pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual sehingga penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tingkat akurasi yang rendah, kini dengan berkembangnya teknologi komputer hal tersebut bisa diperbaiki. Perangkat komputer memberikan manfaat dimana pekerjaan yang kita lakukan menjadi semakin cepat dengan akurasi yang cukup tinggi, sehingga akan terjadi penghematan baik tenaga dan waktu. Dalam dunia usaha kita tahu waktu dan tenaga merupakan modal bagi keberhasilan peningkatan usaha56.

52

www.bi.co.id, diakses tanggal 2 November 2016

53

Suryani. Komunikasi Terapeutik : teori dan praktik. (Jakarta : EGC, 2005), hal 49

54

Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hal 21

55

Tb. Irman, Anatomi Kejahatan Perbankan, (Jakarta : MQS Publishing & CV. Ayyccs Group, 2006), hal 197

56

Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia. Abad ke-21 bahkan diyakini akan menjadi abad baru yang disebut era informasi-ekonomi (digital-

economic) dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan elektronika

(electronic banking). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era informasi (information age)57.

Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini bisa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk menggunakan fasilitas ini, bank menyediakan password, atau pun ID bagi pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun transfer. Manajemen bank menyadari bahwa, keandalan bank di masa depan lebih ditentukan oleh seberapa efisien dalam menggali sumber dana murah untuk intermediasi dan seberapa besar bank mendapatkan pendapatan non bunga58. Cara paling ampuh untuk meraih masa depan itu adalah mengembangkan saluran elektronik atau dikenal sebagai electronic banking.59

Electronic banking pada dasarnya memiliki sejumlah saluran (channel), yaitu anjungan tunai mandiri (ATM), layanan pesan singkat (SMS-banking), internet (internet banking), telepon (call center), dan mesin gesek kartu di toko-

57

Ibid.

58

www.bi.go.id diakses tanggal 2 November 2016.

59

toko (merchant). Pemanfaatan layanan electronic banking mensyaratkan nasabah harus memiliki rekening tabungan terlebih dahulu untuk menyimpan uang yang akan ditransaksikan. Jadi, semakin electronic banking diminati, semakin banyak pula bank mengumpulkan dana murah.

Electronic banking juga menciptakan efek manfaat yang lain bagi bank, yakni meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income). Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari layanan transaksi yang ditawarkan

electronic banking, misalnya pembayaran tagihan listrik melalui ATM dikenai biaya Rp 2.500,00 per transaksi60.

Electronic banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. Electronic banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses electronic banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon61.

Selain itu E-Banking, atau electronic banking bisa diartikan sebagai aktifitas perbankan di internet. Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank dapat melakukan hampir semua jenis transaksi perbankan melalui sarana internet, khususnya via web. Mirip dengan penggunaan mesin ATM, lewat sarana internet seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan rekening, transfer dana

60

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0603/14/finansial/2503968.html diakses tanggal 3 November 2016

61

http://emshi.blogs.friendster.com/emshi_blog/2007/03/ebanking_bertra.html diakses tanggal 4 November 2016.

antar rekening, hingga pembayaran tagihan-tagihan rutin bulanan (listrik, telepon), melalui rekening banknya. Hal tersebut memberi banyak keuntungan yang bisa didapatkan nasabah dengan memanfaatkan layanan ini, terutama bila dilihat dari waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena transaksi electronic banking jelas bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah dapat terhubung dengan jaringan internet. Electronic banking sebenarnya bukan hal baru di internet, tapi di Indonesia sendiri, baru beberapa tahun belakangan ini marak diaplikasikan oleh beberapa bank papan atas. Konon ini berkaitan dengan keamanan nasabah yang tentunya menjadi perhatian utama dari para pengelola bank disamping masalah infrastruktur bank bersangkutan.

Keamanan memang merupakan isu utama dalam electronic banking karena sebagaimana kegiatan lainnya di internet, transaksi perbankan di internet juga rawan terhadap pengintaian dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Sebuah situs electronic banking diwajibkan untuk menggunakan standar keamanan yang sangat ketat untuk menjamin bahwa setiap layanan yang mereka sediakan hanya dimanfaatkan oleh mereka yang memang berhak. Salah satu teknik pengamanan yang sering digunakan dalam electronic banking adalah melalui SSL (Secure Socket Layer) maupun lewat protokol HTTPS (Secure HTTP). Secure sockets layer yang pada awalnya dikembangkan oleh netscape diakui oleh industri internet di dunia sebagai sebuah layer berkemampuan khusus yang menjembatani network layer transmission control protocol/internet protocol (TCP/IP) dengan application layer hyper text transport protocol (HTTP) dan internet messaging acces protocol (IMAP). Kemampuan khusus SSL tersebut adalah pada sistem penyandian yang mampu menghasilkan kode angka acak

sepanjang 128 bit. Mudahnya, TCP/IP ibarat sebuah pipa paralon yang fungsinya menghantar segala paket data dan informasi transaksi electronic banking62.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa :

“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.” Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. Membuka kesempatan seluasâ-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

Pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 29 ayat (4) yang menyatakan bahwa : “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/15/PBI/2007 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum tercantum dalam.pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa :

62 http://ebrightnet.blogspot.com/2008/01/pengenalan-dasar-internet.html diakses tanggal 5 November 2016.

“Layanan perbankan melalui media elektronik atau selanjutnya disebut Electronic Banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund transfer, internet banking, mobile phone.”

Selain itu tercantum dalam pasal 1 ayat (7) yang menyatakan bahwa

disaster recovery center (DRC) adalah fasilitas pengganti pada saat Pusat Data (data center) mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi antara lain karena tidak adanya aliran listrik ke ruang komputer, kebakaran, ledakan atau kerusakan pada komputer, yang digunakan sementara waktu selama dilakukannya pemulihan pusat data bank untuk menjaga kelangsungan kegiatan usaha (business continuity). Dasar hukum mengenai transaksi electronic banking khususnya bagi kegiatan perbankan belum ada undang-undang secara khusus yang mengaturnya, namun ketentuan-ketentuan berupa peraturan dan Surat Edaran Bank Indonesia sebagaimana yang telah diuraikan diatas dapat digunakan sebagai dasar hukum transaksi electronic banking.63

Salah satu perlindungan yang dapat diberikan kepada nasabah adalah perlindungan terhadap munculnya kerugian pada nasabah melalui penggunaan produk atau jasa bank. Electronic Banking (e-banking) sebagai salah satu produk bank disatu sisi memang memberikan banyak manfaat, namun disisi lain juga terdapat risiko-risiko yang dapat menimbulkan kerugian nasabah. Berdasarkaan di dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan yang khusus mengenai

Electronic Banking (e-banking), namun meskipun tidak ada peraturan perundang- undang yang khusus mengatur Electronic Banking (e-banking) di Indonesia dapat menemukan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah Electronic

63Abdul HB & Teguh P,

Bisnis E-Commerce Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia , (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hal 77

Banking (e-banking) dengan cara menafsirkan peraturan-peraturan terseut ke dalam pemahaman tentang Electronic Banking (e-banking) atau mengaitkan peraturan yang satu dengan peraturan lainnya.64

Peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Pengaturan Electronic Banking (E-Banking) tidak terlepas dari Undang- undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, dimana kegiatan Electronic Banking (E-Banking) pada khususnya dan penggunaan sarana elektronik lainnya dalam perbankan di Indonesia dimungkinkan oleh adanya Pasal 6 huruf (n) bahwa bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembinaan dan pengawasan bank ini perlu dilaksanakan agar bank sebagai penyelenggara layanan Electronic Banking (e-banking) dapat menjamin keamanan transaksi perbankan yang dilakukan oleh nasabah, serta nasabah dapat mengetahui mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul dalam transaksi perbankan yang dilakukan dalam layanan internet banking melalui informasi layanan internet banking yang diberikan oleh bank.

Undang-Undang Perbankan juga mengatur masalah kerahasiaan bank. Menurut Pasal 1 Ayat 28 Undang-Undang Perbankan, rahasia bank adalah

64 Wulanmas Frederik, A.P.G.

Buku Ajar Hukum Perbankan. (Yogyakarta : Penerbit Genta Press. 2011), hal 47

segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Rahasia bank merupakan hal yang penting, karena bank sebagai lembaga kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan simpanannya. Di dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan dinyatakan “Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan. Berdasarkan ketentuan tersebut, Undang- Undang Perbankan telah secara konsisten menjelaskan bahwa pengertian rahasia bank hanya menyangkut nasabah penyimpan dan simpanannya. Selanjutnya, penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa keterangan mengenai nasabah, selain sebagai nasabah penyimpan, bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan.

Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan tersebut mencerminkan akan asas atau prinsip kerahasiaan bank, yang sekiranya mampu dipergunakan untuk menetapkan dan memberikan perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui Electronic Banking (e-banking), mengingat bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang disimpan pada bank atas dasar kepercayaan. Mengenai kerahasiaan bank ini, untuk perkembangan saat ini tidak cukup lagi mengantisipasi dinamika bisnis sektor perbankan. Prinsip kerahasiaan bank ini dalam konteks perlindungan hukum atas data pribadi nasabah dapat saja diterapkan, namun penerapannya di dalam penyelenggaraan

internet banking menjadi tidak optimal, sebab perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang ada pada ketentuan ini terbatas hanya pada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal di dalam penyelenggaraan

Electronic Banking (e-banking), data nasabah yang ada tidak hanya data yang disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak nasabah dari sarana komputer yang terhubung dengan internet dimana nasabah melakukan transaksi perbankan. Bank tidak mapu lagi untuk mengantisipasi dampak dari pemanfaatan layanan Electronic Banking (e-banking). Ketidakmampuan ini disebabkan karena karakteristik layanan Electronic Banking (e-banking) untuk memfasilitasi transaksi perbankan yang berbeda dengan perbankan secara konvensional.

Melihat pada kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa Undang- Undang Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum sepenuhnya atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan Electronic Banking (e-banking). 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Peraturan perundangan tersebut yang dapat dikaitkan dengan internet banking

misalnya adalah Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Di dalam Undang-undang ini bahkan tidak ada pasal yang jelas-jelas mengatur tentang Electronic Banking (e-banking). Akan tetapi, ada pasal yang mengatur tentang transaksi dengan media internet. Dengan dilakukan penafsiran terhadap Undang-Undang ini, maka apabila ada pihak- pihak tertentu yang menyalahgunakan media internet dalam transaksi perbankan, maka apabila terjadi permasalahan ataupun sengketa berkaitan

dengan Electronic Banking (e-banking) dan diatur dalam undang-undang ini, maka dapat diselesaikan atau diproses dengan berdasarkan pada ketentuan- ketentuan dalam undang-undang ini.

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.65 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.66

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia, mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, membuka kesempatan seluas- luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.67 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.68 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.69Informasi

65

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 angka 2 66 Ibid., Pasal 3 67 Ibid., Pasal 4 68

Ibid., Pasal 5 ayat (1)

69

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.70

Dalam hal terdapat mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.71 Setiap Orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak Orang lain berdasarkan adanya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik harus memastikan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ada padanya berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundangundangan.72

Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar oleh Pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan Penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim.73 Kecuali diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik di

70

Ibid., Pasal 5 ayat (3)

71

Ibid., Pasal 6

72

Ibid., Pasal 7

73

bawah kendali Penerima yang berhak.74 Dalam hal Penerima telah menunjuk suatu Sistem Elektronik tertentu untuk menerima Informasi Elektronik, penerimaan terjadi pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk.75 Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya.76

Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.77 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.78 Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat.79 Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.80 3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi juga dapat dikaitkan dengan internet banking, mengingat bahwa penyelenggaraan internet banking pada dasarnya tidak terlepas dari penggunaan jasa telekomunikasi. Telekomunikasi terdiri dari kata “tele” yang berarti jarak jauh (at a distance) dan “komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian

74

Ibid., Pasal 8 ayat (2)

75

Ibid., Pasal 8 ayat (3)

76

Ibid., Pasal 15 ayat (1)

77

Ibid., Pasal 15 ayat (2)

78

Ibid., Pasal 15 ayat (3)

79

Ibid., Pasal 17 ayat (1)

80

informasi.81 Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.82 Penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua pengguna, peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan pemenuhan standar pelayanan serta standar penyediaan sarana dan prasarana.83 Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan telekomunikasi.84 Penyelenggara telekomunikasi wajib melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap instalasi dalam jaringan telekomunikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan telekomunikasi.85 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun.86

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dalam rangka memberikan perlindungan kepada nasabah dalam penggunaan layanan internet banking, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen juga dapat dikaitkan dengan penyelenggaraan

81

Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 200), hal 109

82

Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, Pasal 1 angka 1

83

Ibid., Pasal 17

84

Ibid., Pasal 38

85

Ibid., Pasal 39 ayat (1)

86

informasi.81 Telekomunikasi adalah setiap pemancaran, pengiriman, dan atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.82 Penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyediakan pelayanan telekomunikasi berdasarkan prinsip perlakuan yang sama dan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi semua pengguna, peningkatan efisiensi dalam penyelenggaraan telekomunikasi dan pemenuhan standar pelayanan serta standar penyediaan sarana dan prasarana.83 Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang dapat menimbulkan gangguan fisik dan elektromagnetik terhadap penyelenggaraan telekomunikasi.84 Penyelenggara telekomunikasi wajib melakukan pengamanan dan perlindungan terhadap instalasi dalam jaringan telekomunikasi yang digunakan untuk penyelenggaraan telekomunikasi.85 Setiap orang dilarang melakukan kegiatan penyadapan atas informasi yang disalurkan melalui jaringan telekomunikasi dalam bentuk apapun.86

4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dalam rangka memberikan perlindungan kepada nasabah dalam penggunaan layanan internet banking, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen juga dapat dikaitkan dengan penyelenggaraan

81

Edmon Makarim, Pengantar Hukum Telematika, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 200), hal 109

82

Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, Pasal 1 angka 1

83

Ibid., Pasal 17

84

Ibid., Pasal 38

85

Ibid., Pasal 39 ayat (1)

86

internet banking. Dalam hal ini, perusahaan yang dimaksud adalah bank, dan konsumen yang dimaksud adalah nasabah.

Masalah kedudukan yangs eimbang secara jelas dan tegas terdapat dalam Pasal 2 yang menyebutkan bahwa perlindungan konsumen berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan dan keselamatan konsumen serta kepastian hukum. Dengan berlakunya Undang-undang tentang perlindungan konsumen,

Dokumen terkait