• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Permasalahan Hukum Perbankan Berkaitan Dengan Transaksi E-Banking (Studi Kasus Pada Bank BNI-1946 Kantor Cabang USU-Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Permasalahan Hukum Perbankan Berkaitan Dengan Transaksi E-Banking (Studi Kasus Pada Bank BNI-1946 Kantor Cabang USU-Medan)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM TRANSAKSI E-BANKING

A. Landasan Hukum dan Fungsi perbankan

Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan penting dalam perekonomian. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.

(2)

tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan isitlah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.12

Adapun landasan hukum perbankan yaitu :

1. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.13Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.14 Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.15

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.16Menurut jenisnya,

12

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2013), hal 24

13

Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

14

Ibid., Pasal 2

15

Ibid., Pasal 3

16

(3)

bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.17 Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.18 Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan maodal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.19

Perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut merupakan landasan perbankan dalam menghadapi saat tinggal landas. Di dalamnya diciptakan satu lingkungan dunia perbakan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang

17

Ibid., Pasal 5 ayat (1)

18

Ibid., Pasal 5 ayat (2)

19

(4)

diakibatkan oleh perkembangan itu sehingga mencapai tujuan keesejahteraan masyarakat.20

2. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004

Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.21 Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.22 Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini.23 Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.24 Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia mempunyai tugas adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi Bank.25 Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.26 Bank Indonesia wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya.27

Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang

20

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2012), hal 26

21

Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 4 ayat (1)

(5)

bersangkutan.28 Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan.29 Bank Indonesia dapat menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia.30 Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing.31 Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.32 Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.33 Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai.34 Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.35 Pelaksanaan kewenangan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.36

3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.37 Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip

(6)

Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.38 Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.39 Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.40

Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya dan menggunakan sistem, antara lain prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi hasil bank syariah dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi, baik keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal, tetapi juga oleh pengelola modal.41 4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.42Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.43Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

38

Ibid., Pasal 2

39

Ibid., Pasal 3

40

Ibid., Pasal 7

41

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 37

42

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1

43

(7)

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.44 OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.45 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.46

OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran (fairness). Secara kelembagaan, OJK berada diluar pemerintah, yang dimaknai bahwa OJK tidak menjadi bagi dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah karena pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio. Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerjasama dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor jasa keuangan. Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas

44

Ibid., Pasal 1 angka 5

45

Ibid., Pasal 5

46

(8)

sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerjasama dan harmonisasi kebijakan yang baik, OJK harus merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berinteraksi secara baik dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya dalam mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.47

Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service :48

1) Agent of Trust

Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Fungsi financial intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada unsur kepercayan (trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila dilandasi unsur kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan juga.

2) Agent of Development

Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan perekonomian masyarakat, seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan konsumsi barang dan jasa.

3) Agent of Services

Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller machine, money market, capital market, dll. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

47

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana, 2014), hal 217

48

(9)

Kegiatan yang ada dalam bank ditentukan oleh fungsi – fungsi yang melekat pada bank tersebut. Menurut Undang – Undang RI Nomor 10 tahun 1998 fungsi bank tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi pengumpulan dana, adalah dana dari masyarakat yang disimpan di bank yang merupakan sumber dana untuk bank selain dana bank,

2. Fungsi pemberian kredit, dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito harus segera diputarkan sebab dari dana tersebut bank akan terkena beban bunga, jasa giro bunga deposito, bunga tabungan, dan biaya operasional seperti gaji, sewa gedung dan penyusutan. 3. Fungsi penanaman dana dan investasi, biasanya mendapat imbalan berupa

pendapatan modal yang bisa berupa bunga,laba dan deviden.

4. Fungsi pencipta uang, adalah fungsi yang paling pokok dari bank umum jika dilihat dari sudut pandang ekonomi makro. Tetapi dari sudut pandang manajer bank, bahwa dengan melupakan sama sekali fungsi ini tidak akan berpengaruh terhadap maju mundurnya bank yang dipimpinnya.

5. Fungsi pembayaran, transaksi pembayaran dilakukan melalui cek bilyet giro, surat wesel, kupon dan transfer uang.

(10)

tarf hidup rakyat banyak. Dengan demikian bank di Indoesia ditugaskan oleh pemeritah untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.49

B. Pengertian dan peraturan-peraturan terkait dengan e-banking

Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, ebanking meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking

didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif.50

Elekronik Banking merupakan alternatif untuk semua metode pembayaran tradisional. Dimana para pengguna layanan ini dapat mendaftar hanya dengan mengisi aplikasi singkat, dengan persyaratan minimal, untuk identifikasi dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menikmati layanan tersebut, dimanapun dan kapanpun.51

Electronic Banking (e-banking) memberikan layanan melalui Internet, sehingga istilah yang digunakan adalah Internet Banking yaitu sebagai media alternatif yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah suatu bank, hal ini menjadi solusi yang cukup efektif yang tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan

49

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : ANDI, 2005), hal 14

50

http://lirarachmawati.blogdetik.com/2010/01/29/makalahebanking/html, diakses tanggal 2 November 2016

51

(11)

yang dimiliki oleh internet itu sendiri, dimana seseorang ketika ingin melakukan transaksi melalui layanan E-banking dapat melakukannya dimana dan kapan saja.52

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking merupakan produk perbankan elektronik yang ditawarkan pihak bank untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui komputer dan jaringan internet.53

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah suatu bentuk pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru.54 Electronic Banking (E-Banking) adalah layanan perbankan yang memugkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan melalui internet.55

Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan paradigma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa termasuk dalam dunia usaha. Pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual sehingga penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tingkat akurasi yang rendah, kini dengan berkembangnya teknologi komputer hal tersebut bisa diperbaiki. Perangkat komputer memberikan manfaat dimana pekerjaan yang kita lakukan menjadi semakin cepat dengan akurasi yang cukup tinggi, sehingga akan terjadi penghematan baik tenaga dan waktu. Dalam dunia usaha kita tahu waktu dan tenaga merupakan modal bagi keberhasilan peningkatan usaha56.

52

www.bi.co.id, diakses tanggal 2 November 2016

53

Suryani. Komunikasi Terapeutik : teori dan praktik. (Jakarta : EGC, 2005), hal 49

54

Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hal 21

55

Tb. Irman, Anatomi Kejahatan Perbankan, (Jakarta : MQS Publishing & CV. Ayyccs Group, 2006), hal 197

56

(12)

Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia. Abad ke-21 bahkan diyakini akan menjadi abad baru yang disebut era informasi-ekonomi (

digital-economic) dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan elektronika

(electronic banking). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era informasi (information age)57.

Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini bisa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk menggunakan fasilitas ini, bank menyediakan password, atau pun ID bagi pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun transfer. Manajemen bank menyadari bahwa, keandalan bank di masa depan lebih ditentukan oleh seberapa efisien dalam menggali sumber dana murah untuk intermediasi dan seberapa besar bank mendapatkan pendapatan non bunga58. Cara paling ampuh untuk meraih masa depan itu adalah mengembangkan saluran elektronik atau dikenal sebagai electronic banking.59

Electronic banking pada dasarnya memiliki sejumlah saluran (channel), yaitu anjungan tunai mandiri (ATM), layanan pesan singkat (SMS-banking), internet (internet banking), telepon (call center), dan mesin gesek kartu di

57

Ibid.

58

www.bi.go.id diakses tanggal 2 November 2016.

59

(13)

toko (merchant). Pemanfaatan layanan electronic banking mensyaratkan nasabah harus memiliki rekening tabungan terlebih dahulu untuk menyimpan uang yang akan ditransaksikan. Jadi, semakin electronic banking diminati, semakin banyak pula bank mengumpulkan dana murah.

Electronic banking juga menciptakan efek manfaat yang lain bagi bank, yakni meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income). Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari layanan transaksi yang ditawarkan

electronic banking, misalnya pembayaran tagihan listrik melalui ATM dikenai biaya Rp 2.500,00 per transaksi60.

Electronic banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. Electronic banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses electronic banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon61.

Selain itu E-Banking, atau electronic banking bisa diartikan sebagai aktifitas perbankan di internet. Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank dapat melakukan hampir semua jenis transaksi perbankan melalui sarana internet, khususnya via web. Mirip dengan penggunaan mesin ATM, lewat sarana internet seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan rekening, transfer dana

60

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0603/14/finansial/2503968.html diakses tanggal 3 November 2016

61

(14)

antar rekening, hingga pembayaran tagihan-tagihan rutin bulanan (listrik, telepon), melalui rekening banknya. Hal tersebut memberi banyak keuntungan yang bisa didapatkan nasabah dengan memanfaatkan layanan ini, terutama bila dilihat dari waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena transaksi electronic banking jelas bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah dapat terhubung dengan jaringan internet. Electronic banking sebenarnya bukan hal baru di internet, tapi di Indonesia sendiri, baru beberapa tahun belakangan ini marak diaplikasikan oleh beberapa bank papan atas. Konon ini berkaitan dengan keamanan nasabah yang tentunya menjadi perhatian utama dari para pengelola bank disamping masalah infrastruktur bank bersangkutan.

(15)

sepanjang 128 bit. Mudahnya, TCP/IP ibarat sebuah pipa paralon yang fungsinya menghantar segala paket data dan informasi transaksi electronic banking62.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa :

“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.” Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. Membuka kesempatan seluasâ-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

Pada Undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 29 ayat (4) yang menyatakan bahwa : “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/15/PBI/2007 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum tercantum dalam.pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa :

(16)

“Layanan perbankan melalui media elektronik atau selanjutnya disebut Electronic Banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund transfer, internet banking, mobile phone.”

Selain itu tercantum dalam pasal 1 ayat (7) yang menyatakan bahwa

disaster recovery center (DRC) adalah fasilitas pengganti pada saat Pusat Data (data center) mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi antara lain karena tidak adanya aliran listrik ke ruang komputer, kebakaran, ledakan atau kerusakan pada komputer, yang digunakan sementara waktu selama dilakukannya pemulihan pusat data bank untuk menjaga kelangsungan kegiatan usaha (business continuity). Dasar hukum mengenai transaksi electronic banking khususnya bagi kegiatan perbankan belum ada undang-undang secara khusus yang mengaturnya, namun ketentuan-ketentuan berupa peraturan dan Surat Edaran Bank Indonesia sebagaimana yang telah diuraikan diatas dapat digunakan sebagai dasar hukum transaksi electronic banking.63

Salah satu perlindungan yang dapat diberikan kepada nasabah adalah perlindungan terhadap munculnya kerugian pada nasabah melalui penggunaan produk atau jasa bank. Electronic Banking (e-banking) sebagai salah satu produk bank disatu sisi memang memberikan banyak manfaat, namun disisi lain juga terdapat risiko-risiko yang dapat menimbulkan kerugian nasabah. Berdasarkaan di dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan yang khusus mengenai

Electronic Banking (e-banking), namun meskipun tidak ada peraturan perundang-undang yang khusus mengatur Electronic Banking (e-banking) di Indonesia dapat menemukan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah Electronic

63Abdul HB & Teguh P,

(17)

Banking (e-banking) dengan cara menafsirkan peraturan-peraturan terseut ke dalam pemahaman tentang Electronic Banking (e-banking) atau mengaitkan peraturan yang satu dengan peraturan lainnya.64

Peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Pengaturan Electronic Banking (E-Banking) tidak terlepas dari Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, dimana kegiatan Electronic Banking (E-Banking) pada khususnya dan penggunaan sarana elektronik lainnya dalam perbankan di Indonesia dimungkinkan oleh adanya Pasal 6 huruf (n) bahwa bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembinaan dan pengawasan bank ini perlu dilaksanakan agar bank sebagai penyelenggara layanan Electronic Banking (e-banking) dapat menjamin keamanan transaksi perbankan yang dilakukan oleh nasabah, serta nasabah dapat mengetahui mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul dalam transaksi perbankan yang dilakukan dalam layanan internet banking melalui informasi layanan internet banking yang diberikan oleh bank.

Undang-Undang Perbankan juga mengatur masalah kerahasiaan bank. Menurut Pasal 1 Ayat 28 Undang-Undang Perbankan, rahasia bank adalah

64 Wulanmas Frederik, A.P.G.

(18)

segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Rahasia bank merupakan hal yang penting, karena bank sebagai lembaga kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan simpanannya. Di dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan dinyatakan “Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan. Berdasarkan ketentuan tersebut, Undang-Undang Perbankan telah secara konsisten menjelaskan bahwa pengertian rahasia bank hanya menyangkut nasabah penyimpan dan simpanannya. Selanjutnya, penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa keterangan mengenai nasabah, selain sebagai nasabah penyimpan, bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan.

(19)

internet banking menjadi tidak optimal, sebab perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang ada pada ketentuan ini terbatas hanya pada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal di dalam penyelenggaraan

Electronic Banking (e-banking), data nasabah yang ada tidak hanya data yang disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak nasabah dari sarana komputer yang terhubung dengan internet dimana nasabah melakukan transaksi perbankan. Bank tidak mapu lagi untuk mengantisipasi dampak dari pemanfaatan layanan Electronic Banking (e-banking). Ketidakmampuan ini disebabkan karena karakteristik layanan Electronic Banking (e-banking) untuk memfasilitasi transaksi perbankan yang berbeda dengan perbankan secara konvensional.

Melihat pada kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa Undang- Undang Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum sepenuhnya atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan Electronic Banking (e-banking). 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Peraturan perundangan tersebut yang dapat dikaitkan dengan internet banking

(20)

dengan Electronic Banking (e-banking) dan diatur dalam undang-undang ini, maka dapat diselesaikan atau diproses dengan berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini.

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.65 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.66

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia, mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.67 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.68 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.69Informasi

65

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 angka 2

66

Ibid., Pasal 3

67

Ibid., Pasal 4

68

Ibid., Pasal 5 ayat (1)

69

(21)

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.70

Dalam hal terdapat mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.71 Setiap Orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak Orang lain berdasarkan adanya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik harus memastikan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ada padanya berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundangundangan.72

Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar oleh Pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan Penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim.73 Kecuali diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik di

70

Ibid., Pasal 5 ayat (3)

71

Ibid., Pasal 6

72

Ibid., Pasal 7

73

(22)

bawah kendali Penerima yang berhak.74 Dalam hal Penerima telah menunjuk suatu Sistem Elektronik tertentu untuk menerima Informasi Elektronik, penerimaan terjadi pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk.75 Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya.76

Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.77 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.78 Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat.79 Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.80 3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

(23)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM PERBANKAN DALAM TRANSAKSI E-BANKING

A. Landasan Hukum dan Fungsi perbankan

Dalam kehidupan perekonomian suatu negara, bank memiliki peranan penting dalam perekonomian. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak.

Menurut UU RI No 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan meliputi tiga kegiatan, yaitu menghimpun dana,menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana merupakan kegiatan pokok bank sedangkan memberikan jasa bank lainnya hanya kegiatan pendukung. Kegiatan menghimpun dana, berupa mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas jasa yang menarik seperti, bunga dan hadiah sebagai rangsangan bagi masyarakat. Kegiatan menyalurkan dana, berupa pemberian pinjaman kepada masyarakat. Sedangkan jasa-jasa perbankan lainnya diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan utama tersebut.

(24)

tergambar, karena secara filosofis bank memiliki fungsi makro dan mikro terhadap proses pembangunan bangsa.

Bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan, sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah keuangan. Aktivitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan isitlah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas.12

Adapun landasan hukum perbankan yaitu :

1. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.13Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.14 Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.15

Perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.16Menurut jenisnya,

12

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta : Penerbit Rajawali Pers, 2013), hal 24

13

Undang ‐ Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

14

Ibid., Pasal 2

15

Ibid., Pasal 3

16

(25)

bank terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat.17 Bank Umum dapat mengkhususkan diri untuk melaksanakan kegiatan tertentu atau memberikan perhatian yang lebih besar kepada kegiatan tertentu.18 Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Bank Umum dapat pula melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, melakukan kegiatan penyertaan maodal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.19

Perubahan di bidang perbankan yang diperkenalkan melalui Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang perbankan tersebut merupakan landasan perbankan dalam menghadapi saat tinggal landas. Di dalamnya diciptakan satu lingkungan dunia perbakan yang tidak hanya memungkinkan terjadinya perkembangan industri perbankan, tetapi juga membuat transformasi yang

17

Ibid., Pasal 5 ayat (1)

18

Ibid., Pasal 5 ayat (2)

19

(26)

diakibatkan oleh perkembangan itu sehingga mencapai tujuan keesejahteraan masyarakat.20

2. UndangUndang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004

Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia.21 Bank Indonesia adalah lembaga negara yang independen, bebas dari campur tangan Pemerintah dan/atau pihak-pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang ini.22 Bank Indonesia adalah badan hukum berdasarkan undang-undang ini.23 Tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.24 Untuk mencapai tujuan Bank Indonesia mempunyai tugas adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan mengawasi Bank.25 Pihak lain dilarang melakukan segala bentuk campur tangan terhadap pelaksanaan tugas Bank Indonesia.26 Bank Indonesia wajib menolak dan/atau mengabaikan segala bentuk campur tangan dari pihak mana pun dalam rangka pelaksanaan tugasnya.27

Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah untuk jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh) hari kepada Bank untuk mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek Bank yang

20

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Penerbit PT Citra Aditya Bakti, 2012), hal 26

21

Undang‐Undang Nomor 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, Pasal 4 ayat (1)

(27)

bersangkutan.28 Bank Indonesia melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan sistem nilai tukar yang telah ditetapkan.29 Bank Indonesia dapat menyelenggarakan survei secara berkala atau sewaktu-waktu diperlukan yang dapat bersifat makro atau mikro untuk mendukung pelaksanaan tugas Bank Indonesia.30 Bank Indonesia berwenang mengatur sistem kliring antarbank dalam mata uang rupiah dan/atau valuta asing.31 Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.32 Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik, dan memusnahkan uang dimaksud dari peredaran.33 Uang yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dibebaskan dari bea meterai.34 Dalam rangka melaksanakan tugas mengatur Bank, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip kehati-hatian.35 Pelaksanaan kewenangan ditetapkan dengan Peraturan Bank Indonesia.36

3. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.37 Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip

(28)

Syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian.38 Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat.39 Bentuk badan hukum Bank Syariah adalah perseroan terbatas.40

Prinsip perbankan syariah merupakan bagian dari ajaran islam yang berkaitan dengan ekonomi. Salah satu prinsip dalam ekonomi islam adalah larangan riba dalam berbagai bentuknya dan menggunakan sistem, antara lain prinsip bagi hasil. Dengan prinsip bagi hasil bank syariah dapat menciptakan iklim investasi yang sehat dan adil karena semua pihak dapat saling berbagi, baik keuntungan maupun potensi risiko yang timbul sehingga akan menciptakan posisi yang berimbang antara bank dan nasabahnya. Dalam jangka panjang, hal ini akan mendorong pemerataan ekonomi nasional karena hasil keuntungan tidak hanya dinikmati oleh pemilik modal, tetapi juga oleh pengelola modal.41 4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan

Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan.42Lembaga Jasa Keuangan adalah lembaga yang melaksanakan kegiatan di sektor Perbankan, Pasar Modal, Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.43Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan,

38

Ibid., Pasal 2

39

Ibid., Pasal 3

40

Ibid., Pasal 7

41

Muhammad Djumhana, Op.Cit, hal 37

42

Undang-undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan, Pasal 1 angka 1

43

(29)

kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional dan syariah sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai perbankan dan undang-undang mengenai perbankan syariah.44 OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan.45 OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan, kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal dan kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun, Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.46

OJK dilandasi dengan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, yang meliputi independensi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, transparan dan kewajaran (fairness). Secara kelembagaan, OJK berada diluar pemerintah, yang dimaknai bahwa OJK tidak menjadi bagi dari kekuasaan pemerintah. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya unsur-unsur perwakilan pemerintah karena pada hakikatnya OJK merupakan otoritas di sektor jasa keuangan yang memiliki relasi dan keterkaitan yang kuat dengan otoritas lain, dalam hal ini otoritas fiskal dan moneter. Oleh sebab itu, lembaga ini juga melibatkan keterwakilan unsur-unsur dari kedua otoritas tersebut secara ex-officio. Keberadaan ex-officio ini dimaksudkan dalam rangka koordinasi, kerjasama dan harmonisasi kebijakan di bidang fiskal, moneter dan sektor jasa keuangan. Ini diperlukan untuk memastikan terpeliharanya kepentingan nasional dalam rangka persaingan global dan kesepakatan internasional, kebutuhan koordinasi dan pertukaran informasi dalam rangka menjaga dan memelihara stabilitas

44

Ibid., Pasal 1 angka 5

45

Ibid., Pasal 5

46

(30)

sistem keuangan. Untuk mewujudkan koordinasi, kerjasama dan harmonisasi kebijakan yang baik, OJK harus merupakan bagian dari sistem penyelenggaraan urusan pemerintahan yang berinteraksi secara baik dengan lembaga-lembaga negara dan pemerintahan lainnya dalam mencapai tujuan dan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.47

Secara spesifik bank dapat berfungsi sebagai agent of trust, agent of development, dan agent of service :48

1) Agent of Trust

Sebagai lembaga kepercayaan, bank memiliki fungsi financial intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (penyimpan dana atau kreditur) dan menyalurkan pada pihak yang membutuhkan dana (peminjam dana atau debitur). Fungsi financial intermediary ini akan dapat berjalan lancar apabila ada unsur kepercayan (trust). Dalam hal ini masyarakat akan menyimpan dananya apabila dilandasi unsur kepercayaan dan pihak bank sendiri akan menempatkan dan menyalurkan dananya kepada debitur atau masyarakat apabila dilandasi unsur kepercayaan juga.

2) Agent of Development

Sektor moneter dan sekor riil tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan perekonomian masyarakat. Kedua sektor tersebut berinteraksi saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan yang ditujukan untuk pembangunan perekonomian masyarakat, seperti kegiatan produksi, distribusi, investasi dan konsumsi barang dan jasa.

3) Agent of Services

Bank menawarkan berbagai macam jasa disamping dalam melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan bank seperti transfer uang, inkaso, letter of credit, automated teller machine, money market, capital market, dll. Jasa-jasa yang ditawarkan tersebut erat kaitannya dengan kelancaran kegiatan perekonomian masyarakat secara umum.

47

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta : Penerbit Kencana, 2014), hal 217

48

(31)

Kegiatan yang ada dalam bank ditentukan oleh fungsi – fungsi yang melekat pada bank tersebut. Menurut Undang – Undang RI Nomor 10 tahun 1998 fungsi bank tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi pengumpulan dana, adalah dana dari masyarakat yang disimpan di bank yang merupakan sumber dana untuk bank selain dana bank,

2. Fungsi pemberian kredit, dana yang dikumpulkan dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro dan deposito harus segera diputarkan sebab dari dana tersebut bank akan terkena beban bunga, jasa giro bunga deposito, bunga tabungan, dan biaya operasional seperti gaji, sewa gedung dan penyusutan. 3. Fungsi penanaman dana dan investasi, biasanya mendapat imbalan berupa

pendapatan modal yang bisa berupa bunga,laba dan deviden.

4. Fungsi pencipta uang, adalah fungsi yang paling pokok dari bank umum jika dilihat dari sudut pandang ekonomi makro. Tetapi dari sudut pandang manajer bank, bahwa dengan melupakan sama sekali fungsi ini tidak akan berpengaruh terhadap maju mundurnya bank yang dipimpinnya.

5. Fungsi pembayaran, transaksi pembayaran dilakukan melalui cek bilyet giro, surat wesel, kupon dan transfer uang.

(32)

tarf hidup rakyat banyak. Dengan demikian bank di Indoesia ditugaskan oleh pemeritah untuk turut melaksanakan program pemerintah guna mengembangkan sektor-sektor perekonomian tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi tertentu, atau memberikan perhatian yang lebih besar pada koperasi dan pengusaha golongan ekonomi lemah/pengusaha kecil dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.49

B. Pengertian dan peraturan-peraturan terkait dengan e-banking

Electronic Banking (e-banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, ebanking meliputi phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking

didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif.50

Elekronik Banking merupakan alternatif untuk semua metode pembayaran tradisional. Dimana para pengguna layanan ini dapat mendaftar hanya dengan mengisi aplikasi singkat, dengan persyaratan minimal, untuk identifikasi dan tidak memerlukan banyak waktu untuk menikmati layanan tersebut, dimanapun dan kapanpun.51

Electronic Banking (e-banking) memberikan layanan melalui Internet, sehingga istilah yang digunakan adalah Internet Banking yaitu sebagai media alternatif yang memberikan kemudahan-kemudahan bagi nasabah suatu bank, hal ini menjadi solusi yang cukup efektif yang tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan

49

Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, (Yogyakarta : ANDI, 2005), hal 14

50

http://lirarachmawati.blogdetik.com/2010/01/29/makalahebanking/html, diakses tanggal 2 November 2016

51

(33)

yang dimiliki oleh internet itu sendiri, dimana seseorang ketika ingin melakukan transaksi melalui layanan E-banking dapat melakukannya dimana dan kapan saja.52

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking merupakan produk perbankan elektronik yang ditawarkan pihak bank untuk memberikan kemudahan kepada nasabah dalam melakukan transaksi perbankan melalui komputer dan jaringan internet.53

Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah suatu bentuk pemanfaatan media internet oleh bank untuk mempromosikan dan sekaligus melakukan transaksi secara online, baik dari produk yang sifatnya konvensional maupun yang baru.54 Electronic Banking (E-Banking) adalah layanan perbankan yang memugkinkan nasabah melakukan transaksi perbankan melalui internet.55

Perkembangan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan paradigma dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa termasuk dalam dunia usaha. Pekerjaan yang dulunya dikerjakan secara manual sehingga penyelesaian pekerjaan membutuhkan waktu yang relatif lama dengan tingkat akurasi yang rendah, kini dengan berkembangnya teknologi komputer hal tersebut bisa diperbaiki. Perangkat komputer memberikan manfaat dimana pekerjaan yang kita lakukan menjadi semakin cepat dengan akurasi yang cukup tinggi, sehingga akan terjadi penghematan baik tenaga dan waktu. Dalam dunia usaha kita tahu waktu dan tenaga merupakan modal bagi keberhasilan peningkatan usaha56.

52

www.bi.co.id, diakses tanggal 2 November 2016

53

Suryani. Komunikasi Terapeutik : teori dan praktik. (Jakarta : EGC, 2005), hal 49

54

Budi Agus Riswandi, Op.Cit, hal 21

55

Tb. Irman, Anatomi Kejahatan Perbankan, (Jakarta : MQS Publishing & CV. Ayyccs Group, 2006), hal 197

56

(34)

Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada hakekatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka membangun peradaban bangsa. Kenyataan menunjukkan bahwa teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan penting dalam perkembangan peradaban, terutama perekonomian dunia. Abad ke-21 bahkan diyakini akan menjadi abad baru yang disebut era informasi-ekonomi (

digital-economic) dengan ciri khas perdagangan yang memanfaatkan elektronika

(electronic banking). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran paradigma strategi pembangunan bangsa-bangsa dari pembangunan industri menuju ke era informasi (information age)57.

Electronic banking merupakan instrumen transaksi non tunai melalui perangkat elektronik seperti komputer ataupun telepon. Instrumen semacam ini bisa juga disebut sebagai internet banking dan/atau phone banking. Untuk menggunakan fasilitas ini, bank menyediakan password, atau pun ID bagi pelanggannya. Penggunaan instrumen biasanya untuk melakukan transaksi pembayaran ataupun transfer. Manajemen bank menyadari bahwa, keandalan bank di masa depan lebih ditentukan oleh seberapa efisien dalam menggali sumber dana murah untuk intermediasi dan seberapa besar bank mendapatkan pendapatan non bunga58. Cara paling ampuh untuk meraih masa depan itu adalah mengembangkan saluran elektronik atau dikenal sebagai electronic banking.59

Electronic banking pada dasarnya memiliki sejumlah saluran (channel), yaitu anjungan tunai mandiri (ATM), layanan pesan singkat (SMS-banking), internet (internet banking), telepon (call center), dan mesin gesek kartu di

57

Ibid.

58

www.bi.go.id diakses tanggal 2 November 2016.

59

(35)

toko (merchant). Pemanfaatan layanan electronic banking mensyaratkan nasabah harus memiliki rekening tabungan terlebih dahulu untuk menyimpan uang yang akan ditransaksikan. Jadi, semakin electronic banking diminati, semakin banyak pula bank mengumpulkan dana murah.

Electronic banking juga menciptakan efek manfaat yang lain bagi bank, yakni meningkatkan pendapatan berbasis komisi atau biaya (fee based income). Pendapatan tersebut sebagian besar berasal dari layanan transaksi yang ditawarkan

electronic banking, misalnya pembayaran tagihan listrik melalui ATM dikenai biaya Rp 2.500,00 per transaksi60.

Electronic banking didefinisikan sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. Electronic banking meliputi sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet. Nasabah dapat mengakses electronic banking melalui piranti pintar elektronis seperti komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon61.

Selain itu E-Banking, atau electronic banking bisa diartikan sebagai aktifitas perbankan di internet. Layanan ini memungkinkan nasabah sebuah bank dapat melakukan hampir semua jenis transaksi perbankan melalui sarana internet, khususnya via web. Mirip dengan penggunaan mesin ATM, lewat sarana internet seorang nasabah dapat melakukan aktifitas pengecekan rekening, transfer dana

60

http://64.203.71.11/kompas-cetak/0603/14/finansial/2503968.html diakses tanggal 3 November 2016

61

(36)

antar rekening, hingga pembayaran tagihan-tagihan rutin bulanan (listrik, telepon), melalui rekening banknya. Hal tersebut memberi banyak keuntungan yang bisa didapatkan nasabah dengan memanfaatkan layanan ini, terutama bila dilihat dari waktu dan tenaga yang dapat dihemat karena transaksi electronic banking jelas bebas antrian dan dapat dilakukan dari mana saja sepanjang nasabah dapat terhubung dengan jaringan internet. Electronic banking sebenarnya bukan hal baru di internet, tapi di Indonesia sendiri, baru beberapa tahun belakangan ini marak diaplikasikan oleh beberapa bank papan atas. Konon ini berkaitan dengan keamanan nasabah yang tentunya menjadi perhatian utama dari para pengelola bank disamping masalah infrastruktur bank bersangkutan.

(37)

sepanjang 128 bit. Mudahnya, TCP/IP ibarat sebuah pipa paralon yang fungsinya menghantar segala paket data dan informasi transaksi electronic banking62.

Berdasarkan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan bahwa :

“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.” Sedangkan berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:

a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia;

b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

c. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik;

d. Membuka kesempatan seluasâ-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab; dan

e. Memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.

Pada Undang Nomor 10 Tahun 1998 perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan pasal 29 ayat (4) yang menyatakan bahwa : “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank.”

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/15/PBI/2007 Tentang Penerapan Manajemen Risiko Dalam Penggunaan Teknologi Informasi Oleh Bank Umum tercantum dalam.pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa :

(38)

“Layanan perbankan melalui media elektronik atau selanjutnya disebut Electronic Banking adalah layanan yang memungkinkan nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, dan melakukan transaksi perbankan melalui media elektronik antara lain ATM, phone banking, electronic fund transfer, internet banking, mobile phone.”

Selain itu tercantum dalam pasal 1 ayat (7) yang menyatakan bahwa

disaster recovery center (DRC) adalah fasilitas pengganti pada saat Pusat Data (data center) mengalami gangguan atau tidak dapat berfungsi antara lain karena tidak adanya aliran listrik ke ruang komputer, kebakaran, ledakan atau kerusakan pada komputer, yang digunakan sementara waktu selama dilakukannya pemulihan pusat data bank untuk menjaga kelangsungan kegiatan usaha (business continuity). Dasar hukum mengenai transaksi electronic banking khususnya bagi kegiatan perbankan belum ada undang-undang secara khusus yang mengaturnya, namun ketentuan-ketentuan berupa peraturan dan Surat Edaran Bank Indonesia sebagaimana yang telah diuraikan diatas dapat digunakan sebagai dasar hukum transaksi electronic banking.63

Salah satu perlindungan yang dapat diberikan kepada nasabah adalah perlindungan terhadap munculnya kerugian pada nasabah melalui penggunaan produk atau jasa bank. Electronic Banking (e-banking) sebagai salah satu produk bank disatu sisi memang memberikan banyak manfaat, namun disisi lain juga terdapat risiko-risiko yang dapat menimbulkan kerugian nasabah. Berdasarkaan di dalam peraturan hukum Indonesia, belum ada pengaturan yang khusus mengenai

Electronic Banking (e-banking), namun meskipun tidak ada peraturan perundang-undang yang khusus mengatur Electronic Banking (e-banking) di Indonesia dapat menemukan peraturan yang berkaitan dengan perlindungan nasabah Electronic

63Abdul HB & Teguh P,

(39)

Banking (e-banking) dengan cara menafsirkan peraturan-peraturan terseut ke dalam pemahaman tentang Electronic Banking (e-banking) atau mengaitkan peraturan yang satu dengan peraturan lainnya.64

Peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan Electronic Banking (E-Banking) atau Internet banking adalah

1. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998

Pengaturan Electronic Banking (E-Banking) tidak terlepas dari Undang-undang Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, dimana kegiatan Electronic Banking (E-Banking) pada khususnya dan penggunaan sarana elektronik lainnya dalam perbankan di Indonesia dimungkinkan oleh adanya Pasal 6 huruf (n) bahwa bank dapat melakukan kegiatan usaha lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pembinaan dan pengawasan bank ini perlu dilaksanakan agar bank sebagai penyelenggara layanan Electronic Banking (e-banking) dapat menjamin keamanan transaksi perbankan yang dilakukan oleh nasabah, serta nasabah dapat mengetahui mengenai risiko-risiko yang mungkin timbul dalam transaksi perbankan yang dilakukan dalam layanan internet banking melalui informasi layanan internet banking yang diberikan oleh bank.

Undang-Undang Perbankan juga mengatur masalah kerahasiaan bank. Menurut Pasal 1 Ayat 28 Undang-Undang Perbankan, rahasia bank adalah

64 Wulanmas Frederik, A.P.G.

(40)

segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya. Rahasia bank merupakan hal yang penting, karena bank sebagai lembaga kepercayaan wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan nasabah penyimpan dan simpanannya. Di dalam Pasal 40 Undang-Undang Perbankan dinyatakan “Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya”. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan keuangan dan hal-hal lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan. Berdasarkan ketentuan tersebut, Undang-Undang Perbankan telah secara konsisten menjelaskan bahwa pengertian rahasia bank hanya menyangkut nasabah penyimpan dan simpanannya. Selanjutnya, penjelasan Pasal 40 Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa keterangan mengenai nasabah, selain sebagai nasabah penyimpan, bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan.

(41)

internet banking menjadi tidak optimal, sebab perlindungan hukum atas data pribadi nasabah yang ada pada ketentuan ini terbatas hanya pada data yang disimpan dan dikumpulkan oleh bank, padahal di dalam penyelenggaraan

Electronic Banking (e-banking), data nasabah yang ada tidak hanya data yang disimpan dan dikumpulkan, tetapi termasuk data yang ditransfer oleh pihak nasabah dari sarana komputer yang terhubung dengan internet dimana nasabah melakukan transaksi perbankan. Bank tidak mapu lagi untuk mengantisipasi dampak dari pemanfaatan layanan Electronic Banking (e-banking). Ketidakmampuan ini disebabkan karena karakteristik layanan Electronic Banking (e-banking) untuk memfasilitasi transaksi perbankan yang berbeda dengan perbankan secara konvensional.

Melihat pada kondisi demikian, dapat disimpulkan bahwa Undang- Undang Perbankan belum mampu memberikan perlindungan hukum sepenuhnya atas data pribadi nasabah dalam penyelenggaraan Electronic Banking (e-banking). 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Peraturan perundangan tersebut yang dapat dikaitkan dengan internet banking

(42)

dengan Electronic Banking (e-banking) dan diatur dalam undang-undang ini, maka dapat diselesaikan atau diproses dengan berdasarkan pada ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini.

Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya.65 Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.66

Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat informasi dunia, mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik, membuka kesempatan seluas-luasnya kepada setiap Orang untuk memajukan pemikiran dan kemampuan di bidang penggunaan dan pemanfaatan Teknologi Informasi seoptimal mungkin dan bertanggung jawab dan memberikan rasa aman, keadilan, dan kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara Teknologi Informasi.67 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.68 Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia.69Informasi

65

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, Pasal 1 angka 2

66

Ibid., Pasal 3

67

Ibid., Pasal 4

68

Ibid., Pasal 5 ayat (1)

69

(43)

Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan Sistem Elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang ini.70

Dalam hal terdapat mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.71 Setiap Orang yang menyatakan hak, memperkuat hak yang telah ada, atau menolak hak Orang lain berdasarkan adanya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik harus memastikan bahwa Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang ada padanya berasal dari Sistem Elektronik yang memenuhi syarat berdasarkan Peraturan Perundangundangan.72

Kecuali diperjanjikan lain, waktu pengiriman suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik telah dikirim dengan alamat yang benar oleh Pengirim ke suatu Sistem Elektronik yang ditunjuk atau dipergunakan Penerima dan telah memasuki Sistem Elektronik yang berada di luar kendali Pengirim.73 Kecuali diperjanjikan lain, waktu penerimaan suatu Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik ditentukan pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik di

70

Ibid., Pasal 5 ayat (3)

71

Ibid., Pasal 6

72

Ibid., Pasal 7

73

(44)

bawah kendali Penerima yang berhak.74 Dalam hal Penerima telah menunjuk suatu Sistem Elektronik tertentu untuk menerima Informasi Elektronik, penerimaan terjadi pada saat Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik memasuki Sistem Elektronik yang ditunjuk.75 Setiap Penyelenggara Sistem Elektronik harus menyelenggarakan Sistem Elektronik secara andal dan aman serta bertanggung jawab terhadap beroperasinya Sistem Elektronik sebagaimana mestinya.76

Penyelenggara Sistem Elektronik bertanggung jawab terhadap Penyelenggaraan Sistem Elektroniknya.77 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku dalam hal dapat dibuktikan terjadinya keadaan memaksa, kesalahan, dan/atau kelalaian pihak pengguna Sistem Elektronik.78 Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat dilakukan dalam lingkup publik ataupun privat.79 Para pihak yang melakukan Transaksi Elektronik wajib beriktikad baik dalam melakukan interaksi dan/atau pertukaran Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik selama transaksi berlangsung.80 3. Undang-Undang Nomor 36 tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

Referensi

Dokumen terkait

bahwa memenuhi ketentuan Pasal 185 ayat (4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

a) Individu mampu mematuhi norma dan peraturan sosial yang ada. Artinya seseorang mampu berlaku sesuai norma dan peraturan yang berlaku di masyarakat. b) Mampu menjalin

Pergerakan Robot didasarkan pada inputan keypad kemudian melakukan gerkan yang telah diprogram sebelumnya Robot dapat melakukan gerakan-gerakan dasar seperti berjalan maju

Dari hasil dan analisis pemetaan ancaman, kerentanan, dan kapasitas dapat dihasilkan peta risiko banjir rob kota Semarang menggunakan empat metode yang telah disebutkan

Desain pengembangan ini diarahkan pada desain yang menggambarkan karakter motif dari Dewi Sinta dengan teknik batik tulis dan mengolah penataannya pada kain

Misalnya, jika makna sakral-spiritual upacara cabut gigi di Bali telah hilang dalam ingatan manusia Bali Modern dan yang tinggal dipahami hanyalah upacara glamor

Semua itu tidak lain juga adalah salah satu karunia terbesar dari Allah SWT yang telah membekali penulis dengan kemampuan menyerap ilmu selama melakukan kegiatan

Fase ini adalah fase pertama dalam pengembangan sistem dengan FAST yang bertujuan untuk menentukan metode yang akan digunakan, menganalisis kelayakan dan membuat jadwal