• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian dan Tugas Guru Sebagai Pendidik

BAB III PEMIKIRAN MUHAMMAD FETHULLAH GULEN

C. Guru Sebagai Pendidik

1. Pengertian dan Tugas Guru Sebagai Pendidik

Menurut M. Fethullah Gulen guru adalah representasi ilmu pengetahuan, keimanan, akhlak dan seni. Pendidik adalah memberikan ilmu dan menjadi agen perubahan, yang positif dalam kehidupan peserta didik mereka. Mengutip contoh dari Nabi Muhammad saw sebagai seorang pendidik yang sempurna, Gülen mencatat bahwa Nabi Muhammad saw memimpin dengan memberikan contoh-contoh melalui perilaku, perbuatan baik, dan kebajikan yang diajarkan anggota keluarganya dan sahabat-sahabatnya dalam Islam. Seorang pendidik harus orang yang mementingkan semua aspek pikirannya, jiwa, dan diri serta berusaha untuk meningkatkan kesempurnaan yang tepat untuk masing-masing.

Dari karya Fethullah Gulen penulis mengklasifikasi sifat yang harus dimiliki para pendidik menurut Fethullah Gulen sebagai berikut:

Sifat Pertama, yang dimiliki para pendidik adalah iman yang sempurna. Al-Qur'an telah menyatakan bahwa iman kepada Allah swt. adalah tujuan utama dari penciptaan manusia dengan segala makrifat, mahabbah, kerinduan, dan berbagai sifat rohaniah yang dimiliki oleh makhluk Allah yang satu ini. Sebab itu, maka pendidik selalu memikul tanggung jawab untuk membangun dimensi keimanan dan pemikirannya. Terkadang hal itu dilakukan dengan menempuh berbagai jalan yang dapat mengantarkannya pada kedalaman entitas alam semesta, dan terkadang hal itu dilakukan dengan memungut hikmah yang ditemukan di sekelilingnya untuk kemudian menerapkannya pada dirinya. Ketika itu terjadi, pastilah hakikat penciptaan yang tersembunyi di dalam jiwanya akan muncul ke luar. Tanpa cahaya keimanan, seorang pendidik tidak akan mampu mengenali dirinya dan peserta didiknya.

33

Sifat kedua, yang dimiliki para pendidik adalah memiliki cinta membara („isyq)23 yang merupakan eliksir (obat serbaguna) bagi kehidupan

demi mewujudkan sebuah kebangkitan baru. Tujuan pendidik adalah mewujudkan sebuah kebangkitan baru oleh karena itu pendidik harus memiliki cinta membara kepada peserta didiknya. Siapa pun yang mengisi serta menyiapkan hatinya hanya untuk iman dan mengenal Allah, pasti akan merasakan cinta yang dalam terhadap Allah, manusia, dan bahkan seluruh alam semesta. Pendidik yang mencintai Allah pasti akan menghabiskan umurnya di tengah kondisi turun-naik cinta, dan spiritualitas yang siap

mengayomi seluruh entitas. Tanpa „isyq, seorang pendidik tidak akan pernah dapat mencapai sebuah revolusi baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Sifat ketiga, yang dimiliki para pendidik adalah menyikapi ilmu dengan penuh pertimbangan, logika, dan perasaan. Sikap inilah yang menjadi kunci jawaban atas kecenderungan manusia yang terkadang terjebak pada asumsi-asumsi "gelap" pada satu masa dalam sejarah. Sebab itulah maka hal ini menjadi satu langkah penting dalam upaya menyelamatkan generasi baru dari kehancuran.

Sifat keempat, yang harus dimiliki para pendidik adalah pemikir dan penggerak. Yang dimaksud dengan "manusia pemikir dan penggerak" adalah sosok pribadi pendobrak revolusioner yang tak pernah berhenti bergerak mengikuti derap langkah yang selalu mengikat seluruh dunia dalam satu sistem. Pendidik-pendidik inilah yang setelah selama berabad-abad sebelumnya sempat nyaris roboh, mampu kembali melakukan gerakan untuk membangun spiritualitas dan moral peserta didik serta kembali melakukan interpretasi atas nilai sejarah kita.

Sifat kelima, yang dimiliki para pendidik adalah rasa tanggung jawab dan mengorbankan dirinya untuk peserta didiknya. Di mana pun ia berada, seorang pendidik sejati adalah contoh sempurna dari rasa tanggung jawab. Dia

23

M. Fethullah Gulen, Ruhumuzun Heykelini Dikerken, (Izmir: Nil Yayinlari, 2006), h. 192, 229

selalu siap mengorbankan segala anugerah yang telah diterimanya dari Allah swt. tanpa keraguan sedikit pun, demi peserta didiknya. Dia tidak pernah takut pada apapun dan tidak pernah mempersembahkan hatinya kecuali hanya untuk Allah swt. Seorang pendidik sejati selalu menghargai nilai-nilai luhur yang muncul dari hatinya dengan sungguh-sungguh seperti sikapnya terhadap tindakan muraqabah (self-supervision). Dia selalu melaksanakan tanggung jawabnya dengan tulus seperti sikapnya ketika beribadah. Dia sangat mengetahui cara berkorban demi mewujudkan cita-citanya, baik dengan nyawanya sendiri maupun kehormatan, baik keluarga maupun sanak family, baik dengan masa kini maupun masa depan, dan semua itu ia lakukan tanpa keraguan sedikit pun.

Sifat keenam, yang dimiliki para pendidik adalah mempunyai ruhani yang sangat dalam. Karena perilaku dan tutur katanya akan dijadikan suri teladan yang baik bagi peserta didik dan sebagai tanda bahwa ruhaninya adalah sehat. Setiap kali ia melihat, mendengar, atau memegang sesuatu, maka ia selalu ingat kepada Allah, sehingga Allah menjadi sumber hidup baginya. Setiap kali ia mengamalkan ilmunya, maka Allah akan menambah ilmu baginya dan ia akan selalu diberi petunjuk oleh-Nya, sehingga ia akan mendapatkan jalan keluar bagi setiap kesulitanya dan ia akan menjadi tuntunan hidup bagi peserta didiknya, sehingga semua peserta didik menjadikan pribadinya sebagai tuntunan hidup bagi mereka.

Sifat ketujuh, yang dimiliki para pendidik adalah ilmu pedagogi dan psikologi dan prinsip-prinsip Al-Qur'an tentang psikologi dan pedagogi. Maka untuk mengatasi problem-problem peserta didik, pendidik perlu mengetahui tentang pedagogi dan psikologi.

Sifat kedelapan, yang dimiliki para pendidik adalah sabar dalam mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Sifat kesembilan, yang dimiliki para pendidik adalah senantiasa membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan bersedia untuk

35

meningkatkan kualitas pribadinya. Pendidik harus mengikuti perkembangan di bidang mereka.

Sifat kesepuluh, yang dimiliki para pendidik adalah pendidik menjelaskan topic pada tingkat peserta didik.

Sifat kesebelas, yang dimiliki para pendidik adalah konsisten dengan apa yang diucapkan. Sifat ini dikaitkan dengan surat as-saff ayat kedua yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?".

Dokumen terkait