• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. depresi

1. Pengertian Depresi

Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner & Suddarth, 2002). Diabetes melitus adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat peningkatan kadar glukosa darah yang disebabkan oleh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Rochmah,2007).

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (arjatmo, 2002). Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia, 2005).

Diabetes melitus adalah gangguan hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidakadekuatan insulin (Allman et al, 2009). Diabetes melitus merupakan suatu sindrom dengan terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap insulin (Guyton & Hall, 2007).

karbohidrat, lemak dan protein (Robbins, 2007). Diabetes melitus merupakan suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Potter, 2005).

2. Tipe Diabetes Melitus

Ada beberapa tipe DM yang berbeda, penyakit ini dibedakan berdasarkan penyebab, perjalanan klinis dan terapinya. Klasifikasi DM menurut (Guyton & Hall 2007), adalah :

a)Diabetes Tipe I

Insulin dependen diabetes melitus (IDDM) terjadi karena insulin yang diproduksi oleh sel pankreas (sel beta) mengalami kerusakan. Penderita DM tipe I memproduksi insulin sedikit sekali dan bahkan hampir tidak ada sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai energi. Infeksi virus atau kelainan autoimun dapat menyebabkan kerusakan sel beta pankreas pada banyak pasien diabetes tipe I, meskipun faktor herediter berperan penting untuk menentukan kerentanan sel-sel beta terhadap gangguan - gangguan tersebut (Guyton & Hall 2007).

b)Diabetes Tipe II

Non insulin dependen diabetes melitus (NIDDM) atau diabetes melitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan

reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini. Diabetes tipe II lebih sering dijumpai daripada tipe I, dan kira-kira ditemukan sebanyak 90% dari kasus diabetes mellitus pada umumnya. Pada kebanyakan kasus onset diabetes melitus tipe II terjadi diatas umur 30 tahun, seringkali diantara usia 50 dan 60 tahun, dan penyakit ini timbul secara perlahan-perlahan. Oleh karena itu sindrom ini sering disebut sebagai diabetes onset dewasa. Akan tetapi akhir-akhir ini dijumpai peningkatan kasus yang terjadi pada individu yang lebih muda, sebagian berusia kurang dari 20 tahun dengan diabetes melitus tipe II. Tren tersebut agaknya berkaitan terutama dengan peningkatan prevalensi obesitas, yaitu faktor risiko terpenting untuk diabetes melitus tipe II pada anak- anak dan dewasa (Guyton & Hall 2007).

c)Diabetes Gestasional

Diabetes Gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitat 50% pengidap kelainan ini akan kembali ke status non diabetes setelah kehamilan berakhir. Namun risiko mengalami diabetes tipe I pada waktu mendatang lebih besar daripada normal. Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan

energi dan kader estrogen, hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi berlebihan insulin seperti diabetes melitus tipe II yang akhirnya menyebabkan penurunan responsivitas sel. Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis (penguraian glikogen) dan penguraian jaringan lemak, semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada diabetes gestasional (Guyton & Hall 2007).

3. Etiologi

a)Diabetes Tipe I

Faktor genetik. Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetik ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya (Potter, 2005).

Faktor imunologi. Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun, respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing (Potter, 2005).

Faktor lingkungan. Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta.

b) Diabetes Tipe II

Usia. Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 30 atau 40 tahun (Corwin, 2001).

Pola makan. Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan oleh tubuh dapat memicu timbulnya DM tipe II, hal ini pankreas mempunyai kapasitas disebabkan jumlah/kadar insulin oleh sel maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengkonsumsi makanan secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan menyebabkan DM (Corwin, 2001).

Faktor genetik. Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab DM orang tua. Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga yang juga terkena penyakit tersebut. Jika kedua orang tua menderita diabetes, insiden diabetes pada anak –

anaknya meningkat (Corwin, 2001).

4. Manifestasi Klinis

Menurut Brunner & Suddart (2005), tanda dan gejala atau manifestasi klinik yang muncul pada penderita DM diantaranya adalah:

Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) dikarenakan ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,

mengakibatkan glukosuria yang disertai cairan dan elektrolit yang berlebihan (brunner, 2005).

Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urin yang sangat besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi eksternal. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat katabolisme protein di otit dan ketidak mampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi. Gangguan aliran darah yang dijumpai pada pasien diabetes lama juga berperan menimbulkan kelelahan (brunner, 2005).

Polifagia (peningkatan rasa lapar) glukosa yang tidak bisa digunakan, akan menyebabkan menurunnya simpanan kalori, sehingga sel-sel kelaparan. Sering terjadi penurunan berat badan. Peningkatan angka infeksi akibat peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus, gangguan fungsi imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes kronik (brunner, 2005).

Kesemutan, kebas, kelemahan pada otot. Rabas vagina, kesulitan orgasme pada wanita dan masalah impoten pada pria.

Penglihatan kabur mungkin akibat perubahan dalam lensa atau akibat retinopati.

Luka yang tidak sembuh-sembuh.

Ketonuria (terdapat zat keton dalam jumlah yang berlebihan dalam urin) hal ini dikarenakan glukosa tidak dapat digunakan sebagai energi pada sel yang tergantung oleh insulin, sehingga lemak digunakan sebagai sumber energi dengan proses lemak dipecah menjadi badan keton dalam darah dan dikeluarkan oleh ginjal.

Pruritus infeksi pada kulit terjadi karena infeksi yang diakibatkan oleh bakteri dan jamur sering terlihat secara umum.

5. Patofisiologi

Diabetes melitus dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, diantaranya adalah kerusakan sel beta pankreas, genetik, lingkungan (virus tertentu), usia, obesitas, kelompok etnik yang mempengaruhi sel beta pankreas mengalami kemunduran atau ketidak mampuan dalam menghasilkan insulin. Dimana insulin ini merupakan hormon yang terjadi secara alamiah yang mengontrol penggunaan glukosa sebagai energi sehari-hari, sehingga glukosa tidak sampai ke jaringan atau sel. Produksi glukosa tidak terukur oleh hati dan glukosa dari makanan tidak bisa disimpan dalam hati, dan tetap berada dalam darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa tersebut diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia). Defisiensi insulin juga terganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala

lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan, disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak (Price, 2003).

Badan keton merupakan asam yang mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetik yang diakibatkan dapat menyebabkan tanda-tanda. Dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton, dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian (Price, 2003).

6. Komplikasi

Menurut Price & Sylvia (2003), komplikasi yang timbul dari diabetes melitus adalah :

a) Akut

Hipoglikemia. Adalah keadaan kilnik gangguan saraf yang

disebabkan penurunan glukosa darah. Gejala ini ringan berupa gelisah sampai berat berupa koma dan kejang. Penyebabnya adalah obat-obat hipoglikemia oral golongan sulfoniluria, khususnya glibenklamid.

Hipoglikemia juga bisa terjadi karena makan kurang dari aturan yang ditetukan. Berat badan turun, sesudah olahraga, sesudah melahirkan, sembuh dan sakit dan makan obat yang mempunyai sifat serupa. Hipoglikemik timbul bila glukosa darah kurang dari 50 mg/dl.

Hiperglikemia. Adalah adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat oral maupun insulin yang didahului oleh stres akut. Tanda khas kesadaran menurunkan disertai dehidrasi berat.

Ketoasidosis Diabetik (KAD). Ganguan metabolik yang

mengancam hidup yang secara potensial akut yang terjadi sebagai akibat defisiensi insulin lama dikarakteristikan dengan hiperglikemia yang ekstrem (lebih dari 300 mg/dl). KAD dimanifestasikan sebagai status berlanjutnya patofisiologi oleh DM, pasien tampak sakit berat dan memerlukan intervensi darurat untuk mengurangi kadar gula darah dan memperbaiki asidosis berat, elektrolit dan ketidakseimbangan cairan. Faktor-faktor pencetus KAD adalah obat-obatan (steroid, diuretik, alkohol), penurunan masukan cairan, kegagalan masukan insulin sesuai program, stres, emosi berat, kegagalan untuk mengikuti modifikasi diet.

b) Kronik

Penyakit makrovaskular

Penyakit makrovaskular adalah karena aterosklerosis, terutama mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang karena kekurangan insulin. Lemak diubah menjadi glukosa untuk energi. Perubahan pada sintesis dan katabolisme lemak mengakibatkan peningkatan LDL (Low Density Lippoprotein) okulasi vaskuler dari arterosklerosis dapat menyebabkan penyakit arteri koroner. Penyakit vaskuler perifer dan penyakit

serebral. Penderita DM dan kelainan makrovaskular dapat memberikan gambaran kelainan pada tungkai bawah. Baik berupa ulkus maupun gangren diabetik.

Penyakit Mikrovaskular

Terutama mempengaruhi pembuluh darah kecil dan disebabkan oleh penebalan membran dasar kapiler dan peningkatan kadar glukosa darah secara kronis. Hal ini dapat menyebabkan diabetik retinopati, neuropati dan nefropati.

c) Pemeriksaan Penunjang

Menurut Rochmah (2007), pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mengetahui seseorang menderita diabetes melitus adalah: Glukosa darah meningkat 100-200 mg/dl atau lebih, aseton plasma atau keton positif, asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat elektrolit,gas darah arteri : pH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis metabolik), trombosit : Ht mungkin meningkat (dehidrasi), ureum/kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan fungfi ginjal), insulin darah : mungkin menurun bahkan tidak ada (pada tipe I) atau normal sampai tinggi (pada tipe II), urin : gula dan aseton positif, berat jenis urin mungkin meningkat, kultur : kemungkinan adanya ISK (infeksi saluran kemih), infeksi pernapasan dan infeksi pada luka. Parkeni (2006) menetapkan kriteria diagnostik yang menyatakan DM adalah: kadar gula darah sewaktu (plasma vena) > 200 mg/dl, kadar glukosa darah puasa (plasma vena) > 126 mg/dl, kadar

plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram.

B. Depresi

1. Pengertian Depresi

Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan yaitu suatu perasaan tidak ada harapan lagi. Individu yang mengalami depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik dan sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi, dan menurunnya daya tahan (Videbeck, 2001). Dalam Chaplin (2010) depresi didefinisikan pada dua keadaan, yaitu pada orang normal dan pada kasus patologis. Pada orang normal, depresi merupakan keadaan kemurungan (kesedihan, patah semangat) yang ditandai dengan perasaan tidak puas, menurunnya kegiatan, dan pesimis dalam menghadapi masa yang akan datang. Pada kasus patologis, depresi merupakan ketidakmampuan ekstrem untuk bereaksi terhadap perangsang, disertai menurunnya nilai diri, delusi ketidakpastian, tidak mampu dan putus asa. Perbedaan depresi normal dengan depresi klinis terletak pada tingkatannya, namun keduanya memiliki jenis simtom yang sama. Tetapi depresi unipolar atau mayor depresi mempunyai simtom yang lebih banyak, lebih berat (severely), lebih sering, dan terjadi dalam waktu yang lebih lama. Namun batas antara gangguan depresif normal

(clinically significant depressive disorder) masih kabur (Rosenhan & Seligman, 2007).

Berdasarkan berbagai definisi dari faktor-faktor yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan pengertian depresi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami simtom-simtom perasaan sedih, tertekan, kesepian, berkurang nafsu makan, membutuhkan usaha lebih besar dalam melakukan sesuatu, kesulitan tidur, kesulitan untuk memulai mengerjakan sesuatu, merasa tidak bersahabat, dan merasa tidak disukai orang lain (maslim, 2004).

Dokumen terkait