• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Deradikalisasi di Indonesia

1. Pengertian Deradikalisasi

Nash. Disinilah perlunya -sulthah al-Tashri‟iyah tersebut diisi oleh mujtahid dan ahli fatwa sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Mereka melakukan ijtihad untuk menetapkan hukumnya dengan jalan qiyas (analogi).

Mereka berusaha mencari „illat atau sebab hukum yang ada dalam permasalahan yang timbul dan menyesuaikan dengan ketentuan Nash, ijtihad anggota legislatif harus mengacu kepada prinsip jalb mashalih dan daf al-mafasid (mengambil maslahat dan menolak kemudorotan).

Pentingnya mempertimbangkan situasi dan kondisi sosial masyarakat ini mengisyaratkan bahwa undang-undang atau peraturan yang akan dikeluarkan oleh lembaga legislatif tidak dimaksudkan untuk berlaku selamanya dan tidak kebal terhadap perubahan.

B. Deradikalisasi di Indonesia















































































































 











Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si-terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah.

Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si-terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.

Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si-pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah.Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (Q.S an-Nisa [4] : 92).

Adapun hukum yang ada dalam ayat ini adalah sebagi berikut:19 Dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu).

Kedua sanksi tersebut wajib dalam kasus pembunuhan tidak sengaja, yang salah satunya ialah membayar kifarat untuk menghapus dosa besar yang dilakukannya, sekalipun hal tersebut ia lakukan secara tidak sengaja. di antara syarat kifarat ini ialah memerdekakan seorang budak yang mukmin, tidak cukup bila yang dimerdekakannya itu adalah budak yang kafir.

Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Asy-Sya'bi, Ibrahim An-Nakha'i, Al-Hasan Al-Basri, bahwa mereka mengatakan, "Tidak mencukupi sebagai kifarat memerdekakan budak yang masih kecil, mengingat anak yang masih kecil masih belum menjadi pelaku iman".

Diriwayatkan melalui jalur Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah yang mengatakan bahwa di dalam mushaf sahabat Ubay ibnu Ka'b terdapat keterangan,

"Maka hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman," dalam kifarat ini masih belum mencukupi bila yang dimerdekakannya adalah budak yang masih kecil.Tetapi Ibnu Jarir memilih pendapat yang mengatakan, "Jika si budak yang masih kecil itu dilahirkan dari kedua orang tua yang kedua-duanya muslim, sudah mencukupi untuk kifarat. Tetapi jika bukan dilahirkan dari kedua orang tua yang muslim, hukumnya tidak mencukupi ".Pendapat yang dikatakan oleh jumhur ulama mengatakan, "Manakala budak yang dimerdekakan adalah orang muslim, maka sah dimerdekakan sebagai kifarat,

19 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir Terjemahan Juz 5 (Jakarta: Kampung Sunnah, 2017), 387.

tanpa memandang apakah ia masih kecil atau sudah dewasa.

Jika keluarga si terbunuh adalah orang-ora ng kafir zimmi, atau yang ada perjanjian perdamaian dengan kalian, maka mereka mendapat diatnya. Jika si terbunuh adalah orang mukmin, maka diatnya lengkap; demikian pula jika si terbunuh kafir, menurut pendapat segolongan ulama. Tetapi menurut pendapat yang lain, bila si terbunuhnya adalah orang kafir, maka diatnya hanya separo diat orang muslim. Menurut pendapat yang lainnya lagi, sepertiganya.20 Rincian mengenai masalah ini dibahas dalam kitab-kitab Fiqh. Si-pembunuh diwajibkan pula memerdekakan seorang budak yang mukmin selain diat tersebut.

Mengenai asbabun nuzul ayat ini masih diperselisihkan, untuk itu Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ayyasy ibnu Abu Rabi'ah.

Abu Rabi'ah adalah saudara laki-laki seibu dengan Abu Jahal; ibunya bernama Asma binti Makhramah. Pada mulanya Ayyasy membunuh seorang lelaki yang menyiksa dirinya bersama saudaranya karena Ayyasy masuk Islam;

lelaki itu bernama Al-Haris ibnu Yazid Al-Gamidi. Dalam hati Ayyasy masih terpendam niat hendak membalas saudara Al-Haris itu. Tetapi tanpa sepengetahuan Ayyasy, saudara Al-Haris tersebut masuk Islam dan ikut hijrah.

Ketika terjadi Perang Fath Mekah, tiba-tiba Ayyasy melihat lelaki tersebut, maka dengan serta merta ia langsung menyerangnya dan membunuhnya karena ia menduga bahwa lelaki tersebut masih musyrik. Maka Allah menurunkan ayat ini.

20 Ibid,. 396.

Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Darda, karena ia membunuh seorang lelaki yang telah mengucapkan kalimat iman (yaitu syahadatain), di saat ia mengangkat senjata padanya. Sekalipun lelaki itu telah mengucapkan kalimat iman, Abu Darda tetap mengayunkan pedang kepadanya, hingga matilah ia Ketika peristiwa tersebut diceritakan kepada Nabi Muhammad Saw, Abu Darda beralasan bahwa sesungguhnya lelaki itu mau mengucapkan kalimat tersebut hanyalah semata-mata untuk melindungi dirinya.

Maka Rasulullah Saw, bersabda kepadanya: Apakah kamu telah membelah dadanya?

Dari Asbabul nuzul diatas dapat di pahami ayat diatas melarang adanya tindakan membunuh, baik disengaja maupun tidak disengaja dan kepada sesama muslim maupun kepada kafir. Larangan dan adanya diat adalah bentuk hukum yang diberikan sebagai bentuk pencegahan pembunuhan atau tindakan radikal hal tersebut dapat kita pahami sebagai bentuk deradikalisasi.

حَي اَنَثَّدَح حن َياص ا حن ا َادلي لي َثَّدَح ح حفَي اَنَثَّدَح َا اَا َى حنَعحمس ا ُلياَ حمَ

ْ سَإ َيَى

ادحبَي ح حفَي يلر حدَي َا َيَى ح َي َلاَا ساَّبَي ل حنس ل َي لي لح َادليرمس لةَُلماَنحمس لبَِأ ح َي اَّللَّس َّلَّ َص ل َّللَّس الف اسَر للِ َلاَقَماَا ا حضَفحمس حإَأ ل َّللَّس لةَبَقَنحمس َةسَدَغ ََّلَّ َسَإ لهحَُلَع

َ صََص َّ اه تاَُ َيَص ا َلَ ات حطَقَلَف للِ حطاقحمس لتاَه لهلتَللحسَر َلََّع حفلاسَإ َفاهَإ َرا َشَأَف لهلدَُلب َلاَاَإ ل حنَثَّرَم لء َا اؤَه للاَثحمَألب َلاَقَف لهلدَي لفِ َّ اهَن َضَفَف ل حذَخحمس َنَفَر اهَّنَأ َيَى ح َي ل يليلس لفِ ليفالاغحم لبِ ح اكَُلحبَا َن َكَ ح َم َ َلََه اَعَّن اَف َّفالاغحمسَإ ح اكُ َّاد ْ س َلاَاَإ اَه ْ

Telah menceritakan kepada kami Yahya dan Isma'il Al Ma'na keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Auf telah menceritakan kepadaku Ziyad bin Hushain dari Abu Al 'Aliyah Ar Rayahi dari Ibnu Abbas. Yahya

berkata: 'Auf tidak tahu itu Abdullah atau Al Fadlal, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadaku di pagi hari Aqabah, sedangkan saat itu beliau duduk di atas unta beliau: "Ambilkan kerikil untukku." Maka aku pun memungutkan kerikil untuk beliau gunakan melempar jumrah. Kemudian beliau meletakkan kerikil itu di tangannya, lalu beliau bersabda:

"Seperti mereka." beliau mengucapkan dua kali. Ia Yahya mengatakan: Dengan tangannya, lalu Yahya mengisyaratkan bahwa beliau mengangkatnya. Beliau bersabda: "Janganlah kalian berlaku ghuluw (sikap berlebih-lebihan), karena sesungguhnya kebinasaan orang-orang sebelum kalian adalah karena bersikap ghuluw dalam agama." (HR Imam Ahmad).21

Deradikalisasi, merupakan segala upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama, sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan radikal. Atas dasar itu, deradikalisasi lebih pada upaya melakukan perubahan kognitif atau memoderasi pemikiran atau keyakinan seseorang. Deradikalisasi adalah bagian dari strategi kontra terorisme yang dipahami sebagai sebuahcaramerubah ideologi kelompok teror secara drastis. Sederhananya, deradikalisasi bertujuan untuk mengubah seseorang yang semula radikal menjadi tidak lagi radikal, termasuk di antaranya adalah menjauhkan mereka dari kelompok radikal tempat mereka bernaung.22

Deradikalisasi adalah suatu proses yang terencana, terpadu, sistematis, dan berkesinambungan yang

21 Al-Imaml Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imaml Al-Hafizh Abi Abdiallh Ahmad bin Hambal (Jordania: Baitul Afkr Ad-Dauliyyah 1998), 215.

22 Suaib Tahir dan Abdul Malik, Ensiklopedi Pencegahan Terorisme (Jakarta:

Pustaka Setia, 2016), 23.

dilaksanakan untuk menghilangkan atau mengurangi dan mengembalikan pemahaman radikal terorisme yang telah terjadi.23

Maka dapat disimpulkan deradikalisasi adalah upaya-upaya yang bertujuan pada pencegahan tindakan radikal, dalam hal ini adalah Lembaga Negara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme.

Dokumen terkait