• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindakan kriminal sangat dipengaruhi beberapa faktor lain di luar diri anak. Untuk melakukan perlindungan terhadap anak dari pengaruh proses formal sistem peradilan pidana, maka timbul pemikiran manusia atau para ahli hukum dan kemanusiaan untuk membuat aturan formal tindakan mengeluarkan (remove) seorang anak yang melakukan pelanggaran hukum atau melakukan tindak pidana dari proses peradilan pidana dengan memberikan alternatif lain yang dianggap lebih baik untuk anak. Berdasaran pikiran tersebut, maka lahirlah konsep diversion yang dalam istilah bahasa Indonesia disebut diversi atau pengalihan.

Jack E. Bynum (dikutip dari Marlina 2010 : 10) dalam bukunya Juvenile Delinquency a Sociological Approach menyatakan ”Diversion is an attempt to divert, or channel out, youthful offender from the juvenile justice system (Diversi adalah sebuah tindakan atau perlakuan untuk mengalihkan atau menempatkan pelaku tindak pidana anak keluar dari system peradilan pidana).

Pengertian diversi juga dimuat dalam United Nation Standart Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice (The Beijing Rules) butir 6 dan butir 11 terkandung pernyataan mengenai diversi yakni sebagai proses pelimpahan anak yang berkonflik dengan hukum dari sistem peradilan pidana ke proses informal seperti mengembalikan kepada lembaga sosial masyarakat diversi sebagai Alternatif Perlindungan terhadap Anak yang Berhadapan dengan Hukum, pemerintah atau non pemerintah. Diversi berupaya memberikan keadilan kepada kasus-kasus anak yang telah terlanjur melakukan tindak pidana sampai kepada aparat penegak hukum sebagai pihak penegak hukum. (Resolusi PBB tanggal 29 November 1985)

Salah satu standar dalam diversi adalahUnited Nations Standard Minimum Rules for the Administration of Juvenile Justice(dikenal sebagaiBeijing Rules). Beijing Rules sendiri memberikan definisi diversi sebagai remaja/anak yakni anak atau orang muda yang menurut sistem hukum masing-masing, dapat diperlakukan atas suatu pelanggaran hukum dengan cara yang berbeda dari perlakuan terhadap orang dewasa. Pada intinya Beijing Rulesmemberikan kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan pengalihan pemeriksaan formal, yang disebut diversi.

Menurut pendapat Peter C. Kratcoski (dikutip dari Marlina 2010 : 15), ada tiga jenis pelaksanaan program diversi yang dapat dilaksanakan yaitu :

a) Pelaksanaan kontrol secara sosial (social control orientation), yaitu aparat penegak hukum menyerahkan pelaku dalam tanggung jawab pengawasan atau pengamatan masyarakat, dengan ketaatan pada persetujuan atau peringatan yang diberikan. Pelaku menerima tanggung jawab atas perbuatannya dan tidak diharapkan adanya kesempatan kedua kali bagi pelaku oleh masyarakat.

b) Pelayanan sosial oleh masyarakat terhadap pelaku (social service orientation), yaitu melaksanakan fungsi untuk mengawasi, mencampuri, memperbaiki dan menyediakan pelayanan pada pelaku dan keluarganya. Masyarakat dapat mencampuri keluarga pelaku untuk memberikan perbaikan atau pelayanan.

c) Menuju proses restorative justice atau perundingan (balanced or restorative justice orientation), yaitu melindungi masyarakat, memberi kesempatan pelaku bertanggung jawab langsung pada korban dan masyarakat dan membuat kesepakatan bersama antara korban pelaku dan masyarakat. Pelaksanaannya semua pihak yang terkait dipertemukan untuk bersama-sama mencapai kesepakatan tindakan pada pelaku.

Pada Telegram Kabareskrim terdapat pengertian mengenai diversi, yakni suatu pengalihan bentuk penyelesaian dari penyelesaian yang bersifat proses pidana formal ke alternatif penyelesaian dalam bentuk lain yang di nilai terbaik menurut kepentingan anak. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa diversi artinya pengalihan kasus-kasus yang berkaitan dengan anak yang disangka telah melakukan pelanggaran diluar prosedur peradilan formal dengan atau tanpa syarat-syarat tertentu.

Ide diversi adalah pemikiran tentang pemberian kewenangan kepada aparat penegak hukum untuk mengambil tindakan- tindakan kebijaksanaan dalam menangani atau menyelesaikan masalah pelanggaran anak dengan tidak mengambil jalan formal antara lain menghentikan atau tidak

meneruskan/melapaskan dari proses peradilan pidana atau mengembalikan/ menyerahkan kepada masyarakat dan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan soaial lainnya. Penerapan diversi dapat dilakukan dalam semua tingkatan pemeriksaan yaitu dari penyidikan, penuntutan, pemeriksaan disidang pengadilan sampai pada tahap pelaksanaan putusan. Penerapan ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak negatif keterlibatan anak dalam proses peradilan tersebut.

Program diversi memberi keuntungan pada masyarakat dalam penanganan yang awal dan cepat terhadap perilaku menyimpang. Penanganan awal ini juga menghemat biaya yang merupakan beban yang dikeluarkan oleh polisi setempat. Anak pelaku tindak pidana tersebut akan diberi petunjuk oleh polisi, Pembina pidana bersyarat remaja, petugas departemen kehakiman, dan sekolah menghubungi polisi. Kemudian remaja secara suka rela mengikuti konsultasi dan atau pendidikan yang cocok dan kegiatan sosial kemasyarakatan. Jika yang bersangkutan sukses dalam program ini, jaksa tidak menuntut kasus tersebut dan tidak akan mencatat dalam berkas perkara atas perbuatan tersebut

Berdasarkan uraian di atas, dapat diartikan bahwa diversi artinya pengalihan kasus-kasus yang berkaitan dengan anak yang disangka telah melakukan pelanggaran diluar prosedur peradilan formal dengan atau tanpa syarat-syarat tertentu. Berdasarkan uraian di atas dalam hal anak yang berhadapan dengan hukum, hanya anak yang berkonflik dengan hukum atau anak sebagai pelaku tindak pidana yang dapat diselesaikan melalui jalur diversi.

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab terdahulu dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Formulasi diversi dalam Rancangan Undang-undang Pengadilan Anak sangat diperlukan dalam menangani anak yang berhadapan dengan hukum, karena dengan formulasi diversi dapat menghindari penahanan terhadap pelaku anak, menghindari cap/label sebagai penjahat pada anak, mencegah pengulangan tindak pidana, dan menyatakan anak agar bertanggungjawab atas perbuatannya. Formulasi diversi juga memfokuskan pada kepentingan korban, disamping itu juga untuk memperlakukan lebih manusiawi anak yang melakukan kejahatan, dan hak-hak anak dapat terpenuhi. Formulasi diversi menyebabkan berkurangnya anak masuk pada proses peradilan, dan semakin berkurangnya anak masuk dalam Lembaga Pemasyarakatan sehingga anak terhindar dari pengaruh negatif atas proses formal.

2. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam menerapkan formulasi diversi pada Rancangan Undang-undang Pengadilan Anak atas Perubahan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, antara lain:

a. Latar belakang anak melakukan kejahatan, apakah perbuatannya didasari dari diri sendiri atau faktor dari luar. Jika perbuatannya didasari faktor dari luar maka dapat jadi pertimbangan untuk menerapkan formulasi diversi; b. Pelanggaran yang sebelumnya dilakukan, jika anak pernah melakukan

hukuman ringan, formulasi diversi harus tetap jadi pertimbangan. Jika anak sering melakukan pelanggaran hukum maka sulit di lakukan diversi, namun demikian perlu dilakukan hati hati dan pemikiran matang demi kepentingan terbaik bagi anak;

c. Sikap anak terhadap perbuatan tersebut, jika anak mengakui perbuatannya dan menyesalinya, hal ini menjadi pertimbangan yang positif untuk diterapkannya formulasi diversi;

d. Akibat perbuatan pelaku terhadap korban, apakah bersifat kebendaan atau justru terkait dengan tubuh dan nyawa seseorang, hal ini menjadi pertimbangan dalam formulasi diversi;

e. Pandangan korban tentang metode penangganan yang di tawarkan agar diversi dapat di rencanakan dengan baik maka harus ada masukan dan persetujuan dari korban/keluarga korban, hal inipun menjadi pertimbangan dalam menerapkan formulasi diversi ;

f. Dampak sanksi atau hukuman yang sebelumnya pernah diterima terhadap anak, jika anak pernah berhadapan dengan hukum sebelumnya dan sanksi dahulu tidak direspon dengan positif oleh sianak maka diversi tidak menjadi pilihan kecuali pelanggaran yang dahulu tergolong ringan dan sudah lama terjadi.

B. Saran

Adapun saran yang akan diberikan penulis berkaitan dengan analisis formulasi Diversi dalam Rancangan Undang-undang pengadilan Anak Atas Perubahan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, sebagai berikut:

1. Hendaknya dibuat satu peraturan perundangan yang jelas tentang penerapan formulasi diversi terhadap anak-anak yang berkonflik dengan hukum, sehingga anak tidak lagi menjalani penahanan dan tidak mendapat stigmatisasi dari masyarakat. Orang tua juga harus lebih memperhatikan anak, karena keluarga adalah tempat pertama kali si anak tumbuh dan berkembang dan perlunya dibentuk sebuah forum orang tua dan sekolah dan instansi yang terkait agar dapat menghalau anak melakukan tindak pidana.

2. Diversi memiliki banyak keuntungan yang memihak kepada perlindungan anak, oleh karena itu perlu benar-benar direalisasikan demi kepentingan semua pihak terutama anak.

(Skripsi)

oleh

Dokumen terkait