BAB II KAJIAN TEOR
D. Sintaksis
2. Pengertian Frase
Dalam bukunya, Chaer (1994: 222) menyebutkan bahwa, frase didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Kata pembentuk frase adalah kata-kata yang termasuk dalam kata penuh.
Frase berbeda dengan kata majemuk. Frase merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak memiliki makna baru, melainkan hanya memiliki makna leksikal atau gramatikal saja. Hal ini berbeda dengan kata majemuk yang memiliki makna baru setelah dua kata atau lebih digabungkan (Chaer, 1994: 224).
24 2.1 Jenis Frase
Frase dibagi menjadi dua jenis, yaitu frase eksosentrik dan frase endosentrik. Frase eksosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frase ini dibagi menjadi frase eksosentrik direktif (perposisional) dan nondirektif. Frase eksosentrik direktif ditandai dengan salah satu kata yang berupa preposisional, misalnya dari, di, ke. Adapun frase eksosentrik nondirektif ditandai dengan kata yang berupa artikulus lain, mislanya yang, para, si, Sang (Chaer, 1994: 225).
Frase endosentrik adalah frase yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya itu dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frase endosentrik dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu endosentrik koordinatif dan apositif. Frase endosentrik koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh konjungsi koordinatif. Misalnya dan, atau, tetapi, makin ... makin ..., baik ... maupun .... Adapun frase endosentrik apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk sesamanya; dan oleh karena itu, urutan komponennya dapat dipertukarkan. Biasanya tanda yang digunakan berupa tanda baca koma (,) (Chaer, 1994: 228).
2.2 Kategori Frase
Frase dibagi menjadi enam kategori berdasarkan unsur pusatnya. Keenam kategori frase tersebut adalah sebagai berikut.
25 a. Frase Nominal (FN)
Frase nominalialah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan nomina sebagai intinya, tetapi bukan merupakan klausa. Dengan demikian, frase nominal memiliki inti dan kata lain sebagai pendampingnya. Posisi kata pendamping tersebut tegar sehingga tidak bisa dipindahkan secara bebas ke posisi lain.
Syarat pembentukan sebuah frase adalah kata inti (N) diikutioleh pewatas. Pewatas frase nominal yang berada di depan N biasanya berupa numeral atau kata tugas. Misalnya lima lembar, seorang guru, bukan jawaban. Adapun pewatas yang setelah N biasanya adalah nominal, adjektival, verbal, atau kelas kata lain. Misalnya,masalah penduduk (N1 + N2), istilah baru (N + Adj),
tabungan berjangka (N + V), rumah kita (N + Pron) (Alwi, dkk, 2003: 216). Frase nominal dapat menduduki posisi subjek, objek, pelengkap, dan keterangan dalam sebuah kalimat. Contohnya adalah sebagai berikut.
1) Subjek: Manusia pasti mati.
2) Objek: Demokrasi memerlukan keterbukaan. 3) Pelengkap: Dia menyerupai ibunya.
4) Keterangan: Kami baru saja kembali dari Yogyakarta.
b. Frase Pronominal (FPron)
Pronominal adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain. Pronominal menduduki posisi seperti layaknya posisi yang diduduki oleh nominal dalam sebuah kalimat, yaitu subjek, objek, dan predikat—dalam kalimat tertentu. Pronomina dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu
26
(1) pronomina persona, (2) pronomina petunjuk, (3) pronomina penanya (Alwi, dkk, 2003: 249).
Menurut Alwi, dkk. (2003: 274) ada lima syarat menjadikan pronomina sebagai frase nominal. Kelima syarat tersebut adalah sebagai berikut.
1) Penambahan numeral kolektif: mereka berdua, kami sekalian, ini semua. 2) Penambahan kata penunjuk: saya ini, kamu itu, mereka itu.
3) Penambahan kata sendiri: saya sendiri, dia sendiri, mereka sendiri.
4) Penambahan klausa dengan yang: mereka yang didak hadir, mereka yang
menolak reformasi.
5) Penambahan frase nominal yang berfungsi apositif: kami, bangsa Indonesia.
c. Frase Verbal (FV)
Frase verbal adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya, tetapi bentukini bukan merupakan klausa (Alwi, dkk. 2003: 157). Dalam frase verbal terdapat kelompok kata yang bisa disebut pewatas depan dan pewatas belakang. Pewatas-pewatas tersebut dibagi menjadi ragam, aspek, negatif, dan tingkat. Fungsi dari pewatas-pewatas tersebut adalah sebagai verba bantu dalam pembentukan sebuah frase verbal.Contohnya adalah sebagai berikut.
1) Ragam: harus mau, dapat bekerja, sanggup melaksanakan; 2) aspek: akan datang, sudah pergi, sedang membaca;
3) negatif: belum selesai, tidak pergi, bukan menulis; 4) tingkat: sangat menarik, paling menguasai.
27
Frase verbal dapat menduduki semua posisi dalam kalimat. Contohnya adalah sebagai berikut.
1) Subjek: Bersenam setiap pagi membuat orang itu tetap sehat. 2) Predikat: Pemerintah akan mengeluarkan peraturan moneter baru. 3) Objek: Dia mencoba tidur lagi tanpa bantal.
4) Pelengkap: Mertuanya merasa tidak bersalah. 5) Keterangan: Saya bersedia membantu Anda.
d. Frase Adjektival (FAdj)
Frase adjektival adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan adjektival sebagai intinya, tetapi bentuk ini bukan merupakan klausa. Pembentukan frase adjektival bisa diberi pewatasdengan berbagai pemarkah, seperti pemarkah aspektualitas dan pemarkah modalitas yang ditempatkan di sebelah kirinya (sebelumnya) (Alwi, dkk, 2003: 178). Misalnya
tidak berbahaya, masih sakit, harus bagus, sangat basah.
Selain itu, pembentukan frase adjektival dapat juga diikuti pewatas yang berposisi di sebelah kanannya (sesudahnya). Misalnya sakitlagi, bodohkembali, bagusjuga. Frase adjektival memiliki tiga fungsi dalam kalimat yaitu (1) fungsi atributif, (2) fungsi predikatif, (3) fungsi adverbial. Masing-masing contohnya adalah sebagai berikut.
1) Fungsi atributif: buku merah, harga mahal, suara lembut. 2) Fungsi predikatif: Gedung yang baru itu sangat mewah. 3) Fungsi adverbial: Dia bekerja dengan baik.
28 e. Frase Numeral (FNum)
Frase numeral adalah satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan numeral (kata bilangan) sebagai intinya, tetapi bentuk ini bukan merupakan klausa. Numeral digolongkan menjadi dua, yaitu numeral pokok dan numeral tingkat.Numeral pokok memberikan jawaban atas pertanyaan ―Berapa?‖. Numeral tingkat memberikan jawaban atas pertanyaan ―Yang keberapa?‖ (Alwi, dkk., 2003: 275).
Frase numeral pada umumnya dibentuk dengan menambahkan kata penggolong. Misalnya dua ekor lebah, lima helai tisu, tiga orang perampok (Alwi, dkk., 2003: 282).
f. Frase Preposisional (FPrep)
Berdasarkan perilaku sintaksisnya, preposisi berada di depan nomina, adjektiva, atau adverbia dapat disebut sebagai frase preposisional. Frase preposisional biasanya muncul diikuti oleh dua nomina. Contohnya di atas meja, di dalam rumah, sekitar kampus. Namun jika yang dirujuk itu jelas, maka frase preposisional dapat muncul tanpa nomina 2 (N2). Misalnya pada kalimat di bawah ini.
Karena pintu depan tertutup, kami masuk dari belakang.
Dikarenakan pada klausa pertama sudah jelas bahwa yang dirujuk adalah pintu, maka pada klausa kedua pintu sebagai nomina 1 (N1) tidak perlu dimunculkan lagi.
Selain itu, terdapat beberapa jenis frase preposisional yang tidak mensyaratkan munculnya N2. Misalnya frase di depan, dipinggir, di samping, ke tengah, ke samping, dari pinggir, dari belakang.
29
Namun ada juga beberapa frase preposisional yang mensyaratkan kemunculan N2. Misalnya frase di antara, di balik, di dekat, ke dekat, dari balik