• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

1.1 Tinjauan Pustaka

2.1.6 Hasil Belajar

2.1.6.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi hasil belajar dan tindak mengajar. Sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar yang merupakan bukti dari usaha yang telah dilakukan. Menurut Hamalik (2006: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya dalam perubahan

pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Perubahan dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) menyatakan “Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Segi siswa, hasil belajar dan puncak proses belajar”.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak dari suatu interaksi dalam proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2008: 210) hasil belajar adalah sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan guru. Menurut Arifin (2009: 298) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Hasil belajar dikatakan tinggi apabila tingkat kemampuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni untuk bermacam-macam aturan terhadap apa yang telah dicapai oleh murid, misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang dilakukan selama pelajaran berlangsung, tes akhir semester dan sebagainya. Dalam penelitian ini, hasil belajar yang dimaksudkan adalah hasil tes tiap siklus. Hasil belajar dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1988:700) adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan seorang guru akan kecewa bila hasil belajar yang dicapai oleh peserta didiknya tidak sesuai dengan target kurikulum. Selanjutnya menurut Abdurrahman dalam Jihad dan Haris (2009:14) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah

melalui kegiatan belajar. Hasil belajar menurut Djamarah dan Zain (2006:107) mengemukakan bahwa mengukur dan mengevaluasi tingkat keberhasilan belajar tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar.

Uraian-uraian di atas jelas bahwa suatu proses belajar mengajar pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan siswa yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam arti bahwa perubahan kemampuan merupakan indikator untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa. Beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah ia menerima suatu pengetahuan yang berupa angka (nilai). Jadi aktivitas siswa mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, tanpa adanya aktivitas siswa maka proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik, akibatnya hasil belajar yang dicapai siswa rendah.

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:3) menyatakan “ Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari segi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar”. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut.

1. RanahKognitif.

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. 2. Ranah Afektif.

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotor.

Meliputi keterampilan motorik, manipulas benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Djaali (2008: 99) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada dari luar dirinya. Lebih jelasnya sebagai berikut. Faktor dari dalam diri meliputi kesehatan, inteligensi, minat, motifasi, dan cara belajar dan dari luar diri keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan sekitar.

2.1.6.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi.

1) Faktor Lingkungan.

a) Lingkungan sekolah yang baik adalah lingkungan sekolah yang di dalamnya dihiasi dengan tanaman/pepohonan yang dipelihara dengan baik. Apotik hidup mengelompokkan dengan baik dan rapi sebagai laboratorium alam bagi anak didik. Sejumlah kursi dan meja belajar teratur rapi yang ditempatkan di bawah pohon-pohon tertentu agar anak didik dapat belajar mandiri di luar kelas dan berinteraksi dengan lingkungan. Kesejukan lingkungan membuat anak didik betah tinggal berlama-lama di dalamnya.

b) Lingkungan Sosial Budaya.

Lingkungan sosial budaya di luar sekolah ternyata sisi kehidupan yang mendatangkan problem tersendiri bagi kehidupan anak didik di sekolah. Pembangunan gedung sekolah yang tak jauh dari hiruk pikuk lalu lintas menimbulkan kegaduhan suasana kelas. Pabrik- pabrik yang didirikan di sekitar sekolah dapat menimbulkan kebisingan di dalam kelas.

2) Faktor Instrumental. a) Kurikulum.

Kurikulum adalah a plan for learning yang merupakan unsur substansial dalam pendidikan. Tanpa kurikulum kegiatan belajar mengajar tidak dapat berlangsung, sebab materi apa yang harus

guru sampaikan dalam suatu pertemuan kelas, belum guru programkan sebelumnya.

b) Program.

Program pendidikan disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung baik tidaknya program pendidikan yang dirancang. Program pendidikan disusun berdasarkan potensi sekolah yang tersedia, baik tenaga, finansial dan saran prasarana.

c) Sarana dan Fasilitas.

Sarana dan fasilitas mempunyai arti penting dalam pendidikan. Gedung sekolah misalnya sebagai tempat yang strategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Fasilitas mengajar merupakan kelengkapan mengajar guru yang harus dimiliki oleh sekolah. Ini kebutuhan guru yang tak bisa dianggap ringan. Guru harus memiliki buku pegangan dan buku penunjang agar wawasan guru tidak sempit. Buku kependidikan/keguruan perlu dibaca atau dimiliki oleh guru dalam rangka peningkatan kompetensi keguruan.

d) Guru.

Guru merupakan unsur manusiawi dalam pendidikan. Kehadiran guru mutlak diperlukan di dalamnya. Kalau hanya ada anak didik, tetapi guru tidak ada, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar mengajar di sekolah.

3) Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang dalam keadaan kelelahan. Aspek fisiologis ini diakui mempengaruhi pengelolaan kelas. Pengajaran dengan pola klasikal perlu memperhatikan tinggi rendahnya postur tubuh anak didik. Postur tubuh anak didik yang tinggi sebaiknya ditempatkan di belakang anak didik yang bertubuh pendek. Hal ini dimaksudkan agar pandangan anak didik ke papan tulis tidak terhalang oleh anak didik yang bertubuh tinggi. Fisiologis adalah kebijakan yang pasti tak bisa diabaikan dalam penentuan besar kecilnya, tinggi rendahnya kursi dan meja sebagai perangkat tempat duduk anak didik dalam menerima pelajaran dari guru di kelas. 4) Faktor Psikologis

a) Minat

Menurut Slameto (1991: 182) adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh”. b) Kecerdasan.

Berkaitan erat antara IQ dengan hasil belajar di sekolah. c) Bakat.

Bakat memang diakui sebagai kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau latihan.

Menurut Nasution motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk belajar.

e) Kemampuan kognitif Ada tiga kemampuan yang harus dikuasai sebagai jembatan untuk sampai pada penguasaan kemampuan kognitif, yaitu persepsi, mengingat dan berpikir.

Pendapat para ahli tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar merupakan tujuan dari suatu proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa termasuk keberhasilan guru dalam mengajar. Prestasi belajar yang yang dikenal dalam bahasa Belanda dengan istilah prestatie, dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang artinya hasil usaha, prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu.

Thorndike dalam Djali (2001: 20) berpendapat bahwa “siswa akan belajar lebih giat apabila mereka mengetahui bahwa diakhir program yang sedang ditempuh akan ada tes untuk mengetahui nilai dan prestasi belajar mereka”. Menurut Gagne dalam Herpratiwi (2009: 27) perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi lingkungan, interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam dri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil.

2.1.6.3 Kategori Hasil Belajar

Hasil belajar dapat dimasukkan dalam beberapa kategori, sebagaimana yang dikemukakan oleh Gagne dalam Djiwandono, (2006: 217) hasil belajar dimasukkan dalam lima kategori:

1. Informasi ferbal. 2. Kemahiran intelektual. 3. Pengaturan kegiatan kognitif. 4. Sikap.

5. Keterampilan motorik.

Hasil belajar merupakan barometer yang harus dicapai siswa dalam belajar termasuk di dalamnya hasil belajar KKPI khususnya kelas XI AP menggunakan standar penilaian hasil belajar dengan KKM sebesar 6,00. Apabila siswa tersebut belum mencapai nilai 6,00 maka siswa tersebut belum mencapai ketuntasan yang diharapkan, dan apabila siswa telah mencapai nilai diatas 6,00 maka siswa tersebut sudah dinyatakan mencapai KKM. Hasil belajar yang optimal hanya dapat dicapai melalui kerja keras dan belajar, dengan demikian siswa akan mendapatkan hasil belajar yang optimal.