• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar. Hasil belajar adalah kemampuan aktual yang diukur secara langsung. Hasil pengukuran belajar inilah akhirnya akan mengetahui seberapa jauh tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah dicapai (Woordworth dalam Suryabrata, 1993: 169). Pengertian tersebut dapat dikatan bahwa hasil belajar sebagai produk yang telah dihasilkan oleh adanya sistem pembelajaran di kelas. Produk yang dihasilkan di sini maksudnya adalah pengetahuan yang ada pada siswa. Diharapkan produk yang terbentuk yaitu perubahan yang positif. Hasil belajar merujuk pada kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

“Hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan (Sudjana, 2004:14).” Dari pengertian yang telah dipaparkan Sudjana, hasil belajar dapat diukur menggunakan alat berupa tes. Alat ukur yang digunakan haruslah disiapkan dengan matang karena untuk mengetahui apakah ada perkembangan dalam diri siswa.

Hasil belajar ialah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 14). Hasil belajar dapat dituangkan dalam bentuk skor yang diperoleh dari tes. Skor tes dapat digunakan sebagai cermin dari seberapa kemampuan yang telah dimiliki siswa setalah dilakukan pembelajaran, apakah ada perubahan atau tidak.

Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afekif dan psikomotor (Bloom dalam Dahar, 2011: 118). Domain kognitif adalah pengetahuan dan ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas dan contoh, menerapkan, menguraikan, menentukan hubungan, mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru, dan menilai. Domain afektif adalah sikap menerima, memberikan respon, nilai, organisasi, karakteristik. Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routinedan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Berdasarkan berbagai definisi hasil belajar di atas dapat dilakukan kajian analisis secara komprehensif pada semua definisi tersebut. Analisis mencakup kata kunci yang tercatat dalam definisi di atas.

Tabel 2.4.

Analisis Konstruk Hasil Belajar

Kata Kunci Woordworth Sudjana Dimyati dan

Mudjiono Bloom Perubahan √ - - - Proses √ √ - - Akibat √ √ - - Belajar √ √ - √ Langsung √ - - Kemampuan √ - - Afektif dan psikomotor Tujuan √ - - -

Dicapai √ - √ - Alat pengukuran -Tes lisan, tulisan, perbuatan Tes - Terencana - - - Skor/nilai - - - Acuan - - - Penguasaan - - √ Kognitif Hasil √ - √ √ Akhir - - √ -

Berdasarkan Tabel 2.3. tampak bahwa setiap ahli memiliki kata kunci masing-masing dalam membangun definisi hasil belajar. Oleh karena itu, selain menggabungkan kata-kata kunci tersebut, perlu adanya penambahan kata-kata kunci yang belum ada pada empat pengertian tersebut. Beberapa kata kunci yang dapat ditambahkan yaitu:

1. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) ialah standar batas nilai paling rendah yang diberikan kepada siswa mencapai ketuntasan KKM biasanya telah ditentukan pada awal tahun ajaran baru dan biasanya beberapa satuan pendidikan mempunyai karakter yang sama. Untuk menetapkan KKM tersebut perlu memperhitungkan tingkat kemampuan rata-rata siswa didik itu sendiri serta kapasitas sumber daya pendukung seperti misalnya sarana prasarana dan lain sebagainya.

2. Remidial diperlukan ketika hasil belajar siswa belum mencapai KKM

Remidial diberikan kepada siswa yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Remidial bukan mengulang tes dengan materi yang sama, tetapi guru memberikan perbaikan pembelajaran pada KD yang belum dikuasai oleh siswa melalui upaya tertentu sampai siswa memenuhi KKM. Remidial bisa diberikan secara individual maupun berkelompok (jika ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan pada KD yang sama).

3. Pengayaan diperlukan bagi siswa yang telah mencapai KKM

Pengayaan diberikan kepada peserta didik yang telah melampaui ketuntasan belajar dengan memerlukan waktu lebih sedikit daripada teman-teman lainnya. Waktu yang masih tersedia dapat dimanfaatkan siswa untuk memperdalam/ memperluas atau mengembangkan hingga mencapai tahapan jejaring dalam pendekatan ilmiah. Guru dapat memfasilitasi peserta didik dengan memberikan berbagai sumber belajar, antara lain: perpustakaan, majalah atau koran, internet, narasumber/pakar, dan lain-lain.

Merujuk pada pemikiran Gagne dalam (Agus Suprijono, 2010) hasil belajar berupa :

1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.

2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis sintesisi fakta konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3. Strategi kofnitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Horward Kingsley (dalam Sudjana, 2004:22) membagi tiga macam hasil belajar yaitu : (a) Keterampilan dan kebiasaan, (b) Pengetahuan dan pengertian, (c) Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar, yakni : (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi

kognitif, (d) sikap dan, (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membagi menjadi tiga ranah, yaitu :

1. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisi, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat tinggi. 2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni

penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian dan internalisasi.

3. Ranah psikomorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan reflek, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 2004: 23).

Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar: 1. Faktor dari dalam diri siswa (intern)

Sehubungan dengan faktor intern ini ada tingkat yang perlu dibahas menurut Slameto (2003: 54) yaitu faktor jasmani, faktor psikologi dan faktor kelelahan. Kondisi rendahnya aktivitas siswa berdampak juga pada rendahnya prestasi belajar (Hapsari, 2017: 6).

2. Faktor dari luar diri siswa (ekstern)

Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat (Slameto, 2003: 60).

a. Faktor keluarga

Faktor keluarga sangat berperan aktif bagi siswa dan dapat mempengaruhi dari keluarga antara lain: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, keadaan keluarga, pengertian orang tua, keadaan ekonomi keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

b. Faktor sekolah

1. Guru dan cara mengajar 2. Model pembelajaran 3. Alat-alat pelajaran 4. Kurikulum

5. Waktu sekolah

6. Interaksi guru dan murid 7. Disiplin sekolah

8. Media pendidikan

c. FaktorLingkungan Masyarakat

Faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar siswa antara lain teman bergaul, kegiatan lain di luar sekolah dan cara hidup di lingkungan keluarganya. 1. Kegiatan siswa dalam masyarakat

Menurut Slameto (2003: 70) mengatakan bahwa kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang telalu banyak misalnya berorganisasi, kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. 2. Teman Bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untik mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk perangainya. Perbuatan tidak baik mudah berpengaruh terhadap orang lain, maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Agar siswa dapat belajar, teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek perangainya pasti mempengaruhi sifat buruknya juga, maka perlu diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus bijaksana (Slameto, 2003: 73).

3. Cara Hidup Lingkungan

Cara hidup tetangga disekitar rumah di mana anak tinggal, besar pengaruh terhadap pertumbuhan anak (Slameto 2003: 74). Hal ini misalnya anak tinggal

di lingkungan orang-orang rajib belajar, otomatis anak tersebut akan berpengaruh rajin juga tanpa disuruh.

Ada dua istilah terkait dengan konsep penilaian (assesment), yaitu pengukuran (measurement) dan evaluasi (evaluation). Pengukuran adalah proses penetapan angka terhadap suatu gejala menurut aturan tertentu. Sedangkan evaluasi adalah penilaian yang sistematik tentang manfaat atau kegunaan suatu objek. Dalam melakukan evaluasi di dalamnya ada kegiatan untuk menentukan nilai (misalkan: paham-tidak paham, baik-buruk, atau tuntas-tidak tuntas), sehingga ada unsure judgement. Pengukuran, penilaian, dan evaluasi adalah hirarki. Pengukuran membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria, penilaian menjelaskan dan menafsirkan hasil pengukuran, sedang evaluasi adalah penetapan nilai atau implikasi suatu perilaku, baik perilaku individu maupun lembaga.

Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 tentang standar penilaian dijelaskan bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar pengumpulan data siswa, tetapi juga pengolahannya untuk memperoleh gambaran proses dan hasil belajar siswa. Penilaian tidak sekedar memberi soal siswa kemudian selesai, tetapi guru harus menindaklanjutinya untuk kepentingan pembelajaran.

Pada Permendiknas No 20 tahun 2007 juga disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah harus memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4. Terpadu, berarti penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan Objek penilaian merujuk pada apa yang menjadi sasaran dari penilaian pembelajaran matematika. Sampai saat ini pembelajaran matematika banyak yang lebih menekankan pada penguasaan materi matematika dan aplikasinya untuk memecahkan masalah yang berhubungan dengan materi matematika. Situasi ini menyebabkan penilaian pembelajaran matematika hanya berorientasi pada pengukuran domain yang dangkal dan sempit, tidak menyasar kompetensi matematis yang lebih tinggi. Praktek ini berdampak tidak optimalnya hasil belajar matematika.

Untuk memahami objek penilaian pembelajaran matematika, guru perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Pada Permendiknas No 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Dengan mengetaui makna penilaian ditinjau dari berbagai segi dalam system pendidikan, maka dengan cara lain dapat dikatakan bahwa tujuan atau fungsi penilaian ada beberapa hal :

1. Penilaian berfungsi selektif

Dengan cara mengadakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya. Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, antara lain: (a) untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu; (b) untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya; (c) untuk memilih sisw yang seharusnya mendapat beasiswa; (d) untuk memilih siswa yang sudah berhak meninggalkan sekolah, dan sebagainya.

2. Penilaian berfungsi diagnostik

Apabila alat yang digunakan dalam penilaian cukup memenuhi persyaratan, maka dengan melihat hasilnya, guru akan mengetahui kelemahan siswa. Di samping itu diketahui pula sebab-musabab kelemahan itu. Jadi dengan mengadakan penilaian, sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya. 3. Penilaian berfungsi sebagai penempatan

System baru yang kini banyak dipopulerkan di Negara barat adalah system belajar sendiri. Sebagai alasan dari timbulnya system ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat/potensi sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga pendidikan yang besifat individual kadang-kadang sukar sekali melaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian.

4. Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan

Fungsi keempat ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan.

Penilaian pembelajaran matematika di SD pada umumnya ditekankan pada hasil pembelajaran dan didasarkan pada hasil test yang dilaksanakan oleh guru

hasilnya adalah setiap siswa memperoleh skor atau nilai tertentu. Skor ini menujukan prestasi setiap siswa tentang materi matematika yang telah dipelajari. Macam-macam metode penilaian:

1. Tes: suatu prosedur yang sistematik untuk mengamati dan mengukur seseorang

2. Pengukuran: suatu prosedur untuk menunjukkan bilangan bagi atribut atau karakteristik seseorang berdasarkan aturan tertentu. Bilangan hasil pengukuran ini biasanya disebut skor.

3. Asesment: suatu kegiatan pengumpulan informasi yang sistematik tanpa adanya pembuatan keputusan tentang nilai.

4. Penilaian: suatu proses pembuatan keputusan berdasarkan kesesuaian seseorang, program, proses atau hasil dengan tujuan tertentu.

Dokumen terkait