• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Investment Opportunity Set

2.3.1 Pengertian Investment Opportunity Set

Istilah Investment Opportunity Set (IOS) pertama kali dikemukakan oleh Myers (1976) dalam Utami (2007) yang menjelaskan bahwa IOS merupakan

keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place)

dan pilihan pertumbuhan pada masa yang akan datang dengan Net Present Value

(NPV) positif. Menurut Kallapur dan Trombley (2001) dalam Utami (2007)

pertumbuhan merupakan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan size-nya,

sementara IOS merupakan opsi untuk berinvestasi pada suatu proyek yang

dapat meningkatkan size perusahaan, sedangkan tidak semua growth opportunities

mampu menghasilkan net present value positif. Pendapat ini juga diperjelas oleh Kole (1991), dalam Gaver & Gaver (2003) yang menyatakan bahwa nilai IOS

tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa

yang akan datang (future discretionary expenditure) yang pada saat ini merupakan pilihan – pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar dari biaya modal (cost of equity) dan dapat menghasilkan keuntungan. Pilihan investasi merupakan suatu kesempatan untuk berkembang, namun

seringkali perusahaan tidak selalu dapat melaksanakan semua kesempatan

investasi di masa mendatang. Bagi perusahaan yang tidak dapat menggunakan

kesempatan investasi tersebut akan mengalami suatu pengeluaran yang lebih

tinggi dibandingkan nilai kesempatan yang hilang. Nilai kesempatan investasi

merupakan nilai sekarang dari pilihan-pilihan perusahaan untuk membuat

investasi di masa mendatang. Pilihan-pilihan investasi di masa yang akan datang

ini kemudian dikenal dengan set kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS).

Smith & Watts dan Kester dalam Gaver & Gaver yang dikutip Jati (2003),

menyatakan bahwa dalam membuat keputusan investasi dan employment setiap perusahaan dapat menginvestasikan dalam bentuk modal fisik dan sumber daya

manusia secara khas. Investasi spesifik perusahaan tersebut mengakibatkan

adanya variasi dalam kesempatan investasi yang prospektif serta ekspektasi

distribusi hasil dari kesempatan investasi tersebut. Perbedaan keputusan investasi

mengakibatkan IOS sangat bervariasi secara cross-sectional antar perusahaan (Gaver & Gaver dalam Nugroho dan Hartono, 2002).

Kesempatan investasi atau Investment Opportunity terbuka jika perusahaan mampu menghasilkan margin laba yang tinggi secara konsisiten, dan memiliki

kinerja keuangan yang baik, sehingga perusahaan dapat menginvestasikan

kembali laba yang diperoleh perusahaan ke proyek-proyek yang dianggap

memiliki nilai tambah positif dimasa yang akan datang.

Menurut Gaver dan Gaver (2003) opsi investasi masa depan tidak semata – mata ditunjukkan dengan adanya proyek – proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan perusahaan dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan lain yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Pilihan – pilihan pertumbuhan (growth Option) bagi suatu perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat bersifat tidak dapat diobservasi . (inherently unobservable). Karena sifatnya yang tidak dapat diobservasi, IOS memerlukan sebuah proksi.

Beberapa proksi IOS telah digunakan dalam bidang akuntansi dan

keuangan untuk memahami pemikiran IOS (Myers dalam Subekti dan

Kusuma,2000). Kallapur dan Trombley, yang dikutip Prassetyo (2000),

menyatakan bahwa proksi-proksi tersebut dapat digolongkan menjadi tiga jenis

yaitu:

2.3.1.1Proksi IOS berbasis pada harga saham

Investment Opportunity Set (IOS) berbasis pada harga saham ini mendasarkan pada perbedaan antara asset dan nilai pasar saham. Jadi proksi ini sangat tergantung pada harga saham. Proksi ini mendasarkan pada suatu ide yang

menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan

akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif dari aktiva-aktiva yang

dimiliki (assets in place). Perbedaan harga saham ini hanya terjadi bila pasar saham adalah efisien semi kuat secara keputusan, yaitu investor dapat merespon

secara tepat atas informasi yang tersedia secara penuh di pasar modal. IOS yang

didasari pada harga saham akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva

yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio – rasio yang digunakan dalam

penelitian ini yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut :

a. Rasio market to book value of equity (MVEBVE)

Rasio ini mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan dimasa depan akan lebih besar dari return return yang diharapkan dari ekuitasnya (Smith dan Watts; 1992, Hartono; 1999). Perusahaan yang mempunyai

rasio market to book value of equity (MVEBVE) yang tinggi akan memiliki pertumbuhan aktiva dan ekuitas yang besar. market to book value of equity dapat dihitung dengan mengggunakan rumus :

Total ekuitas

Lembar saham yang bredar x Harga penutupan saham

b. Rasio firm value to depreciation expense (VDEP)

Rasio ini menunjukkan seberapa besarnya pengurangan asset in place. Semakin besar rasio ini menunjukkan adanya kesempatan invesatasi. Rasio firm value to depreciation expense ini dapat dihitung dengan rumus:

Biaya Depresiasi

c. Rasio firm value to book value of PPE (VPPE)

Rasio firm value to property, plant and equipment digunakan dengan didasari alasan bahwa property, plant and equipment (PPE) dapat menunjukkan adanya investasi aktiva tetap yang produktif (Subekti, 2000).

Komposisi PPE yang besar dan struktur aktiva dapat menunjukkan adanya

potensi pertumbuhan perusahaan di masa depan. Rasio ini dapat diukur dengan

menggunakan rumus. :

Total aktiva Net

Total Asset – Total ekuitas + (Lembar saham yang beredar x harga penutupan saham)

2.3.1.2Proksi IOS berbasis pada investasi

Merupakan proksi yang percaya pada gagasan bahwa suatu level kegiatan

investasi yang tinggi berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan.

Rasio – rasio yang sering digunakan oleh para peneliti antara lain:

a. Rasio investment to net sales (IONS)

Menurut hartono (1999) dalam Hendarno (2008) Rasio investment to net sales menggunakan investasi modala sesungguhnya sebagai suatu ukuran nilai buku gross property, plant, dan equipment . Nilai gross property, plant, dan

equipment menunjukkan asset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini dikur dengan menggunakan rumus:

Investasi Penjualan Bersih

b. Rasio capital expenditure to book value asset (CAPBVA)

Rasio ini menunjukkan adanya aliran tambahan modal saham perusahaan.

Total Asset

Nilai Buku Aktiva Tetapt – Nilai Buku Aktiva Tetap t-1

c. Rasio capital expenditure to market value of Assets (CAPMVA)

Sama dengan rasio CAPBVA, rasio ini menunjukkan adanya aliran

tambahan modal perusahaan. Rasio ini dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

Nilai Buku Aktiva Tetapt – Nilai Buku Aktiva Tetap t-1

Total Asset – Total Kuitas + (Lembar Saham Yang Beredar X Harga Penutupan Saham

2.3.1.3Proksi IOS berbasis pada varian ( variance measurement)

Merupakan proksi yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi

lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan

besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian

diantaranya:

a. Varian return (VARRET)

Varian return yang digunakan untuk menilai return dari IOS perusahaan. Varian return ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

[(Harga Penutupan Saham x Lembar Saham Beredar) +Deviden+Biaya Bunga] Total Asset – Total Kuitas + (Lembar Saham Beredar x Harga Penutupan Saham)

b. Beta asset (BETA)

Beta asset digunakan untuk menilai risiko dari IOS perusahaan. Beta asset

dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Beta Saham x (Harga Penutupan Saham x Lembar Saham Beredar) Total Asset – Total Kuitas + (Lembar Saham Beredar x Harga Penutupan Saham)

Dokumen terkait