BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
2. Pengertian Karakter
Secara kohern karakter memancar dari hasil oleh pikir, olah rasa dan
karsa, serta olahraga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Budimansyah, 2010: 23). Dan
secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian
yaitu, olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga sehingga menghasilkan enam
karakter utama dalam seorang individu, yaitu jujur, tanggung jawab, cerdas, bersih ,
tegas, sehat, peduli, dan kreatif. Keenam karakter tersebut dikembangkan dalam
setiap pribadi manusia terutama di Indonesia.
Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam
islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya ada tiga hal yaitu tahu
(pengetahusn), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah
bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama denngan perilaku. Kepribadian pecah
ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetaoi tidak sama dengan perilakunya atau
baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya sering tidak jujur, ini adalah
kepribadian pecah.
Ahmad Tafsir mengemukakan jelaslah bahwa akhlak atau karakter itu
sangat penting. Ia menjadi penanda bahwa seseorang itu layak disebut manusia.
Karena pendidikan akhlak adalah bidang pendidikan yang terpenting. Karena akhlak
itu adalah kepribadian, maka paradigm pendidikannya sangat berbeda bila
dibandingkan dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan ketrampilan.
Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendekatan kepribadian (Tafsir, 2004: 23).
Akhlak atau karakter itu diajarkan melalui metode internalisasi, tekhnik
pendidikannya ialah peneladanan, pembiasaan, penegakan peraturan dan
pemotivasian.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan
karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas
tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan
akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata pelajaran
yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga banyak
masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai level atau
tingkatan (Nurul Zuriah, 2008:118).Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan
dan Bohlin, mengandung tiga unsure pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing
the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the
good) (Majid, 2011:11). Menurut bahasa, karakter berasal dari bahasa Inggris,
character yang brarti sifat, watak, dan karakter (John M, 1979:107).
Di dalam bahasa Arab kata karakter sering disebut dengan istilah akhlak
yang oleh para ulama sering diartikan bermacam-macam. Ibn Miskawih berkata sifat
atau keadaan yang tertanam dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya
melahirkan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
pertimbangan lagi (Ibn Miskawih, 1934:40).
Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris adalah character dan Indonesia
“karakter”, Yunani character dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat
dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, dan
sifat-sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Nama dari jumlah seluruh cirri pribadi yang meliputi hal-hal seperti
perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi,
nilai-nilai dan pola pemikiran (Poerwadarminta, 1991:1149).
Menurut Ahmad Tafsir istilah karakter dan kepribadian atau watak sering
digunakan secara bertukar-tukar, watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian
mempengarui segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau
mengartikan identik dengan kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek
kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenan dengan
kecenderungan dengan penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-standar
moral dan etika. Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat
sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau ditolak, dipuji atau
dicela, baik ataupun jahat.
Dalam kaitannya dengan definisi karakter sebagai sebuah pola, baik itu
pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat
dan sulit dihilangkan. Lebih lanjut di jelaskan karakter yang berarti mengukir, dari
arti tersebut mununjukkan tentang apa yang dimaksud dengan karakter. Sifat ukiran
adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menghilangkan ukiran sama saja
dengan menghilangkan benda yang diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu
dengan bendanya, begitu juga dengan karakter kalau sudah melekat dihati baik
karakter itu baik maupun buruk pada seseorang (Munir, 2010: 3).
Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat dan tabi’at maupun
perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai
fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam
berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya. Karakter dapat ditemukan
dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap
tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya (Majid,
2011: 12). Dilihat dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki
terjadi tanpa ada lagi pemikiran lagi karena sudah tertanam pada pola pikiran, dan
dengan kata lain keduanya dapat disebut dengan kebiasaan (Dian, 2010: 13).
Menurut Ahmad Tafsir karakter tidak lepas juga dari pendidikan budi
pekerti, budi pekerti adalah perilaku yang tercermin dalam kata, perbuatan, pikiran,
sikap, perasaan, keinginan dan hasil karya (Tafsir, 2004: 16). Dalam hal ini budi
pekerti diartikan sebagai sikap atau perilaku sehari-hari individu, baik keluarga,
maupun masyarakat bangsa yang mengandung nilai-nilai yang berlaku dan dianut
dalam bentuk jati diri, nilai persatuan dan kesatuan dan kesinambungan masa depan
dalam suatu sistem nilai moral, dan yang menjadi pedoman perilaku manusia
Indonesia untuk bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dengan besumber pada
falsafah Pancasila dan diilhami oleh ajaran agama serta budaya Indonesia (Badan
Pertimbangan Pendidikan Nasional, 1995).
Budi pekerti memiliki hubungan dengan etika akhlak dan moral. Moral
adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya. Etika secara singkat adalah batasan baik buruk.
Sedangkan budi pekerti adalah hasil tingkah laku. Pendidikan budi pekerti pun
dimaksudkan sebagai bimbingan atau latihan untuk membentuk tingkah laku yang
baik yang merupakan ungkapan atau ekspresi nilai-nilai mulia. Pendidikan budi
pekerti itu ialah pendidikan yang membentuk perilaku berdasarkan nilai-nilai umum
Dalam hal ini etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik mana
yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat
diketahui akal pikiran. Walau ada yang berpendapat bahwa etika sama dengan
akhlak karena memang keduanya membahas mana yang baik dan buruk tentang
tingkah laku manusia. Tujuan etika dalam pandangan filsafat ialah mendapatkan
ide yang sama bagi seluruh manusia di setiap waktu dan tempat tentang ukuran
tingkah laku yang aik dan buruksejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran
manusia. Untuk lebih jelasnya tentang perbedaan etika dan akhlak (Ya’kub, 1983:
14).
1. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumbe moral, ukuran baik buruknya
perbuatan, didasarkan pada ajaran Allah Swt. Al-qur’an dan As-sunnah.
2. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima oleh seluruh
manusia di segala waktu dan tempat.
3. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia ke jenjang akhlak yang
luhur dan meluruskan perbuatan manusia di bawah pancaran sinar petunjuk Allah
Swt, menuju keridhoannya.