• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA. - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA. - Test Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU

“PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI”

KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA.

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Alin Mujtamiah

111-12-211

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU

“PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA

Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA.

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

Alin Mujtamiah

111-12-211

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Alin Mujtamiah

NIM : 111-12-211

Fakultas :Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari hasil orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat

dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga , Maret 2017

Yang menyatakan,

(5)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi, dan diperbaik, maka skripsi saudara:

Nama : ALIN MUJTAMIAH

NIM : 111-12-211

Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI

Judul :PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “FILSAFAT

PENDIDIKAN AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.

Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga , Maret 2017

Pembimbing

(6)

KEMENTERIAN AGAMA RI

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716

Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]

SKRIPSI

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.

DISUSUN OLEH ALIN MUJTAMIAH

NIM : 111-12-211

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Maret 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.

Sekretaris Penguji : Drs. Abdul Syukur, M.Si.

Penguji I : Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag.

Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.

Salatiga , ….. April 2017

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK)

Suwardi, M.Pd

(7)

MOTTO

“ Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia semakin berkarakter”

“Jadikanlah karakter kita layaknya air, siapapun, apapun, dan sampai

kapanpun akan terus dibutuhkan”

(8)

PERSEMBAHAN

Atas berkah rahmat Allah SWT, karya skiripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku ayahku Nasrodin & ibuku Siti Maemonah yang selalu mendoakan dan

memberikan semangat dukungan materil serta moral hingga aku seperti sekarang.

2. Kedua kakakku Hidayatur Rofina & Imatus Sholekhat serta adikku Cita Chotmillati yang

selalu memberi dukungan dan memberikan motivasi untuk maju sukses.

3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai Ilmu Pengetahuan

Agama dan Ilmu Umum lainnya.

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan

motivasi, pengarahan yang baik dan bimbingan dalam skripsi ini.

5. Semua teman-temanku di IAIN Salatiga khususnya PAI angkatan 2012 yang selalu

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat hidayah-NYA sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Buku Filsafat

Pendidikan Akal dan Hati Karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.” Sholawat dan salam semoga

selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabat

Nabi Muhammad SAW yang selalu setia kepada beliau baginda Rasul. Dengan diutusnya

beliau menjadi Rasul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah

sampai pada zaman modern saat ini dan menyempurnakan Agama Islam agar manusia berada

dijalan Allah yaitu dijalan yang lurus. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama

Islam di IAIN Salatiga.

Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan pengarahan bimbingan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala rendah hati penulis ini

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN

Salatiga.

4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.

(10)

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang memberikan banyak ilmu kepada penulis.

7. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang memberikan layanan serta

bantuan dalam menyelesaikan skripsi.

8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi

kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Demikian ucapan trimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa

semoga bentuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT sebagai

amal Ibadah yang baik dan bisa menolong di hari kiamat kelak. Akhirnya penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi saya dan pembaca

pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahan dan kemampuan, skripsi ini sangat jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis

(11)

ABSTRAK

Mujtamiah, Alin. 2017. 11112211.Pendidikan Karakter Dalam Buku Filsafat Pendidikan Akal Dan Hati Karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.

Kata Kunci: Pendidikan Karakter

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan karakter dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Kemudian untuk mengetahuu relevansi pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir.

Jenis penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian (Library Research) dengan menggunakan deskriptif analisis. Diskriptif analisis ini mengenai blibliografi, hasil ide pemikiran orang lain dengan cara mencari, menganalisis. Penelitian ini menggunakan metode studi tokoh yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi dan pengetahuan. Sebagai pendekatan sejarah (historical approach).

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… iii

KEASLIAN PENULISAN………... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING……… v

PENGESAHAN……… vi

MOTTO………. vii

PERSEMBAHAN……… viii

KATA PENGANTAR……….. x

ABSTRAK……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Rumusan Masalah………... 6

C. Tujuan Penelitian……… 6

D. Manfaat Penelitian……….. 6

E. Metode Penelitian………7

F. Penegasan Istilah……….. 9

(13)

BAB II BIOGRAFI AHMAD TAFSIR DAN KARYA-KARYANYA

A.BIOGRAFI AHMAD TAFSIR………..12

1. Latar Belakang Masalah………..12

2. Karya-karya Ahmad Tafsir………..13

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A.PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT AHMAD TAFSIR…36 1. Pengertian Pendidikan………...36

2. Pengertian Karakter………41

3. Pengertian pendidikan karakter………..46

BAB IV PEMBAHASAN……….58

A.RELEVANSI PENDIDIKAN KARAKTER INDONESIA MENURUT AHMAD TAFSIR……….…58

1. Pendidikan Karakter dalam Sudut Pandang Islam…………58

2. Pendidikan karakter di Indonesia……….63

BAB V PENUTUP……….69

A.Kesimpulan………69

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia,

pendidikan terutama Islam dengan berbagai coraknya yang berorientasi

memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebhagaiaan

dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu

diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan

zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan

Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati tetapi

kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih.

Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari pendidikan, yaitu

sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik).

Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses

pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya

sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009:1). Inilah menjadi titik beda antara pemberian

akal dari Allah kepada manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang

lainnya. Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki

moral, lebih tegasnya yakni “memanusiakan manusia”.

(15)

Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah

tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami

pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologinya yang terbuka pada

lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang

berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan

berpengetahuan (Doni Koesoema, 2011:109). Yang paling utama tujuan yang

paling mendasar dalam pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi

good and smart.

Nurani Soyomukti mengatakan, dalam buku teori-teori pendidikan

bahwa aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan

antara lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku

(Soyomukti, 2010:27). Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan

dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,

kecakapannya serta ketrampilannnya kepada generasi muda usaha

menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun

rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257).

Tindakan preventif pemerintah Indonesia demi terlaksananya

pendidikan karakter, yaitu dengan menumbuhkan dalam tiap mata pelajaran

berupa pendidikan karakter. Tindakan tersebut membutuhkan proses yang

panjang, tetapi hal itu tidaklah bisa terlaksana tanpa adanya komitmen bersama

(16)

Pemerintah menggalakkan program penanaman pendidikan karakter sejak

usia dini. Hal yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran tiap-tiap

individu untuk menerapkan dan mengaplikasikan pendidikan karakter minimal

dalam diri dan keluarga.

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya

ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan

oleh kualitas sumber daya manusiannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa

“Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu

sendiri (Ahmad Tafsir, 2004:2).

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan

karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas

tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah

mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian

dan akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata

pelajaran yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga

banyak menimbulkan masalah bangsa yang yang semakin kompleks yang

mengacu pada masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai

(17)

Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik,

sehingga sifat anak sudah terukir sejak kecil (Ratna Megawangi, 2004:23). Dalam

pendidikan islam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah Swt. Yaitu

Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadist Nabi). Al-Al-Qur’an merupakan sumber referensi

agama islam dalam menentukan berbagai hukum. Dalam surat Al-Baqarah ayat

(1-2):

) ﻢﻟا

۱

) َﻦﯿِﻘﱠﺘُﻤْﻠِﻟ ىًﺪُھ ِﮫﯿِﻓ َﺐْﯾَر ﻻ ُبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻚِﻟَذ (

۲

(

“ Alif Laam miin. Kitab (Al Qur;an) ini tidak ada keraguan padanya:

petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. “(Departemen Agama, 1990:8) Islam

menyebutkan orang yang berperilaku baik dan positif itu mereka orang-orang

yang bertakwa yang tidak meragukan Al-Qur’an. Allah juga menyebutkan bahwa

Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya

adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan

manusia yang seutuhnya (insan kamil).

Memahami sejarah sebuah konsep sungguh sangat penting untuk dapat

memahami dalam konteks apa konsep lahir, dan untuk apa konsep itu

diperjuangkan. Merujuk pada pendapat para tokoh, pemimpin dan pakar

pendidikan dunia yang menyepakati pembentukan karakter sebagai tujuan

pendidikan, maka sejarah pendidikan karakter sama tuanya dengan itu sendiri.

(18)

terlupakan dari dunia pendidikan terutama sekolah. Dalam sejarah islam, sekitar

tahun 1400 tahun yang lalu, Muhammad SAW. Nabi Muhammad menegaskan

bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan

akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).

Tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan

kepribadian manusia yang baik. Bahwa moral dan akhlak atau karakter

merupakan tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Kecerdasan dan

karakter itulah tujuan yang benar dari pendidikan.

Dalam Islam penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak zaman

dahulu adalah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan bagi umat

manusia seluruh alam. Di dunia ini tidak ada satu makhlukpun yang lebih

berkarakter dari pada Nabi Muhammad. Sebagai umat beliau kita wajib

mencontoh keteladanan beliau dalam menanamkan karakter kepada umatnya.

Tulisan-tulisan yang membahas tentang adanya pendidikan karakter sudah

banyak, yang meliputi beberapa aspek dari pendidikan karakter yang sudah

disebutkan di atas. Keterkaitan penulis dalam mengkaji dan memahami ajaran

Islam secara mendalam menginspirasi penulis untuk menuangkan ide dan

memberikan sedikit sumbangsih ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan yang

sedang mengalami kemerosotan, karena tidak adanya tindakan nyata dari

Pemerintah. Pendidikan karakterlah yang sangat diperlukan ketika seseorang

(19)

Melihat latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi

“PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU FILSAFAT UMUM AKAL

DAN HATI TAHUN 2004 TELA’AH PROF. DR.AHMAD TAFSIR

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan,

sebagai berikut:

1) Bagaimana pendidikan karakter dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati

karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir ?

2) Relevansi pendidikan karakter di Indonesia dalam buku filsafat pendidikan

hati dan akal karya Prof.Dr.Ahmad Tafsir ?

C. TUJUAN PENELITIAN

1) Mengetahui pendidikan karakter dalam buku filsafat umum hati dan akal

tela’ah Prof. Dr. Ahmad Tafsir.

2) Mengetahui tinjauan islam tentang pendidikan karakter di Indonesia dalam

buku filsafat umum akal dan hati tela’ah Prof.dr.Ahmad Tafsir.

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Secara teoritis

(20)

b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana pendidikan.

c. Bagi pembaca di harapkan dapat mengambil nilai-nilai yang tersirat dalam

pendidikan karakter dalam prespektif islam.

2. Secara praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui pendidikan

karakter secara praktis.

b. Mendorong kepada pembaca, terutama tenaga pendidik dan pemerintah untuk

lebih mendalami pendidikan karakter dalam prespektif islam.

E. METODE PENELITIAN

Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang dimaksud

adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan

dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek

penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan,

2010:24).

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan

(library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive

of analyze research). Deskriptif analisis ini mengenai blibliografi yaitu pencarian

fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis,

(21)

di lakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk

menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis

pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J, dalam Moleong,

1995:31).

2. Metode Study Tokoh

Usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan

informasi tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau

menghasilkan informasi dan pengetahuan. Sebagai pendekatan sejarah (historical

approach). Study ini sering kali dibicarakan oleh tokoh yang bersangkutan. Dan

metode study tokoh inu memerlukan suatu analisis tersendiri.

3. Sumber data

a.Data primer

Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku filsafat umum akal

dan hati kajian Prof. Dr. Ahmad Tafsir.

b. Data sekunder

Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari sumber-sumber

yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi

lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini.

4. Teknik Analisis Data

(22)

Metode ini digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data,

menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Metode ini

digunakan pula untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap

suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan pemikiran Ahmad

Tafsir.

b. Metode komparatif

Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan beberapa pendapat

para ahli, mengulas, kemudian menarik kesimpulan dari pendapat-pendapat yang

dikutip tersebut. Dalam hal ini pendapat para pakar pendidikan karakter yaitu FW

Foerester.

F. Penegasan istilah

Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran

yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih

dahulu yaitu:

1. Pendidikan karakter

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter

kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan,

dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga

menjadi insan kamil (Sri Narwanti, 2011:14). Jadi banyak aspek yang terkait

dengan nilai-nilai pendidikan karakter menyangkut aspek kognitif, afektif, dan

(23)

2. Prespektif Islam

Merupakan suatu pendapat atau sebuah pandangan yang dikemukakan

seseorang yang mana suatu pandangan tersebut yang berkaitan berdasarkan

Islam tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Sebab Islam merupakan agama

dari Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan

kepada umatnya.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian,

yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.

1. Bagian awal terdiri dari:

Sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan

pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas,

halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,

halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.

2. Bagian inti atau isi

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

(24)

Bab ini akan memaparkan yang terdiri dari Biografi Ahmad tafsir,

dari latar belakng kehidupan beliau, serta menjelaskan isi

karya-karya Ahmad Tafsir.

BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN

Bab ini akan memaparkan tentang pemikiran Ahmad tafsir

tentang pendidikan karakter dalam prespektif Islam.

BAB IV : PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tinjauan islam tentang pendidikan karakter

di Indonesia dalam pandangan Ahmad Tafsir

BAB V : PENUTUP

(25)

BAB II

BIOGRAFI DAN KARYA-KARYA AHMAD TAFSIR

A. Biografi Ahmad Tafsir

1. Latar Belakang Ahmad Tafsir

Ahmad Tafsir, lahir di Bengkulu 19 April 1942. Pendidikannya diawali di sekolah rakyat (sekarang SD) di Bengkulu, melanjutkan sekolah di PGA

(Pendidikan Guru Agama) 6 tahun di Yogyakarta. Selanjutnya belajar di Fakultas

Tarbiyah IAIN Yogyakarta, dan menyelesaikan Jurusan Pendidikan Umum tahun

1969. Tahun 1975-1976 (selama 9 bulan) mengambil kursus Filsafat di IAIN

Yogyakarta. Tahun 1982 mengambil Program S2 di IAIN Jakarta. Tahun 1987

sudah menyelesaikan S3 di IAIN Jakarta juga. Sejak tahun 1970, Ahmad Tafsir

mengajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung, sampai sekarang. Tahun 1993, guru

besar Ilmu Pendidikan ini memelopori berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan

Islam (ASPI). Sejak januari 1997 diangkat menjadi guru besar di Fakultas

Tarbiyah IAIN Bandung (Ahmad tafsir, 2006:343). Saat ini beliau masih hidup,

kini beliau mengajar di salah satu Universitas besar di Bandung yaitu sering kita

dengar dengan Universitas Islam Bandung (UNISBA). Beliau saat ini menjadi

(26)

B. Karya-Karya Ahmad Tafsir

Ahmad Tafsir sebagai guru besar telah banyak mencurahkan pemikirannya

dengan menyusun beberapa karya tulis. Di tengah kesibukannya ia mampu

menuangkan gagasan dan pemikirannya yang dapat dilihat dan dikaji, diantaranya

karya tulis yang sudah di publikasikan antara lain:

1. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)

Buku ini berisi sepuluh bab dan diantara bab tersebut yang diletakkan

sebagai bab pertama adalah tentang hakikat manusia. Sebabnya dijadikan bab

pertama adalah menurut Ahmad Tafsir harus dibicarakan lebih dahulu tentang siapa

manusia itu sebenarnya. Yang berarti pula harus berbicaratentang hakikat

manusia.Pendidikan yang baik harus didesain sesuai dengan pengertian kita tentang

hakikat manusia.Apa hakikat manusia? Penjelasan yang terbaik tentang hakikat

manusia ialah penjelasan dari pencipta manusia itu.Penjelasan oleh rasio manusia

mempunyai kelemahan karena akal itu terbatas kemampuannya. Bukti terbaik

tentang keterbatasan akal ialah akal itu tidak mengetahui apa akal itu sebenarnya

(Ahmad Tafsir, 2006:14).

Berikut dijelaskan hakikat manusia menurut Al-Qur’an adalah kitab yang

secara ilmiah terbukti memuat firman Allah. Menurut Al-Qur’an, manusia adalah

makhluk ciptaan Allah.Jadi manusia itu berasal dan datang dari Allah. Bila ada

argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan dan

argument itu lebih kuat ketimbang argument bahwa manusia adalah ciptaan Allah,

(27)

ciptaan Allah. Dan bila itu yang diambil maka harus juga dijelaskan bagaimana cara

munculnya manusia itu. Kemungkinan ini (manusia bukan ciptaan Tuhan) sangat

tidak mungkin.

Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur

jasmani (material).Sebagaimana disyaratkan dlam Al-Qur’an. Dan carilah pada apa

yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan

janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat

baiklah kepada orang lain. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan

janganlah kamu berbuat kerusakan (QS. Al-Qashah:77) (Soenarjo, 1992:623). Di

dalam surat Al-A’raf ayat 31 Allah berfirman

ُﺧ َمَدآ ﻲِﻨَﺑ ﺎَﯾ َﻦﯿِﻓِﺮْﺴُﻤْﻟا ﱡﺐِﺤُﯾ َﻻ ُﮫﱠﻧِإ ۚ اﻮُﻓِﺮْﺴُﺗ َﻻَو اﻮُﺑَﺮْﺷاَو اﻮُﻠُﻛَو ٍﺪِﺠْﺴَﻣ ﱢﻞُﻛ َﺪْﻨِﻋ ْﻢُﻜَﺘَﻨﯾِز اوُﺬ

Yang artinya: “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang idah di setiap

(memasuki) masjid makan dan minulah, dan janganlah berlebih-lebihan.

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. (QS.Al-A’raf :

31) Yang mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu

keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani.

Pentingnya fungsi jasmani dalam islam terlihat juga di dalam surat Al-Baqarah ayat

(28)

Yang artinya: “Dan kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu

“salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan

kepadamu.Dan tidaklah menganiaya diri mereka sendiri.(QS. Al-Baqarah:57)

(Soenarjo, 1992:18).

Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Allah berfirman

"(QS.Al-Baqarah:60) (http//alqur’anonlinebaiturrahman.com).

2. Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,

2002)

Buku ini terdiri dari sepuluh bab, yang mana buku ini diuraikan

pengertian “metodologi” yang dihubungkan dengan “pengajaran agama islam”.

Menurut Ahmad Tafsir bahwa pengalamannya banyak orang menerjemahkan

atau menyamakan pengertian “metode” dengan “cara”. Ini tidak seluruhnya

salah. Memang metode jug adapt diartikan dengan cara. Untuk mengetahui

pengertian metode secara tepat dapat melihat penggunaan kata metode dalam

bahasa Inggris.Dalam bahasa Inggris ada kata way dan ada kata method. Kedua

kata tersebut sering diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya

yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata way itu,bukan kata method

(29)

Jika saya bertanya “bagaimana cara jalan ke Jakarta?” Maka disini saya

tidak dapat menggunakan kata method, untuk kata cara, saya harus menggunakan

kata way. Jika saya bertanya “bagaimana cara yang paling tepat mengajarkan

shalat pada siswa kelas 1 SD?” Maka disini untuk kata cara saya harus

menggunakan kata method, bukan way. Jadi apa sebenarnya apa metode itu?

Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “ cara

yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “ paling cepat

dan tepat “ itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti

cara) dalam bahasa Inggris.

Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat. Maka dalam

urutan kerja dalam suatu metod harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah.

Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil dari eksperimen. Kita tahu

bahwa suatu konsep yang dieksperimenkan haruslah telah lulus uji teori, dengan

kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh

dieksperimenkan. Berdasarkan uraian diatas itu dapat disimpulkan bahwa

metode pengjaran agama islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam

mengajarkan agama islam. Kata tepat dan cepat inilah yang sering diungkapkan

dalam ungkapan “efektif dan efisien”. Kalau begitu metode pengajaran agam

islam ialah cara yang efektif dan efisien dalam mengerjakan agama islam.

Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami siswa secara

(30)

Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah

pengajaran yang yang berfungsi untuk setiap siswa.Yang mana arti dari

berfungsi ialah menjadi milik siswa, pengajaran itu membentuk dan

mempengaruhi pribadinya.Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang

tidak memerlukan peralatan yang mahal.

Bila peralatan itu tidak tersedia maka terpaksa konsep itu diajarkan

kurang cepat. Misalnya saja pengajaran shalat di sekolah dasar, ini akan cepat

bila guru menggunakan rekaman video sholat. Apabila peralatan itu tidak

tersedia maka terpaksalah guru mengajarkannya melalui metodedemonstrasi,

hasilnya akan cepat juga, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama.

Bagaimana cara yang tepat dan cepat dalam mengajarkan agama

islam? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Justru menurut Ahmad Tafsir buku

ini adalah usaha menjawab pertanyaan itu setelah membaca seluruh isi buku ini

akan tahu juga bahwa isi buku ini belum menjawab secara keseluruhan.

Bagaimana cara yang cepat dan tepat dalam mengajarkan agama islam? Untuk

menjawab pertanyaan ini perlu diperjelas dahulu beberapa konsep.Pertama siapa

yang diajar?Anak-anak, remaja, atau orang tua?Kedua, berapa jumlahnya?Satu

orang, tiga orang, satu kelas 50 orang, pengajian umum yang dihadiri 200 orang?

Ketiga, seberapa dalam agam islam itu diajarkan? Mendalam, sedang-sedang

saja, atau sekilas berupa pengantar?Dan masih banyak lagi pertanyaan lain, jadi

jelaslah bahwa pertanyaan tadi tidak mudah dijawab. Buku ini hanya

(31)

di rumah tangga yang dilaksanakan oleh ayah dan ibu. Jadi, buku ini hanya

mencoba menjawab sebagian kecil saja dari pertanyaan itu, itupun pasti belum

lengkap. Anda bertanya, mengapa tidak dilengkapkan sekalian. Saya beri tahu

anda: ilmu tidak pernah lengkap.

Bilamembicarakan metode mengajar, umumnya orang menjelaskan

terlebih dahulu berbagai macam metode mengajar secara umum.Ini disebut

metode pengajaran umum atau metode umum.Banyak sekali macamnya, seperti

metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, karya wisata,

dan lain-lain.Bila diteruskan maka jumlahnya 20-an, dan itu dapat bertambah

terus, hal tersebut dapat disebut dengan metode umum.Dikatakan umum karena

dapat digunakan dalam mengajarkan apapun juga. Apakah metode-metode

umum itu dapat digunakan dalam mengajarkan agama islam? Bisa dikatakan

mungkin bisa dan mungkin saja tidak bisa, mungkin sebagian iya dan sebagian

tidak.

Maka dari itu kita harus membahas metode itu satu demi satu, dan

pembahasan metode-metode itulah antara lain yang menjadi isi metodologi

pengajaran pengajaran agama islam. Tetapi buku ini tidak membicarakan hal itu.

Jadi apa yang dibahas dalam buku ini? Buku ini membahas cara yang paling

tepat dan cepat cara mengajarkan agam islam di SMP dan SMA. Tetapi tidak

membahas macam-macam metode umum, tidak juga membahas metode umum

yang mana yang dapat digunakan untuk mengajarkan agama islam. Buku ini

(32)

atau teaching steps.Memang pembicaraan mengenai langkah-langkah mengajar

juga dapat dimasukkan dalam metodologi pengajaran.

Langkah-langkah mengajar dimulai dengan membuat lesson

plan.Lesson plan itu dibuat sebelum mengajar.Lesson plan itu banyak macamnya

itu ditentukan oleh banyak hal, sepertioleh tujuan pengajaran, kemampuan guru,

peralatan yang tersedia, waktu, tempat, dan lain-lain.Namun ada teori dasar

dalam membuat lesson plan. Teori dasar itu adalah apa yang disebut basic

teaching model (model pengajaran dasar).Teori ini diambil dari Robbert Glaser.

Inilah induk dari semua model lesson plan.Teori Glaser berisi empat langkah

dalam membuat lesson plan. Langkah pertama dalam pembuatan lesson plan

adalah merumuskan tujuan. Ini dibahas secara mendalam dalam buku

ini.Sekalipun telah dicoba disederhanakan, tetap saja cukup banyak konsep yang

harus dibahas disini.Langkah kedua adalah entering behavior.

Bagian ini membahas tentang bagaimana memulai pelajaran

inti.Salah memulai pengajaran, dapat berakibat fatal pada siswa.Yang paling

penting pada bagian ini adalah mengetahui apakah siswa telah siap menerima

pelajaran baru, apakah konsep-konsep pre-requisitenya telah dikuasai siswa.Dan

ingatlah itu karena itu bukan pre-test.Yang ketiga adalah teaching steps itu

sendiri.Pembahasan disini luas sekali karena bagian inilah adalah bagian pokok

(33)

Langkah-langkah dalam pengajaran ketrampilan akan berbeda

dengan langkah-langkah pengajaran kognitif. Langkah dalam pengajaran

ketrampilan itupun tidak satu macam, demikian juga dalam pengajaran

kognitif.Terakhir ialah evaluasi pada akhir pengajaran hari demi

hari.Pembahasan yang empat inilah yang disebut dengan Metodologi Pengajaran

Agama Islam. Dengan demikian Metodologi Pengajaran Agama Islam ialah

pembasan tentang cara-cara membuat lesson plan agama islam.

Kelihatannya mudah saja, toh hanya langkah-langkah. Tidak juga

karena orang baru mungkin mampu membuat lesson plan (yang intinya

langkah-langkah mengajar) bila ia banyak mengetahui banyak hal seperti menguasai

bahan pengajaran,mengetahui berbagai metode mengajar umum, mengetahui

psikologi pendidikan, mengetahui teori-teori belajar, memahami penggunaan

alat, mampu mengatur waktu dan lain-lain. Dengan demikian, tidak mungkin

hanya menguasai teori cara membuat lesson plan saja.

Secara ringkas, metodologi ialah pembahasan tentang metode atau

metode-metode. Metodologi pengajaran agama islam adalah pembahasan tentang

metode atau metode-metode pengajaran agam islam. Sedangkan metodologi

pengajaran agama islam yang dibahas dalam buku ini ialah teori –teori tentang

langkah-langkah dalam pengajaran agama islam kenyataannya yang dibahas

(34)

3. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)

Buku ini berjumlah empat bab. Dalam buku ini diuraikan Ahmad

Tafsir bahwa orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit

kebingungan dalam menghadapi kata “ilmu”, dalam bahasa Arab al-ilm

berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata “ilmu” dalam bahasa

Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Imu dalam arti science

seharusnya diterjemahkan sains saja.Maksudnya agar orang-orang yang

mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (sain) dengan

kata al-ilm yang berarti knowledge.

Dalam buku ini yang diuraikan tidak hanya pengetahuan sains

(science), diuraikan juga seluruh yang disebut pengetahuan termasuk

pengetahuan yang “aneh-aneh” seperti pellet, kebal, santet, dan lain-lain. Apa

yang disebut dengan pengetahuan itu? Menurut Ahmad Tafsir pengetahuan

ialah semua yang diketahui. Menurut Al-Qur’an, tatkala manusia dalam perut

ibunya, ia tidak tahu apa-apa.

Kalaupun bayi yang baru lahir itu menangis barangkali bayi itu

kaget saja, mungkin matanya merasakan silau atau badannya merasa dingin.

Dalam rahim bayi tidak merasakan silau maupun kedinginan, lantas ia

menangis. Tatkala bayi itu menjad orang dewasa, katakanlah ketika ia telah

(35)

Begitu banyaknya sampai-sampai ia tidak tahu lagi berapa banyak

pengetahuannya dan tidak tahu lagi apa saja yang diketahuinya, bahkan

kadang-kadang ia juga tidak tahu apa sebenarnya pengetahuan itu. Semakin

bertambah umur manusia itu semakin banyak pengetahuannya.

Dilihat dari segi motifnya pengetahuan itu dapat diperoleh dari dua

cara. Yang pertama, pengetahuan pengetahuan yang diperoleh begitu saja,

tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa ingin tahu

lantas ia tahu-tahu ia mngerti dan faham. Yang kedua, pengetahuan yang

didasari dengan motif ingin tahu, pengetahuan diperoleh karena diusahakan

biasanya karena belajar (Ahmad Tafsir, 2004:3).

Dari mana rasa ingin tahu?Saya tidak tahu dari mana dari

mana.Barangkali rasa ingin tahu yang ada pada manusia itu sudah built-in

dalam pencipataan manusia, jadi rasa ingin tahu itu sudah takdir. Manusia

ingin tahu dengan cara ia selau mencari. Dan pada akhirnya manusia tahu

akan sesuatu.Yang pada intinya pengetahuan itu adalah semua yang diketahui.

Salah satu tujuan perkuliahan filsafat pengetahuan ialah ia agar memahami

kapling tentang pengetahuan akan dapat memperlakukan.

Masing-masing pengetahuan itu sesuai dengan kaplingnya. Yang

akan dibahas berikut ini hanyalah pengetahuan yang diushakan. Seseorang

ingin tahu, jika jeruk ditanam buahnya apa. Ia menanam bibit jeruk. Ia tunggu

(36)

Tahulah ia bahwa jeruk berbuah jeruk. Pengetahuan jenis inilah yang disebut

penetahuan sain (scientific knowledge).

3. Filsafat Pendidikan Akal dan Hati (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,

2004)

Buku ini berjumlah lima bab. Dalam buku ini diuraiakn bahwa

maanusia membawa sejak lahir (innate) kata hati(suara hati) yang bersifat

imperative. Suara hati adalah suara yang selalu mengajak menjadi orang yang

baik. Akhlak itu sifat baik buruknya terdapat didalam diri seseorang. Mereka

memiliki akhlak yang berbeda-beda.Akhlak itu ada pada diri seseorang bukan

bawaan dari Allah.Akhlak tumbuh dengan hati yang bersih, tidak lepas

dengan karakter, karakter itu bisa dikatakan dengan sifat. Sifat seseorang itu

berbeda beda ada yang memiliki sifat keras, lemah lembut mudah bergaul,dan

sebagainya. Karakter merupakan watak atau tabi’at seseorang yang memiliki

perbedaan dengan yang lain. Karakter bisa dikatakan dengan khas seseorang.

Karakter muncul disebabkan adanya faktor lingkungan disekitar. Yang mana

membawa dampak pada diri seseorang dengan berbagai macam karakter khas

seseorang.

Begitu juga dengan rasa moral, rasa moral itu bukan ciptaan dari

Allah yang ditanamkan pada dalam diri manusia.Moral itu tidak

absolute.Moral itu adalh aturan berbuat yang bervariasi sesuai dengan variasi

kelompok masyarakat. Dengan kata lain, mereka ingin mengatakan bahwa

(37)

dengan masyarakat (lingkungannya).Moral itu dibentuk oleh pengaruh

lingkungan. Demikian kata mereka persoalan ini dapat dilihat dengan cara

lain.

Suara hati itu merupakan antenna ketiga manusia. Manusia

memiliki tiga antenna: indera, akal, hati atau rasa. Daerah ketiga ini tidak

dapat dimasuki oleh antenna kedua (akal), apalagi oleh antenna pertama

(indera). Al-Ghazali telah menyatakan lebih jauh tatkala ia membicarakan

cara menghidupkan suara hati agar ia mampu memahami rahasia daerah ghaib

tersebut.Cara menghidupkan suara hati itu, menurut Al-Ghazali ialah dengan

menghentikan kemaksiatan atau perbuatan yang menimbulkan dosa (tobat),

berbuat baik, perenungan, dan menghentikan kerja logika.Inilah yang disebut

dengan thariqah atau metode Al-Ghazali (Ahmad Tafsir, 2004: 249). Di dalam

islam, misalnya ada satu contoh yang baik untuk memperlihatkan salah satu

persoalan yang hanya dapat dipahami oleh suara hati, yaitu mengenai takdir

atau nasib manusia.

4. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam (Bandung: PT Rosdakarya,

2004)

Buku ini berjumlah lima bab. Dalam buku ini diuraikan bahwa

Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah

teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Jika membuka buku ilmu bumi,

(38)

sejarah. Maka isi dari ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan

berdasarkan ajaran islam. Apakah ada teori yang tidak berdasarkan

Islam?Inilah salah satu persoalan yang perlu dibahas di dalam ilmu

pendidikan Islam. Akan tetapi, apakah isi ilmu hanya kumpulan teori? Secara

esensial emang ya, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah

hanya teori. Jadi lengkapnya isi ilmu adalah:

1) Teori.

2) Penjelasan tentang teori itu sendiri.

3) Pendukung dari penjelasan.

Apabila membuka buku tentang ilmu pendidikan Islam,

sewajarnyalah menemukan tiga macam isi tersebut.Ilmu pendidikan Islam

adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa

oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi tentang seperangkat ajaran tentang

kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada

Al-Qur’an dan Hadis serta akal.Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam

adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis serta akal.

Penggunaaan dasar ini haruslah berurutan , maka Al-Qur’an yang

terlebih dahulu bila tidak ada atau tidak jelas di dalam A-Qur’an maka harus

dicari di dalam hadis, apabila kurang jelas atau tidak ada di dalam hadis,

barulah menggunakan akal (pemikiran) tapi temuan akal itu tidak boleh

bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an atau Hadis. Oleh karena itu, teori dalam

(39)

serta argument (akal) yang menjamin teori tersebut.Jadi pembuatan dan

penulisan teori dalam ilmu pendidikan Islam tidak jauh berbeda dari

pembuatan dan penulisan teori dan fikih.

Pada uraian diatas sudah mulai jelas apa sebenarnya ilmu pendidikan

Islam itu. Agar lebih jelas ada beberapa konsep yang bersangkutan dengan itu

yang perlu diuraikan lebih lanjut yaitu:

1) Apa sebenarnya perbedaan antara ilmu pendidikan Islam dan filsafat

pendidikan Islam.

2) Bagaimana penjelasan bahwa isi ilmu adalah teori, dan apa sebenarnya

yang dimaksud dengan teori.

3) Mengapa ilmu pendidikan Islam harus berdasarkan Islam.

Pertanyaan-pertanyaan di atas sesungguhnya amat mendasar.

Jawaban terhadap pertanyaan itu akan merupakan landasan epistemologis

untuk ilmu pendidikan Islam, sekurang-kurangnya untuk sebagian. Uraian

tentang jawaban pertanyaan itu juga akan memperjelas posisi ilmu Pendidikan

Islam terhadap filsafat pendidikan Islam yang selama ini dirasakan belum

begitu jelas. Jawaban itu juga akan memperlihatkan posisi teknik pendidikan

Islam terhadap filsafat dan ilmu pendidikan Islam. Jawaban terhadap ketiga

pertanyaan di atas juga akan menghapus kebingungan selama ini dalam

membedakan konsep filsafat, ilmu, dan teknik itu sendiri secara umum.

(40)

Islam, mana teori pendidikan Islam, dan mana teknik pendidikan Islam

(Ahmad Tafsir, 2004:12).

Di dalam buku atau artikel yang membicarakan (katanya) filsafat

pendidikan Islam tidak jarang akan ditemukan uraian atau pembahasan selain

filsafat pendidikan Islam, juga ilmu pendidikan Islam: bahkan kadang-kadang

teknik pendidikan Islam menyelip juga di sana. Apabila membuka buku yang

berjudul atau artikel yang membahas ilmu pendidikan Islam, juga akan

menemukan selain uraian tentang ilmu pendidikan Islam, juga pembahasan

tentang filsafat pendidikan Islam, kadang-kang teknik pendidikan Islam juga

terselip juga di sana. Sebenarnya uraian seperti itu tidaklah amat salah boleh

saja membuat uraian seperti itu.Kadang-kadang memang tidak dapat begitu

konsisten hanya membuat uraian yang 100% filsafat yang didalamnya

kadang-kadang harus berbicara juga tentang konsep-konsep ilmu (sains)

bahkan tentang teknik.Akan tetapi sebaliknya, bila tentang filsaat konsep sains

atau teknik itu hanya digunakan sebagai pembantu dalam menjelaskan. Di

pihak lain pembaca harus mempunyai kriteria terlebih dahulu tentang mana

filsafat, sains, dan teknik.

Apa sebelumnya perbedaan antara filsafat dan ilmu (sains) itu?

Berikut ini Ahmad Tafsir menjelaskan dengan menggunakan matriks

pengetahuan manusia.Pengetahuan ialah semua yang diketahui.Semua yang

(41)

berikut.Pengetahuan manusia jenis pertama ialah pengetahuan sains.Ini adalah

terjemahan tepat untuk kata dalam bahasa Inggris science.Bila science

diterjemahkan dengan ilmu, maka timbullah kebingungan. Ilmu bagi orang

Indonesia, yang umumnya telah dipengaruhi rasa bahasa Arab dapat berarti

pengetahuan (knowledge).

Anehnya di Indonesia dikenal juga ilmu filsafat.Jelas, bagi orang

Indonesia pada umumnya ilmu diartikan pengetahuan.Oleh karena itu,

alangkah baiknya bila science itu di Indonesiakan menjadi sains seperti orang

Malaysia yang melakukannya. Jadi untuk ilmu pendidikan pakai saja sains

pendidikan. Akan tetapi, di sini mengalami kesulitan karena kata ilmu

pendidikan telah dibakukan di dalam kurikulum sekolah-sekolah. Di dalam

buku ini diguanakan istilah “ilmu pendidikan” tetapi dalm ilmu sains

pendidikan.

Ilmu sains adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh

dengan riset terhadap objek-objek yang empiris benar tidaknya suatu teori

sains (ilmu) ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris.

Bila teori itu logis ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi ada

bukti empiris, itu namanya pengetahuan khayal. Contohnya: bila ada gerhana,

pukullah kentongan, gerhana itu akan menghilang.Pernyataan ini benar dalam

arti dapat dibuktikan secara empiris. Coba saja bila ada gerhana pukul terus

(42)

logis: apa hubungan antara gerhana dengan kentongan yang dipukul? Ternyata

kentongan tidak dipukul pun gerhana menghilang juga.Oleh karena itu, karena

tidak logis sekalipun ada bukti empiris, pengetahuan jenis ini bukan sains.

Pengetahuan ini dinamakan dengan pengetahuan khayal.Akan

tetapi pengetahuan jemis ini banyak juga dimiliki oleh masyarakat, mengapa?

Sulit untuk dijawab apa alasanya, jadi kesimpulnnya sains(ilmu) adalah

pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti yang empiris. Kaidah ini

diguanakan dalam ilmu pendidikan Islam haruslah dapat diuji secara logis dan

sekaligus empiris. Bila kurang satu saja, maka ia bukan ilmu pendidikan

Islam.Adapun filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja,

tentang objek-objek yang abstrak.Bisa saja objek penelitiannya kongkrit,

tetapi yang ingin diketahuinya adalah bagian abstraknya. Suatu teori filsafat

benar bila ia dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan untuk

selama-lamanya tidak akan dapat dibuktikan secara empiris, maka ia segera berubah

menjadi ilmu. Berdasarkan itu maka filsafat pendidikan Islam adalah

kumpulan teori pendidikan Islam yang hanya dapat dipertanggungjawabkan

secara logis dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.

Untuk melengkapinya dalam buku ini diuraiakan sekaligus

pengetahuan jenis ketiga, yaitu pengetahuan mistik.Kata mistik adalah istilah

yang digunakan sementara sebelum ditemukan istilah yang lebih

(43)

supralogis, atau suprarasional, atau metarasional.Pengetahuan ini bukan

diperoleh dengan indera seperti pada sains, bukan pula dengan akal seperti

pengetahuan filsafat.Bukan dengan akal supraakal, di atas akal. Pengetahuan

jenis ini diketahui dengan dengan cara merasakan,mempercayai begitu saja.

Rasa itullah yang bekerja untuk menerima dan memperoleh pengetahuan jenis

ini.Pengetahuan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebangsanya bukan

diperoleh lewat akal, melainkan diperoleh lewat iamn, iamn itu adalah

hakikatnya adalah rasa.Untuk memperjelas pengertian ketiga macam

pengetahuan itu Ahmad memberikan contoh sederhana sebagai berikut ini:

siapa yang membuat hukum itu? Setelah ditemukan bahwa yang membuat

hukum itu pasti yang maha pintar.

Pengetahuan bahwa gene itu dibuat oleh yang mahapintar masih

merupakan pengetahuan filsafat karena diperoleh dengan berpikir, dan tidak

mungkin dapat dibuktikan secara empiris.Yang mahapintar itu di sebut

Tuhan.Kata Tuhan di sini hanyalah suatu istilah, bukan filsafat. Teori-teori di

dalam filsafat pendidikan Islam adalah teori-teori seperti itu: logis dan tidak

mungkin dibuktikan secara empiris. Batas ini mulai jelas: kapling sains ialah

logis-empiris, kapling filsafat (juga filsafat pendidikan Islam) ialah logis saja

tuhan tidak dapat dipahami dengan akal untuk mengetahui Tuhan mesti

(44)

Kerja hati pada dasarnya adalah iman.Untuk mencapai iman

diperlukan pelatihan.Pelatihan itu dalam bahasa Arab adalah riyadlah.Dengan

melakukan pelatihan secara intensif, konon ada orang yang mampu melihat

Tuhan, mampu berhasil melihat surga, neraka dan sebagainya. Pengetahuan

jenis ini sungguh amat subjektif, sama subjektifnya dengan mengukur

manisnya gula, rasa naik sepeda, rasa sedih dan gembira. Oleh karena itu sulit

diukur dengan menggunakan ukuran yang disepakati.

Cara mengukurya adalah dengan mengalami seperti yang

dilakukan oleh orang yang telah mencapai pengetahuan itu.Jadi ada tiga

macam pengetahuan yaitu sains, filsaft, dan mistik.Mengenai pengetahuan

seni, ini belum dapat diselesaikan secara memuaskan.Kelihatannya

pengetahuan jenis ini merupakan pengetahuan hasil kerja indera, akal, dan

hati, dan hati mengambil porsi yang paling terbesar. Bagaimana dengan teknik

pendidikan Islam?Teknik yang dimaksud di sini bukanlah teknologi, teknologi

masih berada pada daerah sains, selevel dengan sains.Teknik adalah juklak

(petunjuk pelaksanaan) teori-teori sains. Yang dimaksud dengan teknik adalah

manual, yaitu cara operasional dalam melaksanakan ajaran-ajaran teori.

Bagaimana kedudukan teknik ini dalam struktur pengetahuan tadi? Bagi umat

muslim sumber pengetahuan adalah Allah, tidak ada pengetahuan selain yang

(45)

Yang artiya: Mereka menjawab: maha suci engkau tidak ada yang kami

ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya

engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana (al-baqarah:32)

(http//Al-Qur’an online.com)

Sumber pertama ini sekarang sudah ada di dalam Al-Qur’an dan

hadis Rasul Saw. Inilah kebenaran yang pertama (kebenran tingkat

pertama).Manusia menafsirkan ayat atau hadis itu.Sudah sewajarnya

penafsiran itu tidak satu macam.Oleh karena itu terdapatlah lebih dari satu

tafsir. Tafsir ini sebenarnya berada pada tingkat kedua: ini adalah tingkat

filsafat.Filsafat dapat melahirkan lebih dari satu teori pada tingkat sains, dan

satu teori sains dapat melahirkan lebih dari satu manual.Manual inilah yang

sering disebut dengan teknik.Jadi jika wahyu berada pada tingkat pengetahuan

yang paling atas, maka manual merupakan pengetahuan pada tingkat yang

paling bawah: wahyu paling baah dan manual yang paling kongkrit.

Sistem pengetahuan barat kelihatannya hampir sama dengan sistem

pengetahuan Islami, bedanya ialah dengan pengetahuan barat biasanya level

satu (wahyu) tidak dimasukkan sebagai satu tingkat pengetahuan.Teori

(46)

tempat di dalam sistem pengetahuan Islami itu.Jadi teknik atau

manual-manual itu sebenarnya tidaklah liar tetapi mempunyai gantungan ke atas. Jika

firman Allah itu level pertama dan teori filsafat level kedua bersifat universal,

berlaku diamana saja dan kapan saja, maka teori sains level tiga tingkat ke

universalannya mulai menurun. Sebuah teori sains dapat saja berlaku pada

masa tertentu, tetapi salah pada masa yang lain: benar di tempat tertentu tetapi

tidak benar di tempat lain. Sekalipun demikian tingkat”keumumannya” jauh

lebih tinggi dibandingakan dengan keuniversalan teknik (manual). Teknik

benar-benar terbatas keuniversalannya.Teknik dapat berubah dengan cepat,

hanya berlaku pada lokasi-lokasi tertentu. Pemikiran Ahmad Tafsir tidak

hanya seputar pendidikan Islam dalam arti sempit, melainkan juga ia sebagai

salah seorang pakar pendidikan Islam dapat dilihat pemikirannya tentang

ekonomi dan social. Dalam sector ekonomi, Ahmad Tafsir melihat bahwa

krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan

oleh:Sistem ekonomi Indonesia yang tidak berorientasi kerakyatan.

Rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia disebabkan sikap

ketergantungan pada luar negeri dan hutang negara yang demikian tinggi

sehingga untuk menutupi bunganya saja sudah kesulitan, hal itu tampak

manakala sudah jatuh tempo maka Indonesia selalu meminta re scheduling

(penjadwalan baru jatuh tempo hutang).Tingginya tingkat korupsi di kalangan

birokrasi di Indonesia.Lemahnya sumber daya manusia. Moralitas bangsa

(47)

Dalam aspek social, Ahmad Tafsir melihat kenyataan masih

banyaknya orang yang kurang peduli terhadap sesamanya, hal itu terbukti dari

semakin pudarnya sikap gotong royong dan makin menipisnya ikatan batin

antara anggota masyarakat. Ahmad Tafsir melihat masyarakat Indonesia

makin terjebak pada budaya individualitas tanpa memperdulikan sesame

sehingga satu sama lain kurang mengenal dan tidak terjadinya hubungan yang

(48)

BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN

A. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN AKAL DAN HATI KARYA AHMAD TAFSIR

1. Pengertian Pendidikan

Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, pendidikan

terutama Islam dengan berbagai coraknya yang berorientasi memberikan bekal

kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebhagaiaan dunia dan akhirat. Oleh

karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan

aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan

temporal, agar peserta didik dalam pendidikan islam tidak hanya berorientasi pada

kebahagiaan hidup setelah mati tetapi kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih.

Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari pendidikan, yaitu

sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan

kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan,

baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo

dan Ukim, 2009:1).

Inilah menjadi titik beda antara pemberian akal dari Allah kepada

manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang lainnya. Kita harus

menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni

(49)

Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah

tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan

dan perkembangan. Struktur antropologinya yang terbuka pada lingkungan

memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar

dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan

(Doni Koesoema, 2011:109). Yang paling utama tujuan yang paling mendasar dalam

pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.

Nurani Soyomukti mengatakan, dalam buku teori-teori pendidikan bahwa

aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain:

penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku (Soyomukti, 2010:27).

Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua

untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta

ketrampilannnya kepada generasi muda usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi

fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257).

Kata “Islam” dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan

tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam. Apa pendidikan itu menurut Islam?

Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu dibahas definisi pendidikan menurut

para pakar, setelah itu barulah dibahas apa pendidikan itu dalam prespektif atau

sering kita dengar dalam pandangan Islam Pembahasan tentang apa pendidikan itu

(50)

hadis, serta diambil juga dari pendapat para pakar pendidikan islam maupun pakar

pendidikan umum (Maulana, 2000: 4).

Pendidikan menurut orang awam, adalah mengajari murid di sekolah,

melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke

masjid atau ketempat beribadah, melatih anak dalam seni dan lain-lain. Menurut

Ahmad Tafsir pendidikan mengawali dengan mengutip definisi dari Ahmad D

Marimba yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh di pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si

terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1998: 20).

Menurut Ahmad Tafsir bahwa di Indonesia agaknya definisi ini telah

begitu mapan. Boleh menanyai mahasiswa yang belajar ilmu pendidikan tentang

definisi pendidikan. Akan tetapi definisi itu masih terlalu sempit, belum mencakup

seluruh kegiatan yang disebut pendidikan. Pendidikan itu terbatas pada kegiatan

pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa ora, jadi ada yang mendidik.

Kenyataanya dalam proses pengembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya

dipengaruhi oleh orang lain ia juga menerima pengaruh (entah bimbingan, entah

bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia, itu dapat diterima dari kebudayaan,

alam fisik dan lain-lainnya, maka dari situlah menyatakan bahwa pendidikan itu

menyangkut seluruh pengalaman (Lodge, 1974:23).

Bagaimana dengan definisi Marimba? Definisi itu baik, tetapi belum

(51)

Definisi itu mencukupi bila membatasi pendidikan hanyalah yang berupa pengaruh

seseorang kepada orang lain dengan sadar dan sengaja. Pendidikan oleh diri sendiri,

pendidikan oleh lingkungan tidak dimasukkan sebagai pendidikan.

Pengaruh-pengaruh yang disebut terakhir ini disebut Pengaruh-pengaruh saja bukan pendidikan. Jadi

pengaruh dari orang disebut pendidikan sedangkan pengaruh dari selain orang disebut

pengaruh saja (Zahra Idris, 1981:9). Di sini pendidikan itu malahan sudah amat

sempit pengertiannya: pendidikan adalah pengajaran. Jika hendak mengambil

pengertian pendidikan yang sempit. Alfred North Whitehead mengambil pengertian

pendidikan yang sempit. Ia menyatakan bahwa pendidikan adalah pembinaan

ketrampilan menggunakan pengetahuan. Lodge menyatakan bahwa pendidikan dalam

pengertian sempit malahan sekadar pendidikan di sekolah. Akan tetapi harus

konsisten, bila pengertian yang sempit yang digunakan, maka pengaruh selain dari

seseorang kepada orang lain harus dianggap bukan pendidikan itu bisa berpengaruh

(Syaiful Bahri, 2000:22).

Menurut Ahmad Tafsir sulitnya merumuskan definisi pendidikan

disebabkan antara lain oleh:

1. Banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan

2. Luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.

Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat dibagi tiga macam yaitu:

Adapun binaan pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah

(52)

pendidikan juga ada tiga pokok yaitu, di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan di

sekolah. Sebenarnya, definisi pendidikan dapat saja disusun, tetapi definisi itu akan

panjang sekali. Bila tidak panjang definisi itu akan panjang sekali. Inilah sebabnya

sebagian orang bahkan semua orang lebih senang mengambil definisi pendidikan

dalam arti sempit saja, yaitu pendidikan sebagai bimbingan yang sadar oleh seseorang

(pendidik) kepada orang lain (anak didik) agar ia menjadi orang yang lebih baik ini

adalah definisi pendidikan oleh Marimba. Kemudian kata pendidikan secara umum

adalah upaya memengaruhi orang lain agar berubah pola pikir, ucapan, perbuatan,

sifat dan wataknya sesui dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan

Setelah mengemukakan pengertian pendidikan dari para pakar, maka

Ahmad Tafsir mengemukakan pendapatnya bahwa dalam pengertian yang luas yaitu,

pendidikan ialah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya dengan penjelasan

bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh

diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan

oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.

Ahmad Tafsir berpendapat jadi keberhasilan seseorang dan suatu bangsa

dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber

daya alam, tetapi sangat ditentukan dengan kualitas sumber daya manusianya. Bukan

ada yang mengatakan bahwa “bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter

bangsa (manusia) itu sendiri.” Karena tujuan pendidikan secra umum adalah untuk

(53)

Kalau anda memegang bawang merah dan anda mengupasnya bagian luar. Anda

mengupas kulit bawang: anda mendapatkan kulit bawang. Dan anda kupas terus, pada

bagian paling dalam anda akan menemukan bawang yang amat kecil. Ini adalah

“lembaga” (kotiledon) bawang. Lembaga inilah yang akan tumbuh bila ditanam. Kulit

yang berlapis tadi bukan bawang, itu hanya kulit bawang yang tidak akan tumbuh bila

ditanam (Tafsir, 2008: 29).

2. Pengertian karakter

Secara kohern karakter memancar dari hasil oleh pikir, olah rasa dan

karsa, serta olahraga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan

ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Budimansyah, 2010: 23). Dan

secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian

yaitu, olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga sehingga menghasilkan enam

karakter utama dalam seorang individu, yaitu jujur, tanggung jawab, cerdas, bersih ,

tegas, sehat, peduli, dan kreatif. Keenam karakter tersebut dikembangkan dalam

setiap pribadi manusia terutama di Indonesia.

Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam

islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya ada tiga hal yaitu tahu

(pengetahusn), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah

bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama denngan perilaku. Kepribadian pecah

ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetaoi tidak sama dengan perilakunya atau

(54)

baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya sering tidak jujur, ini adalah

kepribadian pecah.

Ahmad Tafsir mengemukakan jelaslah bahwa akhlak atau karakter itu

sangat penting. Ia menjadi penanda bahwa seseorang itu layak disebut manusia.

Karena pendidikan akhlak adalah bidang pendidikan yang terpenting. Karena akhlak

itu adalah kepribadian, maka paradigm pendidikannya sangat berbeda bila

dibandingkan dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan ketrampilan.

Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendekatan kepribadian (Tafsir, 2004: 23).

Akhlak atau karakter itu diajarkan melalui metode internalisasi, tekhnik

pendidikannya ialah peneladanan, pembiasaan, penegakan peraturan dan

pemotivasian.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap

individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa

dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan

karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas

tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah

mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan

akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata pelajaran

yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga banyak

(55)

masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai level atau

tingkatan (Nurul Zuriah, 2008:118).Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan

dan Bohlin, mengandung tiga unsure pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing

the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the

good) (Majid, 2011:11). Menurut bahasa, karakter berasal dari bahasa Inggris,

character yang brarti sifat, watak, dan karakter (John M, 1979:107).

Di dalam bahasa Arab kata karakter sering disebut dengan istilah akhlak

yang oleh para ulama sering diartikan bermacam-macam. Ibn Miskawih berkata sifat

atau keadaan yang tertanam dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya

melahirkan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran

pertimbangan lagi (Ibn Miskawih, 1934:40).

Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,

“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris adalah character dan Indonesia

“karakter”, Yunani character dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat

dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, dan

sifat-sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan

yang lain. Nama dari jumlah seluruh cirri pribadi yang meliputi hal-hal seperti

perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi,

nilai-nilai dan pola pemikiran (Poerwadarminta, 1991:1149).

Menurut Ahmad Tafsir istilah karakter dan kepribadian atau watak sering

digunakan secara bertukar-tukar, watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian

(56)

mempengarui segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau

mengartikan identik dengan kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek

kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenan dengan

kecenderungan dengan penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-standar

moral dan etika. Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat

sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau ditolak, dipuji atau

dicela, baik ataupun jahat.

Dalam kaitannya dengan definisi karakter sebagai sebuah pola, baik itu

pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat

dan sulit dihilangkan. Lebih lanjut di jelaskan karakter yang berarti mengukir, dari

arti tersebut mununjukkan tentang apa yang dimaksud dengan karakter. Sifat ukiran

adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menghilangkan ukiran sama saja

dengan menghilangkan benda yang diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu

dengan bendanya, begitu juga dengan karakter kalau sudah melekat dihati baik

karakter itu baik maupun buruk pada seseorang (Munir, 2010: 3).

Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat dan tabi’at maupun

perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai

fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam

berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya. Karakter dapat ditemukan

dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap

tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya (Majid,

2011: 12). Dilihat dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki

Referensi

Dokumen terkait

Pada bagian akhir proses pembelajaran dengan penggunaan metode latihan dilakukan tes terhadap materi pelajaran yang telah dipelajari, hasil dari tes yang dilakukan

tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun laporan akhir dengan judul “ Pengaruh Efisiensi Modal Kerja d an Leverage Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan

Metode ceramah tentang kanker serviks dan papsmear lebih efektif dibandingkan metode ceramah-testimoni terhadap peningkatan sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta

bahwa pekerjaan kita lebih baik dari pada pekerjaan orang lain3. Setiap pekerjaan sama, yang

Dari permasalahan diatas terdapat beberapa pendapat mengenai pengaruh media sosial dalam kehidupan saat ini dan bagaimana dampak media sosial ini berkembang

Masalah ITP ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium darah perifer yaitu adanya trombositopenia dan hasil BMP tahun 2005 yang menyatakan sesuai

Kapasitas kalor gas adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu gas sebesar 1°C, untuk volume tetap disebut CV dan untuk tekanan tetap disebut Cp.. Secara

Tunnelma oli myös hyvä.” Tulosten perusteella pystymme tekemään johtopäätökset, joista ilmenee, että vanhemmat ovat kokeneet saamansa ohjauksen rauhalliseksi ja hoitaja on