PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU
“PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI”
KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA.
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Alin Mujtamiah
111-12-211
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU
“PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA
Prof. Dr. Ahmad Tafsir, MA.
SKRIPSI
Diajukan Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Alin Mujtamiah
111-12-211
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Alin Mujtamiah
NIM : 111-12-211
Fakultas :Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
sendiri, bukan jiplakan dari hasil orang lain. Pendapat dan temuan orang lain yang terdapat
dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga , Maret 2017
Yang menyatakan,
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi, dan diperbaik, maka skripsi saudara:
Nama : ALIN MUJTAMIAH
NIM : 111-12-211
Fakultas/Jurusan : FTIK/PAI
Judul :PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “FILSAFAT
PENDIDIKAN AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga , Maret 2017
Pembimbing
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jalan Lingkar Salatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email: [email protected]
SKRIPSI
PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU “PENDIDIKAN FILSAFAT AKAL DAN HATI” KARYA Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.
DISUSUN OLEH ALIN MUJTAMIAH
NIM : 111-12-211
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 31 Maret 2017 dan dinyatakan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Dr. Fatchurrahman, M.Pd.
Sekretaris Penguji : Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Penguji I : Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag.
Penguji II : Imam Mas Arum, M.Pd.
Salatiga , ….. April 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK)
Suwardi, M.Pd
MOTTO
“ Pendidikan adalah seni untuk membuat manusia semakin berkarakter”
“Jadikanlah karakter kita layaknya air, siapapun, apapun, dan sampai
kapanpun akan terus dibutuhkan”
PERSEMBAHAN
Atas berkah rahmat Allah SWT, karya skiripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku ayahku Nasrodin & ibuku Siti Maemonah yang selalu mendoakan dan
memberikan semangat dukungan materil serta moral hingga aku seperti sekarang.
2. Kedua kakakku Hidayatur Rofina & Imatus Sholekhat serta adikku Cita Chotmillati yang
selalu memberi dukungan dan memberikan motivasi untuk maju sukses.
3. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan berbagai Ilmu Pengetahuan
Agama dan Ilmu Umum lainnya.
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan
motivasi, pengarahan yang baik dan bimbingan dalam skripsi ini.
5. Semua teman-temanku di IAIN Salatiga khususnya PAI angkatan 2012 yang selalu
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat hidayah-NYA sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pendidikan Karakter dalam Buku Filsafat
Pendidikan Akal dan Hati Karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A.” Sholawat dan salam semoga
selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW, beserta sahabat-sahabat
Nabi Muhammad SAW yang selalu setia kepada beliau baginda Rasul. Dengan diutusnya
beliau menjadi Rasul utusan Allah untuk membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah
sampai pada zaman modern saat ini dan menyempurnakan Agama Islam agar manusia berada
dijalan Allah yaitu dijalan yang lurus. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
mendapat gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Fakultas Tarbiyah jurusan Pendidikan Agama
Islam di IAIN Salatiga.
Dalam menyusun skripsi ini, penulis mendapatkan pengarahan bimbingan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala rendah hati penulis ini
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam di IAIN
Salatiga.
4. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi.
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang memberikan banyak ilmu kepada penulis.
7. Bapak dan Ibu karyawan Perpustakaan IAIN Salatiga yang memberikan layanan serta
bantuan dalam menyelesaikan skripsi.
8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta memotivasi
kepada penulis, baik moral maupun spiritual.
9. Sahabat-sahabat seperjuanganku yang selalu memberikan motivasi untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Demikian ucapan trimakasih penulis sampaikan. Penulis hanya bisa berdoa
semoga bentuan dan bimbingan dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT sebagai
amal Ibadah yang baik dan bisa menolong di hari kiamat kelak. Akhirnya penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya bagi saya dan pembaca
pada umumnya. Dengan keterbatasan pengetahan dan kemampuan, skripsi ini sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis
ABSTRAK
Mujtamiah, Alin. 2017. 11112211.Pendidikan Karakter Dalam Buku Filsafat Pendidikan Akal Dan Hati Karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M.A. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Drs. Abdul Syukur, M.Si.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pendidikan karakter dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Kemudian untuk mengetahuu relevansi pendidikan karakter dalam kehidupan sehari-hari dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir.
Jenis penelitian ini penulis mengunakan jenis penelitian (Library Research) dengan menggunakan deskriptif analisis. Diskriptif analisis ini mengenai blibliografi, hasil ide pemikiran orang lain dengan cara mencari, menganalisis. Penelitian ini menggunakan metode studi tokoh yaitu usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan informasi dan pengetahuan. Sebagai pendekatan sejarah (historical approach).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……… iii
KEASLIAN PENULISAN………... iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING……… v
PENGESAHAN……… vi
MOTTO………. vii
PERSEMBAHAN……… viii
KATA PENGANTAR……….. x
ABSTRAK……… xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah………... 6
C. Tujuan Penelitian……… 6
D. Manfaat Penelitian……….. 6
E. Metode Penelitian………7
F. Penegasan Istilah……….. 9
BAB II BIOGRAFI AHMAD TAFSIR DAN KARYA-KARYANYA
A.BIOGRAFI AHMAD TAFSIR………..12
1. Latar Belakang Masalah………..12
2. Karya-karya Ahmad Tafsir………..13
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A.PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT AHMAD TAFSIR…36 1. Pengertian Pendidikan………...36
2. Pengertian Karakter………41
3. Pengertian pendidikan karakter………..46
BAB IV PEMBAHASAN……….58
A.RELEVANSI PENDIDIKAN KARAKTER INDONESIA MENURUT AHMAD TAFSIR……….…58
1. Pendidikan Karakter dalam Sudut Pandang Islam…………58
2. Pendidikan karakter di Indonesia……….63
BAB V PENUTUP……….69
A.Kesimpulan………69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia,
pendidikan terutama Islam dengan berbagai coraknya yang berorientasi
memberikan bekal kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebhagaiaan
dunia dan akhirat. Oleh karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu
diperbaharui konsep dan aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan
zaman yang selalu dinamis dan temporal, agar peserta didik dalam pendidikan
Islam tidak hanya berorientasi pada kebahagiaan hidup setelah mati tetapi
kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih.
Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari pendidikan, yaitu
sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik).
Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses
pendidikan, baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya
sendiri (Sukardjo dan Ukim, 2009:1). Inilah menjadi titik beda antara pemberian
akal dari Allah kepada manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang
lainnya. Kita harus menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki
moral, lebih tegasnya yakni “memanusiakan manusia”.
Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah
tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Struktur antropologinya yang terbuka pada
lingkungan memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang
berasal dari luar dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan
berpengetahuan (Doni Koesoema, 2011:109). Yang paling utama tujuan yang
paling mendasar dalam pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi
good and smart.
Nurani Soyomukti mengatakan, dalam buku teori-teori pendidikan
bahwa aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan
antara lain: penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku
(Soyomukti, 2010:27). Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan
dan usaha dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya,
kecakapannya serta ketrampilannnya kepada generasi muda usaha
menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun
rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257).
Tindakan preventif pemerintah Indonesia demi terlaksananya
pendidikan karakter, yaitu dengan menumbuhkan dalam tiap mata pelajaran
berupa pendidikan karakter. Tindakan tersebut membutuhkan proses yang
panjang, tetapi hal itu tidaklah bisa terlaksana tanpa adanya komitmen bersama
Pemerintah menggalakkan program penanaman pendidikan karakter sejak
usia dini. Hal yang paling penting adalah menumbuhkan kesadaran tiap-tiap
individu untuk menerapkan dan mengaplikasikan pendidikan karakter minimal
dalam diri dan keluarga.
Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya
ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber daya alam, tetapi sangat ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusiannya. Bahkan ada yang mengatakan bahwa
“Bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter bangsa (manusia) itu
sendiri (Ahmad Tafsir, 2004:2).
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan
karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas
tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian
dan akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata
pelajaran yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga
banyak menimbulkan masalah bangsa yang yang semakin kompleks yang
mengacu pada masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai
Pendidikan karakter adalah usaha aktif untuk membentuk kebiasaan baik,
sehingga sifat anak sudah terukir sejak kecil (Ratna Megawangi, 2004:23). Dalam
pendidikan islam semua aspek kebaikan bersumber dari Allah Swt. Yaitu
Al-Qur’an dan As-Sunnah (hadist Nabi). Al-Al-Qur’an merupakan sumber referensi
agama islam dalam menentukan berbagai hukum. Dalam surat Al-Baqarah ayat
(1-2):
) ﻢﻟا
۱
) َﻦﯿِﻘﱠﺘُﻤْﻠِﻟ ىًﺪُھ ِﮫﯿِﻓ َﺐْﯾَر ﻻ ُبﺎَﺘِﻜْﻟا َﻚِﻟَذ (
۲
(
“ Alif Laam miin. Kitab (Al Qur;an) ini tidak ada keraguan padanya:
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa. “(Departemen Agama, 1990:8) Islam
menyebutkan orang yang berperilaku baik dan positif itu mereka orang-orang
yang bertakwa yang tidak meragukan Al-Qur’an. Allah juga menyebutkan bahwa
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi orang yang bertakwa yang pada dasarnya
adalah mereka yang mempunyai karakter dan bertujuan untuk menjadikan
manusia yang seutuhnya (insan kamil).
Memahami sejarah sebuah konsep sungguh sangat penting untuk dapat
memahami dalam konteks apa konsep lahir, dan untuk apa konsep itu
diperjuangkan. Merujuk pada pendapat para tokoh, pemimpin dan pakar
pendidikan dunia yang menyepakati pembentukan karakter sebagai tujuan
pendidikan, maka sejarah pendidikan karakter sama tuanya dengan itu sendiri.
terlupakan dari dunia pendidikan terutama sekolah. Dalam sejarah islam, sekitar
tahun 1400 tahun yang lalu, Muhammad SAW. Nabi Muhammad menegaskan
bahwa misi utamanya dalam mendidik manusia adalah untuk menyempurnakan
akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).
Tujuan utama pendidikan tetap pada wilayah serupa, yakni pembentukan
kepribadian manusia yang baik. Bahwa moral dan akhlak atau karakter
merupakan tujuan yang tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Kecerdasan dan
karakter itulah tujuan yang benar dari pendidikan.
Dalam Islam penggagas pendidikan karakter yang sudah ada sejak zaman
dahulu adalah Nabi Muhammad SAW, yang merupakan teladan bagi umat
manusia seluruh alam. Di dunia ini tidak ada satu makhlukpun yang lebih
berkarakter dari pada Nabi Muhammad. Sebagai umat beliau kita wajib
mencontoh keteladanan beliau dalam menanamkan karakter kepada umatnya.
Tulisan-tulisan yang membahas tentang adanya pendidikan karakter sudah
banyak, yang meliputi beberapa aspek dari pendidikan karakter yang sudah
disebutkan di atas. Keterkaitan penulis dalam mengkaji dan memahami ajaran
Islam secara mendalam menginspirasi penulis untuk menuangkan ide dan
memberikan sedikit sumbangsih ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan yang
sedang mengalami kemerosotan, karena tidak adanya tindakan nyata dari
Pemerintah. Pendidikan karakterlah yang sangat diperlukan ketika seseorang
Melihat latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul penelitian skripsi
“PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU FILSAFAT UMUM AKAL
DAN HATI TAHUN 2004 TELA’AH PROF. DR.AHMAD TAFSIR
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan,
sebagai berikut:
1) Bagaimana pendidikan karakter dalam buku filsafat pendidikan akal dan hati
karya Prof. Dr. Ahmad Tafsir ?
2) Relevansi pendidikan karakter di Indonesia dalam buku filsafat pendidikan
hati dan akal karya Prof.Dr.Ahmad Tafsir ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1) Mengetahui pendidikan karakter dalam buku filsafat umum hati dan akal
tela’ah Prof. Dr. Ahmad Tafsir.
2) Mengetahui tinjauan islam tentang pendidikan karakter di Indonesia dalam
buku filsafat umum akal dan hati tela’ah Prof.dr.Ahmad Tafsir.
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Secara teoritis
b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana pendidikan.
c. Bagi pembaca di harapkan dapat mengambil nilai-nilai yang tersirat dalam
pendidikan karakter dalam prespektif islam.
2. Secara praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui pendidikan
karakter secara praktis.
b. Mendorong kepada pembaca, terutama tenaga pendidik dan pemerintah untuk
lebih mendalami pendidikan karakter dalam prespektif islam.
E. METODE PENELITIAN
Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang dimaksud
adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan
dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek
penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya (Ruslan,
2010:24).
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan
(library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive
of analyze research). Deskriptif analisis ini mengenai blibliografi yaitu pencarian
fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis,
di lakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis
pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J, dalam Moleong,
1995:31).
2. Metode Study Tokoh
Usaha untuk menemukan, mengembangkan, mengumpulkan data-data dan
informasi tentang seorang tokoh secara sistematik guna untuk meningkatkan atau
menghasilkan informasi dan pengetahuan. Sebagai pendekatan sejarah (historical
approach). Study ini sering kali dibicarakan oleh tokoh yang bersangkutan. Dan
metode study tokoh inu memerlukan suatu analisis tersendiri.
3. Sumber data
a.Data primer
Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah buku filsafat umum akal
dan hati kajian Prof. Dr. Ahmad Tafsir.
b. Data sekunder
Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari sumber-sumber
yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-buku, internet, dan informasi
lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini.
4. Teknik Analisis Data
Metode ini digunakan dalam usaha mencari dan mengumpulkan data,
menyusun, menggunakan serta menafsirkan data yang sudah ada. Metode ini
digunakan pula untuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap
suatu obyek penelitian, yaitu menguraikan dan menjelaskan pemikiran Ahmad
Tafsir.
b. Metode komparatif
Yaitu metode yang digunakan untuk membandingkan beberapa pendapat
para ahli, mengulas, kemudian menarik kesimpulan dari pendapat-pendapat yang
dikutip tersebut. Dalam hal ini pendapat para pakar pendidikan karakter yaitu FW
Foerester.
F. Penegasan istilah
Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran
yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih
dahulu yaitu:
1. Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada manusia yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, atau kemauan,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga
menjadi insan kamil (Sri Narwanti, 2011:14). Jadi banyak aspek yang terkait
dengan nilai-nilai pendidikan karakter menyangkut aspek kognitif, afektif, dan
2. Prespektif Islam
Merupakan suatu pendapat atau sebuah pandangan yang dikemukakan
seseorang yang mana suatu pandangan tersebut yang berkaitan berdasarkan
Islam tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam. Sebab Islam merupakan agama
dari Allah yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad untuk disampaikan
kepada umatnya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian,
yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir.
1. Bagian awal terdiri dari:
Sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas,
halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,
halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
2. Bagian inti atau isi
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
Bab ini akan memaparkan yang terdiri dari Biografi Ahmad tafsir,
dari latar belakng kehidupan beliau, serta menjelaskan isi
karya-karya Ahmad Tafsir.
BAB III : DESKRIPSI PEMIKIRAN
Bab ini akan memaparkan tentang pemikiran Ahmad tafsir
tentang pendidikan karakter dalam prespektif Islam.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas tinjauan islam tentang pendidikan karakter
di Indonesia dalam pandangan Ahmad Tafsir
BAB V : PENUTUP
BAB II
BIOGRAFI DAN KARYA-KARYA AHMAD TAFSIR
A. Biografi Ahmad Tafsir
1. Latar Belakang Ahmad Tafsir
Ahmad Tafsir, lahir di Bengkulu 19 April 1942. Pendidikannya diawali di sekolah rakyat (sekarang SD) di Bengkulu, melanjutkan sekolah di PGA
(Pendidikan Guru Agama) 6 tahun di Yogyakarta. Selanjutnya belajar di Fakultas
Tarbiyah IAIN Yogyakarta, dan menyelesaikan Jurusan Pendidikan Umum tahun
1969. Tahun 1975-1976 (selama 9 bulan) mengambil kursus Filsafat di IAIN
Yogyakarta. Tahun 1982 mengambil Program S2 di IAIN Jakarta. Tahun 1987
sudah menyelesaikan S3 di IAIN Jakarta juga. Sejak tahun 1970, Ahmad Tafsir
mengajar di Fakultas Tarbiyah IAIN Bandung, sampai sekarang. Tahun 1993, guru
besar Ilmu Pendidikan ini memelopori berdirinya Asosiasi Sarjana Pendidikan
Islam (ASPI). Sejak januari 1997 diangkat menjadi guru besar di Fakultas
Tarbiyah IAIN Bandung (Ahmad tafsir, 2006:343). Saat ini beliau masih hidup,
kini beliau mengajar di salah satu Universitas besar di Bandung yaitu sering kita
dengar dengan Universitas Islam Bandung (UNISBA). Beliau saat ini menjadi
B. Karya-Karya Ahmad Tafsir
Ahmad Tafsir sebagai guru besar telah banyak mencurahkan pemikirannya
dengan menyusun beberapa karya tulis. Di tengah kesibukannya ia mampu
menuangkan gagasan dan pemikirannya yang dapat dilihat dan dikaji, diantaranya
karya tulis yang sudah di publikasikan antara lain:
1. Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006)
Buku ini berisi sepuluh bab dan diantara bab tersebut yang diletakkan
sebagai bab pertama adalah tentang hakikat manusia. Sebabnya dijadikan bab
pertama adalah menurut Ahmad Tafsir harus dibicarakan lebih dahulu tentang siapa
manusia itu sebenarnya. Yang berarti pula harus berbicaratentang hakikat
manusia.Pendidikan yang baik harus didesain sesuai dengan pengertian kita tentang
hakikat manusia.Apa hakikat manusia? Penjelasan yang terbaik tentang hakikat
manusia ialah penjelasan dari pencipta manusia itu.Penjelasan oleh rasio manusia
mempunyai kelemahan karena akal itu terbatas kemampuannya. Bukti terbaik
tentang keterbatasan akal ialah akal itu tidak mengetahui apa akal itu sebenarnya
(Ahmad Tafsir, 2006:14).
Berikut dijelaskan hakikat manusia menurut Al-Qur’an adalah kitab yang
secara ilmiah terbukti memuat firman Allah. Menurut Al-Qur’an, manusia adalah
makhluk ciptaan Allah.Jadi manusia itu berasal dan datang dari Allah. Bila ada
argumen yang kuat untuk membuktikan bahwa manusia bukan ciptaan Tuhan dan
argument itu lebih kuat ketimbang argument bahwa manusia adalah ciptaan Allah,
ciptaan Allah. Dan bila itu yang diambil maka harus juga dijelaskan bagaimana cara
munculnya manusia itu. Kemungkinan ini (manusia bukan ciptaan Tuhan) sangat
tidak mungkin.
Al-Qur’an menyatakan bahwa manusia itu mempunyai unsur
jasmani (material).Sebagaimana disyaratkan dlam Al-Qur’an. Dan carilah pada apa
yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah kepada orang lain. Sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan (QS. Al-Qashah:77) (Soenarjo, 1992:623). Di
dalam surat Al-A’raf ayat 31 Allah berfirman
ُﺧ َمَدآ ﻲِﻨَﺑ ﺎَﯾ َﻦﯿِﻓِﺮْﺴُﻤْﻟا ﱡﺐِﺤُﯾ َﻻ ُﮫﱠﻧِإ ۚ اﻮُﻓِﺮْﺴُﺗ َﻻَو اﻮُﺑَﺮْﺷاَو اﻮُﻠُﻛَو ٍﺪِﺠْﺴَﻣ ﱢﻞُﻛ َﺪْﻨِﻋ ْﻢُﻜَﺘَﻨﯾِز اوُﺬ
Yang artinya: “Hai anak adam, pakailah pakaianmu yang idah di setiap
(memasuki) masjid makan dan minulah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”. (QS.Al-A’raf :
31) Yang mengatakan bahwa makan dan minum bagi manusia adalah suatu
keharusan. Ini suatu indikasi bahwa manusia itu memiliki unsur jasmani.
Pentingnya fungsi jasmani dalam islam terlihat juga di dalam surat Al-Baqarah ayat
Yang artinya: “Dan kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu
“salwa”. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan
kepadamu.Dan tidaklah menganiaya diri mereka sendiri.(QS. Al-Baqarah:57)
(Soenarjo, 1992:18).
Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Allah berfirman
"(QS.Al-Baqarah:60) (http//alqur’anonlinebaiturrahman.com).
2. Metodologi Pengajaran Agama Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002)
Buku ini terdiri dari sepuluh bab, yang mana buku ini diuraikan
pengertian “metodologi” yang dihubungkan dengan “pengajaran agama islam”.
Menurut Ahmad Tafsir bahwa pengalamannya banyak orang menerjemahkan
atau menyamakan pengertian “metode” dengan “cara”. Ini tidak seluruhnya
salah. Memang metode jug adapt diartikan dengan cara. Untuk mengetahui
pengertian metode secara tepat dapat melihat penggunaan kata metode dalam
bahasa Inggris.Dalam bahasa Inggris ada kata way dan ada kata method. Kedua
kata tersebut sering diterjemahkan cara dalam bahasa Indonesia. Sebenarnya
yang lebih layak diterjemahkan cara adalah kata way itu,bukan kata method
Jika saya bertanya “bagaimana cara jalan ke Jakarta?” Maka disini saya
tidak dapat menggunakan kata method, untuk kata cara, saya harus menggunakan
kata way. Jika saya bertanya “bagaimana cara yang paling tepat mengajarkan
shalat pada siswa kelas 1 SD?” Maka disini untuk kata cara saya harus
menggunakan kata method, bukan way. Jadi apa sebenarnya apa metode itu?
Metode ialah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan pengertian “ cara
yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu”. Ungkapan “ paling cepat
dan tepat “ itulah yang membedakan method dengan way (yang juga berarti
cara) dalam bahasa Inggris.
Karena metode berarti cara yang paling tepat dan cepat. Maka dalam
urutan kerja dalam suatu metod harus diperhitungkan benar-benar secara ilmiah.
Karena itulah suatu metode selalu merupakan hasil dari eksperimen. Kita tahu
bahwa suatu konsep yang dieksperimenkan haruslah telah lulus uji teori, dengan
kata lain suatu konsep yang telah diterima secara teoritis yang boleh
dieksperimenkan. Berdasarkan uraian diatas itu dapat disimpulkan bahwa
metode pengjaran agama islam adalah cara yang paling tepat dan cepat dalam
mengajarkan agama islam. Kata tepat dan cepat inilah yang sering diungkapkan
dalam ungkapan “efektif dan efisien”. Kalau begitu metode pengajaran agam
islam ialah cara yang efektif dan efisien dalam mengerjakan agama islam.
Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat dipahami siswa secara
Dalam ilmu pendidikan sering juga dikatakan bahwa pengajaran yang tepat ialah
pengajaran yang yang berfungsi untuk setiap siswa.Yang mana arti dari
berfungsi ialah menjadi milik siswa, pengajaran itu membentuk dan
mempengaruhi pribadinya.Adapun pengajaran yang cepat ialah pengajaran yang
tidak memerlukan peralatan yang mahal.
Bila peralatan itu tidak tersedia maka terpaksa konsep itu diajarkan
kurang cepat. Misalnya saja pengajaran shalat di sekolah dasar, ini akan cepat
bila guru menggunakan rekaman video sholat. Apabila peralatan itu tidak
tersedia maka terpaksalah guru mengajarkannya melalui metodedemonstrasi,
hasilnya akan cepat juga, tetapi memerlukan waktu yang lebih lama.
Bagaimana cara yang tepat dan cepat dalam mengajarkan agama
islam? Pertanyaan ini tidak mudah dijawab. Justru menurut Ahmad Tafsir buku
ini adalah usaha menjawab pertanyaan itu setelah membaca seluruh isi buku ini
akan tahu juga bahwa isi buku ini belum menjawab secara keseluruhan.
Bagaimana cara yang cepat dan tepat dalam mengajarkan agama islam? Untuk
menjawab pertanyaan ini perlu diperjelas dahulu beberapa konsep.Pertama siapa
yang diajar?Anak-anak, remaja, atau orang tua?Kedua, berapa jumlahnya?Satu
orang, tiga orang, satu kelas 50 orang, pengajian umum yang dihadiri 200 orang?
Ketiga, seberapa dalam agam islam itu diajarkan? Mendalam, sedang-sedang
saja, atau sekilas berupa pengantar?Dan masih banyak lagi pertanyaan lain, jadi
jelaslah bahwa pertanyaan tadi tidak mudah dijawab. Buku ini hanya
di rumah tangga yang dilaksanakan oleh ayah dan ibu. Jadi, buku ini hanya
mencoba menjawab sebagian kecil saja dari pertanyaan itu, itupun pasti belum
lengkap. Anda bertanya, mengapa tidak dilengkapkan sekalian. Saya beri tahu
anda: ilmu tidak pernah lengkap.
Bilamembicarakan metode mengajar, umumnya orang menjelaskan
terlebih dahulu berbagai macam metode mengajar secara umum.Ini disebut
metode pengajaran umum atau metode umum.Banyak sekali macamnya, seperti
metode ceramah, Tanya jawab, diskusi, demonstrasi, penugasan, karya wisata,
dan lain-lain.Bila diteruskan maka jumlahnya 20-an, dan itu dapat bertambah
terus, hal tersebut dapat disebut dengan metode umum.Dikatakan umum karena
dapat digunakan dalam mengajarkan apapun juga. Apakah metode-metode
umum itu dapat digunakan dalam mengajarkan agama islam? Bisa dikatakan
mungkin bisa dan mungkin saja tidak bisa, mungkin sebagian iya dan sebagian
tidak.
Maka dari itu kita harus membahas metode itu satu demi satu, dan
pembahasan metode-metode itulah antara lain yang menjadi isi metodologi
pengajaran pengajaran agama islam. Tetapi buku ini tidak membicarakan hal itu.
Jadi apa yang dibahas dalam buku ini? Buku ini membahas cara yang paling
tepat dan cepat cara mengajarkan agam islam di SMP dan SMA. Tetapi tidak
membahas macam-macam metode umum, tidak juga membahas metode umum
yang mana yang dapat digunakan untuk mengajarkan agama islam. Buku ini
atau teaching steps.Memang pembicaraan mengenai langkah-langkah mengajar
juga dapat dimasukkan dalam metodologi pengajaran.
Langkah-langkah mengajar dimulai dengan membuat lesson
plan.Lesson plan itu dibuat sebelum mengajar.Lesson plan itu banyak macamnya
itu ditentukan oleh banyak hal, sepertioleh tujuan pengajaran, kemampuan guru,
peralatan yang tersedia, waktu, tempat, dan lain-lain.Namun ada teori dasar
dalam membuat lesson plan. Teori dasar itu adalah apa yang disebut basic
teaching model (model pengajaran dasar).Teori ini diambil dari Robbert Glaser.
Inilah induk dari semua model lesson plan.Teori Glaser berisi empat langkah
dalam membuat lesson plan. Langkah pertama dalam pembuatan lesson plan
adalah merumuskan tujuan. Ini dibahas secara mendalam dalam buku
ini.Sekalipun telah dicoba disederhanakan, tetap saja cukup banyak konsep yang
harus dibahas disini.Langkah kedua adalah entering behavior.
Bagian ini membahas tentang bagaimana memulai pelajaran
inti.Salah memulai pengajaran, dapat berakibat fatal pada siswa.Yang paling
penting pada bagian ini adalah mengetahui apakah siswa telah siap menerima
pelajaran baru, apakah konsep-konsep pre-requisitenya telah dikuasai siswa.Dan
ingatlah itu karena itu bukan pre-test.Yang ketiga adalah teaching steps itu
sendiri.Pembahasan disini luas sekali karena bagian inilah adalah bagian pokok
Langkah-langkah dalam pengajaran ketrampilan akan berbeda
dengan langkah-langkah pengajaran kognitif. Langkah dalam pengajaran
ketrampilan itupun tidak satu macam, demikian juga dalam pengajaran
kognitif.Terakhir ialah evaluasi pada akhir pengajaran hari demi
hari.Pembahasan yang empat inilah yang disebut dengan Metodologi Pengajaran
Agama Islam. Dengan demikian Metodologi Pengajaran Agama Islam ialah
pembasan tentang cara-cara membuat lesson plan agama islam.
Kelihatannya mudah saja, toh hanya langkah-langkah. Tidak juga
karena orang baru mungkin mampu membuat lesson plan (yang intinya
langkah-langkah mengajar) bila ia banyak mengetahui banyak hal seperti menguasai
bahan pengajaran,mengetahui berbagai metode mengajar umum, mengetahui
psikologi pendidikan, mengetahui teori-teori belajar, memahami penggunaan
alat, mampu mengatur waktu dan lain-lain. Dengan demikian, tidak mungkin
hanya menguasai teori cara membuat lesson plan saja.
Secara ringkas, metodologi ialah pembahasan tentang metode atau
metode-metode. Metodologi pengajaran agama islam adalah pembahasan tentang
metode atau metode-metode pengajaran agam islam. Sedangkan metodologi
pengajaran agama islam yang dibahas dalam buku ini ialah teori –teori tentang
langkah-langkah dalam pengajaran agama islam kenyataannya yang dibahas
3. Filsafat Ilmu Mengurai Ontologi Epistimologi dan Aksiologi Pengetahuan
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004)
Buku ini berjumlah empat bab. Dalam buku ini diuraikan Ahmad
Tafsir bahwa orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit
kebingungan dalam menghadapi kata “ilmu”, dalam bahasa Arab al-ilm
berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata “ilmu” dalam bahasa
Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Imu dalam arti science
seharusnya diterjemahkan sains saja.Maksudnya agar orang-orang yang
mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (sain) dengan
kata al-ilm yang berarti knowledge.
Dalam buku ini yang diuraikan tidak hanya pengetahuan sains
(science), diuraikan juga seluruh yang disebut pengetahuan termasuk
pengetahuan yang “aneh-aneh” seperti pellet, kebal, santet, dan lain-lain. Apa
yang disebut dengan pengetahuan itu? Menurut Ahmad Tafsir pengetahuan
ialah semua yang diketahui. Menurut Al-Qur’an, tatkala manusia dalam perut
ibunya, ia tidak tahu apa-apa.
Kalaupun bayi yang baru lahir itu menangis barangkali bayi itu
kaget saja, mungkin matanya merasakan silau atau badannya merasa dingin.
Dalam rahim bayi tidak merasakan silau maupun kedinginan, lantas ia
menangis. Tatkala bayi itu menjad orang dewasa, katakanlah ketika ia telah
Begitu banyaknya sampai-sampai ia tidak tahu lagi berapa banyak
pengetahuannya dan tidak tahu lagi apa saja yang diketahuinya, bahkan
kadang-kadang ia juga tidak tahu apa sebenarnya pengetahuan itu. Semakin
bertambah umur manusia itu semakin banyak pengetahuannya.
Dilihat dari segi motifnya pengetahuan itu dapat diperoleh dari dua
cara. Yang pertama, pengetahuan pengetahuan yang diperoleh begitu saja,
tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa ingin tahu
lantas ia tahu-tahu ia mngerti dan faham. Yang kedua, pengetahuan yang
didasari dengan motif ingin tahu, pengetahuan diperoleh karena diusahakan
biasanya karena belajar (Ahmad Tafsir, 2004:3).
Dari mana rasa ingin tahu?Saya tidak tahu dari mana dari
mana.Barangkali rasa ingin tahu yang ada pada manusia itu sudah built-in
dalam pencipataan manusia, jadi rasa ingin tahu itu sudah takdir. Manusia
ingin tahu dengan cara ia selau mencari. Dan pada akhirnya manusia tahu
akan sesuatu.Yang pada intinya pengetahuan itu adalah semua yang diketahui.
Salah satu tujuan perkuliahan filsafat pengetahuan ialah ia agar memahami
kapling tentang pengetahuan akan dapat memperlakukan.
Masing-masing pengetahuan itu sesuai dengan kaplingnya. Yang
akan dibahas berikut ini hanyalah pengetahuan yang diushakan. Seseorang
ingin tahu, jika jeruk ditanam buahnya apa. Ia menanam bibit jeruk. Ia tunggu
Tahulah ia bahwa jeruk berbuah jeruk. Pengetahuan jenis inilah yang disebut
penetahuan sain (scientific knowledge).
3. Filsafat Pendidikan Akal dan Hati (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,
2004)
Buku ini berjumlah lima bab. Dalam buku ini diuraiakn bahwa
maanusia membawa sejak lahir (innate) kata hati(suara hati) yang bersifat
imperative. Suara hati adalah suara yang selalu mengajak menjadi orang yang
baik. Akhlak itu sifat baik buruknya terdapat didalam diri seseorang. Mereka
memiliki akhlak yang berbeda-beda.Akhlak itu ada pada diri seseorang bukan
bawaan dari Allah.Akhlak tumbuh dengan hati yang bersih, tidak lepas
dengan karakter, karakter itu bisa dikatakan dengan sifat. Sifat seseorang itu
berbeda beda ada yang memiliki sifat keras, lemah lembut mudah bergaul,dan
sebagainya. Karakter merupakan watak atau tabi’at seseorang yang memiliki
perbedaan dengan yang lain. Karakter bisa dikatakan dengan khas seseorang.
Karakter muncul disebabkan adanya faktor lingkungan disekitar. Yang mana
membawa dampak pada diri seseorang dengan berbagai macam karakter khas
seseorang.
Begitu juga dengan rasa moral, rasa moral itu bukan ciptaan dari
Allah yang ditanamkan pada dalam diri manusia.Moral itu tidak
absolute.Moral itu adalh aturan berbuat yang bervariasi sesuai dengan variasi
kelompok masyarakat. Dengan kata lain, mereka ingin mengatakan bahwa
dengan masyarakat (lingkungannya).Moral itu dibentuk oleh pengaruh
lingkungan. Demikian kata mereka persoalan ini dapat dilihat dengan cara
lain.
Suara hati itu merupakan antenna ketiga manusia. Manusia
memiliki tiga antenna: indera, akal, hati atau rasa. Daerah ketiga ini tidak
dapat dimasuki oleh antenna kedua (akal), apalagi oleh antenna pertama
(indera). Al-Ghazali telah menyatakan lebih jauh tatkala ia membicarakan
cara menghidupkan suara hati agar ia mampu memahami rahasia daerah ghaib
tersebut.Cara menghidupkan suara hati itu, menurut Al-Ghazali ialah dengan
menghentikan kemaksiatan atau perbuatan yang menimbulkan dosa (tobat),
berbuat baik, perenungan, dan menghentikan kerja logika.Inilah yang disebut
dengan thariqah atau metode Al-Ghazali (Ahmad Tafsir, 2004: 249). Di dalam
islam, misalnya ada satu contoh yang baik untuk memperlihatkan salah satu
persoalan yang hanya dapat dipahami oleh suara hati, yaitu mengenai takdir
atau nasib manusia.
4. Ilmu Pendidikan dalam Prespektif Islam (Bandung: PT Rosdakarya,
2004)
Buku ini berjumlah lima bab. Dalam buku ini diuraikan bahwa
Ilmu Pendidikan Islam adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Isi ilmu adalah
teori. Isi ilmu bumi adalah teori tentang bumi. Jika membuka buku ilmu bumi,
sejarah. Maka isi dari ilmu pendidikan adalah teori-teori tentang pendidikan
berdasarkan ajaran islam. Apakah ada teori yang tidak berdasarkan
Islam?Inilah salah satu persoalan yang perlu dibahas di dalam ilmu
pendidikan Islam. Akan tetapi, apakah isi ilmu hanya kumpulan teori? Secara
esensial emang ya, tetapi sebenarnya secara lengkap isi suatu ilmu bukanlah
hanya teori. Jadi lengkapnya isi ilmu adalah:
1) Teori.
2) Penjelasan tentang teori itu sendiri.
3) Pendukung dari penjelasan.
Apabila membuka buku tentang ilmu pendidikan Islam,
sewajarnyalah menemukan tiga macam isi tersebut.Ilmu pendidikan Islam
adalah ilmu yang berdasarkan Islam. Islam adalah nama agama yang dibawa
oleh Nabi Muhammad Saw. Islam berisi tentang seperangkat ajaran tentang
kehidupan manusia, ajaran itu dirumuskan berdasarkan dan bersumber pada
Al-Qur’an dan Hadis serta akal.Jika demikian, maka ilmu pendidikan Islam
adalah ilmu pendidikan yang berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis serta akal.
Penggunaaan dasar ini haruslah berurutan , maka Al-Qur’an yang
terlebih dahulu bila tidak ada atau tidak jelas di dalam A-Qur’an maka harus
dicari di dalam hadis, apabila kurang jelas atau tidak ada di dalam hadis,
barulah menggunakan akal (pemikiran) tapi temuan akal itu tidak boleh
bertentangan dengan jiwa Al-Qur’an atau Hadis. Oleh karena itu, teori dalam
serta argument (akal) yang menjamin teori tersebut.Jadi pembuatan dan
penulisan teori dalam ilmu pendidikan Islam tidak jauh berbeda dari
pembuatan dan penulisan teori dan fikih.
Pada uraian diatas sudah mulai jelas apa sebenarnya ilmu pendidikan
Islam itu. Agar lebih jelas ada beberapa konsep yang bersangkutan dengan itu
yang perlu diuraikan lebih lanjut yaitu:
1) Apa sebenarnya perbedaan antara ilmu pendidikan Islam dan filsafat
pendidikan Islam.
2) Bagaimana penjelasan bahwa isi ilmu adalah teori, dan apa sebenarnya
yang dimaksud dengan teori.
3) Mengapa ilmu pendidikan Islam harus berdasarkan Islam.
Pertanyaan-pertanyaan di atas sesungguhnya amat mendasar.
Jawaban terhadap pertanyaan itu akan merupakan landasan epistemologis
untuk ilmu pendidikan Islam, sekurang-kurangnya untuk sebagian. Uraian
tentang jawaban pertanyaan itu juga akan memperjelas posisi ilmu Pendidikan
Islam terhadap filsafat pendidikan Islam yang selama ini dirasakan belum
begitu jelas. Jawaban itu juga akan memperlihatkan posisi teknik pendidikan
Islam terhadap filsafat dan ilmu pendidikan Islam. Jawaban terhadap ketiga
pertanyaan di atas juga akan menghapus kebingungan selama ini dalam
membedakan konsep filsafat, ilmu, dan teknik itu sendiri secara umum.
Islam, mana teori pendidikan Islam, dan mana teknik pendidikan Islam
(Ahmad Tafsir, 2004:12).
Di dalam buku atau artikel yang membicarakan (katanya) filsafat
pendidikan Islam tidak jarang akan ditemukan uraian atau pembahasan selain
filsafat pendidikan Islam, juga ilmu pendidikan Islam: bahkan kadang-kadang
teknik pendidikan Islam menyelip juga di sana. Apabila membuka buku yang
berjudul atau artikel yang membahas ilmu pendidikan Islam, juga akan
menemukan selain uraian tentang ilmu pendidikan Islam, juga pembahasan
tentang filsafat pendidikan Islam, kadang-kang teknik pendidikan Islam juga
terselip juga di sana. Sebenarnya uraian seperti itu tidaklah amat salah boleh
saja membuat uraian seperti itu.Kadang-kadang memang tidak dapat begitu
konsisten hanya membuat uraian yang 100% filsafat yang didalamnya
kadang-kadang harus berbicara juga tentang konsep-konsep ilmu (sains)
bahkan tentang teknik.Akan tetapi sebaliknya, bila tentang filsaat konsep sains
atau teknik itu hanya digunakan sebagai pembantu dalam menjelaskan. Di
pihak lain pembaca harus mempunyai kriteria terlebih dahulu tentang mana
filsafat, sains, dan teknik.
Apa sebelumnya perbedaan antara filsafat dan ilmu (sains) itu?
Berikut ini Ahmad Tafsir menjelaskan dengan menggunakan matriks
pengetahuan manusia.Pengetahuan ialah semua yang diketahui.Semua yang
berikut.Pengetahuan manusia jenis pertama ialah pengetahuan sains.Ini adalah
terjemahan tepat untuk kata dalam bahasa Inggris science.Bila science
diterjemahkan dengan ilmu, maka timbullah kebingungan. Ilmu bagi orang
Indonesia, yang umumnya telah dipengaruhi rasa bahasa Arab dapat berarti
pengetahuan (knowledge).
Anehnya di Indonesia dikenal juga ilmu filsafat.Jelas, bagi orang
Indonesia pada umumnya ilmu diartikan pengetahuan.Oleh karena itu,
alangkah baiknya bila science itu di Indonesiakan menjadi sains seperti orang
Malaysia yang melakukannya. Jadi untuk ilmu pendidikan pakai saja sains
pendidikan. Akan tetapi, di sini mengalami kesulitan karena kata ilmu
pendidikan telah dibakukan di dalam kurikulum sekolah-sekolah. Di dalam
buku ini diguanakan istilah “ilmu pendidikan” tetapi dalm ilmu sains
pendidikan.
Ilmu sains adalah sejenis pengetahuan manusia yang diperoleh
dengan riset terhadap objek-objek yang empiris benar tidaknya suatu teori
sains (ilmu) ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris.
Bila teori itu logis ia adalah pengetahuan filsafat. Bila tidak logis, tetapi ada
bukti empiris, itu namanya pengetahuan khayal. Contohnya: bila ada gerhana,
pukullah kentongan, gerhana itu akan menghilang.Pernyataan ini benar dalam
arti dapat dibuktikan secara empiris. Coba saja bila ada gerhana pukul terus
logis: apa hubungan antara gerhana dengan kentongan yang dipukul? Ternyata
kentongan tidak dipukul pun gerhana menghilang juga.Oleh karena itu, karena
tidak logis sekalipun ada bukti empiris, pengetahuan jenis ini bukan sains.
Pengetahuan ini dinamakan dengan pengetahuan khayal.Akan
tetapi pengetahuan jemis ini banyak juga dimiliki oleh masyarakat, mengapa?
Sulit untuk dijawab apa alasanya, jadi kesimpulnnya sains(ilmu) adalah
pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti yang empiris. Kaidah ini
diguanakan dalam ilmu pendidikan Islam haruslah dapat diuji secara logis dan
sekaligus empiris. Bila kurang satu saja, maka ia bukan ilmu pendidikan
Islam.Adapun filsafat adalah sejenis pengetahuan manusia yang logis saja,
tentang objek-objek yang abstrak.Bisa saja objek penelitiannya kongkrit,
tetapi yang ingin diketahuinya adalah bagian abstraknya. Suatu teori filsafat
benar bila ia dapat dipertanggungjawabkan secara logis dan untuk
selama-lamanya tidak akan dapat dibuktikan secara empiris, maka ia segera berubah
menjadi ilmu. Berdasarkan itu maka filsafat pendidikan Islam adalah
kumpulan teori pendidikan Islam yang hanya dapat dipertanggungjawabkan
secara logis dan tidak akan dapat dibuktikan secara empiris.
Untuk melengkapinya dalam buku ini diuraiakan sekaligus
pengetahuan jenis ketiga, yaitu pengetahuan mistik.Kata mistik adalah istilah
yang digunakan sementara sebelum ditemukan istilah yang lebih
supralogis, atau suprarasional, atau metarasional.Pengetahuan ini bukan
diperoleh dengan indera seperti pada sains, bukan pula dengan akal seperti
pengetahuan filsafat.Bukan dengan akal supraakal, di atas akal. Pengetahuan
jenis ini diketahui dengan dengan cara merasakan,mempercayai begitu saja.
Rasa itullah yang bekerja untuk menerima dan memperoleh pengetahuan jenis
ini.Pengetahuan tentang Tuhan, surga, neraka, dan sebangsanya bukan
diperoleh lewat akal, melainkan diperoleh lewat iamn, iamn itu adalah
hakikatnya adalah rasa.Untuk memperjelas pengertian ketiga macam
pengetahuan itu Ahmad memberikan contoh sederhana sebagai berikut ini:
siapa yang membuat hukum itu? Setelah ditemukan bahwa yang membuat
hukum itu pasti yang maha pintar.
Pengetahuan bahwa gene itu dibuat oleh yang mahapintar masih
merupakan pengetahuan filsafat karena diperoleh dengan berpikir, dan tidak
mungkin dapat dibuktikan secara empiris.Yang mahapintar itu di sebut
Tuhan.Kata Tuhan di sini hanyalah suatu istilah, bukan filsafat. Teori-teori di
dalam filsafat pendidikan Islam adalah teori-teori seperti itu: logis dan tidak
mungkin dibuktikan secara empiris. Batas ini mulai jelas: kapling sains ialah
logis-empiris, kapling filsafat (juga filsafat pendidikan Islam) ialah logis saja
tuhan tidak dapat dipahami dengan akal untuk mengetahui Tuhan mesti
Kerja hati pada dasarnya adalah iman.Untuk mencapai iman
diperlukan pelatihan.Pelatihan itu dalam bahasa Arab adalah riyadlah.Dengan
melakukan pelatihan secara intensif, konon ada orang yang mampu melihat
Tuhan, mampu berhasil melihat surga, neraka dan sebagainya. Pengetahuan
jenis ini sungguh amat subjektif, sama subjektifnya dengan mengukur
manisnya gula, rasa naik sepeda, rasa sedih dan gembira. Oleh karena itu sulit
diukur dengan menggunakan ukuran yang disepakati.
Cara mengukurya adalah dengan mengalami seperti yang
dilakukan oleh orang yang telah mencapai pengetahuan itu.Jadi ada tiga
macam pengetahuan yaitu sains, filsaft, dan mistik.Mengenai pengetahuan
seni, ini belum dapat diselesaikan secara memuaskan.Kelihatannya
pengetahuan jenis ini merupakan pengetahuan hasil kerja indera, akal, dan
hati, dan hati mengambil porsi yang paling terbesar. Bagaimana dengan teknik
pendidikan Islam?Teknik yang dimaksud di sini bukanlah teknologi, teknologi
masih berada pada daerah sains, selevel dengan sains.Teknik adalah juklak
(petunjuk pelaksanaan) teori-teori sains. Yang dimaksud dengan teknik adalah
manual, yaitu cara operasional dalam melaksanakan ajaran-ajaran teori.
Bagaimana kedudukan teknik ini dalam struktur pengetahuan tadi? Bagi umat
muslim sumber pengetahuan adalah Allah, tidak ada pengetahuan selain yang
Yang artiya: Mereka menjawab: maha suci engkau tidak ada yang kami
ketahui selain dari apa yang telah engkau ajarkan kepada kami sesungguhnya
engkaulah yang maha mengetahui lagi maha bijaksana (al-baqarah:32)
(http//Al-Qur’an online.com)
Sumber pertama ini sekarang sudah ada di dalam Al-Qur’an dan
hadis Rasul Saw. Inilah kebenaran yang pertama (kebenran tingkat
pertama).Manusia menafsirkan ayat atau hadis itu.Sudah sewajarnya
penafsiran itu tidak satu macam.Oleh karena itu terdapatlah lebih dari satu
tafsir. Tafsir ini sebenarnya berada pada tingkat kedua: ini adalah tingkat
filsafat.Filsafat dapat melahirkan lebih dari satu teori pada tingkat sains, dan
satu teori sains dapat melahirkan lebih dari satu manual.Manual inilah yang
sering disebut dengan teknik.Jadi jika wahyu berada pada tingkat pengetahuan
yang paling atas, maka manual merupakan pengetahuan pada tingkat yang
paling bawah: wahyu paling baah dan manual yang paling kongkrit.
Sistem pengetahuan barat kelihatannya hampir sama dengan sistem
pengetahuan Islami, bedanya ialah dengan pengetahuan barat biasanya level
satu (wahyu) tidak dimasukkan sebagai satu tingkat pengetahuan.Teori
tempat di dalam sistem pengetahuan Islami itu.Jadi teknik atau
manual-manual itu sebenarnya tidaklah liar tetapi mempunyai gantungan ke atas. Jika
firman Allah itu level pertama dan teori filsafat level kedua bersifat universal,
berlaku diamana saja dan kapan saja, maka teori sains level tiga tingkat ke
universalannya mulai menurun. Sebuah teori sains dapat saja berlaku pada
masa tertentu, tetapi salah pada masa yang lain: benar di tempat tertentu tetapi
tidak benar di tempat lain. Sekalipun demikian tingkat”keumumannya” jauh
lebih tinggi dibandingakan dengan keuniversalan teknik (manual). Teknik
benar-benar terbatas keuniversalannya.Teknik dapat berubah dengan cepat,
hanya berlaku pada lokasi-lokasi tertentu. Pemikiran Ahmad Tafsir tidak
hanya seputar pendidikan Islam dalam arti sempit, melainkan juga ia sebagai
salah seorang pakar pendidikan Islam dapat dilihat pemikirannya tentang
ekonomi dan social. Dalam sector ekonomi, Ahmad Tafsir melihat bahwa
krisis ekonomi dan moneter yang terjadi di Indonesia adalah disebabkan
oleh:Sistem ekonomi Indonesia yang tidak berorientasi kerakyatan.
Rapuhnya fundamental ekonomi Indonesia disebabkan sikap
ketergantungan pada luar negeri dan hutang negara yang demikian tinggi
sehingga untuk menutupi bunganya saja sudah kesulitan, hal itu tampak
manakala sudah jatuh tempo maka Indonesia selalu meminta re scheduling
(penjadwalan baru jatuh tempo hutang).Tingginya tingkat korupsi di kalangan
birokrasi di Indonesia.Lemahnya sumber daya manusia. Moralitas bangsa
Dalam aspek social, Ahmad Tafsir melihat kenyataan masih
banyaknya orang yang kurang peduli terhadap sesamanya, hal itu terbukti dari
semakin pudarnya sikap gotong royong dan makin menipisnya ikatan batin
antara anggota masyarakat. Ahmad Tafsir melihat masyarakat Indonesia
makin terjebak pada budaya individualitas tanpa memperdulikan sesame
sehingga satu sama lain kurang mengenal dan tidak terjadinya hubungan yang
BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. PENDIDIKAN KARAKTER DALAM BUKU FILSAFAT PENDIDIKAN AKAL DAN HATI KARYA AHMAD TAFSIR
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan bagian vital dalam kehidupan manusia, pendidikan
terutama Islam dengan berbagai coraknya yang berorientasi memberikan bekal
kepada manusia (peserta didik) untuk mencapai kebhagaiaan dunia dan akhirat. Oleh
karena itu, semestinya pendidikan (Islam) selalu diperbaharui konsep dan
aktualisasinya dalam rangka merespon perkembangan zaman yang selalu dinamis dan
temporal, agar peserta didik dalam pendidikan islam tidak hanya berorientasi pada
kebahagiaan hidup setelah mati tetapi kebahagiaan hidup didunia juga bisa diraih.
Manusia merupakan makhluk yang tidak bisa lepas dari pendidikan, yaitu
sebagai pelaku pendidikan itu sendiri (menjadi pendidik atau peserta didik). Dengan
kata lain, manusia adalah makhluk yang senantiasa terlibat dalam proses pendidikan,
baik yang dilakukan terhadap orang lain maupun terhadap dirinya sendiri (Sukardjo
dan Ukim, 2009:1).
Inilah menjadi titik beda antara pemberian akal dari Allah kepada
manusia dan pemberian akal kepada binatang atau yang lainnya. Kita harus
menyadari bahwa tujuan pendidikan adalah memperbaiki moral, lebih tegasnya yakni
Manusia sebagai individu merupakan objek bagi campur tangan sebuah
tindakan pendidikan. Dengan campur tangan itu manusia mengalami pertumbuhan
dan perkembangan. Struktur antropologinya yang terbuka pada lingkungan
memungkinkan terjadinya intervensi entah sadar atau tidak yang berasal dari luar
dirinya yang menjadikan manusia itu menjadi berpendidikan dan berpengetahuan
(Doni Koesoema, 2011:109). Yang paling utama tujuan yang paling mendasar dalam
pendidikan adalah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.
Nurani Soyomukti mengatakan, dalam buku teori-teori pendidikan bahwa
aspek-aspek yang biasanya paling dipertimbangkan dalam pendidikan antara lain:
penyadaran, pencerahan, pemberdayaan, perubahan perilaku (Soyomukti, 2010:27).
Pendidikan dalam arti yang luas meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua
untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya serta
ketrampilannnya kepada generasi muda usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi
fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah (Poerbakawatja, 1982:257).
Kata “Islam” dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan
tertentu, yaitu pendidikan yang berwarna Islam. Apa pendidikan itu menurut Islam?
Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu dibahas definisi pendidikan menurut
para pakar, setelah itu barulah dibahas apa pendidikan itu dalam prespektif atau
sering kita dengar dalam pandangan Islam Pembahasan tentang apa pendidikan itu
hadis, serta diambil juga dari pendapat para pakar pendidikan islam maupun pakar
pendidikan umum (Maulana, 2000: 4).
Pendidikan menurut orang awam, adalah mengajari murid di sekolah,
melatih anak hidup sehat, melatih silat, menekuni penelitian, membawa anak ke
masjid atau ketempat beribadah, melatih anak dalam seni dan lain-lain. Menurut
Ahmad Tafsir pendidikan mengawali dengan mengutip definisi dari Ahmad D
Marimba yang menyatakan bahwa pendidikan adalah sebagai bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh di pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1998: 20).
Menurut Ahmad Tafsir bahwa di Indonesia agaknya definisi ini telah
begitu mapan. Boleh menanyai mahasiswa yang belajar ilmu pendidikan tentang
definisi pendidikan. Akan tetapi definisi itu masih terlalu sempit, belum mencakup
seluruh kegiatan yang disebut pendidikan. Pendidikan itu terbatas pada kegiatan
pengembangan pribadi anak didik oleh pendidik berupa ora, jadi ada yang mendidik.
Kenyataanya dalam proses pengembangan yang sempurna itu seseorang tidak hanya
dipengaruhi oleh orang lain ia juga menerima pengaruh (entah bimbingan, entah
bukan, tidak menjadi soal) dari selain manusia, itu dapat diterima dari kebudayaan,
alam fisik dan lain-lainnya, maka dari situlah menyatakan bahwa pendidikan itu
menyangkut seluruh pengalaman (Lodge, 1974:23).
Bagaimana dengan definisi Marimba? Definisi itu baik, tetapi belum
Definisi itu mencukupi bila membatasi pendidikan hanyalah yang berupa pengaruh
seseorang kepada orang lain dengan sadar dan sengaja. Pendidikan oleh diri sendiri,
pendidikan oleh lingkungan tidak dimasukkan sebagai pendidikan.
Pengaruh-pengaruh yang disebut terakhir ini disebut Pengaruh-pengaruh saja bukan pendidikan. Jadi
pengaruh dari orang disebut pendidikan sedangkan pengaruh dari selain orang disebut
pengaruh saja (Zahra Idris, 1981:9). Di sini pendidikan itu malahan sudah amat
sempit pengertiannya: pendidikan adalah pengajaran. Jika hendak mengambil
pengertian pendidikan yang sempit. Alfred North Whitehead mengambil pengertian
pendidikan yang sempit. Ia menyatakan bahwa pendidikan adalah pembinaan
ketrampilan menggunakan pengetahuan. Lodge menyatakan bahwa pendidikan dalam
pengertian sempit malahan sekadar pendidikan di sekolah. Akan tetapi harus
konsisten, bila pengertian yang sempit yang digunakan, maka pengaruh selain dari
seseorang kepada orang lain harus dianggap bukan pendidikan itu bisa berpengaruh
(Syaiful Bahri, 2000:22).
Menurut Ahmad Tafsir sulitnya merumuskan definisi pendidikan
disebabkan antara lain oleh:
1. Banyaknya jenis kegiatan yang dapat disebut sebagai kegiatan pendidikan
2. Luasnya aspek yang dibina oleh pendidikan.
Kegiatan pendidikan dalam garis besarnya dapat dibagi tiga macam yaitu:
Adapun binaan pendidikan dalam garis besarnya mencakup tiga daerah
pendidikan juga ada tiga pokok yaitu, di dalam rumah, di dalam masyarakat, dan di
sekolah. Sebenarnya, definisi pendidikan dapat saja disusun, tetapi definisi itu akan
panjang sekali. Bila tidak panjang definisi itu akan panjang sekali. Inilah sebabnya
sebagian orang bahkan semua orang lebih senang mengambil definisi pendidikan
dalam arti sempit saja, yaitu pendidikan sebagai bimbingan yang sadar oleh seseorang
(pendidik) kepada orang lain (anak didik) agar ia menjadi orang yang lebih baik ini
adalah definisi pendidikan oleh Marimba. Kemudian kata pendidikan secara umum
adalah upaya memengaruhi orang lain agar berubah pola pikir, ucapan, perbuatan,
sifat dan wataknya sesui dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan
Setelah mengemukakan pengertian pendidikan dari para pakar, maka
Ahmad Tafsir mengemukakan pendapatnya bahwa dalam pengertian yang luas yaitu,
pendidikan ialah pengembangan pribadi dalam semua aspeknya dengan penjelasan
bahwa yang dimaksud pengembangan pribadi ialah yang mencakup pendidikan oleh
diri sendiri, pendidikan oleh lingkungan, dan pendidikan oleh diri sendiri, pendidikan
oleh orang lain (guru). Seluruh aspek mencakup jasmani, akal, dan hati.
Ahmad Tafsir berpendapat jadi keberhasilan seseorang dan suatu bangsa
dalam memperoleh tujuannya tidak hanya ditentukan oleh melimpah ruahnya sumber
daya alam, tetapi sangat ditentukan dengan kualitas sumber daya manusianya. Bukan
ada yang mengatakan bahwa “bangsa yang besar dapat dilihat dari kualitas/karakter
bangsa (manusia) itu sendiri.” Karena tujuan pendidikan secra umum adalah untuk
Kalau anda memegang bawang merah dan anda mengupasnya bagian luar. Anda
mengupas kulit bawang: anda mendapatkan kulit bawang. Dan anda kupas terus, pada
bagian paling dalam anda akan menemukan bawang yang amat kecil. Ini adalah
“lembaga” (kotiledon) bawang. Lembaga inilah yang akan tumbuh bila ditanam. Kulit
yang berlapis tadi bukan bawang, itu hanya kulit bawang yang tidak akan tumbuh bila
ditanam (Tafsir, 2008: 29).
2. Pengertian karakter
Secara kohern karakter memancar dari hasil oleh pikir, olah rasa dan
karsa, serta olahraga yang mengandung nilai, kemampuan, kapasitas moral, dan
ketegaran dalam menghadapi kesulitan dan tantangan (Budimansyah, 2010: 23). Dan
secara psikologis karakter individu dimaknai sebagai hasil keterpaduan empat bagian
yaitu, olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga sehingga menghasilkan enam
karakter utama dalam seorang individu, yaitu jujur, tanggung jawab, cerdas, bersih ,
tegas, sehat, peduli, dan kreatif. Keenam karakter tersebut dikembangkan dalam
setiap pribadi manusia terutama di Indonesia.
Karakter itu sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam
islam adalah kepribadian. Kepribadian itu komponennya ada tiga hal yaitu tahu
(pengetahusn), sikap, dan perilaku. Yang dimaksud dengan kepribadian utuh ialah
bila pengetahuan sama dengan sikap dan sama denngan perilaku. Kepribadian pecah
ialah bila pengetahuan sama dengan sikap tetaoi tidak sama dengan perilakunya atau
baik, dia siap menjadi orang jujur, tetapi perilakunya sering tidak jujur, ini adalah
kepribadian pecah.
Ahmad Tafsir mengemukakan jelaslah bahwa akhlak atau karakter itu
sangat penting. Ia menjadi penanda bahwa seseorang itu layak disebut manusia.
Karena pendidikan akhlak adalah bidang pendidikan yang terpenting. Karena akhlak
itu adalah kepribadian, maka paradigm pendidikannya sangat berbeda bila
dibandingkan dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan ketrampilan.
Pendekatannya adalah pendekatan untuk pendekatan kepribadian (Tafsir, 2004: 23).
Akhlak atau karakter itu diajarkan melalui metode internalisasi, tekhnik
pendidikannya ialah peneladanan, pembiasaan, penegakan peraturan dan
pemotivasian.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk bekerjasama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Pembuatan
karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal 1 UU Sisdiknas
tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembanggkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan
akhlak mulia. Dalam dunia pendidikan sekarang ini banyak dijumpai mata pelajaran
yang berkenaan dengan dengan karakter dan budi pekerti. Sehingga banyak
masalah akhlak dan moral dikalangan peserta didik pada berbagai level atau
tingkatan (Nurul Zuriah, 2008:118).Karakter sebagaimana didefinisikan oleh Ryan
dan Bohlin, mengandung tiga unsure pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing
the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the
good) (Majid, 2011:11). Menurut bahasa, karakter berasal dari bahasa Inggris,
character yang brarti sifat, watak, dan karakter (John M, 1979:107).
Di dalam bahasa Arab kata karakter sering disebut dengan istilah akhlak
yang oleh para ulama sering diartikan bermacam-macam. Ibn Miskawih berkata sifat
atau keadaan yang tertanam dalam jiwa yang paling dalam yang selanjutnya
melahirkan berbagai perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran
pertimbangan lagi (Ibn Miskawih, 1934:40).
Bila ditelusuri asal karakter berasal dari bahasa latin “kharakter”,
“kharassein”, “kharax”, dalam bahasa Inggris adalah character dan Indonesia
“karakter”, Yunani character dari charassein yang berarti membuat tajam, membuat
dalam. Dalam kamus Poerwadarminta, karakter diartikan sebagai tabiat, watak, dan
sifat-sifat kewajiban, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
yang lain. Nama dari jumlah seluruh cirri pribadi yang meliputi hal-hal seperti
perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi,
nilai-nilai dan pola pemikiran (Poerwadarminta, 1991:1149).
Menurut Ahmad Tafsir istilah karakter dan kepribadian atau watak sering
digunakan secara bertukar-tukar, watak adalah kepribadian dinilai, dan kepribadian
mempengarui segenap pikiran dan perbuatannya. Banyak yang memandang atau
mengartikan identik dengan kepribadian dan hanya merupakan salah satu aspek
kepribadian sebagaimana juga temperamen. Watak dan karakter berkenan dengan
kecenderungan dengan penilaian tingkah laku individu berdasarkan standar-standar
moral dan etika. Sikap dan tingkah laku seorang individu dinilai oleh masyarakat
sekitarnya sebagai sikap dan tingkah laku yang diinginkan atau ditolak, dipuji atau
dicela, baik ataupun jahat.
Dalam kaitannya dengan definisi karakter sebagai sebuah pola, baik itu
pikiran, sikap, maupun tindakan yang melekat pada diri seseorang dengan sangat kuat
dan sulit dihilangkan. Lebih lanjut di jelaskan karakter yang berarti mengukir, dari
arti tersebut mununjukkan tentang apa yang dimaksud dengan karakter. Sifat ukiran
adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Menghilangkan ukiran sama saja
dengan menghilangkan benda yang diukir itu. Sebab, ukiran melekat dan menyatu
dengan bendanya, begitu juga dengan karakter kalau sudah melekat dihati baik
karakter itu baik maupun buruk pada seseorang (Munir, 2010: 3).
Dengan mengetahui adanya karakter (watak, sifat dan tabi’at maupun
perangai) seseorang dapat memperkirakan reaksi-reaksi dirinya terhadap berbagai
fenomena yang muncul dalam diri ataupun hubungannya dengan orang lain, dalam
berbagai keadaan serta bagaimana mengendalikannya. Karakter dapat ditemukan
dalam sikap-sikap seseorang, terhadap dirinya, terhadap orang lain, terhadap
tugas-tugas yang dipercayakan padanya dan dalam situasi-situasi yang lainnya (Majid,
2011: 12). Dilihat dari sudut pengertian ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki