• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan pengaruh ceramah dan ceramah testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap sikap guru wanita sekolah dasar di kota Yogyakarta - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Perbedaan pengaruh ceramah dan ceramah testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap sikap guru wanita sekolah dasar di kota Yogyakarta - USD Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PENGARUH CERAMAH DAN CERAMAH-TESTIMONI

TENTANG KANKER SERVIKS DAN PAPSMEAR TERHADAP SIKAP

GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Yuanita Rostiana Subastian NIM : 058114060

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

PERBEDAAN PENGARUH CERAMAH DAN CERAMAH-TESTIMONI

TENTANG KANKER SERVIKS DAN PAPSMEAR TERHADAP SIKAP

GURU WANITA SEKOLAH DASAR DI KOTA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Yuanita Rostiana Subastian NIM : 058114060

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

v

Kupersembahkan karya skripsiku ini untuk yang terkasih:

Allah Bapa Sorgawi yang selalu membimbing, menyertai, dan memampukanku di setiap langkah kehidupanku

Keluargaku sebagai tanda kasih dan wujud baktiku yang teramat dalam. Tanpa kalian aku bukanlah siapa-siapa. Terima kasih atas doa, kasih sayang, dan

(6)
(7)
(8)

viii PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan Pengaruh Ceramah dan Ceramah-Testimoni tentang Kanker Serviks dan Papsmear

terhadap Sikap Guru Wanita Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta” dengan baik, sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Semua kelancaran dan keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas karena adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, atas semua kekuatan dan berkat yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih karena telah memampukan penulis dalam segala kelemahannya.

2. Papi dan Mami, atas cinta kasih, semangat, bantuan, dan doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis.

3. Cik Linda, Ko Alim, dan Jeffry yang telah memberikan semangat, perhatian, dan doa.

4. Ditto dan keluarga yang telah memberikan cinta kasih dan arti sebuah pengorbanan dan perjuangan hidup.

(9)

ix

6. dr. Fx. Ediati Triningsih, M.Sc., Sp.PA, selaku dosen pembimbing pertama yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis selama proses penelitian dan penulisan skripsi serta selaku pembicara dalam beberapa acara ceramah yang diadakan oleh penulis.

7. Yosef Wijoyo, Msi., Apt., selaku dosen pembimbing kedua atas bantuan dan masukan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat berhasil. 8. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan dr. Fenty M. Kes., Sp.PK selaku dosen

penguji skripsi yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang sangat berarti bagi penulis dalam penyusunan laporan skripsi ini.

9. Aris Widayati, M.Si., Apt., Romo Drs. Petrus Sunu Hardiyanta, S.J., S.Si., dan Ir. Ig. Aris Dwiatmoko, M.Sc., yang telah memberikan banyak masukan tentang metode dan cara analisis data pada penelitian ini.

10.Walikota Yogyakarta c.q. BAPEDA DIY yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di Kota Yogyakarta.

11.Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah bersedia memberikan ide atau masukan, serta bersedia meminjamkan ruang aula sebagai tempat untuk mengadakan acara ceramah dan ceramah-testimoni.

12.Kepala sekolah dan guru-guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang bersedia membantu jalannya skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(10)

x

14.Pak Wiwid dan Bu Wiwid, yang telah banyak membantu terselenggaranya acara ceramah dan ceramah-testimoni dengan baik.

15.Ibu Silah Parjono, atas keceriaan dan tenaga yang diberikan sebagai testimoner dalam acara ceramah-testimoni yang diadakan oleh penulis.

16.Teman-teman seperjuangan dan sepenanggungan: Rita, Hesti, Kaka Rosye, dan Jerry atas semangat dan keceriaan yang telah diberikan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun penulis dan teman-teman menyadari bahwa tidak segala sesuatu yang diharapkan harus menjadi kenyataan dan jalan untuk mencapai keberhasilan penuh dengan lika-liku yang harus dihadapi dan diselesaikan dengan penuh perjuangan.

17.Teman-teman FKK angkatan 2005, yang selalu mendukung dan memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis.

18.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik tentang skripsi ini, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu kefarmasian dan bagi semua pembaca.

Yogyakarta, Januari 2009

(11)

xi INTISARI

Di Indonesia, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan utama. Berdasarkan data Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada pada tahun 1994-1999, kanker serviks menempati urutan tertinggi kedua setelah kanker payudara di Yogyakarta. Morbiditas dan mortalitas kanker serviks dapat diturunkan dengan adanya sikap untuk melakukan papsmear.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh ceramah dan ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear terhadap sikap responden, yaitu guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental semu, dengan rancangan pre-post test intervention with control group dan deskriptif evaluatif. Penelitian ini menggunakan dua kelompok eksperimen yang diberi perlakuan berupa ceramah atau ceramah-testimoni dan kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan. Masing-masing kelompok diberi pretest dan postest untuk mengetahui efek perlakuan terhadap sikap responden.

Persentase peningkatan sikap tertinggi pada responden dengan umur 21-30 tahun (ceramah) serta umur 31-40 tahun dan 51-60 tahun (ceramah-testimoni); tingkat pendidikan terakhir SPG dan SLTA (ceramah) serta SPG dan SGPLB (ceramah-testimoni); belum pernah mendapatkan latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear (ceramah) serta pernah mendapatkan latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear dari instansi kesehatan (ceramah-testimoni); belum pernah melakukan papsmear (ceramah) serta pernah melakukan

papsmear terakhir pada tahun 1981-1990 (ceramah-testimoni). Analisis statistik menggunakan T-test independent sample dan Mann-Whitney U test dengan taraf kepercayaan 95% menunjukkan bahwa kedua metode dapat meningkatkan sikap responden secara signifikan, tetapi tidak berbeda bermakna.

(12)

xiv ABSTRACT

In Indonesia, cervical cancer is major medical problem. Refered to Anatomy Patology data from Medical Faculty of Gadjah Mada University, cervical cancer was the second highest frequency after breast cancer in 1994-1999, in Yogyakarta. The morbidity and mortality of cervical cancer can be reduced by the awareness to do papsmear.

The objective of this research was to recognize the difference between the influence of lecture and testimonial-lecture method in relation to cervical cancer and papsmear education against respondent behaviour. The respondents were women elementary school teachers in Yogyakarta City. The research method used was quasi-experimental, with pre-post test intervention, with control group and evaluative descriptive research design. Each of group was given pre-test and post-test to recognize the effect of intervention to respondent behaviour.

The highest increasing percentage of behaviour was on respondent who were 21-30 years old (in lecture method), also 31-40 years old and 51-60 years old (in testimonial-lecture method); her last education SPG and SLTA (in lecture method), also SPG and SGPLB (in testimonial-lecture method); never get background information of cervical cancer and papsmear (in lecture method), also ever get background information of cervical cancer and papsmear from medical institution (in testimonial-lecture method); never do paspmear (in lecture method), also ever done papsmear at the latest in 1981-1990 (in testimonial-lecture method). Result of the statistical analysis using T-test independent sample and Mann-Whitney U test with confidence level of 95%, showed that the two methods used were able to increase respondent behaviour significantly, but no significant different.

(13)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

PRAKATA... viii

INTISARI... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GAMBAR... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I. PENGANTAR... 1

A. Latar Belakang... 1

1. Perumusan Masalah... 4

2. Keaslian Penelitian... 5

3. Manfaat Penelitian... 5

B. Tujuan Penelitian... 6

1. Tujuan Umum... 6

(14)

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A. Kanker... 7

B. Kanker Serviks... 7

1. Definisi Kanker Serviks... 7

2. Penyebab Kanker Serviks... 8

3. Gejala Kanker Serviks... 8

4. Faktor Resiko Kanker Serviks... 9

C. Papsmear... 11

D. Edukasi Kesehatan... 15

E. Sikap... 17

F. Landasan Teori... 20

G. Kerangka Konsep... 21

H. Hipotesis... 22

BAB III. METODE PENELITIAN... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 23

B. Variabel Penelitian... 23

C. Definisi Operasional... 24

D. Tempat Penelitian... 25

E. Bahan Penelitian... 26

1. Populasi Penelitian... 26

2. Sampel (Responden/Subjek) dan Teknik Sampling... 26

(15)

xv

F. Instrumen Penelitian... 29

G. Tata Cara Penelitian... 31

1. Perijinan... 31

2. Penelusuran Data Populasi... 31

3. Pembuatan Kuesioner... 32

4. Perhitungan Sampel dan Randomisasi Sampel... 36

5. Pelaksanaan Intervensi... 37

6. Postest Satu Bulan Setelah Intervensi... 39

H. Tata Cara Analisis Hasil... 39

1. Manajemen Data... 39

2. Analisis Data... 40

I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian... 43

1. Kesulitan Penelitian... 43

2. Kelemahan Penelitian... 43

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 45

A. Pengaruh Karakteristik terhadap Sikap Responden... 45

1. Umur... 45

2. Tingkat Pendidikan... 50

3. Latar Belakang Informasi tentang Kanker Serviks dan Papsmear... 54

4. Riwayat Melakukan Papsmear... 59

(16)

xvi

C. Perbedaan Pengaruh Edukasi Ceramah dan Ceramah-Testimoni

tentang Kanker Serviks dan Papsmear terhadap Sikap Responden... 66

D. Rangkuman Pembahasan... 68

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA... 72

LAMPIRAN... 74

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Profil pertanyaan dalam kuesioner... 30 Tabel II. Frekuensi rentang umur responden... 45 Tabel III. Pengaruh karakteristik umur terhadap persentase perubahan

sikap responden... 47 Tabel IV. Frekuensi tingkat pendidikan responden... 50 Tabel V. Pengaruh karakteristik tingkat pendidikan terhadap

persentase perubahan sikap responden... 52 Tabel VI. Frekuensi latar belakang informasi tentang kanker serviks

dan papsmear responden... 54 Tabel VII. Pengaruh karakteristik latar belakang informasi tentang

kanker serviks dan papsmear terhadap persentase

perubahan sikap responden... 57 Tabel VIII. Frekuensi riwayat melakukan papsmear responden... 60 Tabel IX. Pengaruh karakteristik riwayat melakukan papsmear

terhadap persentase perubahan sikap responden... 62 Tabel X. Hasil luaran uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov...... 65 Tabel XI. Hasil uji hipotesis antara kelompok perlakuan dibandingkan

kelompok kontrol... 65 Tabel XII. Hasil analisis statistik antara kelompok perlakuan ceramah

dengan ceramah-testimoni... 66 Tabel XIII. Nilai rata-rata selisih pretest-postest pada metode ceramah

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sistem reproduksi wanita... 7

Gambar 2. Proses papsmear... 12

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian... 21

Gambar 4. Proses pengambilan data... 39

Gambar 5. Frekuensi rentang usia responden kelompok kontrol... 46

Gambar 6. Frekuensi rentang usia responden kelompok ceramah... 46

Gambar 7. Frekuensi rentang usia responden kelompok ceramah-testimoni... 46

Gambar 8. Pengaruh karakteristik umur terhadap persentase perubahan sikap responden... 48

Gambar 9. Frekuensi tingkat pendidikan responden kelompok kontrol.. 51

Gambar 10. Frekuensi tingkat pendidikan responden kelompok ceramah 51 Gambar 11. Frekuensi tingkat pendidikan responden kelompok ceramah-testimoni... 51

Gambar 12. Pengaruh karakteristik tingkat pendidikan terhadap persentase perubahan sikap responden... 52

Gambar 13. Frekuensi latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear kelompok kontrol... 55

Gambar 14. Frekuensi latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear kelompok ceramah... 55

Gambar 15. Frekuensi latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear kelompok ceramah-testimoni... 55

Gambar 16. Pengaruh karakteristik latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear terhadap persentase perubahan sikap responden... 57

(19)

xix

Gambar 18. Frekuensi riwayat melakukan papsmear responden pada

kelompok ceramah... 61 Gambar 19. Frekuensi riwayat melakukan papsmear responden pada

kelompok ceramah-testimoni... 61 Gambar 20. Pengaruh karakteristik riwayat melakukan papsmear

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Gambaran umum tentang metode ceramah dan

ceramah-testimoni... 74

Lampiran 2. Daftar sekolah dasar... 75

Lampiran 3. Kuesioner... 79

Lampiran 4. Hasil uji validitas dan reliabilitas………... 81

Lampiran 5. Hasil skoring pretest dan postest... 82

Lampiran 6. Hasil keluaran uji normalitas dengan K olmogorov-Smirnov... 92

Lampiran 7. Hasil luaran analisis statistik... 94

Lampiran 8. Surat permohonan izin Walikota Yogyakarta... 98

Lampiran 9. Surat undangan... 101

Lampiran 10. Surat rekomendasi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta... 103

(21)

1 BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker, dimana pertumbuhan sel-sel kanker ini lebih tinggi daripada sel-sel yang lain (Van de Velde, dkk., 1996).

Kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada jaringan serviks atau leher rahim yang menghubungkan antara organ uterus dan vagina.

Berdasarkan data dari NCI (National Cancer Institute) selama tiga dekade terakhir ini di USA, insiden dan mortalitas kanker serviks mempunyai kecenderungan menurun sampai sekitar 50%, namun penyakit ini tetap menjadi masalah kesehatan serius. Di negara yang sama, telah diprediksi bahwa akan terjadi 11.070 kasus baru pada tahun 2008 ini sedangkan kematian yang terjadi adalah 3.870 orang. Pada tahun 2006, kanker serviks menempati urutan kedua sebagai jenis kanker yang paling banyak diderita kaum perempuan dan menjadi jenis kanker ketiga yang paling banyak menyebabkan kematian yaitu sekitar 300.000 kematian per-tahun di dunia (NCI, 2007).

(22)

pertama jenis kanker yang terjadi pada wanita, menyusul kemudian kanker payudara sebesar 18,4% (WHO, 2006).

Berdasarkan data Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta bagian Patologi dan Anatomi, kanker serviks menempati menempati urutan tertinggi kedua, setelah kanker payudara pada tahun 1994-1999 di Yogyakarta (Ghozali dan Irianiwati, 1999).

Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang dapat ditemukan pada stadium dini. Kanker serviks pada umumnya berkembang relatif lambat dan kemungkinan tidak ada gejala bila masih berada dalam tahap pra-kanker. Salah satu upaya deteksi dini adanya kanker serviks adalah dengan melakukan tes papsmear

secara rutin. Papsmear merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi kanker serviks secara dini dengan mengambil sel-sel dari leher rahim guna melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada sel yang bertendensi menjadi sel kanker serviks (Van de Velde, dkk., 1996).

Berdasarkan data dari Yayasan Kanker Indonesia Pusat, kesadaran dan kewaspadaan masyarakat terhadap kanker serviks masih rendah. Padahal kanker serviks merupakan satu-satunya penyakit kanker yang dapat dicegah, dan diatasi sampai sembuh bila masih berada dalam tahap pra-kanker, yaitu dengan melakukan

papsmear sebagai cara deteksi dini kanker serviks (Susilo, dkk., 2000).

Berdasarkan laporan NCI, pada tahun 1955-1992, papsmear dapat menurunkan insidensi kanker serviks di USA sebesar 74%. Sebanyak 85% kematian akibat kanker serviks adalah pada penderita yang belum pernah melakukan papsmear

(23)

Menurut Sarwono, (1997), sikap dan perilaku seseorang dapat berubah dengan adanya tambahan informasi tentang obyek tersebut. Pemberian informasi dapat dilakukan dengan metode ceramah, testimoni, Cara Belajar Ibu Aktif (CBIA), penyuluhan, leaflet, seminar, dll.

Penelitian ini dilakukan dengan metode ceramah dan metode ceramah-testimoni dengan sampel guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Dalam kedua metode edukasi ini, peserta memperoleh materi mengenai kanker serviks dan

papsmear dari narasumber yang kompeten. Metode ceramah dipilih karena dapat memberikan pengetahuan tentang kanker serviks dan papsmear kepada peserta ceramah, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikapnya. Metode ceramah-testimoni dipilih karena dapat memperkuat pengetahuan, mendorong dan membangkitkan sikap peserta ceramah-testimoni tentang pentingnya melakukan

papsmear sebagai deteksi dini kanker serviks, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks.

Penelitian ini dilakukan pada guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta karena jumlahnya paling banyak dibandingkan guru TK, SLTP, dan SMU (berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta), dianggap dapat menjadi panutan bagi masyarakat dan memiliki ilmu untuk mendidik orang lain, sehingga dapat meneruskan pengetahuan dan sikap tentang pentingnya papsmear sebagai upaya deteksi dini kanker serviks.

(24)

Indonesia adalah ”Melalui Kemitraan, meningkatkan kualitas pelayanan dan kepedulian masyarakat terhadap kanker”. Berdasarkan motto dan tema tersebut maka Yayasan Kanker Indonesia berupaya untuk bekerja sama dengan semua unsur seperti peneliti, tenaga kesehatan, pekerja sosial, pendidik, ahli komunikasi, ahli manajemen dan unsur lain yang terkait untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas kanker di Indonseia. Berdasarkan Munas IV Yayasan Kanker Indonesia tahun 2000, kanker serviks termasuk dalam 10 jenis kanker yang menjadi prioritas bagi Yayasan Kanker Indonesia untuk diteliti. Salah satu harapan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta menyelenggarakan pendidikan kefarmasian adalah untuk menghasilkan apoteker yang mempunyai semangat patient oriented dalam menjalankan tanggung jawab profesinya, sehingga masyarakat (pasien) akan selalu menjadi fokus perhatian. Dengan adanya kerjasama yang baik, diharapkan hasil penelitian skripsi ini dapat diaplikasikan bagi kedua institusi.

1. Perumusan masalah

a. Bagaimana pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear terhadap sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta?

b. Apakah metode ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan

(25)

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis pernah dilakukan oleh Dewi, (2006) yaitu “Pengaruh Penyuluhan tentang Kanker Serviks terhadap Perilaku Ibu dalam Deteksi Dini Kanker Serviks Di RT 05 RW 03 Kelurahan Bulak : Penelitian Pra-Experimental (One Group Pra Test-Post Test Design)” .

Penelitian kali ini menitikberatkan pada perbedaan pengaruh metode edukasi ceramah dan ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmer

terhadap sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Perbedaan dengan penelitian yang terdahulu terletak pada tema yang diangkat, subjek yang diteliti, lokasi penelitian, waktu pelaksanaan, serta metode penelitian yang digunakan. Penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan sebanyak 3 kali yaitu sebelum perlakuan, setelah perlakuan, dan 1 bulan setelah perlakuan untuk melihat pengaruh metode edukasi yang telah diberikan terhadap perubahan sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai kanker serviks dan

papsmear.

(26)

c. Manfaat praktis. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta dengan melakukan papsmear sebagai upaya untuk deteksi dini kanker serviks, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat kanker serviks.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh ceramah dan ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear

terhadap sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear terhadap sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.

(27)

7 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Kanker

Kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian dimana pertumbuhan sel-sel kanker ini lebih tinggi daripada sel-sel yang lain (Susilo, dkk., 2000).

B.Kanker Serviks

1. Definisi kanker serviks

Kanker serviks (cervical cancer) adalah tumbuhnya sel-sel abnormal yang terjadi pada area leher rahim atau serviks. Serviks adalah bagian rahim yang menghubungkan badan rahim dengan vagina (Anonim a, 2008).

Gambar 1. Sistem reproduksi wanita

(28)

2. Penyebab kanker serviks

Lebih dari 95% kanker serviks disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai Human Papilloma Virus (HPV). Terdapat lebih dari 100 tipe HPV, dimana sebagian besar tidak berbahaya, tidak menimbulkan gejala yang terlihat dan akan hilang dengan sendirinya. Infeksi HPV paling sering terjadi pada kalangan dewasa muda (18-28 tahun). Walaupun sebagian besar infeksi HPV akan sembuh dengan sendirinya dalam 1-2 tahun karena adanya sistem kekebalan tubuh alami, infeksi menetap yang disebabkan oleh tipe-tipe HPV yang berisiko tinggi seperti tipe 16 atau 18 akan mengarah pada kanker serviks. Tipe HPV yang dapat mengakibatkan terjadinya kanker serviks adalah tipe 16, 18, 33, 45, 51, dan 52. HPV tipe 6 dan 11 hanya akan menyebabkan kutil (genital warts) yang pada umumnya jarang mengarah pada kanker serviks (Anonim a, 2008).

3. Gejala kanker serviks

Pada awalnya, kanker serviks terkadang tidak menimbulkan gejala, namun bila terdapat gejala, biasanya dalam bentuk keputihan (vaginal discharge). Kanker serviks mulai berkembang ketika sel-sel abnormal pada dinding serviks mulai memperbanyak diri tanpa terkontrol dan membentuk sebuah benjolan yang disebut tumor. Apabila sel-sel abnormal ini berkembang menjadi kanker serviks, barulah muncul gejala seperti perdarahan pada vagina secara abnormal (perdarahan di antara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual), serta rasa sakit saat berhubungan seksual (Anonim a, 2008).

(29)

4. Faktor risiko kanker serviks

Beberapa faktor risiko terjadinya kanker serviks adalah :

a. riwayat aktivitas seksual terlalu dini (kurang dari 16 tahun). Pada kondisi tersebut, sel-sel mukosa pada serviks belum matang sehingga masih rentan terhadap rangsangan (tidak siap menerima rangsangan dari luar), termasuk zat-zat kimia yang dibawa oleh sel sperma. Hal ini mengakibatkan sel mukosa berubah menjadi sel kanker karena sifat sel selalu berubah setiap saat (mati dan tumbuh lagi). Adanya rangsangan dapat membuat sel yang tumbuh lebih banyak daripada sel yang mati, sehingga perubahannya tak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisaberubah sifatmenjadi sel kanker (Praz, 2006).

b. saat ini memiliki pasangan seks yang banyak (multiple). Bila seorang wanita berhubungan seksual hanya dengan pasangannya, dan pasangannya pun tidak melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan mengakibatkan kanker serviks. Namun bila memiliki pasangan seksual lebih dari satu orang, maka erat kaitannya dengan kemungkinan tertular penyakit kelamin, salah satunya Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel dipermukaan mukosa serviks hingga membelah menjadi lebih banyak. Bila jumlahnya terlalu banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, maka akan menjadikanker serviks (Praz, 2006).

c. riwayat penyakit seksual menular dan infeksi Human Papilloma Virus

(30)

d. sistem imun yang lemah karena beberapa faktor seperti transplantasi organ, kemoterapi, penggunaan kortikosteroid kronis atau riwayat kontrasepsi hormonal atau penggunaan pil KB lebih dari 4 tahun (risiko terkena kanker serviks meningkat 1-1,5x). Namun kondisi tersebut hanya besifat sementara dan akan kembali normal setelah 10 tahun apabila pemakaian pil KB dihentikan (Praz, 2006).

e. merokok. Pada wanita perokok, konsentrasi nikotin pada getah serviks 56 kali lebih tinggi dibandingkan di dalam serum. Kandungan nikotin dalam rokok dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks, serta membuat semua selaput lendir sel-sel tubuh bereaksi, termasuk mukosa serviks. Diperkirakan nikotin juga memberikan efek toksik pada sel epitel, sehingga memudahkan masuknya mutagenvirus (Praz, 2006).

f. terpapar hormon dietilstilbestrol (DES) sebelum lahir. Pada tahun 1940-1970, DES digunakan wanita hamil untuk mencegah keguguran. Sebanyak 1 di antara 1000 wanita yang ibunya mengkonsumsi DES, menderita adenokarsinoma sel bersih pada vagina maupun serviks. Resiko tertinggi terjadi jika ibu mengkonsumsi DES pada usia kehamilan 16 minggu (Anonim b, 2008).

(31)

(folic acid), vitamin C, vitamin E, beta karoten/retinol dihubungkan dengan peningkatan risiko kanker serviks. Vitamin E, vitamin C dan beta karoten mempunyai khasiat antioksidan yang kuat. Antioksidan dapat melindungi DNA/RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Vitamin E banyak terdapat dalam minyak nabati (kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-kacangan). Vitamin C banyak terdapat dalam sayur-sayuran dan buah-buahan (Sjamsuddin, 2001).

h. melahirkan banyak anak (Anonim b, 2008).

C.Papsmear

Papsmear, disebut juga tes Pap, adalah prosedur pemeriksaan sederhana untuk mengambil sel serviks dengan tujuan memeriksa atau mendeteksi adanya sel kanker atau sel abnormal yang bertendensi untuk menjadi sel-sel kanker. Pemeriksaan

papsmear juga dapat mendeteksi adanya proses inflamasi atau infeksi pada organ serviks (NCI, 2007).

Di negara maju, sejak wanita mulai melakukan papsmear lebih dari 50 tahun lalu, angka kematian karena kanker serviks menurun drastis (sampai 50%). Dulu kanker serviks merupakan penyebab utama kematian pada wanita di Amerika Serikat, namun sekarang hanya menempati urutan ke-15 menurut American Cancer Society

(Anonim b, 2008).

Papsmear dilakukan pada wanita yang sudah menikah atau pernah melakukan hubungan seks. American Cancer Society merekomendasikan papsmear

(32)

Tanpa melihat usia, jika memiliki faktor risiko, maka perlu melakukan tes setiap tahun (Anonim b, 2008). Apabila dalam tiga kali pemeriksaan berturut-turut hasilnya normal, maka untuk selanjutnya frekuensi pemeriksaan dapat dikurangi, misalnya setiap dua tahun sekali. Pada wanita kelompok risiko tinggi, pemeriksaan harus dilakukan setahun sekali atau sesuai petunjuk dokter (Susilo, dkk., 2000).

Pemeriksaan papsmear dilakukan oleh dokter ahli kebidanan, dokter umum, atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat spekulum untuk membantu membuka vagina dan melihat permukaan leher rahim. Permukaan leher rahim diusap dengan spatula untuk mengambil lendir yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan yang adekuat (Nasir, 2008).

Gambar 2. Proses papsmear

(33)

Papsmear bukan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes skrining untuk memperingatkan dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter tentang risiko yang ada. Beberapa istilah yang digunakan :

1. Normal

Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi), sehingga tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai papsmear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.

2. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of undetermined significance)

Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, papsmear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah terdapat sel pra-kanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, maka perlu melakukan tes lebih lanjut.

3. Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)

Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari

(34)

4. Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)

Sel glandular memproduksi lendir yang tumbuh pada permukaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.

5. Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells)

Sel yang diperoleh dari papsmear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut (Anonim b, 2008).

Untuk meyakinkan papsmear yang dilakukan efektif, maka sebelum melakukan tes:

1. menghindari melakukan hubungan seksual atau menggunakan obat vaginal atau busa / krim / gel spermisid selama 2 hari sebelum melakukan papsmear karena ini dapat menyembunyikan sel abnormal pada pemeriksaan mikroskopik

(35)

Papsmear menggambarkan sel-sel yang ada pada permukaan serviks. Namun tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil negatif palsu, artinya tes memperlihatkan tidak ada sel abnormal, walaupun sebenarnya pasien memiliki sel atipikal. Perkiraan kejadian hasil negatif palsu dengan papsmear konvensional kurang dari 5% atau 1 dari setiap 20 wanita. Papsmear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang terjadi, maksudnya tes memperlihatkan ada sel abnormal, walaupun sebenarnya pasien tidak memiliki sel atipikal. Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:

1. pengambilan sel yang tidak cukup 2. sel abnormal sedikit

3. lokasi lesi tidak dapat dijangkau 4. lesi kecil

5. sel abnormal meniru sel benigna

6. darah atau pembengkakan sel menyembunyikan sel abnormal (Anonim b, 2008).

D.Edukasi Kesehatan

(36)

apabila mereka diikutsertakan di dalam usaha kesehatan masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan pada dasarnya ialah suatu proses mendidik individu atau masyarakat supaya mereka dapat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Seperti halnya proses pendidikan lainnya, pendidikan kesehatan mempunyai unsur masukan atau input (perilaku pemakai sarana kesehatan dan petugas kesehatan) yang setelah diolah dengan teknik-teknik pendidikan tertentu akan menghasilkan keluaran atau output (perubahan perilaku masyarakat sasaran) yang sesuai dengan harapan atau tujuan kegiatan itu (Sarwono, 1997).

Metode ceramah yaitu metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada masyarakat yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ini cocok untuk kelompok besar (apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang). Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Adrian, 2004).

Metode ceramah akan berhasil bila penceramah dapat mempersiapkan diri dengan mempelajari materi menurut sistematika yang baik, dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. Metode ceramah merupakan cara yang paling umum untuk berbagi pengetahuan dan fakta kesehatan. Namun metode ini mempunyai kelemahan, karena sering dilakukan secara sepihak tanpa memberi kesempatan kepada peserta untuk aktif berperan serta. Oleh karena itu metode ini akan menjadi efektif bila dirangkaikan dengan tanya jawab antara pemberi ceramah dengan peserta ceramah, sehingga terjadi komunikasi dua arah (Soebroto, dkk., 2001)

(37)

dengan kesehatan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku kesehatan orang lain. Akan tetapi sikap dan perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang bersifat dinamis, yang menimbulkan konsekuensi suatu problematika, sehingga perlu pendekatan pemecahan masalah yang spesifik dan terus menerus diperbaharui (Hardon, 2001).

E. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai bentuk evaluasi atau reaksi perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada suatu objek tertentu. Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (Azwar, 2006).

Pengukuran terhadap sikap seharusnya mencakup karakterisitik sikap, yaitu meliputi:

1. Arah

(38)

tidak memihak atau tidak mendukung suatu objek sikap berarti mempunyai sikap yang arahnya negatif terhadap objek yang bersangkutan.

2. Intensitas

Intensitas atau kekuatan sikap pada setiap orang belum tentu sama. Dua orang yang sama-sama mempunyai sikap positif terhadap sesuatu, mungkin tidak sama intensitasnya dalam arti yang satu bersikap positif akan tetapi yang lain bersikap lebih positif lagi daripada yang pertama. Demikian juga sikap negatif mempunyai derajat kekuatan yang bertingkat-tingkat.

3. Keluasan

Pengertian keluasan sikap menunjuk kepada luas atau tidaknya cakupan aspek objek sikap yang disetujui atau tidak disetujui oleh seseorang. Seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap objek sikap secara menyeluruh, yaitu terhadap semua aspek yang ada pada objek sikap. Sebaliknya, seseorang dapat mempunyai sikap favorabel terhadap sesuatu secara sempit, yaitu ia mempunyai sikap positif yang hanya terbatas pada sebagian kecil saja aspek yang menyangkut objek sikap tersebut. Demikian pula dengan sikap tak-favorabel atau sikap negatif dapat berupa sikap yang luas cakupannya dalam arti meliputi sebagian besar atau semua aspek objek sikap dan dapat pula merupakan sikap negatif yang sangat terbatas hanya pada satu atau dua aspek saja.

4. Konsistensi

(39)

menyatakan setuju pada sesuatu tetapi sekaligus juga menyatakan tidak mendukung objek sikap tersebut. Perlu dibedakan antara sikap yang tidak konsisten, dalam arti bahwa tidak ada kesesuaian respon sikap dalam diri individu, dengan sikap yang netral. Suatu sikap dikatakan netral apabila sikap itu tidak memihak atau tidak dapat dikatakan sebagai favorabel maupun tak-favorabel, sedangkan sikap yang tidak konsisten tidak dapat disimpulkan artinya.

5. Spontanitas

Spontanitas sikap meliputi sejauh mana kesiapan subjek untuk menyatakan sikapnya secara spontan. Suatu sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila sikap dinyatakan tanpa perlu mengadakan pengungkapan atau desakan agar subjek menyatakan sikapnya. Dalam berbagai bentuk skala sikap yang umumnya harus dijawab dengan ”setuju” atau ”tidak setuju”, spontanitas ini pada umumnya tidaklah dapat diukur (Azwar, 1988).

Struktur sikap terdiri atas tiga komponen, yaitu : 1. Komponen kognitif

(40)

2. Komponen afektif

Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhada suatu objek sikap. Reaksi emosional banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek.

3. Komponen konatif

Komponen konatif merupakan kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapi, banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan terhadap suatu objek. Komponen konatif meliputi bentuk perilaku yang dapat dilihat secara langsung, tetapi juga bentuk perilaku pernyataan atau perkataan yang diucapkan seseorang mengenai suatu objek (Azwar, 2006).

F. Landasan Teori

Di negara berkembang seperti Indonesia, kanker serviks masih menjadi masalah kesehatan utama bagi masyarakat. Kanker serviks merupakan penyakit mematikan yang menempati urutan tertinggi kedua sebagai kanker yang paling sering diderita oleh kaum perempuan di Yogyakarta setelah kanker payudara.

(41)

dilakukan pengobatan dengan cepat dan tepat, bahkan sampai sembuh bila terdeteksi pada masa pra-kanker.

Untuk melakukan papsmear, masyarakat perlu mempunyai pengetahuan, sikap, dan perilaku yang cukup memadai tentang kanker serviks dan papsmear itu sendiri. Upaya untuk meningkatkan sikap masyarakat tentang kanker serviks dan

papsmear dapat dilakukan dengan beberapa cara misalnya dengan melakukan edukasi kesehatan. Penelitian ini menggunakan dua metode edukasi kesehatan yaitu metode ceramah dan metode ceramah-testimoni mengenai kanker serviks dan papsmear. Dengan dua metode edukasi yang berbeda, tentunya akan menghasilkan luaran yang berbeda pula. Hasil ini akan dibuktikan dengan analisis statistik T-test independent sample bila distribusi data normal dan Mann-Whitney U test bila distribusi data tidak normal.

G.Kerangka Konsep

Kerangka konsep atau frame work adalah suatu abstrak logikal yang secara harfiah akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penelitian dengan ilmu pengetahuan. Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah bahwa dengan adanya edukasi kesehatan menggunakan metode ceramah dan metode ceramah-testimoni tentang kanker serviks dan papsmear, diharapkan dapat memberikan pengaruh berupa peningkatan sikap responden.

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian

Sikap Ceramah dan

ceramah-testimoni

(42)

H.Hipotesis

Ada perbedaan peningkatan sikap yang signifikan tentang kanker serviks dan

(43)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian adalah eksperimental semu (quasi-experimental research) dengan rancangan penelitian pre-post test intervention with control group dan deskriptif evaluatif. Penelitian eksperimental semu adalah penelitian yang mencari hubungan sebab akibat dalam kehidupan nyata, tidak memungkinkan untuk mengontrol semua hal yang berpengaruh dan menghadapi kesulitan teknis dan etika untuk dapat melakukan randomisasi subjek (Pratiknya, 2001). Jenis eksperimental semu digunakan dalam penelitian ini untuk melihat efek edukasi berupa ceramah dan ceramah-testimoni terhadap sikap responden. Rancangan penelitian deskriptif evaluatif digunakan untuk menggambarkan pengaruh karakteristik responden berdasarkan umur, tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear terhadap sikap responden (dilihat dari persentase peningkatan sikap yang dialami responden).

B.Variabel Penelitian

1. Variabel pengaruh (independent) dalam penelitian ini adalah perlakuan yang berupa edukasi kesehatan tentang kanker serviks dan papsmear dengan metode ceramah maupun ceramah-testimoni.

(44)

C.Definisi Operasional

1. Kanker serviks adalah kanker atau pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel pada jaringan di dinding leher rahim, yang dapat menyebar ke organ lain dan mengakibatkan kematian.

2. Papsmear adalah suatu metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi secara dini ada atau tidaknya kanker serviks, yang dilakukan dengan cara mengambil sel-sel yang terdapat pada jaringan epitel leher rahim oleh dokter ahli kebidanan, dokter umum, atau bidan yang terlatih dan hasilnya diperiksa menggunakan mikroskop di laboratorium klinik oleh ahli Patologi Anatomi.

3. Responden dalam penelitian ini adalah semua guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta, baik negeri maupun swasta, yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah dan ceramah-testimoni yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi.

4. Ceramah adalah metode edukasi berupa pemaparan materi mengenai kanker serviks dan papsmear dari narasumber yang berkompeten (tim dokter Yayasan Kanker Indonesia cabang Daerah Istimewa Yogyakarta) kepada responden secara dua arah.

(45)

6. Sikap adalah pandangan hidup dan kecenderungan responden untuk melakukan tindakan pencegahan kanker serviks dengan melakukan papsmear dengan kesadaran yang didasari oleh pengetahuan, dimana hasilnya dapat diukur dengan kuesioner.

D.Tempat Penelitian

(46)

E.Bahan Penelitian

1. Populasi penelitian

Populasi penelitian adalah guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. 2. Sampel (responden/subjek) dan teknik sampling

Subjek penelitian yang digunakan adalah semua guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta, baik negeri maupun swasta, yang mengisi dan mengembalikan kuesioner, dan atau bersedia menghadiri acara ceramah dan ceramah-testimoni yang diadakan oleh peneliti, serta memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah guru yang bekerja di sekolah dasar negeri maupun swasta di Kota Yogyakarta, berjenis kelamin wanita, sudah menikah, belum pernah melakukan papsmear atau terakhir melakukan papsmear

pada pertengahan tahun 2005.

Responden penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik multistages cluster randomsampling (rancangan acak klaster bertingkat). Teknik sampling ini dilakukan mengacu pada Pratiknya, (2001) dengan cara sebagai berikut :

(47)

b. Memilih klaster dengan cara random murni. Berdasarkan tabel panduan untuk menentukan banyaknya klaster sampel menurut Luts (cit., Pratiknya, 2001), dengan taksiran proporsi 0,50 dan total klaster sebanyak 14 maka didapatkan 7 klaster sampel untuk masing-masing kelompok yaitu kelompok ceramah, kelompok ceramah-testimoni dan kelompok kontrol.

c. Membuat daftar sekolah dasar dari semua klaster yang terpilih sebagai klaster sampel.

d. Memilih sekolah dasar dari daftar sekolah dasar tersebut, sebanyak yang dikehendaki dengan menggunakan teknik random. Jumlah sekolah dasar yang dipilih, dihitung seperti tercantum pada uraian besar sampel selanjutnya.

e. Melakukan identifikasi individu yang memenuhi kriteria inklusi penelitian di dalam klaster yang terpilih.

3. Besar sampel

Besar sampel pada teknik sampling klaster multitahap dilakukan sebagai berikut (Pratiknya, 2001) :

a. Menentukan jumlah keseluruhan subjek sampel yang dihitung menggunakan rumus besar sampel minimal:

xpxq Z N

x d

xpxq NxZ

n 2 2

2

) 1

(

(48)

Keterangan:

n = jumlah sampel

N = besar populasi (2.012 guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta)

p = estimator proporsi populasi (0,5) dan q = (1-p) = 0,5 Zα = harga standar normal (1,96) dengan harga α = 5% d = penyimpangan yang ditolerir (10%)

(Pujirahardjo, 1993). b. Menentukan jumlah klaster sampel, dilakukan dengan menggunakan tabel menurut Luts (cit., Pratiknya, 2001). Berdasarkan tabel didapatkan jumlah klaster sampel untuk masing-masing perlakuan sebesar 7 kecamatan.

c. Menentukan jumlah keseluruhan sekolah dasar dalam klaster-klaster sampel (c1), dan menyusun daftar sekolah dasar pada tiap klaster (c2). d. Menentukan jumlah subjek yang harus dipilih dari tiap klaster sampel

dengan cara:

1 2

c c a

d  

Keterangan:

a = jumlah keseluruhan subjek sampel.

c1 = jumlah seluruh guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta dalam seluruh klaster sampel.

(49)

d = jumlah subjek sampel (guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta) yang harus dipilih dari setiap klaster.

Dari perhitungan tersebut, akan diperoleh jumlah guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang akan dipilih sebagai subjek penelitian, namun karena data terbaru yang diperoleh dari Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada tahun 1994-1995 tidak menyebutkan secara pasti daftar dan jumlah guru untuk setiap sekolah dasar, banyak guru wanita sekolah dasar yang sudah pensiun, dan beberapa sekolah dasar di Kota Yogyakarta sudah melebur maka rumus di atas tidak dapat digunakan.

Untuk mengatasinya maka pada pengambilan sampel dilakukan dengan melakukan randomisasi sekolah dasar untuk setiap klaster sampel dan memilih guru wanita dari tiap sekolah dasar tesebut hingga memenuhi jumlah sampel minimal yang dikehendaki.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner (kelompok urutan pernyataan yang disusun untuk mengumpulkan data dan informasi dari responden atau subjek penelitian), dengan memberi seperangkat pernyataan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Untuk mengukur data kuantitatif dibutuhkan suatu skala pengukuran. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala

(50)

Penyusunan kuesioner mengacu pada profil pertanyaan pengukuran aspek sikap tentang kanker serviks dan papsmear berdasarkan NCI, (2007) yang dapat dilihat pada tabel I.

Tabel I. Profil pertanyaan dalam kuesioner (NCI, 2007)

No. Pertanyaan Pengukuran Aspek Sikap

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Pendapat tentang ancaman kanker serviks pada penurunan kualitas hidup. Upaya pencegahan kanker serviks.

Pendapat tentang deteksi dini kanker serviks dengan papsmear.

Pendapat tentang hal yang menghambat (kerugian) deteksi dini dengan

papsmear.

Pendapat tentang hal yang mendukung (keuntungan) deteksi dini dengan

papsmear.

Pendapat tentang tempat melakukan papsmear.

Pendapat tentang biaya papsmear.

Pernyataan dalam kuesioner merupakan pernyataan tertutup. Untuk memudahkan responden menjawab, diberikan empat pilihan jawaban, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk menghindari kesan seakan-akan jawaban selalu benar atau selalu salah, maka dalam pembuatan kalimat pernyataan, harus selalu seimbang antara pernyataan negatif (unfavorable) dengan pernyataan positif (favorable). Variasi pernyataan membuat responden akan memikirkan lebih hati-hati dalam menjawab, sehingga stereotipe responden dalam menjawab dapat dihindari (Azwar, 2006). Kuesioner dibuat dengan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami dan tidak terjadi perbedaan penafsiran yang dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian.

(51)

Materi edukasi tentang kanker serviks dan papsmear diperoleh dari Yayasan Kanker Indonesia cabang DIY yang telah distandarisasi untuk setiap pemberian edukasi tentang kanker serviks dan papsmear kepada masyarakat umum. Narasumber testimoni (testimoner) yaitu penderita kanker serviks yang telah sembuh dan pernah melakukan papsmear akan membagikan pengalaman atau kesaksian mengenai penyakit yang pernah diderita, meliputi : gejala yang dialami, bagaimana testimoner mengetahui tentang penyakitnya (deteksi atau diagnosis), tindakan pengobatan dan penanganan yang dilakukan, motivasi untuk sembuh, motivasi kepada guru-guru untuk mencegah kanker serviks dengan melakukan papsmear sebagai upaya deteksi dini.

G.Tata Cara Penelitian 1. Perijinan

Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian pada populasi penelitian yaitu guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal penelitian ke bagian perijinan Walikota Yogyakarta c.q. BAPEDA kota Yogyakarta. Perijinan dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

2. Penelusuran data populasi

(52)

3. Pembuatan kuesioner

Pembuatan kuesioner ada 3 tahap yaitu:

a. Pembuatan kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitian kelompok dengan anggota 6 orang yang mengangkat tema berbeda, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku, sehingga pernyataan dalam kuesioner yang digunakan menyangkut ketiga aspek tersebut.

Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, asal sekolah dasar, status pernikahan, lama menikah, dan jumlah anak, pendidikan terakhir, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan

papsmear, dan riwayat melakukan papsmear. Bagian kedua untuk mengukur sikap responden tentang kanker serviks dan papsmear.

Pernyataan pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu sikap berdasarkan panduan dari NCI, (2007). Namun hanya diambil 6 dari 7 panduan NCI tersebut karena ada satu panduan yang digunakan dalam aspek pengetahuan maupun aspek sikap, yaitu panduan mengenai upaya pencegahan kanker serviks. Pernyataan tersebut disusun dengan modifikasi skala

Likert dari 5 pilihan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) menjadi 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Modifikasi skala

(53)

tengah yaitu ragu-ragu. Menurut Hadi, (2000) hal ini penting dilakukan karena kategori jawaban ragu-ragu memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral. Jawaban di bagian tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu atas arah kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Selain itu modifikasi ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju, karena pada umunya orang Indonesia cenderung tidak mau memberikan jawaban yang terlalu ekstrim.

Pada kuesioner, terdapat 3 macam variabel yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Namun peneliti hanya ingin melihat pernyataan yang termasuk variabel sikap, yaitu terdapat pada nomor 9, 13 14, 16, 20, dan 21 dimana keenam pernyataan tersebut merupakan pernyataan

favorable (lampiran 4). Penilaian untuk pernyataan yang favorable

adalah sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

(54)

Sebuah pernyataan dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Dengan kata lain, sebuah item pernyataan dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika terdapat skor kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item.

Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥ 0,5 (Azwar, 2006).

Uji validitas dilakukan kepada 15 guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Uji validitas ini dilakukan di SDN Bumijo, SDN Bener, dan SDN Sagan Yogyakarta. Pada tahap ini, butir-butir pernyataan pada kuesioner yang belum valid disusun ulang kalimatnya agar menjadi valid.

(55)

Pada uji validitas juga dilakukan uji pemahaman bahasa kepada guru wanita sekolah dasar tersebut dengan cara peneliti mendampingi satu persatu guru wanita sekolah dasar dalam mengisi kuesioner dan menanyakan apakah pernyataan dalam kuesioner mudah dipahami atau tidak.

c. Uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap. Dengan demikian, masalah reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Atau kalaupun terjadi perubahan hasil instrumen, perubahannya dianggap tidak berarti.

Menurut Azwar (2006), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0 - 1. Semakin tingggi nilai koefisian reliabilitas atau mendekati angka 1 berarti semakin tingggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

(56)

sebesar 0,724. Nilai koefisien korelasi (r) berdasarkan hasil perhitungan Spearmen Brown adalah 0,84, sehingga dapat dikatakan kuesioner yang digunakan memiliki nilai reliabilitas yang baik.

84 , 0 8399 , 0 724 , 1 448 , 1 ) 724 , 0 1 ( 724 , 0 2 ) 1 ( 2 2 / 21 / 1 2 / 21 / 1

11   

    r r r Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r1/21/2 = koefisien antara skor-skor belahan tes. 4. Perhitungan sampel dan randomisasi sampel

a. Perhitungan sampel. Untuk menghitung jumlah sampel minimal digunakan rumus Pujirahardjo (1993) :

5 , 0 5 , 0 96 , 1 ) 1 012 . 2 ( % 10 5 , 0 5 , 0 96 , 1 012 . 2 2 2 2 x x x x x x n   

 92 subjek untuk setiap kelompok. b. Randomisasi sampel

(57)

untuk kelompok ceramah-testimoni meliputi Kecamatan Pakualaman, Gondomanan, Danurejan, Kotagede, Jetis, Kraton dan Umbulharjo; serta klaster sampel untuk kelompok kontrol meliputi Kecamatan Kraton, Gondomanan, Pakualaman, Kotagede, Jetis, Ngampilan, dan Mergangsan.

2) Randomisasi sekolah dasar setiap klaster kecamatan yang dipilih. Dari masing-masing klaster kecamatan yang terpilih, diambil sekolah dasar dengan jumlah yang sama pada setiap kecamatan untuk masing-masing kelompok secara random menggunakan tabel random. Sekolah dasar yang sudah terpilih untuk suatu kelompok tidak diikutsertakan kembali dalam proses randomisasi untuk kelompok perlakuan yang lain.

5. Pelaksanaan intervensi

a. Penyebaran undangan. Pada tahap ini peneliti membagikan undangan kepada guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta untuk menghadiri acara ceramah maupun ceramah-testimoni yang diadakan oleh peneliti. Empat undangan dibagikan untuk masing-masing sekolah dasar dengan harapan minimal ada tiga guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang dapat menghadiri acara yang diadakan. b. Pelaksanaan ceramah dan ceramah-testimoni. Intervensi dilakukan

(58)

cabang Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkompeten. Pada kelompok ceramah-testimoni, sebelum intervensi ceramah dilakukan intervensi testimoni terlebih dahulu oleh ibu Silah Pardjono yaitu seorang penderita kanker serviks yang telah sembuh. Kemudian untuk kedua metode edukasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab atau pertanyaan interaktif secara dua arah antara narasumber dengan guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Selanjutnya dibagikan postest kepada guru wanita sekolah dasar untuk mengukur ada atau tidaknya perubahan sikap setelah mendapatkan intervensi.

Setelah proses penelitian dilakukan, ternyata intervensi tidak cukup dilakukan dalam satu kali, karena responden yang hadir belum memenuhi jumlah sampel minimal yang dipersyaratkan. Untuk itu dilakukan proses randomisasi ulang dengan prosedur yang sama, dilakukan penyebaran undangan dan intervensi lagi hingga memenuhi jumlah sampel minimal yang memenuhi kriteria inklusi.

(59)

6. Postest satu bulan setelah intervensi

Tujuannya adalah untuk melihat ada atau tidaknya konsistensi sikap responden setelah satu bulan intervensi. Postest satu bulan setelah intervensi dilakukan dengan mendatangi responden ke masing-masing sekolah dasar.

Secara umum proses pengambilan data yang dilakukan selama penelitian dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Proses pengambilan data

H.Tata Cara Analisis Hasil

1. Manajemen data

Untuk menjamin keakuratan data, maka dalam penelitian ini dilakukan beberapa kegiatan dalam proses manajemen data yaitu:

a. Editing yaitu melakukan pemeriksaan kuesioner hasil penelitian apakah sudah lengkap isi jawabannya dan memilih kuesioner yang

Kelompok perlakuan 1 Kelompok kontrol Kelompok perlakuan 1 Kelompok kontrol Kelompok perlakuan 1 Kelompok perlakuan 2 Kelompok kontrol Ceramah-testimoni + postest Kelompok perlakuan 2

pretest Ceramah +

postest

1 bulan

1 bulan 1 bulan Kelompok perlakuan 2 pretest postest postest

(60)

memenuhi kriteria inklusi sampel untuk digunakan dalam pengolahan data selanjutnya.

b. Processing yaitu mengolah data dengan cara mengelompokkan item

pernyataan dalam kuesioner berdasarkan variabel yang akan diteliti yaitu sikap, memindahkan isi data dari kuesioner ke program komputer Microsoft Office Excel dan Microsoft Office Word, dan menjumlahkan angka dari setiap item pernyataan yang dijawab dengan oleh responden.

c. Cleaning yaitu data yang sudah dimasukkan ke program komputer Microsoft Office Excel dan Microsoft Office Word dicek/diperiksa kembali kebenarannya.

2. Analisis data

a. Uji normalitas data dilakukan dengan program statistik menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov. Uji ini dilakukan dengan memasukkan data selisih jumlah nilai kuesioner antara pretes-postest dan pretes-postest 1 bulan variabel sikap. Dari hasil luaran uji normalitas Kolmogorov-Smirnov akan didapatkan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal (data parametrik) dan dapat dianalisis dengan dengan T-test independent sample. Sedangkan jika nilai signifikansi < 0,05 maka maka data berdistribusi tidak normal (data non-parametrik) dan dapat dianalisis dengan Mann-Whitney U test.

(61)

kontrol dengan analisis statistik T-test independent sample atau Mann-Whitney U test. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara metode ceramah dan ceramah-testimoni dalam meningkatkan sikap responden digunakan T-test independent sample

atau Mann-Whitney U test berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan.

b. Analisis statistik Mann-Whitney U test. Analisis statistik ini digunakan karena penelitian ini menggunakan variabel independent (pemberian edukasi kesehatan) yang mempunyai dua level diskrit (level perlakuan pemberian ceramah atau ceramah-testimoni dan level tanpa perlakuan / kontrol) dan suatu variabel dependent continous yaitu sikap guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta tentang kanker serviks dan

papsmear.

c. Analisis statistik T-test independent sample. Analisis statistik ini digunakan untuk membandingkan dua level diskrit (perlakuan pemberian ceramah atau ceramah-testimoni) dari suatu variabel

independent (pemberian edukasi kesehatan).

d. Metode statistik deskriptif evaluatif. Metode ini digunakan untuk melihat persentase perubahan sikap responden berdasarkan karakteristik umur, tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan

(62)

dengan jumlah item pernyataan dikali tiga, kemudian dibuat dalam bentuk persentase. Faktor pengali 3 perlu dilakukan karena adanya selisih nilai pada setiap pernyataan sebesar 3 (sangat setuju = 4 dan sangat tidak setuju = 1 pada pernyataan favorable; sangat setuju = 1 dan sangat tidak setuju = 4 pada pernyataan unfavorable).

100% 3

X P

N

 

Keterangan :

P = persentase peningkatan sikap (%)

X = rata-rata selisih nilai pretest dan postest (segera dan 1 bulan setelah perlakuan)

N = jumlah item pernyataan sikap dalam kuesioner (ada 6 item

pernyataan).

(63)

I. Kesulitan dan Kelemahan Penelitian

1. Kesulitan penelitian

a. Sulitnya mendapat tanggapan dari kepala sekolah dan guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Ini terbukti dari banyaknya guru yang diundang namun tidak menghadiri acara ceramah maupun ceramah-testimoni yang diadakan oleh peneliti. Hal ini menyebabkan peneliti sulit untuk mendapatkan jumlah sampel minimal yang dipersyaratkan dan harus mengadakan acara ceramah maupun ceramah-testimoni lebih dari satu kali.

b. Waktu penelitian harus mundur dari yang seharusnya karena sulitnya mencocokkan waktu pelaksanaan acara ceramah maupun ceramah-testimoni antara peneliti, narasumber, testimoner, dan guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta.

2. Kelemahan penelitian

a. Tidak bisa melakukan teknik multistages cluster random sampling

(rancangan acak klaster bertingkat) sesuai dengan keterangan dari literatur karena banyaknya guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang sudah diundang namun tidak dapat menghadiri acara ceramah maupun ceramah-testimoni. Hal ini menyebabkan peneliti harus melakukan randomisasi ulang pada sekolah dasar yang sama. b. Tidak bisa mengontrol hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil

(64)
(65)

45 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Pengaruh Karakteristik terhadap Sikap Responden

Karakteristik guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang menjadi responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan papsmear, dan riwayat melakukan papsmear. 1. Umur

Responden dibagi menjadi 4 kelompok umur dan hasil penelitian menunjukkan responden pada ketiga kelompok paling banyak dengan rentang umur 41-50 tahun, yaitu 38% pada kelompok kontrol; 40,2% pada kelompok ceramah; dan 48,9% pada kelompok ceramah-testimoni. Hasil lainnya dapat dilihat pada tabel II berikut ini.

Tabel II. Frekuensi rentang umur responden

Rentang umur responden (tahun)

Kontrol Ceramah Ceramah-testimoni

Frekuensi Persentase

(%) Frekuensi

Persentase

(%) Frekuensi

Persentase (%)

21-30 15 16,3 16 17,4 12 13

31-40 16 17,4 22 23,9 25 27,2

41-50 35 38 37 40,2 45 48,9

51-60 26 28,3 17 18,5 10 10,9

(66)

16,3%

17,4%

38,0% 28,3%

21-30 31-40 41-50 51-60

Gambar 5. Frekuensi rentang usia responden kelompok kontrol

17,4%

23,9%

40,2% 18,5%

21-30 31-40 41-50 51-60

Gambar 6. Frekuensi rentang usia responden kelompok ceramah

13,0%

27,2%

48,9%

10,9%

21-30 31-40 41-50 51-60

(67)

Untuk melihat pengaruh umur terhadap ada atau tidaknya perubahan sikap responden pada kelompok kontrol diberikan pretest dan postest 1 bulan setelah pengisian pretest. Pada kelompok kontrol tidak diberikan postest segera karena hasilnya kemungkinan besar akan sama bila responden mengisi pretest dan postest segera dalam waktu yang berdekatan. Untuk melihat besarnya perubahan sikap antara pretest dan postest 1 bulan setelah pengisian pretest dapat dilakukan dengan mengukur rata-rata selisih antara nilai pretest dan postest 1 bulan setelah pengisian pretest.

Pada kelompok perlakuan (ceramah dan ceramah-testimoni), diberikan pretest, postest, dan postest 1 bulan sebelum dan setelah perlakuan. Untuk melihat besarnya perubahan sikap antara pretest dan postest segera dapat dilakukan dengan mengukur rata-rata selisih antara nilai pretest dan postest segera. Untuk melihat besarnya perubahan sikap antara pretest dan postest 1 bulan setelah perlakuan dapat dilakukan dengan mengukur rata-rata selisih antara nilai pretest dan postest 1 bulan setelah perlakuan. Hasil perubahan sikap ketiga kelompok dapat dilihat pada tabel III.

Tabel III. Pengaruh karakteristik umur terhadap persentase perubahan sikap responden

Rentang umur (tahun)

control Ceramah Ceramah-testimoni

1 2

(%)

3 4

(%)

1 2

Gambar

Gambar 18.  Frekuensi riwayat melakukan papsmear responden pada
Gambar  1. Sistem reproduksi wanita
Gambar  2. Proses papsmear
Gambar  3. Kerangka konsep penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengenalan wajah dengan melakukan proses pelacakan dan dengan menerapkan kondisi ada tidaknya wajah dalam basis data, tingkat pencahayaan, perbedaan ukuran citra yang

Wilayah ini berada pada kedalaman di atas 1800 meter. Dengan kedalaman tersebut, tumbuhan tidak mampu lagi bertahan karena tidak ada sinar matahari. Karena itu jumlah

Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan, Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2012 Kota Surabaya tentang Retribusi Pelayanan Parkir Tepi Jalan Umum. Manajemen

Penganugerahan Pangripta Nusantara Tahun 2015 kepada provinsi dan kabupaten/kota yang mempunyai dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) terbaik bertujuan

Hubungan yang erat atau korelasi yang tinggi antara lebar pubis dengan produksi telur pada itik Tegal betina, bobot badan itik jantan dengan volume semen dan bobot

Pengaruh Ekstrak Daun Kelor ( Moringa oleifera Lmk.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Salmonella typhi ; Dian Pertiwi, 100210103007; 2014; 56 halaman; Program Studi Pendidikan

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kombinasi konsentrasi zat pengatur tumbuh (sitokinin dan auksin 2,4 D) pada medium untuk propagasi tanaman nilam

(a).. Filter yang dipasang ini mampu memperbaiki bentuk gelombang arus masukan lebih baik dari pada cara sebelumnya seperti pada gambar 2 dan 3 serta nilai arus