• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

G. Tata Cara Penelitian

Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan ijin melakukan penelitian pada populasi penelitian yaitu guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Proses perijinan dimulai dengan memasukkan permohonan ijin dan proposal penelitian ke bagian perijinan Walikota Yogyakarta c.q. BAPEDA kota Yogyakarta. Perijinan dilanjutkan ke Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

2. Penelusuran data populasi

Penelusuran data populasi dilakukan melalui Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bagian pusat data kepegawaian. Pada tahap ini ditelusuri data mengenai populasi penelitian yang meliputi daftar dan jumlah sekolah dasar di Kota Yogyakarta, serta daftar guru wanita sekolah dasar yang ada di Kota Yogyakarta.

3. Pembuatan kuesioner

Pembuatan kuesioner ada 3 tahap yaitu:

a. Pembuatan kuesioner. Penelitian ini merupakan penelitian kelompok dengan anggota 6 orang yang mengangkat tema berbeda, yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku, sehingga pernyataan dalam kuesioner yang digunakan menyangkut ketiga aspek tersebut.

Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua bagian. Bagian pertama mengenai karakteristik demografi responden yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor telepon, asal sekolah dasar, status pernikahan, lama menikah, dan jumlah anak, pendidikan terakhir, latar belakang informasi tentang kanker serviks dan

papsmear, dan riwayat melakukan papsmear. Bagian kedua untuk mengukur sikap responden tentang kanker serviks dan papsmear.

Pernyataan pada bagian kedua dalam kuesioner disusun dan dikelompokkan berdasarkan atas variabel terpengaruh (dependent) penelitian yang ingin diketahui yaitu sikap berdasarkan panduan dari NCI, (2007). Namun hanya diambil 6 dari 7 panduan NCI tersebut karena ada satu panduan yang digunakan dalam aspek pengetahuan maupun aspek sikap, yaitu panduan mengenai upaya pencegahan kanker serviks. Pernyataan tersebut disusun dengan modifikasi skala

Likert dari 5 pilihan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) menjadi 4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Modifikasi skala

tengah yaitu ragu-ragu. Menurut Hadi, (2000) hal ini penting dilakukan karena kategori jawaban ragu-ragu memiliki arti ganda yang tidak diharapkan dalam suatu instrumen, bisa diartikan belum dapat memutuskan atau memberi jawaban, bisa juga diartikan netral. Jawaban di bagian tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah, terutama bagi mereka yang ragu atas arah kecenderungan jawabannya, setuju atau tidak setuju. Selain itu modifikasi ini dilakukan untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju, karena pada umunya orang Indonesia cenderung tidak mau memberikan jawaban yang terlalu ekstrim.

Pada kuesioner, terdapat 3 macam variabel yaitu pengetahuan, sikap, dan perilaku. Namun peneliti hanya ingin melihat pernyataan yang termasuk variabel sikap, yaitu terdapat pada nomor 9, 13 14, 16, 20, dan 21 dimana keenam pernyataan tersebut merupakan pernyataan

favorable (lampiran 4). Penilaian untuk pernyataan yang favorable

adalah sangat setuju = 4, setuju = 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

b. Uji validitas. Validitas memiliki arti sejauh mana data yang ditampung pada suatu kuesioner akan mengukur apa yang sesungguhnya ingin diukur. Uji validitas yang dilakukan adalah uji validitas isi (content validity) karena ingin melihat seberapa jauh kumpulan variabel (item) yang menghasilkan indek komposit menggambarkan satu konsep tertentu (kumpulan pernyataan untuk mengukur sikap responden).

Sebuah pernyataan dikatakan valid jika mempunyai dukungan yang kuat terhadap skor total. Dengan kata lain, sebuah item pernyataan dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika terdapat skor kesejajaran (korelasi yang tinggi) terhadap skor total item.

Uji validitas dari setiap butir pernyataan dalam kuesioner pada penelitian ini diukur dengan menggunakan program SPSS versi 12.0 dengan analisis Pearson Product Momen pada tingkat kepercayaan 95%. Analisis ini menunjukkan validitas hubungan antar butir pernyataan. Setiap butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi (r) bernilai positif dan atau ≥ 0,5 (Azwar, 2006).

Uji validitas dilakukan kepada 15 guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang tidak termasuk dalam sampel penelitian. Uji validitas ini dilakukan di SDN Bumijo, SDN Bener, dan SDN Sagan Yogyakarta. Pada tahap ini, butir-butir pernyataan pada kuesioner yang belum valid disusun ulang kalimatnya agar menjadi valid.

Uji validitas ini dilakukan sebanyak 3 kali. Pada uji validitas yang ketiga, diperoleh hasil bahwa dari 24 butir pernyataan kuesioner, terdapat 4 butir pernyataan yang masih belum valid, yaitu nomor 11, 13, 16, dan 19 (lampiran 5). Untuk keempat butir pernyataan tersebut dilakukan uji validitas dengan cara professional adjustment dari ahli bidang patologi anatomi kedokteran RSUP dr. Sardjito Yogyakarta yaitu dr. Fx. Ediati Triningsih M.Sc., Sp.PA. Keempat butir pernyataan tersebut direvisi oleh dr. Fx. Ediati Triningsih M.Sc., Sp.PA sehingga dapat digunakan sebagai instrument penelitian.

Pada uji validitas juga dilakukan uji pemahaman bahasa kepada guru wanita sekolah dasar tersebut dengan cara peneliti mendampingi satu persatu guru wanita sekolah dasar dalam mengisi kuesioner dan menanyakan apakah pernyataan dalam kuesioner mudah dipahami atau tidak.

c. Uji reliabilitas. Pengujian reliabilitas berkaitan dengan masalah adanya kepercayaan terhadap instrumen penelitian. Suatu instrumen dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi jika hasil dari pengujian instrumen tersebut menunjukkan hasil yang tetap. Dengan demikian, masalah reliabilitas instrumen berhubungan dengan masalah ketetapan hasil. Atau kalaupun terjadi perubahan hasil instrumen, perubahannya dianggap tidak berarti.

Menurut Azwar (2006), reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang angkanya berada dalam rentang 0 - 1. Semakin tingggi nilai koefisian reliabilitas atau mendekati angka 1 berarti semakin tingggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin rendah nilai koefisian reliabilitas atau menjauhi angka 1 berarti semakin rendah reliabilitasnya.

Koefisien reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan program SPSS versi12.0 For Windows dengan analisis reliabilitas yang menggunakan koefisien alpha cronbach. Pada penelitian ini digunakan metode belah dua untuk mengkorelasi antara total skor pada item pernyataan yang ganjil dengan total skor pernyataan yang genap, dan didapatkan nilai korelasi dari Pearson test

sebesar 0,724. Nilai koefisien korelasi (r) berdasarkan hasil perhitungan Spearmen Brown adalah 0,84, sehingga dapat dikatakan kuesioner yang digunakan memiliki nilai reliabilitas yang baik.

84 , 0 8399 , 0 724 , 1 448 , 1 ) 724 , 0 1 ( 724 , 0 2 ) 1 ( 2 2 / 21 / 1 2 / 21 / 1 11         r r r Keterangan :

r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r1/21/2 = koefisien antara skor-skor belahan tes. 4. Perhitungan sampel dan randomisasi sampel

a. Perhitungan sampel. Untuk menghitung jumlah sampel minimal digunakan rumus Pujirahardjo (1993) :

5 , 0 5 , 0 96 , 1 ) 1 012 . 2 ( % 10 5 , 0 5 , 0 96 , 1 012 . 2 2 2 2 x x x x x x n   

 92 subjek untuk setiap kelompok. b. Randomisasi sampel

1) Randomisasi klaster kecamatan. Untuk melakukan randomisasi klaster kecamatan digunakan tabel panduan untuk menentukan banyaknya klaster sampel (Luts, 1982, cit. Pratiknya, 2001), sehingga didapatkan 7 klaster kecamatan dari 14 klaster kecamatan yang ada. Pemilihan secara random dilakukan dengan menggunakan tabel random. Pada hasil randomisasi diperoleh klaster sampel untuk kelompok ceramah meliputi Kecamatan Danurejan, Mergangsan, Wirobrajan, Gondokusuman, Gondomanan, Gedongtengen, dan Pakualaman; klaster sampel

untuk kelompok ceramah-testimoni meliputi Kecamatan Pakualaman, Gondomanan, Danurejan, Kotagede, Jetis, Kraton dan Umbulharjo; serta klaster sampel untuk kelompok kontrol meliputi Kecamatan Kraton, Gondomanan, Pakualaman, Kotagede, Jetis, Ngampilan, dan Mergangsan.

2) Randomisasi sekolah dasar setiap klaster kecamatan yang dipilih. Dari masing-masing klaster kecamatan yang terpilih, diambil sekolah dasar dengan jumlah yang sama pada setiap kecamatan untuk masing-masing kelompok secara random menggunakan tabel random. Sekolah dasar yang sudah terpilih untuk suatu kelompok tidak diikutsertakan kembali dalam proses randomisasi untuk kelompok perlakuan yang lain.

5. Pelaksanaan intervensi

a. Penyebaran undangan. Pada tahap ini peneliti membagikan undangan kepada guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta untuk menghadiri acara ceramah maupun ceramah-testimoni yang diadakan oleh peneliti. Empat undangan dibagikan untuk masing-masing sekolah dasar dengan harapan minimal ada tiga guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta yang dapat menghadiri acara yang diadakan. b. Pelaksanaan ceramah dan ceramah-testimoni. Intervensi dilakukan

kepada kelompok ceramah dan ceramah-testimoni secara terpisah. Intervensi dimulai dengan pembagian pretest, dilanjutkan dengan intervensi yaitu pemberian edukasi berupa ceramah maupun ceramah-testimoni oleh salah satu tim dokter dari Yayasan Kanker Indonesia

cabang Daerah Istimewa Yogyakarta yang berkompeten. Pada kelompok ceramah-testimoni, sebelum intervensi ceramah dilakukan intervensi testimoni terlebih dahulu oleh ibu Silah Pardjono yaitu seorang penderita kanker serviks yang telah sembuh. Kemudian untuk kedua metode edukasi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab atau pertanyaan interaktif secara dua arah antara narasumber dengan guru wanita sekolah dasar di Kota Yogyakarta. Selanjutnya dibagikan postest kepada guru wanita sekolah dasar untuk mengukur ada atau tidaknya perubahan sikap setelah mendapatkan intervensi.

Setelah proses penelitian dilakukan, ternyata intervensi tidak cukup dilakukan dalam satu kali, karena responden yang hadir belum memenuhi jumlah sampel minimal yang dipersyaratkan. Untuk itu dilakukan proses randomisasi ulang dengan prosedur yang sama, dilakukan penyebaran undangan dan intervensi lagi hingga memenuhi jumlah sampel minimal yang memenuhi kriteria inklusi.

Untuk kelompok kontrol yang tidak diberi intervensi, peneliti datang ke sekolah dasar yang digunakan sebagai kontrol dan memberikan kuesioner yang digunakan untuk pretest sekaligus postest kepada guru wanita di sekolah dasar tersebut tanpa memberikan intervensi apapun. Namun di akhir penelitian diberikan ceramah sebagai rasa terima kasih peneliti kepada responden kelompok kontrol (etika penelitian).

6. Postest satu bulan setelah intervensi

Tujuannya adalah untuk melihat ada atau tidaknya konsistensi sikap responden setelah satu bulan intervensi. Postest satu bulan setelah intervensi dilakukan dengan mendatangi responden ke masing-masing sekolah dasar.

Secara umum proses pengambilan data yang dilakukan selama penelitian dilakukan dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Proses pengambilan data

H.Tata Cara Analisis Hasil

Dokumen terkait