• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. MEDIA AUDIO VISUAL DAN KATEKESE

B. Pengertian Katekese

Arti kata katekese berasal dari kata Yunani “katechein” sebagai hasil bentukan dari kata “kat” yang artinya pergi atau meluas, dan “echo” yang memiliki arti menggemakan atau menyuarakan keluar (Telaumbanua, 1999: 4). Kata katechein sebagai bentukan kata berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Katekese juga dimengerti sebagai ilmu karena disejajarkan dengan ilmu pastoral dan ilmu teologi.

Dalam suatu naskah kerja katekese Mencari Arah Katekese tulisan Setyakarjana dengan bantuan Dewan Harian PWI-Katekese dirumuskan: “Katekese adalah usaha saling menolong terus-menerus dari setiap orang untuk meng-arti-kan dan mendalami hidup pribadi maupun bersama menurut pola Kristus menuju kepada hidup Kristus yang dewasa penuh” (Setyakarjana, 1976: 38).

Katekese adalah suatu bentuk pembinaan iman bagi anak-anak, kaum muda, dan orang dewasa yang merupakan usaha saling menolong terus menerus dari setiap orang dengan tujuan agar iman umat berkembang menurut pola Yesus Kristus menuju hidup Kristiani yang dewasa penuh. Katekese tersebut dilaksanakan oleh umat yang saling mengkomunikasikan imannya, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati dengan semakin sempurna (Telaumbanua, 1999: 4).

Paus Yohanes Paulus II dalam dukumen Catechesi Traedendae, memberi arti katekese sebagai: Pembinaan iman anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dan dengan maksud menghantar para pendengar memasuki

hidup Kristen” (CT, art. 18). Kutipan ini mau menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan iman bagi semua orang beriman tanpa memandang usia. Katekese adalah usaha Gereja untuk menolong umat dengan harapan agar mereka semakin memahami, menghayati dan mengembangkan serta mewujudkan imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui usaha ini Gereja bercita-cita agar umat membangun diri menuju kematangan iman sebagai orang kristiani.

1. Tujuan Katekese

Setiap kegiatan tentu memiliki tujuannya. Demikian halnya dengan katekese. Tujuan katekese adalah mengembangkan dan menghidupkan iman umat. Berkat rahmat Allah manusia diubah menjadi ciptaan yang baru sesuai dengan ajaran dan cara hidup Kristus. Akhirnya tujuan katekese adalah menghantar umat beriman agar sampai pada kepenuhan hidup sebagai orang kristen yang beriman mendalam. Selain itu juga katekese bertujuan untuk menggugah serta memupuk iman, serta menolong manusia agar mampu menghayati imannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Isi Katekese

Isi yang terdapat dalam katekese adalah pewartaan Injil itu secara menyeluruh yaitu warta gembira keselamatan. Dalam katekese juga diungkapkan rahasia Kristus yang bangkit

sebagai kepenuhan akan wahyu Ilahi yang memanggil manusia. Oleh karena itu wahyu sekaligus mendasari katekese.

3. Proses Katekese

Kegiatan katekese bertitik tolak dari pengalaman hidup, Kitab Suci, atau tradisi-tradisi suci Gereja. Dalam pelaksanaan katekese pada dasarnya ada tiga tahap. Adapun tiga tahap dalam proses katekese adalah sebagai berikut:

a. Pada tahap awal, para peserta melihat kembali peristiwa kehidupannya sehari-hari, baik itu yang dialami secara pribadi maupun secara bersama dengan orang lain (pengalaman hidup keseharian).

b. Pada tahap awal itu peserta akan sampai pada suatu penyadaran bahwa manusia memiliki keterbatasan dimana adanya ketergantungan kepada Allah. Pada tahap ini peserta semakin menyadari sapaan Allah dalam hidupnya, dimana pengalaman hidupnya mengandung makna yang akan menjadi pengalaman iman dimana Allah mewarnai hidupnya.

c. Pada tahap terakhir peserta mencari dan menemukan visi-visi baru kristiani dengan melihat relevansi sabda Allah di dalam kehidupannya sehari-hari.

4. Peserta Katekese

Para peserta katekese adalah semua orang beriman (anak-anak, kaum muda, dan orangtua) yang telah dipermandikan. Melalui katekese mereka dimungkinkan untuk menghayati dan meneguhkan imannya.

C. Katekese melalui Film untuk Menanamkan Semangat Perdamaian

Film bukanlah hal yang asing bahkan sebaliknya film menjadi suatu sarana hiburan, khususnya bagi kaum remaja. Film dengan mudah diterima karena menarik untuk dinikmati. Melalui film seseorang dapat memperkaya pengalaman. Selain itu film dapat memberi sumbangan inspirasi kepada seseorang untuk mengatasi suatu permasalahan hidup.

1. Pengertian Film dan Jenis Film

Film adalah gambar hidup. Selain itu film merupakan media untuk merekam gambar yang menggunakan selluloid sebagai bahan dasar. Memiliki berbagai macam ukuran lebar pita, seperti 16 mm dan 35 mm. Film pertama kali lahir di paruh kedua abad 19. Film dengan bahan selluloid dapat diubah ke dalam format digital (VCD-DVD). Adapun jenis-jenis film yaitu:

a. Film dokumenter: film ini menyajikan realita dengan berbagai cara dan dibuat untuk macam-macam tujuan. Film dokumenter berkaitan dengan tujuan penyebaran informasi dan pendidikan.

b. Film cerita pendek: biasanya film cerita pendek ini durasinya di bawah 60 menit.

c. Film cerita panjang: film ini dengan durasi lebih dari 60 menit dan biasanya berdurasi 90-100 menit bahkan ada film yang durasinya 120 menit. Film-film yang biasanya diputar di bioskop umumnya adalah film cerita panjang.

2. Kedudukan Film di Mata Remaja

Film merupakan media untuk mengungkapkan suatu kebenaran. Tentunya ini merupakan hal yang baik. Yang menjadi pertanyaan apakah penikmat media (film) dapat menangkap nilai-nilai yang hendak disampaikan? Misalnya para remaja masa kini. Para remaja bisa menghabiskan waktunya setiap hari (tiga atau empat jam) dengan duduk di depan televisi untuk menikmati film. Bagi kebanyakan remaja film merupakan media hiburan yang menarik untuk ditonton. Hal itu dapat dilihat ketika ada pemutaran sebuah film layar lebar di bioskop. Dari sekian banyak massa yang ada adalah kaum remaja.

3. Kekuatan dan Kelemahan Film

Film merupakan sebuah karya seni. Munculnya film tentu saja menimbulkan pro-kontra. Film merupakan media penyebaran nilai-nilai kemanusiaan, namun dapat juga merusak nilai-nilai yang ada. Film dapat dikatakan sebagai alat perkembangan, namun dapat menghancurkan kebudayaan manusia. Film dapat juga dijadikan sebuah sarana pendidikan, namun juga dapat menjadi penggoda yang licik. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dan pemikiran yang kritis dalam memahami sebuah film dan pesan yang sebenarnya ingin disampaikan dalam film tersebut.

4. Peranan Film untuk Menanamkan Semangat Perdamaian

Arti kata “peran” atau ”peranan” dapat menunjuk pada bagian dari suatu fungsi atau tugas tertentu yang harus dilaksanakan sehubungan dengan sesuatu hal. Jika dilihat dari segi arti bahasa, kata “peranan” berasal dari kata dasar "peran" yang berarti "seperangkat tingkat

yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat". Kata “peran” mendapat akhiran "an" menjadi "peranan" yang berarti "bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan". Menurut Partanto “peranan” diartikan sebagai fungsi, kedudukan, atau bagian kedudukan (Partanto, 1994: 585). Sedangkan kata ”peran” atau ”peranan” dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan (Moeliono, 1990: 667).

Film adalah media hiburan, namun film juga dapat memperkaya pengalaman seseorang. Film dapat memberi sumbangan kepada seseorang untuk mengatasi suatu permasalahan hidup. Film memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Film bukan hanya media hiburan semata. Film mencoba mengangkat berbagai macam permasalahan yang ada dengan harapan akan membawa manfaat bagi pemirsa.

D. Gambaran tentang Perdamaian

Dokumen terkait