• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.3 Pengertian Kebijakan Publik

Undang-undang dan aturan-aturan pemerintah adalah produk akhir dari sebuah kebijakan yang dibuat oleh pemerintah antara eksekutif dan legislatif. Kata kebijakan adalah kata yang sudah tidak asing lagi didengar, terutama dikalangan pemerintah, masyarakatpun sudah tak asing mendengar kata kebijakan baik itu dimedia masa, media elektronik, atau bahkan dari diskusi-diskusi kecil yang seringkali dilakukan. Namun seringkali, apa yang kita dengar dan kita lihat, belum tahu terlalu jauh apa itu makna kebijakan publik. Tidak sedikit orang yang menganggap kebijakan itu sama dengan kebijaksanaan, namun pada hakikatnya, istilah kebijaksanaan itu muncul setelah kebijakan dibuat.

Kebijaksanaan merupakan pertimbangan atau kearifan seseorang yang berwenang terhadap aturan-aturan yang ada dalam konteks politik, karena dalam proses pembuatan kebijakan merupakan proses politik yang dibuat atau dilaksanakan oleh pembuat kebijakan.

Sebagian para ahli, memberikan pengertian terhadap kebijakan public diantaranya adalah Thomas R. Dye dalam kencana (1999:106) kebijakanpublic adalah apapun juga yang dipilih pemerintah untuk melakukan, mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan (mendiamkan) sesuatu itu. (whatever government choose to do or not to do)

Apa yang dipaparkan oleh Thomas R. Dye ini cakupannya sangat luas, karena menurutnya kebijakan public mencakup sesuatu yang tidak dilakukan pemerintah katika pemerintah sedang menghadapi suatu masalah public.

Subarsono (2012:2) mendefinisikan makna kebijakan publik dari Thomas R. Dye tersebut mengandung 2 makna, yaitu; 1) kebijakan public tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan organisasi swasta; 2) kebijakan public menyangkut pilihan yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

James E. Anderson (1979:3) mendefinisikan kebijakan public sebagai kebijakan yang ditetapkan oleh badan-badan dan aparat pemerintah. Maka, dari definisi Anderson bisa dilihat bahwa kebijakan public bisa dibuat oleh badan-badan pemerintah dalam bidang tertentu, misalnya bidang pendidikan, politik, ekonomi, pertanian, industry, social budaya, keamanan, pertahanan dan lain sebagainya.

Dalam pandangan David Easton ketika pemerintah membuat kebijakan publik, ketika itu pula pemerintah mengalokasikan nilai-nilai kepada masyarakat, karena setiap kebijakan mengandung seperangkat nilai didalamnya. (dikutip Dye, 1981). Maka, menurutnya dalam pembuatan kebijakan haruslah berdasarkan nilai-nilai yang sesuai / yang cocok dengan masyarakatnya, karena tanpa ada nilai didalamnya bukanlah sebuah kebijakan yang baik.

Harold Laswell dan Abraham Kaplan berpendapat bahwa kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-nilai, dan praktika-praktika sosial yang ada didalam masyarakat (dikutip Dye, 1981).Pendapat Harold Laswell dan Abraham Kaplan ini tidak jauh berbeda dengan pendapat David Easton yang mengutamakan nilai-nilai dalam menyusun kebijakan ini. Berarti kebijakan public tersebut tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat, maka kebijakan public tersebut akan mendapat esensi yang luar bisaa saat diimplementasikan. Sebaliknya suatu kebijakan public harus mampu mengakomodasi nilai-nilai dan praktika-praktika yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.

Chandler dan Plano dalam Pasalong (2010:38) mengatakan bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan strategis terhadap sumber-sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah pemerintah. Bahkan Candler dan Plano beranggapan bahwa kebijakan publik merupakan suatu bentuk investasi yang kontinu oleh pemerintah demi kepentingan orang-orang yang tidak berdaya dalam masyarakat agar mereka dapat hidup dan ikut berpartisipasi dalam pemerintah. Maka dapat dilihat dari Chandler dan Plano ini bahwa dalam memecahkan masalah publik harus memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada, bukan hanya itu mereka beranggapan bahwa kebijakan publik mengatur supaya seluruh masyarakat untuk dapat ikut berpartisipasi

terhadap seiring jalannya pemerintahan, meski adapula yang mungkin beberapa pihak yang dirugikan dengan adanya kebijakan tersebut.

Sedangkan Dunn dalam kencana (1999:107) menyatakan bahwa kebijakan public adalah sesuatu rangkaian pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah seperti pertahanan keamanan, energy, kesehatan, pendidikan, kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain. Pendapat Dunn tidak jauh berbeda dengan Anderson (1979:3) yang peneliti tulis sebelumnya, bahwa kebijakan publik bisa dibuat oleh lembaga pemerintah bukanhanya aparat pemerintah yang menduduki jabatan politis saja yang memiliki ototritas untuk membuat kebijakan.

Anderson (1979:03) mendefinisikan kebijaksanaan publik adalah hubungan antar unit-unit pemerintah dengan lingkungannya. Jadi jika kebijakan adalah ketetapan yang dibuat oleh badan-badan dan aparat pemerintah sedangkan kebijaksanaan menurut Anderson adalah hubungan yang disesuaikan antara unit pemerintah dengan lingkungannya. Namun lain lagi dengan yang dikemukakan oleh Rose dalam kencana (1999:107) bahwa kebijaksanaan publik adalah serangkaian tindakan yang saling berkaitan (dalam pemerintah) cakupannya adalah tindakan-tindakan pemerintah yang berkaitan dengan kebijakan-kebijakan yang ada.

Robert Eyestone dalam bukunya The Threads of Public Policy (1971) dalam Agustino (2008:6), mendefinisikan kebijakan publik

sebagai:―Hubungan antara unit pemerintah dengan lingkungannya.‖ Namun sayangnya definisi tersebut masih terlalu luas untuk dipahami sehingga artinya menjadi tidak menentu bagi sebagain besar yang mempelajarinya.

Eulau dan Prewitt dalam Agustino (2008:6,7), dalam perspektif mereka mendefinisikan kebijakan publik sebagai: ―Keputusan tetap yang dicirikan dengan konsistensi dan pengulangan (repitisi) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut‖

Disamping itu, Friedrick dalam kencana (1999:107) mendefinisikan kebijaksanaan pemerintah ini adalah suatu usulan tindakan oleh seseorang, keluarga, atau pemerintah pada suatu lingkungan politik tertentu, mengenai hambatan dan peluang yang dapat diatasi, dimanfaatkan oleh suatu tujuan atau merealisasi suatu maksud. Definisi dari Carl Frederick ini cukup jelas, bahwa kebijaksanaan muncul atas dasar usulan tindakan dalam menghadapi hambatan dan peluang yang ada agar maksud dapat tujuannya bisa tercapai dan terealisasi.

Sedangkan menurut Efendi dalam kencana (1999:107) kebijaksanaan publik adalah proses menyediakan informasi dan pengetahuan untuk para eksekutif, anggota legislatif, lembaga peradilan masyarakat umum yang berguna dalam proses perumusan kebijakan serta yang dapat meningkatkan kinerja kebijaksanaan.

Berbeda dengan pendapat para ahli sebelumnya, Efendi menyebutkan bahwa kebijaksanaan merupakan proses menyediakan informasi dan pengetahuan untuk proses perumusan kebijakan.

Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sesungguhnya dikerjakan dari pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan di antara berbagai pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.Rousseau dalam Nugroho (2003:59) :

―Kebijakan Publik sebenarnya adalah kontrak antara rakyat dengan penguasa akan hal-hal penting apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan bersama.Maka Kebijakan Publik dapat dikatakan sebagai perjanjian antara satu pihak dengan pihak yang lain.‖

Kebijakan adalah keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk memecahkan masalah atau mewujudkan tujuan yang dinginkan masyarakat. Tujuan ini baru dapat diwujudkan manakala terdapat faktor-faktor pendukung yang secara sepintas dapat disamakan dengan faktor input dalam pendekatan bisnis (Abidin, 2012:19).

Nugroho dalam bukunya yang berjudul Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi (2003:54), mengatakan bahwa hal-hal yang diputuskan oleh pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan. Untuk itu, Kebijakan Publik tidak harus selalu berupa

perundang-undangan, namun bisa berupa peraturan-peraturan yang tidak tertulis namun disepakati.

Secara sederhana dapat dikatakan oleh Nugroho dalam bukunya Public Policy (2011:96) bahwa kebijakan publik adalah ―…setiap keputusan yang dibuat oleh negara, sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan dari negara. Kebijakan publik adalah strategi untuk mengantar masyarakat pada masa awal, memasuki masyarakat pada masa transisi, untuk menuju masyarakat yang dicita-citakan.‖

Gambar 2.1

Kebijakan Publik Ideal Menurut Riant Nugroho (Sumber: Nugroho, 2011:97)

Kebijakan Publik yang diambil oleh organisasi swasta maupun instansi pemerintah haruslah mewakili suara-suara dari publiknya itu sendiri, walaupun pada kenyataanya begitu banyak keinginan-keinginan yang harus dilaksanakan. Untuk itu diperlukan beberapa tahapan yang harus dilakukan sebelum mengambil sebuah kebijakan dan Nugroho (2003:73), mengatakan bahwa terdapat 3 tahap dari Kebijakan Publik yaitu:

1. Perumusan Kebijakan 2. Implementasi Kebijakan 3. Evaluasi Kebijakan

Berdasarkan pengertian kebijakan publik di atas, dapat disimpulkan mengenai makna dari kebijakan publik, yakni keputusan badan, lembaga atau negara dalam memecahkan masalah publik melalui intervensi berupa tindakan untuk melakukan suatu kebijakan dengan berbagai konsekuensinya, termasuk tindakan untuk tidak melakukan apapun.