• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kedisiplinan Beragama

Dalam dokumen TESIS. Disusun Oleh: RUDI ISKANDAR NIM : (Halaman 51-55)

KAJIAN PUSTAKA

A. Kedisiplinan Beragama

1. Pengertian Kedisiplinan Beragama

Kedisiplinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata disiplin, dengan mendapat awalan ke- dan akhiranan pada kata disiplin yang menunjukkan arti ketaatan dan kepatuhan kepada peraturan.1 Istilah disiplin berasal dari bahasa Inggris discipline yang artinya ketertiban.2

Kedisiplinan beragama yaitu ketaatan seseorang dalam menjalani dan memeluk agama yang diyakininya, sehingga aturan agama yang ada baik itu hubungannya dengan orang lain dapat mencapai keteraturan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kedisiplinan beragama tersebut dapat melahirkan sebuah ketaatan agama yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya baik hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia.3

Disiplin menurut Elizabeth B. Hurlock menyatakan: “Discipline is thus society’s way of teaching the child the moral behavior approved

1 Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (t.tp), (t.th), hal. 268.

2 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta:

Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal. 184.

3 Moch. Shohib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hal 73

by the group”. (Disiplin merupakancara masyarakat mengajarkan anak perilaku moral yang disetujui kelompok)4

Pengertian disiplin menurut pendapat beberapa ahli ialah sebagai berikut:

a. Disiplin menurut W.J.S. Poerwadarminta adalah latihan batin dan watak dengan maksud segala perbuatannya selalu menaati tata tertib.

b. Disiplin menurut Soegeng Priodarminto merupakan sebuah kondisi yang terbentuk lewat proses dan berbagai perilaku yang menunjukkan berbagai nilai kesetiaan, keteraturan, kepatuhan juga ke-tertiban.

c. Disiplin menurut Maman Rahman adalah upaya dalam me-ngendalikan diri juga sikap mental setiap individu maupun masyarakat dalam mengembangkan berbagai peraturan serta tata tertib yang berdasarkan dorongan sarat kesadaran dari dalam hati.5

Melalui kedisiplinan beragama tersebut dapat melahirkan sebuah ketaatan agama yaitu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya baik hubungannya dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Anak yang berdisiplin memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat dan agama.

2. Dasar Kedisiplinan Beragama a. Al-Qur‟an

Dasar kedisiplinan beragama dalam ayat al-Quran ialah:

ِجَٰ َحِيَٰ َّصىٱ ْأُيٍَِعَو ْأٌَُِاَء ََيِ َّلَّٱ َّلَِّإ ٍ ۡسُۡخ ِفَِى َََٰ َسنِ ۡلۡٱ َّنِإ ِ ۡصَۡعۡىٱَو ِ ۡبۡ َّصلٱِة ْ

اۡٔ َصأََحَو ِّقَ ۡ

لۡٱِة ْ اۡٔ َصأََحَو

…demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kkerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetaapi kesabaran. (Q.S.

al-„Asr/103:1-3)

Nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-‟Ashr ayat 1-3 menurut tafsir Al-Maraghi adalah sebagai berikut: a) Disiplin

4 Elizabeth B. Hurlock, Child Development, Kogakhusha: McGraw- Hill, 1978, hal. 392

5 Moch. Shohib, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri, hal. 3

17

adalah suatu keimanan yang kuat, yang menimbulkan dorongan untuk adanya niat memanfaatkan waktu. b) nilai kedisiplinan membuat seseorang mempunyai planing masa depan yang akan ditempuh, supaya memiliki tujuan jelas dan terarah. c) Prinsip disiplin dengan pemanfaatan waktu seefektif dan seefisien mungkin meminimalisir waktu tidak berguna yang menimbulkan penyesalan di kemudian hari. d) Apabila tertanam sifat disiplin akan menanamkan kedisiplinan kepada orang lain dengan saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. 3) Implikasi nilai-nilai pendidikan kedisiplinan dalam Q.S Al-‟Ashr Ayat 1-3 adalah sebagai berikut: a) Niat disiplin akan timbul keikhlasan, ketenangan, dan kenyamanan. b) Membuat planing maka hidup akan jelas dan terarah dan adanya persiapan. c) Disiplin yang terjaga akan memiliki ketegasan dan kesuksesan. d) Menanamkan disiplin kepada orang lain maka akan meluasnya kedinamisan sifat memanfaatkan waktunya, akan banyak saudara sepemikiran dan keyakinan kuat dalam upaya melatih dirinya berbuat kebaikan, dan akan muncul menjadi suatu gerakan yang berupaya mengembalikan identitas diri manusia sebagai makhluk yang paling mulia dimuka bumi.6

Menurut Ibnu Katsir Al-Ashr berarti masa yang didalamnya berbagai aktivitas anak cucu Adam berlangsung, baik dalam wujud kebaikan maupun keburukan. Imam Malik meriwayatkan dari Zaid bi Aslam: “Kata al-Ashr berarti shalat Ashar, dan yang popular adalah pendapat yang pertama.

Dengan demikian ,Allah swt telah bersumpah dengan masa tersebut bahwa manusia itu dalam kerugian, yakni benar-benar rugi dan binasa. ( ِجَٰ َحِيَٰ َّصىٱ ْأُيٍَِعَو ْأٌَُِاَء ََيِ َّلَّٱ َّلَِّإ)“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh”. Dengan demikian, Allah memberikan pengecualian dari kerugian itu bagi orang-orang yang beriman dengan hati mereka dan mengengerjakan amal shalih melalui anggota tubuhnya. ( ِّقَلۡٱِة ۡ ْاۡٔ َصأََحَو) “Dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran.”Yaitu, mewujudkan semua bentuk ketaatan dan meninggalkan semua yang diharamkan. ( ِ ۡبۡ َّصلٱِة ْاۡٔ َصأََحَو)

“Dan nasihat-menasihati supaya menetapikesabaran”. Yakni bersabar atas segala macam cobaan, takdir, serta gangguan yang dilancarkan kepada orang-orang yang menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar.7

6 Ahmad Mustofa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al-Maraghi. CV Toha Putra, Semarang tahun 1985, hal 269

7 Abdullah bin Muhammad Alu, “Tafsir Ibnu Katsir”, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟I, 2008), hal 428-429

Menurut Tafsir Ibnu Jalalain “Qur‟an surat Al-Ashr”:1). ِش ۡصَؼُۡٱَٝ “Demi masa” atau zaman atau waktu yang dimulai dari tergelincir-nya matahari hingga terbenamnya; maksudnya adalah waktu shalat „Ashar. 2). َٖ ََٰغِٗ ۡلإٱ َِّٕإ “Sesungguhnya manusia itu”

yang dimaksud adalah jenis manusia ٍش ۡغُخ ٢ِلَُ “benar-benar berada dalam kerugian” di dalam perniaga-annya. 3). ِجَٰ َحِيَٰ َّصىٱ ْأُيٍَِعَو ْأٌَُِاَء ََيِ َّلَّٱ َّلَِّإ

“Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh”

mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi di dalam perniagaannya (اَْٞصاََٞذ َٝ) “dan nasihat-menasihati” artinya sebagian di antara mereka menasihati sebagian yang lainnya ( ِّنَؽُْاِت) “supaya menaati kebenaran” yaitu iman ( ِشْثَّصُاِت اَْٞصاََٞذ َٝ) “dan nasihat-menasihati dengan kesabaran” yaitu di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi kemaksiatan.8

Penulis menyimpulkan diantaranya ayat yang berbunyi ِ ۡبۡ َّصلٱِة ْ

اۡٔ َصأََحَو ِّقَۡ

لۡٱِة ْاۡٔ َصأََحَو (nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetaapi kesabaran), bahwasannya Allah swt menyuruh kita untuk berbuat baik sesama manusia, manusia bisa dikategorikan manusia yang disiplin terhadap perintah Allah swt dan Rosulnya bahwa ayat tersebut menerangkan bahwa waktu merupakan sebuah peringatan bagi kaum muslim agar di dalam hidupnya diantaranya berlaku disiplin dan memanfaatkan waktu sebaik mungkin, dan seorang tidaklah dikatakan menuntut ilmu kecuali jika dia berniat bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu tersebut. Maksudnya, seseorang dapat mengubah ilmu yang telah dipelajarinya tersebut menjadi suatu perilaku yang nyata dan tercermin dalam pemikiran dan amalnya.

b. Sunnah

Sunnah berisi segala perbuatan, perkataan ketepatan Nabi Muhammad SAW, Banyak redaksi hadits yang menganjurkan agar setiap muslim berdisiplin, salah satu isi hadits Rasulullah SAW,

8Jalaluddin al-Mahalli dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi, “Tafsir al-Jalalain”, Bairut:

Daar al-Fikr, 1993, hal 573

9Muḥammad bin Ismā„īl al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, dalam Hadith Encyclopedia ver. 1 [CR ROM], Harf Information Technology Company, 2000, hadis no. 6416

19

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu „alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, „Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir‟ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].”

Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau pengembara. Lalu Ibnu Umar berkata: “jika engkau di waktu sore, maka janganlah engkau menunggu pagi dan jika engkau di waktu pagi, maka janganlah menunggu sore dan pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati pergunakanlah waktu sehatmu sebelum kamu sakit dan waktu hidupmu sebelum kamu mati”. (HR. al- Bukhari).10

Dalam dokumen TESIS. Disusun Oleh: RUDI ISKANDAR NIM : (Halaman 51-55)