E. Tinjauan Kepustakaan
1. Pengertian Kejahatan
Menurut Kamus Hukum, kejahatan (crime dalam istilah bahasa Inggris dan misdriff dalam istilah bahasa Belanda) adalah tindak pidana yang tergolong berat atau tindak pidana yang lebih berat bila dibandingkan dengan pelanggaran.10 R. Soesilo yang merupakan pakar Kriminologi juga memberikan pendapat tentang defenisi kejahatan. Beliau menyebutkan pengertian kejahatan ialah tingkah laku atau perbuatan yang jahat
10
jahat, misalnya pembunuhan, pencurian, penipuan dan lain sebagainya yang dilakukan oleh manusia.11
Di dalam undang-undang Hukum Pidana, istilah kejahatan jarang dipakai. Penggunaan istilah kejahatan yang paling populer hanya ada pada buku ke-II Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). Namun, penggunaan istilah
h tindak menunjuk pada hal
saja disebabkan oleh adanya perbuatan manusia semata, tetapi juga kejahatan juga sering disamakan istilah tindak pidana, peristiwa pidana, delik, dan perbuatan pidana.
Tindak pidana dapat dikatakan berupa istilah resmi dalam perundang- undangan pidana. Dalam hampir seluruh peraturan perundang-undangan menggunakan istilah tindak pidana.12 Namun penggunaan istilah tindak pidana masih sering diperdebatkan, hal ini dikarenakan istila
kelakuan manusia dalam arti positif (handelen) semata, dan tidak termasuk kelakuan manusia yang pasif atau negatif (nalaten).13
Penggunaan istilah peristiwa pidana juga sering digunakan dalam menggambarkan kejahatan. Namun, istilah peristiwa menggambarkan pengertian lebih luas dari kata perbuatan. Hal ini dikarenakan istilah peristiwa tidak saja menunjuk pada perbuatan manusia, melainkan mencakup pada seluruh kejadian yang tidak
oleh alam, seperti matinya seseorang karena disambar petir atau tertimbun tanah longsor.14
11
R. Soesilo, Kriminologi (Pengetahuan tentang Sebab-Sebab Kejahatan), Politeia, Bogor, 1985. h.11.
12
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, h.67.
13
Ibid. h. 70.
14
Penggunaan kata delik juga dianggap tidak memiliki perbedaan dengan istilah strafbaar feit. Hal ini dikarenakan delik berasal dari bahasa Latin yaitu kata delictum, yang juga dipergunakan dalam perbendaharaan hukum Belanda yaitu
elict. lah Strafbaar
kum yang b
bertang
ingen).
kan in abstracto saja.
c. cten).
muskan secara materil maupun formil. Dalam hal
d Menurut Simons, delik atau juga sering disebut dengan isti
Feit ialah kelakuan yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hu erhubungan dengan kesalahan dan dilakukan oleh orang yang mampu gung jawab.15
Delik juga dapat dibedakan dalam beberapa bagian, yaitu :16 a. Delik kejahatan dan delik pelanggaran (misdrijven en overtred
Delik kejahatan ialah bahwa kejahatan itu ialah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum dan juga membahayakan secara konkrit hal ini, sedangkan pelanggaran itu membahaya
b. Delik materil dan delik formil (materiele en formeleselicten).
Pada delik materil, disebutkan adanya akibat tertentu, dengan atau tanpa menyebut perbuatan tertentu. Pada delik formil, disebut hanya suatu perbuatan tertentu sebagai dapat dipidana.
Delik komisi dan delik omisi (commissiedelicten en omissiedeli
Delik komisi ialah delik yang dilakukan dengan perbuatan. Ini dapat berupa delik yang diru
ini orang melakukan perbuatan secara aktif dengan melanggar larangan. Delik omisi dilakukan dengan membiarkan atau mengabaikan.
15
Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 1994, h.88.
16
d. Delik yang berdiri sendiri dan delik yang diteruskan (zelftandige en
e.
terjadi dengan melakukan suatu atau
ena meneruskan suatu keadaan yang dilarang, misalnya Pasal
g. qualificeerde
tara delik bersahaja dan delik berkualifikasi dapat dibedakan dalam pemahaman teori percobaan obyektif dan penyertaan.
voorgezette delicten).
Delik yang berdiri sendiri juga dapat disebut dengan delik tunggal sedangkan delik yang diteruskan dapat juga disebut dengan gabungan delik (samenloop).
Delik selesai dan delik berlanjut (aflopende en voortdurende delicten). Delik yang selesai ialah delik
beberapa perbuatan tertentu. Delik yang berlangsung terus ialah delik yang terjadi kar
333 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) berisi baik delik selesai (merampas kemerdekaan) dan delik yang berlangsung terus (karena tetap merampas kemerdekaan).
f. Delik tunggal dan delik berangkai (enkelvoudige en samengestelde delicten).
Delik tunggal dapat juga diartikan delik atau satu perbuatan yang dilakukan sekali saja, sedangkan delik berangkai berarti suatu delik yang dilakukan dengan lebih dari satu perbuatan untuk terjadinya delik itu. Delik bersahaja dan delik berkualifikasi (eenvoudige en ge
delicten).
Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, mempunyai semua unsur bentuk dasar, tetapi satu atau lebih keadaan yang memperberat pidana. Perbedaan an
h. Delik sengaja dan delik kelalaian atau culpa (doleuse en culpose delicten). Delik yang dilakukan dengan sengaja dan delik kelalaian (culpa) penting
i. elik komun atau umum (politieke en commune
tik ialah suatu kejahatan yang menyerang baik organisasi,
j. komun atau umum (delicta propria en commune
rti delik jabatan, delik
delik dalam hal percobaan, penyertaan, pidana kurungan dan pidana perampasan.
Delik politik dan d delicten).
Delik poli
maupun fungsi-fungsi negara dan juga hak-hak warga negara yang bersumber dari situ.
Delik propria dan delik delicten).
Delik propria dapat diartikan delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kualitas tertentu, sepe
militer dan sebagainya.
k. Delik-delik dapat dibagi juga atas kepentingan hukum yang dilindungi, seperti delik terhadap keamanan negara, delik terhadap orang, kesusilaan, delik terhadap harta benda dan lain-lain.
l. Di Indonesia, menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Pasal 284, dikenal pula delik umum dan delik khusus, seperti delik umum dan delik khusus, seperti delik ekonomi, korupsi, subversi dan lain-lain.
Moelijatno mengatakan bahwa istilah perbuatan pidana adalah istilah yang paling cocok untuk menggambarkan adanya suatu kejahatan. Moelijatno bahkan mendefenisikan perbuatan pidana sebagai perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum yang mana larangan tersebut disertai ancaman ataupun sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Dalam hal ini perlu diketahui bahwa larangan itu ditujukan kepada perbuatan yai
sedang kejadia tepat ad
b. tujukan pada perbuatan) dengan ancaman pidana
c. takan adanya hubungan yang erat itulah maka lebih tepat idana, suatu pengertian abstrak yang