• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Kekuasaan dan Pemerintahan

BAB II PENGERTIAN KEKUASAAN DAN ETIKA POLITIK

A. Pengertian Kekuasaan dan Pemerintahan

Istilah “kekuasaan” merupakan bentukan dari “kuasa” yang diberi imbuhan “ke” dan “an”. Jadi, secara fleksibel kuasa mempunyai banyak arti diantaranya adalah “kemampuan” atau “kesanggupan” (untuk membuat sesuatu); kekuatan; kewenangan atas sesuatu atau menentukan (memerintah, mewakili, mengurus, dan sebagainya) yang ada pada kerena jabatannya.25

Kekuasaan adalah kemampuan sesorang atau kelompok manusia untuk mempengaruhi tingkha-lakunya seorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah-laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dantujuna dari orang yang mempunyai kekuasaan itu. Gejala kekuasaan ini adalah gejala yang lumrah terdapat dalam setiap masyarakat, dalam semua bentuk hidup bersama.

Manusia mempunyai bermacam-macam keinginan dan tujuan yang ingin dan tujuan yang ingin sekali dicapainya. Untuk itu manusia sering merasa perlu untuk memaksakan kemuannya atas orang atau kelompok lain. Lhal ini menimbulkan perasaan pada dirinya bahwa mengendalikan orang lain adalah syarat mutlak untuk keselamatannya sendiri. Maka dari

25

W.J.S Purwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), hal. 467

21

itu bagi orang banyak, kekuasaan itu merupakan suatu nilai yang ingin dimilkinya. Kekuasaan sosial terdapat dalam semua hubungan sosial dan dalam semua organisasi sosial.

Kekuasaan biasanya terbentuk hubungan (relationship), dalam arti bahwa ada satu fihak yang memerintah dan ada pihak yang diperintahkan (the ruler and the ruled): satu pihak yang memberi perintah, satu pihak yang mematuhi perintah. Tidak ada persamaan martabat, selalu yang satu lebih tinggi dari pada yang lain dan selalu ada unsur paksaan itu dipakai, sering sudah cukup.

Setiap manusai sekaligus merupakan subyek dari kekuasaan dan obyek dari kekuasaan. Misalnya, seorang presiden membuat undang-undang (subyek dari kekuasaan), tetapi disamping itu dia juga harus tunduk kepada undang (obyek kekuasaan). Pokoknya jarang sekali ada orang yang tidak pernah memberi perintah dan tidak pernah menrima perintah. Hal ini kelihatan jelas dalam organisasi militer yang bersifat hierarchis di mana seorang prajurit diperintah oleh komandannya, sedangkan komandan ini diperintah pula oleh atasanya.26

Di antara banyak bentuk kekuasaan ini ada suatu bentuk yang penting yaitu kekuasaan politik. Dalam hal ini kekuasaan politik adalah kemampuan untuk mempengaruhi kebijaksanaan umum (perintah) baik terbentuknya maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan sendiri. Kekuasaan politik merupakan sebagian saja

26

Miriam Budiarjo, dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997). H. 35-36

22

dari kekuasaan sosial, yakni kekuasaan sosial yang fokusnya ditujukan kepada negara sebagai satu-satunya pihak berwenang yang mempunyai hak untuk mengendalikan tingkah-laku sosial dengan paksaan. Kekuasaan politik tidak hanya mencakup kekuasaan untuk memperoleh ketaatan dari warga masyarakat, tetapi juga menyangkut pengendalian orang lain dengan tujuan untuk mempengaruhi tindakan dan aktivitas negara di bidang administratrif, legislatif, dan yudikatif.

Namun demikian sautu kekuasaan politik tidaklah mungkin tanpa penggunaan kekuasaan (machtsuitoefening). Kekuasaan itu harus digunakan dan harus dijalankan. apabila penggunaan kekuasaan itu berjalan dengan efektif, hal ini dapat disebut sebagai kontrol (pengusaan/pengendalian). Dengan sendirinya untuk menggunakan kekuasaan politik yang ada, harus ada penguasa yaitu pelaku yang memagang kekuasaan, dam harus ada alat/sarana kekuasaan (machtsmiddelen) agar penggunaan kekuasaan itu dapat dilakukan denga baik.27

2. Pemerintahan

Secara etimologi, kata pemerintahan dapat diartsebagai badan yang melakukan kekuasaan memerintah. Kata “pemerintah‟ mengandung pengertian adanya dua pihak yang memerintah memiliki wewena ng dan pihak yang diperintah memiliki kepatuhan.28 Dalam sekolompok manusia

27

Budiarjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, hal.37

28

A. Ubaidillah. et al, Pendidikan kewargaan: Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta: IAIN Kalarta press, 2000) hal. 97.

23

yang hidup bersama memang pada umunya ada sejumlah orang mengatur dan melakukan usaha guna menciptakan serta memelihara ketertiban. Mereka merupakan pimpinan dalam masyarakat dalam sautu masyarakat negara. Golongan orang-orang yang berwenang dan bertugas untuk mengatur serta memimpin ini disebut pemerintah.

Oleh karna itulah sayrat-syarat berdirinya negara harus memenuhui unsur-unsur:

a) Adanya pemerintah atau pemerintahan

b) Adanya wilayah

c) Adanya penduduk

d) Adanya pengakuan dari dalam dan luar negri.29

Pemerintah merupakan lembaga eksekutif negara, meliput aparat birokrasi teknis (birokrasi dalam pengertian sempit) maupun para politisi dan negarawan yang menjadi pucuk pimpinan lembaga-lembaga negara. Pemerintah merupakan aspek personil negara: dia adalah faktor manusia dari negara.30

Pemerintah sebagai salah satu sturuktur dasar sistem politik merupakan lembaga yang menyelenggarakan mekanisme politik atau roda pemerintahan politik atau roda pemerintahan yang dipimpin oleh seorang

29

Inu Kencana Syafie, Ilmu Pemerintah dan al-Qu ’a , (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), hal. 128

30

Arief Budiman, Teori Negara: Negara Kekuasaan, dan Ideologi, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997) hal. 91

24

pejanat yang disebut “wali” atau “amir” atau dengan istilah lainnya yang dikena dalam kepustakaan politik dan ketatanegaraan islam.

Kekuasaan poltik yang dimiliki oleh wali mempinyai dua landasan; landasan formal normatif dan landasan struktural formatif. Landasan pertama bertumpu pada ajaran kedaulatan hukum ketuhana (al-qur‟an). Karena itu kekuasaan politik yang dimiliki oleh wali berdasarkan ayat al-qur‟an yang memberinya tugas untuk menegakan hukum Allah dan menyelenggarakan pemerintah dengan adil dalam masayrakat.

Kendudukan wali sebagi pemerintah terkait pada penerima dan pengakuan rakyat. Ini bearti kedudukan tersebut harus mendapat legalisasi dari rakyat. Dan ini diperoleh melalui baiat. Baita inilah yang menjadi landasan struktural formatif. Karena rakyatlah yang memegang kedaulatan politik, sehingga tanpa baiat, kekuasaan wali tidak dapat diberlakukan secara sah, meskipun ia dapat memaksakan kehendaknya. Baiay kepada wali merupakan menisfestasi kepercayaan rakyat kepadanya untuk mengekan hukum Allah. Karena itu jika ia tidak melaksanakan tugasnya maka rakyat dapat menggatikannya dengan wali lain.

Sejalan dengan tugas yang diemban, wali menggunakan kekuasaan politik yang dimilikinya berdasarkan prinsip pemusatan kekuasaan dan pertanggungjwaban dalam dirinnya dan prinsip delegasi kekuasaan. Oleh karena itu dalam meyelenggarakan pemerintahan keuasaan, wali adalah

25

kepala pemerintahan. Ia memegang kekuasaan politik dan bertanggung jawab sepenuhnya atas penggunaan kekuasaan tersebut.31

B. Moral dan Etika

Dokumen terkait