• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Kepemimpinan

2.2.1 Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi. Karena posisi manajemen terdiri atas tingkatan yang biasanya menggambarkan otoritas, seorang individu bisa mengasumsikan suatu peran kepemimpnan sebagai sebagai akibat dari posisi yang ia pegang pada organisasi tersebut ( Robbins, 2002).

Dalam perkembangan suatu organisasi diperlukan pemimpin yang tangguh.

Pemimpin yang tangguh diharapkan mampu memberi contoh, dorongan serta arah kepada kelompok yang dipimpin dan menjadi teladan yang membuat para bawahan mencontoh perilakunya. Kepemimpinan dapat diartikan orang atau kelompok orang yang memimpin (Riberu, 1992).

Konsep kepemimpinan dan kekuasaan sebegai terjemahan dari “power” telah menurunkan suatu minat yang menarik untuk dibahas sepanjang perkembangan manajemen. Konsep kekuasaan sangat dengan dengan konsep kepemimpinan.

Kekuasaan merupakan sarana bagi pemimpin untuk mempengaruhi perilaku pengikut-pengikutnya. Dalam memberikan ulasan mengenai hubungan yang integral antara kepemimpinan dan kekuasaan, Hersey, Blanchard dan Natemeyer merasakan bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya tidak hanya menilai perilaku kepemimpinan mereka akan mengerti bagaimana sebenarnya mereka mempengaruhi orang-orang lain, akan tetapi mereka juga seharusnya mengamati posisi mereka dan

cara menggunakan kekuasaannya. Setiap manajer atau administrator atau pemimpin adalah seorang yang diharapkan melaksanakan beberapa jenis kekuasaan di dalam atau di luar organisasi ( Thoha, 2010).

Menurut (Lako, 2004) kepemimpinan memiliki makna yang luas, yaitu 1. sebagai proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas-aktivitas paa

anggota kelompok,

2. memberikan visi, rasa gembira, kepercayaan, semangat, dan konsistensi kepada anggota organisasi,

3. memberikan perhatian, memberikan contoh atau tindakan nyata dan memberikan pelatihan secara efektif kepada anggota organisasi.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Pertama, kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau para pengikut. Para karyawan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin, membantu menegaskan status pemimpinnya dan membuat proses kepemimpinan berjalan dengan sukses.

Kedua, pemimpin melibatkan suatu distribusi kekuasaan yang tidak sama antara para pemimpin dengan para anggota kelompoknya. Para pemimpin memiliki kekuasaan untuk memimpin, sedangkan para anggota kelompok bukannya tidak berdaya karena mereka dapat membentuk aktivitas kelompok dalam berbagai cara.

Ketiga, pemimpin memiliki kemampuan untuk memakai bentuk-bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku para anggota organisasinya dalam berbagai cara.

Keempat, kepemimpinan harus memiliki kompetensi yang cukup, integritas moral dan etika pribadi yang tinggi untuk memimpin dan menjadi teladan bagi para pengikutnya dalam membangun organisasi.

3.2.2 Kemampuan Pemimpin

Menurut Adair (1984), ada beberapa kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu:

1. Perencanaan

Perencanaan merupakan kemampuan menciptakan cara atau metode untuk membuat atau melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan. Fungsi perencanaan adalah untuk menjawab kebutuhan kelompok.

2. Pengendalian

Pengendalian adalah kemampuan mengecek dan mengarahkan tindakan ketika pekerjaan dimulai. Pengendalian terletak pada pengetahuan mengenai apa yang akan seharusnya terjadi, siapa yang melakukannya dan bagaimana cara melakukannya.

3. Pengevaluasian

Evaluasi adalah kemampuan mengukur dan menilai suatu pekerjaan dalam upaya mencapai tujuan.

4. Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah kemampuan dalam menyusun atau membentuk satuan yang erat untuk keseluruhan fungsional.

5. Motivasi

Motivasi adalah kemampuan umum menggerakkan orang agar bertindak.

6. Komunikasi

Komunikasi adalah kemampuan menyampaikan informasi dari satu pihak ke pihak yang lain.

7. Memberikan Contoh

Memberikan contoh adalah kemampuan pemimpin melakukan pekerjaan secara nyata untuk menjadi contoh baik bagi pegawainya.

Menurut Armala (2012), tiga ketrampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah Technical skill, Conseptual skill dan soft skill.

Keterampilan yang pertama adalah technical skill, merupakan keterampilan teknis yang dimiliki seseorang, biasanya keterampilan yang didapatkan dari pendidikan resmi. Ketrampulan kedua yaitu conceptual skill, merupakan keterampilan yang didapatkan dari pendidikan normal atau non formal seperti pengalaman. Dan keterampilan yang ketiga yaitu soft skill, merupakan keterampilan orang dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan dirinya sendiri.

Soft skill didefenisikan sebagai keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan secara maksimal untuk kerja (performance) seseorang. Sedangkan hard skill adalah penguasaan ilmu pengetahuan,

teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Soft skill adalah bagian keterampilan seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitifitas perasaan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya.

Dikarenakan soft skill lebih mengarah kepada keterampilan psikologi, maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin dan keteguhan hati (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Soft skill yang dibutuhkan dalam dunia kerja yaitu tanggung jawab (dalam kegiatan bekerja), disiplin dalam bekerja (tepat waktu), kemampuan manajerial (mengelola organisasi,kelompok), inisiatif kerja (mengambil tindakan untuk mencapai tujuan bersama sebelum diminta), beretika dengan menghargai orang lain yang sedang berbicara, menghindari perilaku yang tidak jujur, bekerjasama dalam satu tim dengan cara melakukan suatu tugas bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama, kemampuan mengelola atau memimpin untuk membuat keputusan dengan berpegang pada misi dan visi perusahaan, planning dan organizing dengan cara merencanakan dan melaksanakan tapi bukan menunda, keuletan untuk tidak mudah menyerah serta berani menanggung resiko dan tantangan, mampu menerima kritikan dan mampu menghadapi stress (Purwoastuti dan Walyani, 2015).

Menurut Purwoastuti dan Walyani (2015), atribut-atribut soft skills meliputi:

1. Perilaku Asertif

Perilaku asertif adalah perilaku seseorang dalam hubungan antar pribadi yang menyangkut emosi, perasaan, pikiran serta keinginan dan kebutuhan secara terbuka, tegas dan jujur tanpa perasaan cemas atau tegang terhadap orang lain, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain.

2. Bertanggung Jawab

Bertanggung jawab adalah menyelesaikan tugas sesuai dengan kewajiban yang dimiliki.

3. Motivasi

Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak.

Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi.

Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri.

4. Menjadi Pendengar Penuh Empati

Empati merupakan pengaruh dan interaksi diantara kepribadian-kepribadian. Empati berarti merasakan ke dalam. Perbedaan dengan simpati yaitu simpati merasakan bersama dan mungkin mengarah pada sentimentalitas, maka empati mengacu pada keadaan identifikasi kepribadian yang lebih mendalam kepada seseorang.

5. Komunikasi

Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi social antara dua atau lebih individu yang mencoba saling mempengaruhi dalam hal ide, sikap,

pengetahuan dan tingkah laku. Selain itu komunikasi juga diartikan sebagai proses memberitahukan dan menyebarkan pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi, agar hal-hal yang diberitahukan itu menjadi milik bersama.

2.2.3 Teori-Teori Kepemimpinan

Menurut Siagian (2010) seseorang yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk “membaca” situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya kepemimpinan agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya, meskipun penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara. Karena penyesuaian-penyesuaian tertentu memang merupakan kenyataan kehidupan manajerial seseorang yang menduduki jabatan pimpinan, maka dari itu perlu diketahui dahulu tipe-tipe pemimpin. Setiap tipe kepemimpinan memiliki karakteristik tertentu yang membedakan. Cara menganalisis berbagai karakter yang dimiliki tiap tipe adalah dengan melakukan kategorisasi dari berbagai karakter itu berdasarkan.

1. Persepsi seorang pemimpin tentang perannya selaku pemimpin, 2. Nilai-nilai yang dianut,

3. Sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi, 4. Perilaku dalam memimpin,

5. Gaya kepemimpinan yang dominan.

Pertama tentang persepsi. Yang dimaksud dengan persepsi adalah suatu proses penataan dan penerjemahan kesan-kesan seseorang tentang lingkungan dimana

ia berada. Dinyatakan secara sederhana, persepsi merupakan cara pandang seseorang terhadap lingkungannya. Persepsi seseorang tentang sesuatu hal yang dipandangnya adalah subjektif. Cara pandang yang subjektif tersebut pasti mempengaruhi cara seseorang melihat peranannya selaku pemimpin yang baik menyangkut fungsi-fungsinya, hubungan dengan bawahan dan intensitas keterlibatan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan.

Kedua tentang nilai-nilai yang dianut. Yang dimaksud dengan nilai-nilai ialah keyakinan dasar yang terdapat dalam diri seseorang tentang hal-hal yang sangat mempengaruhi cara bertindak dan perilaku orang yang bersangkutan. Nilai berkaitan dengan pandangan seseorang tentang yang “baik” dan “buruk”, yang “benar” dan

“salah”.

Ketiga tentang sikap. Yang dimaksud dengan sikap ialah suatu bentuk pernyataan yang evauatif oleh seseorang yang dapat menyangkut suatu objek, seseorang atau kelompok orang atau peristiwa. Sikap dapat bersifat positif dan juga bersifat negatif. Menurut penelitian para ahli, sikap seseorang sudah terbentuk dimasa kecilnya sebagai pengaruh dari orang tua, guru dan teman-temannya. Artinya sikap seseorang terbentuk karena meniru sikap orang-orang tertentu yang dihormati, dikagumi atau bahkan mungkin ditakuti. Dikaitkan dengan kepemimpinan.

Keempat tentang perilaku. Yang dimaksud dengan perilaku ialah cara seseorang berinteraksi dengan orang lain, dalam hal ini berkaitan dengan organisasi.

Perilaku seseorang sesungguhnya tidak timbul begitu saja. Artinya seseorang berperilaku tertentu sebagai akibat dari adanya keyakinan dalam diri orang yang

bersangkutan bahwa tujuan tertentu merupakan jaminan terbaik untuk memelihara kepentingan orang yang bersangkutan. Dengan mengetahui apa yang dipandang penting atau tidak penting oleh seseorang, perilaku orang itu akan lebih mudah diduga.

Kelima tentang gaya kepemimpinan. Mengenai gaya sesungguhnya berbicara tentang “modalitas” dalam kepemimpinan. Modalitas berarti mendalami cara-cara yang disenangi dan digunakan oleh seseorang sebagai wahaya untuk menjalannya kepemimpinannya.

Menurut Kartono (2010) banyak studi ilmiah dilaukan orang mengenai kepemimpinan, dan hasilnya berupa teori-teori tentang kepemimpinan. Teori-teori yang dimunculkan menunjukkan perbedaan dalam:

a. Pendapat dan uraiannya, b. Metodologinya,

c. Interpretasi yang diberikan, d. Kesimpulan yang ditarik.

Setiap teori mempunyai segi penekanannya sendiri, dipandang dari satu aspek tertentu. Dan para penganutnya berkeyakinan bahwa teori itulah yang paling benar dan paling tepat.

G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan, yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori penulis lain, sebagai berikut (Kartono, 2010) :

1. Teori Otokratis

Kepemimpinan pda teori ini didasarkan atas perintah-perintah, paksaan dan tindakan-tindakan yang dianggap sebagai wasiat. Ia melakukan pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien. Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas. Ciri-ciri khas dari pemimpin otokratis ialah :

a. Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan dan harus dipatuhi.

b. Dia menentukan kebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan para anggota.

c. Dia tidak memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang akan datang, akan tetapi hanya memberitahukan pada setiap anggota kelompoknya langkah-langkah segera yang harus mereka lakukan.

d. Dia memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya dengan inisiatif sendiri.

Sikapnya selalu menjauhi kelompoknya ( mengasingkan diri ) karena dia menganggap diri sendiri sangat istimewa. Dia hanya bersikap baik kepada orang-orang yang patuh terhadap dirinya, sebaliknya dia akan bertindak keras terhadap orang-orang yang tidak mau mengikutinya.

2. Teori Psikologis

Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dan mengembangkan system motivasi terbaik, untuk menumbuhkan semangat kerja dari para bawahannya. Pemimpin mempengaruhi bawahannya agar mereka mau

bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisasi maupun memenuhi tujuan-tujuan pribadi.

Kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan, martabat, status social, kepastian emosional, memperhatkan keinginan dan kebutuhan pegawai, semangat kerja, minat, suasanan hati dan lain-lain.

3. Teori Sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir. Selanjutnya mengidentifikasi tujuan, memberikan petunjuk yang diperlukan bagi para pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang berkaitan dengan kepentingan kelompoknya.

Setiap anggota mengetahui hasil, keyakinan dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompoknya. Pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.

4. Teori Suportif

Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja dengan penuh semangat, sedangkan pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui kebijakan tertentu. Pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan

kerja yang menyenangkan dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup kerja sama dengan tim, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari keinginan untuk maju.

5 Teori Laissez Faire

Pemimpin Laissez Faire adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai symbol, dengan macam-macam hiasan atau ornament yang berlebihan. Biasanya ia tidak memiliki keterampilan teknis. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin dikarenakan system nepotisme atau lewat praktik penyuapan.

Dia mempunyai sedikit keterampilan teknis namun disebabkan oleh karaktenya yang lemah, tidak berpendirian serta tidak berprinsip, maka semua hal itu mengakibatkan tidak adanya kewibawaan juga tidak ada kontrol. Dia tidak mampu mengkoordinasikan semua jeis pekerjaan, tidak berdaya menciptakan suasana yang kooperatif. Sehingga organisasi menjadi kacau-balau. Intinya, pemimpin Laissez Faire itu pada intinya bukanlah seorang pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya.

Semua anggota yang dipimpinnya bersikap santai-santai. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh, sehingga kelompok tersebut praktis menjadi tidak terkontrol.

1. Teori Kelakuan Pribadi

Pemimpin jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola-pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata

lain, dia harus mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk sesuatu masalah.

Pola tingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan : a. Bakat dan kemampuannya,

b. Kondisi dan situasi yang dihadapinya,

c. Good-will atau keinginan untuk memecahkan masalah yang timbul, d. Derajat supervise dan ketajaman evaluasinya.

2. Teori Sifat Orang-Orang Besar

Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas, yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, untuk meramalkan keksuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa cirri-ciri unggul sebagai predisposisi yang diharapkan akan dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki intelegensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki percaya diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial dan lain-lain.

3. Teori Situasi

Teori ini menjelaskan bahwa harus terdapat daya tanggap yang tinggi pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhdap tuntutan situasi, lingkungan sekitarnya dan perkembangan zaman. Faktor lingkungan itu harus dijadikan tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin harus mampu menyelesaikan masalah-masalah aktual. Sebab

permasalahan hidup dan saat-saat krisis yang penuh pergolakan dan ancaman bahaya, selalu akan memunculkan satu tipe kepemimpinan yang relevan bagi masa itu.

Maka kepemimpinan harus bersifat multi-dimensional serba bisa dan serba terampil, agar ia mampu melibatkan diri dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat.

Teori ini beranggapan, bahwa kepemimpinan itu terdiri atas tiga elemen dasar, yaitu pemimpin-pengikut-situasi. Maka situasi dianggap sebagai elemen paling penting, karena memiliki paling banyak variabel dan kemungkinan yang bisa terjadi.

4. Teori Humanistik/Populastik

Fungsi kepemimpinan menurut teori ini adalah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Organisasi berperan sebagai sarana untuk melakukan kontrol sosial, agar pemerintah melakukan fungsinya dengan baik, serta memperhatikan kemampuan dan potensi rakyat. Semua itu dapat dilaksanakan melalui interaksi dan kerja sama yang baik antara pemerintah dengan rakyat, dengan memperhatikan kepentingan masing-masing.

Pada teori ini ada tiga variabel pokok, yaitu :

a. Kepemimpinan yang cocok dan memperhatikan hati nurani rakyat dengan segenap harapan, kebutuhan dan kemampuan.

b. Organisasi yang disusun dengan baik, agar bisa relevan dengan kepentingan rakyat di samping kebutuhan pemerintah.

c. Interaksi yang akrab dan harmonis antara pemerintah dan rakyat.

2.2.4 Syarat-Syarat dan Sifat Kepemimpinan

Syarat seorang pemimpin dikaitkan dengan tiga hal penting, yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu :

1. Kekuasaan, yaitu otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan, yaitu keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh kepadanya.

3. Kemampuan, yaitu sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara teknis maupun sosial, yang melebihi dari anggota biasa.

Kepemimpinan harus mempunyai unsur kemampuan untuk mempengaruhi orang lain bawahan/kelompoknya untuk melakukan suatu pekerjaan dalam mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan yang efektif minimal memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Bertanggung jawab atas pekerjaan, 2. Mampu melihat masa depan organisasi,

3. Mampu mengorganisasi dan mengarahkan potensi yang dimiliki semua pihak,

4. Mampu menyeimbangkan dan mengembangkan potensi bawahan, 5. Menghargai bawahan sesuai dengan porsinya,

6. Percaya diri dan luwes,

7. Mampu melakukan diplomasi,

8. Mampu mengendalikan ketegangan antar pribadi, 9. Mampu mempengaruhi orang lain.

Keberhasilan suatu kepemimpinan dapat ditandai dengan pencapaian tujuan yang diharapkan bersama atas visi dan misi suatu organisasi. Keberhasilan pencapaian tersebut dipengaruhi oleh intensitas kepemimpinan dalam melaksanakan proses manajemen dan memberikan motivasi terhadap bawahan untuk mencapai tujuan. Seorang pemimpin terdorong oleh motivasi kekuasaan dan mereka yang dipimpin didorong oleh berbagai motivasi untuk memenuhi kebutuhan masing-masing.

Kepemimpinan merupakan sebuah proses dimana seseorang mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Seorang pemimpin menjalankan proses kepemimpinannya melalui kepercayaan, nilai-nilai, etika, karakter, pengetahuan dan keterampilannya. Seorang pemimpin yang baik adalah yang dapat merealisasikan kewenangan dengan mengajak sifatnya dan bukan sekedar menyuruhnya. Pemimpin yang hanya bersifat menyuruh (bossy) cenderung hanya melayani dirinya dan menggunakan kewenangannya hanya untuk terlihat baik dan mendapatkan kenaikan jabatan. Pemimpin itu harus mempunyai sifat-sifat yang baik, seperti :

1. Kuat mental dan fisiknya, 2. Ramah-tamah dan kasih sayang, 3. Bersemangat,

4. Jujur,

5. Mempunyai keterampilan dan kemampuan, 6. Tegas dan cepat dalam mengambil keputusan, 7. Cerdas dan bijaksana,

8. Berpengalaman, 9. Dapat dipercaya,

10. Dapat mengendalikan emosinya, 11. Adil,

12. Bisa member perintah, celaan, pujian dan koreksi, 13. Bisa menerima saran atau kritik,

14. Memperhatikan kelompoknya,

15. Menciptakan disiplin dengan member contoh.

Selain itu, ada beberapa teknik kepemimpinan yang harus dikuasai seorang pemimpin, meliputi beberapa kategori berikut :

1. Memahami etika profesi pemimpin, yaitu kewajiban yang dimiliki seorang pemimpin, bagaimana seharusnya tingkah laku seorang pemimpin dan mengembangkan moralnya.

2. Memahami dinamika kelompok, yaitu terjadinyainteraksi (hubungan timbal-balik) antar setiap anggota kelompoknya.

3. Memahami komunikasi, arus informasi dan emosi yang tepat, penyampaian perasaan, pikiran dan kehendak kepada individu lain.

4. Memahami pengambilan keputusan (decision making) yaitu suatu hal yang sangat penting bagi seorang pemimpin walaupun sebenarnya cukup sulit.

5. Memahami keterampilan berdiskusi (melakukan kompromi).

Keberhasilan seorang pemimpin dapat ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri yang dimiliki oleh pemimpin tersebut, dapat berupa sifat fisik atau psikologis. Untuk menjadis eorang pemimpin yang berhasil sangat ditentukan kemampuan pribadi pemimpin itu sendiri. Kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang dengan berbagai macam sifat-sifat, perangai atau cirri-ciri di dalamnya.

3.2.5 Kepemimpinan Rumah Sakit

Menurut Sastrianegara (2014), konsep kepemimpinan dalam manajemen rumah sakit memiliki keunikan tersendiri karena rumah sakit dikenal dengan institusi yang padat karya, padat modal, padat teknologi dan padat masalah. Tidaklah gampang mengatur sumber daya yang berlatar belakang berbagai macam profesi dan keahlian. Oleh karena itu pemimpin rumah sakit yang baik dan akan berhasil jika dalam memimpin rumah sakit dapat memadukan fungsi manager sebagai clinical leader dan fungsi manajemen sebagai manager works.

1. Kepemimpinan Klinik (Clinical Leader)

Kepemimpinan klinik umumnya berkaitan dengan klinisi yang secara langsung terlibat dalam proses pelayanan kepada pasien. Istilah clinical leader biasanya digunakan untuk seorang klinisi yang selain masih terlibat dalam

pelayanan pasien juga berperan serta dalam proses manajerial termasuk diantaranya manajemen sumber daya manusia. Hal ini berbeda dengan klinisi yang diangkat sebagai manager dan tidak lagi terlibat langsung dalam penatalaksanaan pasien.

Pemimpin klinik yang efektif harus mampu meningkatkan perannya dalam melayani pasien, meningkatkan mutu outcome klinik, dan mencegah atau meminimalkan risiko atas tindakan medik yang dilakukan melalui hubungan interpersonal dan komunikasi yang baik. Sikap kepemimpinan klinik haruslah diwujudkan dalam bentuk tanggung jawab medik yang tinggi, berani mengakui setiap kekeliruan prosedur yang dilakukan, dan segera melakukan tindakan korektif yang diperlukan.

Kepemimpinan klinik tidak saja mencerminkan tingkat kepandaian dan keilmuan, tetapi juga logika serta kebijaksanaan yang jauh lebih besar dari sekedar pengalaman sebagai klinisi. Untuk menyempurnakan fungsi kepemimpinan klinik dalam manajemen rumah sakit maka seorang klinisi harus senantiasa mampu mengantisipasi dan mengadaptasi setiap perkembangan teknologi medik yang ada, sehingga selalu mampu menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang terjadi yang didasarkan pada temuan kelimuan yang

Kepemimpinan klinik tidak saja mencerminkan tingkat kepandaian dan keilmuan, tetapi juga logika serta kebijaksanaan yang jauh lebih besar dari sekedar pengalaman sebagai klinisi. Untuk menyempurnakan fungsi kepemimpinan klinik dalam manajemen rumah sakit maka seorang klinisi harus senantiasa mampu mengantisipasi dan mengadaptasi setiap perkembangan teknologi medik yang ada, sehingga selalu mampu menyesuaikan diri dengan setiap perubahan yang terjadi yang didasarkan pada temuan kelimuan yang

Dokumen terkait