• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

2. Kesulitan Belajar

2.1 Pengertian Kesulitan Belajar

Secara harfiah kesulitan belajar merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris “learning Disability yang berarti ketidak mampuan belajar. Kata disability diterjemahkan kesulitan” untuk memberikan kesan optimis bahwa anak sebenarnya masih mampu untuk belajar.

Istilah lain learning disabilities adalah learning difficulties dan learning

differences. Ketiga istilah tersebut memiliki nuansa pengertian yang berbeda.

Di satu pihak, penggunaan istilah learning differences lebih bernada positif, namun di pihak lain istilah learning disabilities lebih menggambarkan kondisi faktualnya. Untuk menghindari bias dan perbedaan rujukan, maka digunakan istilah Kesulitan Belajar. Kesulitan belajar adalah ketidak

19

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja

mampuan belajar, istilah kata yakni disfungsi otak minimal ada yang lain lagi istilahnya yakni gangguan neurologist.

Sedangkan menurut Hallahan, Kauffman, dan Lloyd Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih proses psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja, atau berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utamanya berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran, atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan lingkungan, budaya, atau ekonomi.

Menurut Hammill (1981) kesulitan belajar adalah beragam bentuk kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca, menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris, hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar, walaupun menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah ada20.

Dari paparan di atas kita dapat mengetahui, bahwa dalam suatu proses pembelajaran tidak semua siswa dapat menangkap dengan baik, siswa masih mendapati kesulitan dalam belajar. Dan kesulitan belajar yang dapat saya simpulkan disini adalah gangguan siswa dalam mendapatkan suatu pengetahuan, baik di lihat dari segi psikologis maupun akademik.

20

Yulinda Erma Suryani. Kesulitan Belajar. diakses 22 oktober 2014 3:45 http://journal.unwidha.ac.id/index.php/magistra/article/viewFile/96/56

2.2Jenis-jenis Kesulitan Belajar

Burton mengidentifikasi seorang siswa kasus dapat dipandang atau dapat diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan (failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefinisikan oleh burton sebagai berikut:

a. Siswa dikatakan gagal apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (level of mastery) minimal dalam pekerjaan tertentu, seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion refrenced). Kasus siswa semacam ini dapat digolongkan kedalam lower group. b. Siswa dikatakan gagal apabila yang bersangkutan tidak dapat

mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, inteligensi, bakat. Diramalkan (predicted) akan dapat mengerjakannya atau mencapai suatu prestasi, namun ternyata tidak sesuai dengan kemampuannya. Kasus siswa ini dapat digolongkan kedalam under archievers.

c. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuian sosial sesuai dengan pola organismiknya (his organismic pattern) pada fase perkembangan tertentu, seperti yang berlaku bagi kelompok sosial dan usia yang bersangkutan (norm-referenced). Kasus siswa yang bersangkutan dapat dikategorikan kedalam slow learners.

d. Siswa dikatakan gagal kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (level of mastery) yang diperlukan sebagai prasyarat

(prerequisite) bagi kelanjutan ini dapat digolongkan kedalam slow

learners atau belum matang (immature) sehingga mungkin harus menjadi

pengulang (repeaters) pelajaran21.

21

Abin Syamsuddin Makmun. Psikologi Kependidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)

Dari keempat definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang siswa diduga mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Dalam hasil belajar, sudah tentu mencakup aspek-aspek substansial-material, fungsional-struktural, dan behavioral atau yang mencakup segi-segi kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan batasan waktu yang dimaksud, dapat berarti satu periode pendidikan.

2.3Faktor-faktor kesulitan belajar

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikaan dengan munculnya kelainan perilaku

(misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas,

mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk kelas, dan sering minggat dari sekolah.

Secara garis besar, faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam22.

a. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari dalam diri siswa sendiri yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor. Antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual siswa, labilnya emosi siswa, bahkan terganggungnya alat-alat indera penglihat dan pendengar

b. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar siswa, meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah23.

22

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung : PT Remaja

Rosdakarya 2010), Cet 16, h. 170

23

Muhibbin Syah, Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru, (Bandung : PT Remaja

Jadi dapat disimpullkan bahwasanya kedua faktor ini sangant mempengaruhi dalam tingkat pencapaian siswa dalam belajar karena kesulitan belajar dapat dialami oleh siswa yang berkemampuan rata-rata dan bisa menghambat tercapainya kinerja akademik seswa yang sesuai dengan harapan.

2.4Diagnosis Masalah Belajar dan Mengatasinya

Hal yang dimaksud dengan proses mendiagnosis adalah proses pemeriksaan terhadap suatu gejala yang tidak beres. Diagnosis masalah belajar dilakukan jika guru menandai atau mengidentifikasi adanya kesulitan belajar pada muridnya. Diagnosis masalah belajar dilakukan secara sistematis dan terarah dengan langkah-langkah seperti berikut ini:24

a. Mengidentifikasi adanya masalah belajar

Untuk mengidentifikasi masalah belajar diperlukan seperangkat khusus, sebab kemmpuan mengidentifikasi yang berdasarkan naluri belaka kurang efektif, semakin luas pengetahuan guru tentang gejala-gejala kesulitan belajar dan makin banyak pengalaman guru dalam mengidentifikasi kesulitan belajar, akan makin terampil guru melakukan diagnosis masalah belajar. Gejala-gejala munculnya masalah belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk, biasanya muncul dalam bentuk perubahan perilaku yang menyimpang atau dalam menurunya hasil belajar. Perilaku yang menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk seperti: suka mengganggu teman, merusak alat-alat pembelajaran, sukar memusatkan perhatian, sering termenung, menangis hiperaktif, sering bolos dan sebagainya.

b. Menelaah atau menetapkan status siswa

Penelaahan dan penetapan status murid dilakukan dengan cara berikut ini. 1) Menetapkan tujuan khusus yang diharapkan dari murid.

24

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.181

2) Menetapkan tingkat ketercapaian tujuan khusus oleh murid dengan menggunakan teknik dan alat penilaian yang tepat.

3) Menetapkan pola pencapaian murid, yaitu seberapa jauh ia berbeda dari tujuan yang ditetapkan itu.

c. Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar

Membuat perkiraan yang tepat adalah suatu perbuatan yang kompleks yang keberhasilannya sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Beberapa prinsip yang harus diingat dalam memperkirakan sebab terjadinnya maslah belajar adalah sebagai berikut.

1) Gejala yang sama dapat ditimbulkan oleh sebab yang berbeda. 2) Sebab yang sama dapat menimbulkan gejala yang berbeda.

3) Berbagai penyebab dapat berinteraksi yang dapat menimbulkan gejala masalah yang makin kompleks25.

2.5Penanganan Kesulitan Belajar

Penanganan yang diberikan pada kasus anak dengan kesulitan belajar tergantung pada hasil pemeriksaan yang komprehensif dari tim kerja.

Penanganan yang diberikan pada anak dengan kesulitan belajar meliputi: a. Penatalaksana dibidang Medis

1) Terapi Obat

Pengobatan yang diberikan adalah sesuai dengan gangguan fisik atau psikiatrik yang diderita oleh anak, misalnya: Berbagai kondisi depresi dapat diberikan dengan obat golongan antidepresan dan GPPH diberikan obat golongan psikostimulansia, misalnya Ritalin,dll

2) Terapi Perilaku

Terapi perilaku yang sering diberikan adalah modifikasi perilaku. Dalam hal ini anak akan mendapatkan penghargaan langsung jika dia dapat memenuhi suatu tugas atau tanggung jawab atau perilaku positif tertentu. Di lain pihak, ia akan mendapatkan peringatan jika ia

25

Eveline Siregar dan Hartini Nara. Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), Cet.1 h.181-182

memperlihatkan perilaku negative. Dengan adanya penghargaan dan peringatan langsung ini maka diharapkan anak dapat mengontrol perilaku negatif yang tidak dikehendaki, baik di sekolah maupun dirumah.

3) Psikoterapi Suportif

Dapat diberikan pada anak dan keluarganya. Tujuannya adalah untuk memberi pengertian dan pemahaman mengenai kesulitan yang ada, sehingga dapat menimbulkan motivasi yang konsisten dalam usaha untuk memerangi kesulitan ini.

4) Pendekatan Psikososial Lainnya

 Psikoedukasi orang tua dan guru

 Pelatihan keterampilan social bagi anak b. Penatalaksana di bidang Pendidikan

Dalam hal ini terapi yang paling efektif adalah terapi remedial, yaitu bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi kesulitan belajar anak. Guru remedial ini akan menyusun suatu metoda pengajaran yang sesuai bagi setiap anak. Mereka juga melatih anak untuk dapat belajar baik dengan teknik-teknik pembelajaran tertentu (sesuai dengan jenis kesulitan belajar yang dihadapi anak) yang sangat bermanfaat bagi anak dengan kesulitan belajar26.

Dokumen terkait