• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Tinjauan Teoristis

2.2.2. Pengertian Kinerja Keuangan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:570), Kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kinerja merupakan kemampuan kerja. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1997:44), Pengertian kinerja keuangan adalah hasil dari banyak keputusan keuangan individual yang dibuat secara terus-menerus pada suatu lembaga atau institusi.

2.2.3. Analisis Kinerja Keuangan

Analisis kinerja keuangan digunakan untuk mengetahui perkembangan kondisi yang dicapai peusahaan dari tahun ke tahun. Menurut Sawir (2003:5), Gambaran umum analisis keuangan adalah sebagai berikut :

Aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya. Dengan menganalisis laporan keuangannya dapat diperoleh gambaran tentang kondisi dan kinerja keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Aktivitas-Aktivitas Perusahaan

Laporan Keuangan Perusahaan

Analisis keuangan merupakan suatu proses yang bertujuan menentukan ciri-ciri yang penting tentang keadaan keuangan dan kegiatan Perusahaan berdasarkan data yang ada. Tujuan utama analisis kinerja keuangan untuk memperoleh pandangan yang lebih baik tentang masalah operasional dan keuangan yang dihadapi dalam perusahaan.

2.2.4. Tujuan Manajemen Keuangan

Kasmir (2010:13) menyatakan bahwa tujuan manajemen keuangan memiliki tujuan melalui dua pendekatan yaitu 1) Profit risk approach, dalam hal ini manajer keuangan tidak hanya sekedar memaksimalisasi profit akan tetapi juga harus mempertimbangkan resiko yang bakal dihadapi. 2) Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan.

Sedangkan menurut Martono dan Harjito (2008:13) menyatakan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan. Tujuan ini diperkuat Muslich (2000:3) yang menyatakan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimalkan keuntungan ekonomi dari pemilik perusahaan. Dengan kata lain tujuan perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan moneter kepada pemegang saham perusahaan.

Dari tujuan manajemen yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen pada umumnya adalah untuk mencari hasil yang maksimum dan meminimalkan resiko demi kelangsungan perusahaan di masa mendatang.

2.2.5. Definisi Keuangan Perusahaan

Keuangan perusahaan (corporate finance) adalah pembukuan yang menunjukan jumlah keuangan yang dimiliki oleh perusahaan. Masalah-masalah keuangan pada dasarnya menyangkut tentang kegiatan untuk menggunakan dan memperoleh dana. (Husnan dan Puji Astuti, 2001:135).

2.2.6. Laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan dimaksudkan untuk menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang merupakan produk akhir dan sistem akuntansi yang akan digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan merupakan sumber informasi utama untuk mengetahui keadaan perusahaan baik tentang kekayaan, hutang dan permodalan maupun perkembangan kegiatan dengan hasil yang dicapai dalam operasionalnya. Dengan demikian pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan baik pihak intern perusahaan seperti manajemen, maupun pihak ekstern seperti investor dan kreditur yang mempunyai kepentingan pada perusahaan tersebut.

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Baridwan (2008:17), Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

Sedangkan menurut Djarwanto (2001:5), laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk kepentingan manajemen dan pihak-pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai kepentingan dengan data keuangan perusahaan. Lebih lanjut Munawir (2001:2), mengatakan bahwa laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Riyanto (2001:327), mengatakan bahwa laporan finansial (financial statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, utang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan rugi/laba (income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun.

Dari beberapa definisi laporan keuangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah daftar yang berisi laporan utama yang memuat tentang posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan yang disajikan pada akhir periode yang lazimnya terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Prastowo dan Juliaty (2002:5), laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Tujuan Laporan keuangan menurut IAI (2004:4) adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan

bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non keuangan.

3. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban. Manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya keputusan menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Sedangkan menurut Harahap (2007:132), Prinsip Akuntansi Indonesia menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan itu adalah:

a. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

b. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi neto (sumber dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari aktiva aktivitas usaha dalam rangka memperoleh laba.

c. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu proses pemakai laporan dalam estimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

d. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam sumber-sumber ekonomi dan kewajiban seperti informasi mengenai aktivitas pembelanjaan dan perencanaan.

e. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Setelah melihat tujuan laporan keuangan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari laporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya guna membantu pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan.

Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal adalah hak pemilik yang digunakan untuk melakukan aktivitas produksi.

3. Bentuk Laporan Keuangan

1. Neraca

Munawir (2001:13), menyatakan bahwa neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Sedangkan menurut Husnan dan Juliaty (2001:65), neraca menunjukkan posisi kekayaan perusahaan, kewajiban keuangan dan modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Kekayaan disajikan pada sisi aktiva sedangkan kewajiban dengan modal sendiri pada sisi pasiva.

Dengan demikian neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang dan modal (Munawir, 2001:13).

a) Aktiva

Pada dasarnya aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.

1). Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat diharapkan untuk atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumer dalam periode berikutnya.

Yang termasuk kelompok aktiva lancar (likuid) adalah:

1. Kas atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.

2. Investasi jangka pendek (surat-surat berharga), adalah investasi yang sifatnya sementara dengan maksud untuk memanfaatkan

uang kas yang untuj sementara belum dibutuhkan dalam operasi.

3. Persediaan, untuk perusahaan dagang adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca masih di gudang. Untuk perusahaan manufacturing maka persediaan yang dimiliki meliputi persediaan bahan mentah, barang dalam proses, dan persediaan barang jadi.

2). Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan).

1. Investasi jangka panjang

2. Aktiva tetap, adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang fisiknya nampak (konkrit).

3. Aktiva lain-lain, adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasi-klasifikasi sebelumnya.

b). Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat dibedakan kedalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.

Hutang lancar adalah kewajiban keuangan perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.

Hutang jangka panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh tempo) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).

c). Modal

Modal adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya.

2. Laporan Laba Rugi

Menurut Martono dan Harjito (2008:51), laporan laba-rugi (income statement) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode tertentu.

a. Pendapatan

Commite on terminology dalam Harahap (2007:113), mendefinisikan pendapatan sebagai hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa yang dibebankan kepada langganan, atau merek yang menerima jasa. Sedangkan menurut Baridwan (2008:30), “pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan lain aktiva atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”.

Jadi pendapatan merupakan hasil dari operasi perusahaan berupa kegiatan-kegiatan perusahaan dan pendanaan yang dilakukan dalam periode tertentu. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan hasil dari penjualan barang atau pemberian jasa merupakan pemasukan bagi perusahaan.

b. Biaya

Menurut Baridwan (2008:30), “Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian lain aktiva atau timbulnya utang (atau kombinasi keduanya) selama periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari pelaksanaan kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha”.

Selanjutnya Committe on Terminology dalam Harahap (2007:114), mengemukakan biaya adalah semua biaya yang telah

dikenakan dan dapat dikurangkan pada penghasilan. Jadi, biaya adalah pengeluaran perusahaan yang berkaitan dengan kegiatan usaha yang dapat dikurangkan pada penghasilan dalam periode tertentu.

2.2.7. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2007:190), analisis laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Pengertian lain tentang analisis laporan keuangan oleh Bernstein (1983:3) dalam Harahap (2007:190), bahwa analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran-ukuran dan hubungan tertentu yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan.

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Bernstein dalam Harahap (2007:195), tujuan analisis laporan keuangan adalah:

a. Screening

Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk memilih kemungkinan investasi atau merger. b. Forecasting

Analisis digunakan untuk meramalkan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.

c. Diagnosis

Analisis dimaksudkan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, atau masalah lain.

d. Evaluation

Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, operasional, efisiensi, dan lain-lain.

Menurut Prastowo dan Juliaty (2002:18), tujuan terpenting dan analisis laporan keuangan adalah: Untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan, terkaan atau intuisi, mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dilakukan pada setiap proses pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan tidak mengurangi kebutuhan akan pertimbangan-pertimbangan, melainkan hanya memberikan dasar yang layak dan sistematis dalam menggunakan pertimbangan-pertimbangan tersebut.

2.2.8. Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

Menurut Riyanto (2001:329), “Pengertian rasio itu sebenarnya hanyalah alat dinyatakan dalam “arithmathical term” yang dapat digunakan untuk

menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial”. Sedangkan Djarwanto (2001:123) mengemukakan bahwa “rasio adalah suatu angka

yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan”. Lebih lanjut Harahap (2007:297), menyatakan

bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti).

Sedangkan menurut Munawir (2001:64), rasio menggambarkan hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antar suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar.

Jadi rasio keuangan dapat diartikan sebagai suatu gambaran yang memuat hubungan dari dua unsur (suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain) secara sistematis hingga dapat memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik buruknya keadaan posisi keuangan perusahaan, terutama bila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio standar.

2. Tujuan Analisis Rasio Keuangan

Muslich (2000:44), Tujuan dari analisis rasio keuangan adalah untuk mengidentifikasi dari setiap kelemahan dari keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah di masa depan, dan menentukan setiap kekuatan yang dapat dipergunakan. Disamping itu analisis yang dilakukan oleh pihak luar perusahaan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kredibilitas atau potensi investasi.

3. Jenis-Jenis Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio yang dapat digunakan dalam penilaian kinerja perusahaan meliputi:

a. Rasio Likuiditas

Rasio Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi (jangka pendek). Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangannya tepat pada waktunya berarti perusahaan tersebut dalam keadaan "likuid". Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi kewajiban keuangannya pada saat ditagih, berarti perusahaan tersebut dalam keadaan "illikuid" (Munawir, 2001:37).

Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan (Munawir, 2001:71). Menurut Riyanto

(2001:25), “masalah likuiditas adalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa rasio likuiditas merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang jatuh tempo dengan alat liquid. Pada prinsipnya, semakin tinggi rasio likuiditas, maka semakin baik kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (Sartono, 2003: 34).

Dalam penganalisisan posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan dua macam rasio yaitu :

1) Current Ratio (Rasio Lancar)

Menurut Munawir (2001:72) current ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva lancar dan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan bahwa nilai kekayaan (yang segera dapat dijadikan uang) ada sekian kalinya hutang jangka pendek. Current ratio 200% kadang-kadang sudah memuaskan bagi perusahaan, tetapi jumlah modal kerja dan besarnya ratio tergantung beberapa faktor, suatu standard atau ratio yang umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh perusahaan, karena ini hanya merupakan kebiasaan (rule of thumb). Lebih lanjut Riyanto (2001:26), menyatakan bahwa secara kasar dapatlah dikatakan bahwa bagi perusahaan-perusahaan yang bukan perusahaan kredit, current ratio kurang dari 2 : 1 dianggap kurang baik, sebab apabila aktiva lancar turun misalnya sampai 50%, maka jumlah aktiva lancarnya tidak akan cukup lagi menutup utang lancarnya. Pedoman current ratio 2 : 1 atau 200% bukanlah pedoman yang mutlak.

Adapun formulasinya dapat dinyatakan sebagai berikut: % 100 Lancar Hutang Lancar Aktiva Ratio Current = 

Current Ratio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat dibayarnya hutang perusahaan yang jatuh tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah persediaan yang relatif tinggi dibandingkan taksiran tingkat penjualan yang akan datang sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan menunjukan adanya over investment dalam persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang besar yang mungkin sulit ditagih (Munawir, 2001:72).

Besarnya hasil perhitungan rasio lancar menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar. Ini berarti semakin besar rasio lancar, maka likuiditas perusahaan semakin tinggi (Warsono, 2003:35).

2) Quick Ratio/Acid Test Ratio (Rasio Cepat)

Menurut Martono dan Harjito (2008:55), rasio cepat merupakan alat ukur yang paling akurat untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan. Rasio ini merupakan perimbangan antara jumlah aktiva lancar dikurangi persediaan dengan jumlah hutang lancar.

Sedangkan Munawir (2001:74), rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada piutang.

Adapun formulasinya dapat dinyatakan sebagai berikut:

% 100 tan Persediaan -Lancar Aktiva x Lancar g Hu Ratio Quick =

Besarnya hasil perhitungan rasio cepat menunjukkan besarnya kewajiban lancar yang dijamin dengan aktiva lancar di luar persediaan. Dengan karakteristiknya bahwa aktiva lancar di luar

persediaan relaitf mudah dicairkan, maka jaminan likuiditas perusahaan dengan indikator ini lebih dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, semakin tinggi rasio cepat, faktor keamanan bagi perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya akan semakin tinggi (Warsono, 2003:35).

b. Rasio Leverage/Solvabilitas

Menurut Riyanto (2001:331), menyatakan bahwa rasio leverage adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Sedangkan Harahap (2007:306), menyatakan bahwa rasio leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Lebih lanjut Warsono (2003:36), menyatakan bahwa rasio solvabilitas adalah rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio leverage dapat menggunakan dua ukuran, yaitu:

1) Rasio Hutang Total terhadap Aktiva Total (debt ratio)

Debt Ratio merupakan rasio antar total hutang (total debt) dengan total aset (total assets) yang dinyatakan dalam prosentase. Rasio hutang mengukur berapa persen aset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang. (Martono dan Harjito, 2008:58)

Secara matematis, Debt Ratio dapat diformulakan sebagai berikut:

% 100 Aktiva Total Hutang Total x Ratio Debt =

Besarnya hasil perhitungan debt ratio menunjukkan besarnya utang total yang dapat dijamin dengan aktiva total. Semakin tinggi rasio utang menunjukkan risiko keuangan yang dihadapi perusahaan

semakin tinggi, karena utang membawa konsekuensi beban bunga tetap (Warsono, 2003:36).

2) Total Hutang terhadap Modal Sendiri (Total Debt to Equity Ratio) Menurut Martono dan Harjito (2008:59), Total debt to equity ratio merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri (ekuitas).

Rumus yang digunakan adalah

% 100 Sendiri Modal Hutang Total  = Ratio Equity to Debt

Menurut Harahap (2007:303), Rasio-rasio ini menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi utang-utang kepada pihak luar. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Selanjutnya Warsono (2003:36), menyatakan bahwa besarnya hasil perhitungan rasio hutang terhadap ekuitas menunjukkan seberapa besar hutang jangka panjang yang dapat dijamin dengan ekuitas saham. Semakin tinggi rasio utang terhadap ekuitas, maka akan semakin besar resiko keuangan yang ditanggung perusahaan.

c. Rasio Aktivitas

Menurut Riyanto (2001:331), Rasio aktivitas merupakan rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa besar efektivitas perusahaan dalam mengerjakan sumber-sumber dananya. Selanjutnya Warsono (2003:35), menyatakan bahwa rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio digunakan untuk melihat seberapa

tingkat aktiva tertentu yang dimiliki perusahaan, apakah sudah sesuai dan beralasan (reasonable), sangat tinggi, atau sangat rendah jika dipandang dari tingkat penjualan saat ini dan yang diproyeksikan.

Rasio aktivitas dapat diukur dengan:

1) Inventory Turnover (Rasio Perputaran Persediaan)

Menurut Harahap (2007:308), rasio ini menggambarkan aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam kegiatan penjualan, pembelian dan kegiatan lainnya. Sedangkan Martono dan Harjito (2008:57) menyatakan bahwa rasio perputaran persediaan digunakan untuk mengukur efektifias manajemen perusahaan dalam mengelola persediaan.

Rasio ini dapat diformulasikan sebagai berikut :

Persediaan Penjualan Pokok Harga = Turnover Inventory

Menurut Warsono (2003:35), besarnya hasil perhitungan rasio perputaran persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang, maka akan semakin cepat persediaan perusahaan menjadi kas piutang. Selanjutnya Harahap (2007:308), menyatakan bahwa rasio ini menunjukkan berapa cepat perputaran persediaan dalam siklus produksi normal. Semakin besar rasio ini semakin baik karena dianggap bahwa kegiatan penjualan berjalan cepat.

2) Total Asset Turnover (perputaran total aktiva)

Menurut Martono dan Harjito (2008: 58), Total Asset Turnover mengukur perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan. Total Asset Turnover dihitung dari pembagian antara penjualan

Dokumen terkait