• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

4. Pengertian Kode Etik Jurnalistik dan UU Pers

Wartawan Indonesia menyadari adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman mayarakat karena adanya kemerdekaan pers yang merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Guna menjamin tegaknya kebebasan pers serta terpenuhinya hak-hak masyarakat

33

Samsul Wahidin, Op.Cit., hal.35 34

Ibid 35

diperlukan suatu landasan moral/etika profesi yang bisa menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan profesionalitas wartawan. UU Pers menegaskan bahwa wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalitik36, yaitu suatu himpunan etika profesi kewartawanan yang disepakati oleh organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers.37

Kode Etik Jurnalitik merupakan “lilin pemandu” bagi wartawan agar tidak terjerumus ke dalam kegagalan. Sebaliknya, Kode Etik Jurnalitik juga merupakan acuan yang dipakai “pembaca” untuk mengukur apakah pemberitaan yang dilakukan oleh wartawan itu menyalahi Kode Etik Jurnalitik atau tidak. Oleh UU Pers, Kode Etik Jurnalitik ditempatkan sebagai bagian yang utuh dalam mekanisme penyelesaian permasalahan akibat pemberitaan pers.38

Kode Etik Jurnalistik pertama kali dikeluarkan oleh PWI (Persatuan Wartawan Indonesia), namun ketika Indonesia memasuki era reformasi dengan berakhirnya rezim Orde Baru, organisasi wartawan yang tadinya “tunggal”, yakni hanya PWI, menjadi banyak. Sebelumnya, Kode Etik Jurnalitik hanya “berlaku” bagi wartawan yang menjadi anggota PWI. Namun dengan munculnya berbagai organisasi wartawan selain PWI tersebut, mereka pun memandang penting adanya Kode Etik Wartawan. Pada 6 Agustus 1999, sebanyak 24 dari 26 organisasi wartawan berkumpul di Bandung dan menandatangani Kode Etik Wartawan Hal ini secara jelas terlihat dari salah satu fungsi Dewan Pers yakni menempatkan dan mengawasi pelaksaan Kode Etik Jurnalistik.

36

Lihat pasal 7 ayat (2) UU Pers 37

Lihat Penjelasan pasal 7 ayat (2) UU Pers 38

Hinca I.P.Panjaitan, Gunakan Hak Jawab, Hak Koreksi dan Kewajiban Koreksi Anda, Ombudsman Memfasilitasinya, Tim Ombudsman Jawa Pos Grup, Jakarta, 2004, hal.16

Indonesia (KEWI). Sebagian besar isinya mirip dengan Kode Etik Jurnalitik PWI. KEWI kemudian ditetapkan sebagai Kode Etik yang berlaku bagi seluruh wartawan Indonesia. Penetapan dilakukan Dewan Pers sebagaimana diamanatkan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers melalui SK Dewan Pers No. 1/SK-DP/2000 tanggal 20 Juni 2000.39

Pada tahun 2006 Kode Etik Jurnalistik itu dikembangkan dan disempurnakan lagi sehingga berisikan 11 hal pokok.40 Hal-hal tersebut meliputi, wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk (pasal 1). Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan menerapkan asas praduga tak bersalah (pasal 3). Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul (pasal 4). Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan (pasal 5).

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan suap (pasal 6).Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,

menghargai ketentuaoff the record

sesuai dengan kesepakatan (pasal 7).

39

40

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan warna kulit, agama, jenis kelamin, dan orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat jasmani (pasal 8). Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik (pasal 9).

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa (pasal 10), dan yang terakhir, pasal 11 menyatakan bahwa wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Untuk memahami secara utuh UU Pers, selain membaca secara utuh batang tubuhnya dan penjelasannya juga harus dibaca secara utuh Kode Etik Jurnalistik yang disusun oleh organisasi wartawan dan ditetapkan oleh Dewan Pers, yang merupakan Kode Etik Jurnalistik yang diharuskan oleh Pers, karena antara UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik merupakan satu keasatuan. Apa sajakah faktor-faktor yang melatarbelakangi Indonesia memerlukan UU Pers? Untuk menjawab pertanyaan ini, geseztgebungswissenschaft (ilmu perundang-undangan) mengajarkan “lihat bagian menimbang undang- undangnya”. Dalam bagian konsiderans “menimbang” UU Pers terdapat 5 dasar pertimbangan.41

41

Pertama, karena kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945 harus dijamin.

Kedua, karena kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis, kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Ketiga, karena pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional, sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur tangan dan paksaan dari manapun.

Keempat, karena pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Kelima, karena Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.

Selain itu, dari konsiderans “mengingat” UU Pers diketahui pula bahwa UU Pers lahir sebagai amanat UUD 1945, khususnya Pasal 5 ayat (1), Pasal 20

ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945, serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVII/MPR/1998 tentang HAM.42

Penjelasan Umum UU Pers menyatakan bahwa sesungguhnya UU Pers adalah undang-undang yang mengatur dan menjamin terselenggaranya kemerdekaan pers sebagai salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.43 Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.44

Dalam penulisan ilmiah terdapat beraneka ragam jenis penelitian. Dari berbagai jenis penelitian, khususnya penelitian hukum, yang paling popular dikenal adalah sebagai berikut :

Dokumen terkait