• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Komitmen

Dalam dokumen DISIPLIN PEGAWAI SEBAGAI MEDIATOR ANTARA (Halaman 40-44)

TINJAUAN PUSTAKA

B. Pengawasan/Suvervisi 1. Pengertian pengawasan

1. Pengertian Komitmen

Menurut Soekidjan (2009) Komitmen adalah kemampuan dan kemauan

untuk menyelaraskan perilaku pribadi dengan kebutuhan. Prioritas dan tujuan

organisasi. Hal ini mencakup cara-cara mengembangkan tujuan atau memenuhi

kebutuhan organisasi yang intinya mendahulukan misi organisasi daripada

kepentingan pribadi. Menurut Meyer dan Allen (1991) dalam Soekidjan (2009),

komitmen dapat juga berarti penerimaan yang kuat dari individu terhadap tujuan

dan nilai-nilai organisasi, dan individu berupaya serta berkarya dan memiliki

hasrat yang kuat untuk tetap bertahan diorganisasi tersebut. Menurut Yiing dan

Ahmad (2008), ketika pegawai tidak puas terhadap pekerjaan, pegawai kurang

berkomitmen dan akan mencari peluang-peluang lain untuk berhenti, jika peluang

itu tidak ada, mungkin pekerja secara emosional dan mental mundur dari

organisasi. dengan demikian, komitmen organisasi dan kepuasan kerja adalah

sikap yang penting dalam menilai niat pegawai unutk berhenti dan kontribusi

secara keseluruhan pegawai untuk organisasi. Menurut Qureshi (2011), keamanan

kerja adalah salah satu faktor penentu dari komitmen organisasi, pegawai merasa

aman dengan pekerjaannya.

Meyer and Allen (1991) dalam Jex (2002) defenisi lebih lanjut tentang

komitmen organisasi menunjukan bahwa ada beberapa dasar komitmen itu adalah

komitmen pegawai mungkin dengan alasan berbeda, dan alasan lain merupakan

bentuk-bentuk yang unik dari komitmen. ada tiga model komponen komitmen

terdiri dari affective, continuance, dan normative komitmen. Kinerja karyawan

bermakna.Tidak memadai jika hanya fokus mengembangkan kepuasan kerja

karyawan karena jika komitmen karyawan rendah, maka kepuasan tidak

menafsirkan ke dalam kinerja (Zhang & amp; Zheng, 2009) dalam Qureshi, at al

(2011)

a. Affective commitment :afektif komitmen mencerminkan sejauh mana pegawai

teridentifikasi dengan organisasi dan rasa loyalitas yang tinggi terhadap

perusahaan.

b. continuance commitment yang didasarkan pada persepsi pegawai dari relatif

investasi mereka telah lakukan pada organisasi, dan relatif biaya yang terkait

dengan mencari pekerja pada organisasi lain.

c. Normative commitment yang berdasarkan perasaan pegawai dari kewajiban

untuk organisasi, dimana sisa komponennya adalah secara moral yang benar

seharusnya dilakukan.

Menurut Rusbult & Farrel (1983) dalam Oren. Macgowan dan Zahav

(2007) komitmen organisasi dan komitmen pegawai dapat didefenisikan sebagai

rasa kewajiban dari pekerja baik untuk organisasi maupun pekerja sesuai

ketentuan. Komitmen kerja dapat definisikan sebagai kemungkinan bahwa

seseorang akan melanjutkan pekerjaan pada pekerjaan sekarang dan berkaitan

secara psikologi untuk pekerjaan itu. Apakah pegawai menemukan kepuasan atau

tidak. Dalam penelitian Setyaningdyah et al (2013), the finding in this study

indicates a possibility that a commitment towa rds an organization maybe

influenced by a strong motivational support and supportive type of leadership in a

particular organization, and thus, generating satisfaction among its employees.

partisipasi karyawan sangat penting karena memiliki dampak pada kepuasan

pekerjaan, komitmen pekerjaan dan produktivitas karyawan. Quaishi, et al (2011)

hubungan antara pekerjaan dan pengawasnya adalah sangat penting ketika

menghitung komitmen organisasi beberapa organisasi adalah orientasi hubungan

dan beberapa tugas sehingga komitmen karyawan berbeda.

Menurut Van Dyne dan Graham (2005) dalam Muchlas (2008), faktor

yang mempengaruhi komitmen organisasi adalah personal, situasional dan posisi,

personal mempunyai ciri-ciri kepribadian tertentu yaitu teliti, ektrovert,

berpandangan positif (optimis), cenderung lebih komit. Lebih lanjut Dyen dan

Graham (2005) dalam Muchlas (2008) menjelaskan karakteristik dari personal

yang ada yaitu: usia, masa kerja, jenis kelamin, status perkawinan dan ketelibatan

kerja. Situsional yang mempunyai ciri-ciri dengan adanya: nilai (value) tempat

kerja, keadilan sosial karakteristik pekerjaan dan dukungan organisasi,

sedangakan posisi dipengaruhi oleh masa kerja dan tingkat pekerjaan. Menurut

Qureshi, at al (2011), menemukan pada penelitiannya variabel dependen

tergantung pada prestasi kerja dan kepuasan kerja jadi komitmen organisasi

tergantung kepuasan kerja dan prestasi kerja tetapi untuk pada batas tertentu

dampak negatif juga ditemukan. banyak pegawai menunjukkan kurang motivasi

pada organisasi karena stres kerja dan perbedaan budaya organisasi tetapi

hubungan antara prestasi kerja dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan.

Menurut Setyaningdyah et al (2013) an employee‟s commitment to a particular

organization is developed through a sequential process. Menurut Johnson, et al

(2010) dalam Setyaningdyah, et al (2013), identified three important factors that

individual characteristics; 2) job chara cteristics; and, 3) work experience.

Nevertheless, other factors (for instance, organiza tional culture) may also have a

role in determining an individual‟s commitment to his/her organization.

Salah satu cara untuk melihat aplikasi dari penelitian komitmen organisasi

adalah untuk mengkaji berbagai cara di mana organisasi dapat menimbulkan

komitmen yang tinggi di antara pegawai. Meyer and Allen (1997) dalam Jex

(2002: 154), menjelaskan beberapa perbedaan kebijakan sumberdaya manusia

dapat mempengaruhi komitmen pekerja. Sebagai contoh, itu telah lama

direkomendasi bahwa selama seleksi dan proses rekrutmen, organisasi

memberikan informasi nyata kepada calon pegawai (Wanous, 1973) dalam Jex

(2002). Pelatihan dapat meningkatkan komitmen organisasi karena

disampaikannya kepada pendatang baru bahwa organisasi mendukung dan

memiliki kepentingan dalam kesuksesan mereka. Alasan lain adalah: jika pada

akhirnya pelatihan memfasilitasi sebuah kesuksesan pegawai, ini mungkin akan

berakibat pada hasil positif bagi pegawai (contoh, kenaikan gaji,promosi), jika pegawai mengetahui bahwai pelatihan yang mereka terima telah berkontribusi

pada kesuksesan mereka, pegawai kemungkinan akan berterimakasih kepada

organisasi. Seperti perasaan bersyukur mungkin sangat baik meningkatkan pekerja

affective atau normative commitment dalam Jex (2002:155) cara kreatif lebih

lanjut bahwa organisasi boleh menggunakan kompensasi untuk meningkatkan

komitmen pegawai adalah melalui pembagian keuntungan atau rencana

kepemilikan saham,sharing or employee stock ownership plans (ESOPS; Lawler

& Jenkins, 1992 dalam Jex (2002:156). Metode lain yang dapat mempengaruhi

sistem penggajian berdasarkan keahlian, kompensasi pegawai ditentukan minimal

sarjana, sesuai jumlah keahlian yang mereka miliki. (Murray & Gerhart, 1998)

dalam Jex (2002:56-157). Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, komitmen

adalah perilaku dari individu yang didasari dengan kemauan yang kuat dalam

melaksanakan pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi.

Dalam dokumen DISIPLIN PEGAWAI SEBAGAI MEDIATOR ANTARA (Halaman 40-44)

Dokumen terkait