• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan

Menurut Mulyasa (2014:30), kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa menjadi teladan bagi anak didik, dan berakhlak mulia. Hal serupa juga dikatakan oleh Mulyasa (2013:45), kompetensi kepribadian adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan beraklak mulia. Dalam Undang-Undang tentang guru dan dosen (Undang-Undang-Undang-Undang, No.14 2005) disebutkan bahwa Kompetensi kepribadiaan adalah kemampuan kepribadiaan yang

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi kepribadian adalah seperangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan untuk mengolah diri, memahami diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. (Kunandar, 2009:55). Kompetensi kepribadian adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terlihat dalam perilaku sehari-hari (Fachruddin Saudagar dan Ali idrus, 2011:42).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kompetensi kepribadian Guru BK adalah kemampuan yang dimiliki seorang Guru BK berupa stabil, dewasa, arif, menjadi teladan; mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius, yang dapat dilihat dalam perilaku atau kehidupan sehari-hari, yang akan menjadi model yang baik bagi peserta didik pada umumnya atau pada konseli khususnya.

2. 12 Kualitas Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Cavanagh (Yusuf, 2010: 37-44) mengemukakan bahwa karakteristik kualitas kepribadian guru BK sebagai berikut:

a. Pemahaman diri (self-knowledge)

Pemahaman diri ini berarti guru BK memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus diselesaikan. Guru BK harus mampu memahami dirinya dengan baik karena dengan memahami dirinya, guru BK mampu juga memahami diri konseli dengan baik pula. Pemahaman diri sangat penting, karena beberapa alasan sebagai berikut:

1) Guru BK yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan memiliki persepsi yang akurat juga tentang orang lain khususnya konseli.

2) Guru BK yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga memahami orang lain.

3) Guru BK yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajarkan cara memahami diri kepada orang lain.

4) Pemahaman tentang diri memungkinkan guru BK untuk dapat merasa dan berkomunikasi secara jujur dengan orang lain.

b. Kompeten (competent)

Kompeten diartikan bahwa guru BK harus memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna. Guru BK yang berkompeten akan mampu menjalani hidup dengan baik karena ia memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara baik sebagai pribadi yang berguna baik diri sendiri dan orang lain.

c. Kesehatan psikologis

Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari konseli. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological healt) guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilannya. Guru BK yang kesehatan psikologisnya baik memiliki kualitas sebagai berikut:

1) Memperoleh pemuas dan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan seks.

2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya. 3) Menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan dirinya.

Guru BK yang memiliki kesehatan psikologis yang baik, akan mampu bertanggung jawab penuh atas hidupnya dengan baik.

d. Dapat dipercaya (trustworthiness)

Kualitas ini berarti bahwa guru BK tidak menjadi ancaman penyebab kecemasan bagi konseli. Guru BK yang dipercaya cenderung memiliki sikap dan perilaku sebagai berikut:

1) Memiliki pribadi yang konsisten

2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.

3) Tidak pernah membuat orang lain kecewa.

4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mampu membantu secara penuh.

e. Jujur (honest)

Guru BK dituntut untuk bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (guine). Guru BK yang jujur memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh

dirinya sendiri sama seperti yang dipersepsikan oleh orang lain. 2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.

Guru BK yang memiliki sikap kongruen yaitu yang menampilkan kepribadian secara apa adanya dan alami. Guru BK yang menampilkan kepribadiannya secara alami tidak buat-buat akan terlihat nyaman dan santai saat menjalankan kehidupan sehari-hari.

f. Kekuatan (strength)

Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam menjalin hubungan dengan konseli, sebab dengan hal itu konseli akan merasa aman. Konseli akan memandang guru BK sebagai orang yang tabah dalam menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi masalahnya, dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.

Kekuatan yang harus dimiliki oleh guru BK bukan berarti kekuatan fisik, akan tetapi merupakan kekuatan jiwa atau mental.

Guru BK yang memiliki kekuatan jiwa atau mental adalah guru BK yang tidak terpengaruh dengan situasi yang diciptakan oleh konseli pada saat konseling berlangsung misalnya pada konseling, konseli menceritakan masalah yang sangat sedih yang membuat konseli itu menangis, pada saat itu guru BK tidak terpengaruh dengan situasi sedih yang dialami oleh konseli dan tidak turut menangis bersama konseli. Sebaliknya guru BK harus tabah dan menguatkan konseli agar konseli tegar mengahadapi masalah.

g. Bersikap hangat

Bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Guru BK yang ramah, penuh perhatian dan memberikan kasih sayang akan membuat konseli merasa nyaman dan diterima oleh guru BK h. Sabar (patience)

Melalui kesabaran guru BK dalam menjalin hubungan dengan konseli dapat konseli untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar guru BK menunjukan lebih memperhatikan diri konseli daripada hasilnya. Salah satu ciri yang menunjukan bahwa guru BK memiliki kesabaran adalah mampu mengontrol emosi atau tidak marah terhadap konseli yang melanggar peraturan atau membuat suatu kesalahan.

i. Kepekaan (sensitivity)

Guru BK menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada konseli maupun pada dirinya sendiri. Guru BK yang memiliki kepekaan, tidak akan mudah terpengaruh emosinya oleh situasi yang membuatnya tidak nyaman. Guru BK yang peka akan menyadari pada situasi mana ia akan mudah tersinggung dengan apa yang dilakukan atau dikatakan oleh konseli kepada dirinya dan menyadari pada saat mana konseli mudah merasa tersinggung dengan apa yang dilakukan atau dikatakan oleh guru BK.

Dokumen terkait